Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan ketrampilan
keperawatan lansia berbasis IPTEK keperawatan.
Disusun oleh :
Kelompok 2 / 2 Reguler A
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Etiologi
a Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2013), masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh adanya
faktor predisposisi (faktor yang melatarbelakangi) munculnya masalah dan faktor
presipitasi (faktor yang memicu adanya masalah).
Di dalam faktor presdisposisi, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya masalah perilaku kekerasan, seperti faktor fiologis, psikologis, dan
sosiokultural.
1) Faktor biologis
a) Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
b) Teori psikomatik (Psycomatic theory)
Pengalaman marah dapat diakibatkan oehrespons psikologi terhadap
stimulus eksternal maupun internal. Sehingga, sistem limbik memiliki
peran sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa
marah.
2) Faktor Psikologis
a) Teori agresif frustasi (Frustasion aggresion theory)
Teori ini menerjemahkan perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
akumulasi frustasi. Hal ini dapat terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan frustasi dapat mendorong
individu untuk berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang
melalui perilaku kekerasan.
b) Teori perilaku (Behaviororal theory)
Kemarahan merupakan bagian dari proses belajar. Hal ini dapat
dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung,
Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan sering
menimbulkan kekerasan di dalam maupun di luar rumah.
c) Teori eksistensi (Existential theory)
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bertindak sesuai perilaku.
Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku konstruktif,
maka individu akan memenuhi kebutuharinya melalui perilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory) menyatakan bahwa
lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah.Norma budaya dapat mendukung individu untuk
berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara
langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory).
b Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik,
berbeda satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan penyebab
yang brasal dari dari dalam maupun luar individu. Faktor dari dalam individu
meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang dicintai atau berarti
(putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap
penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu meliputi serangan terhadap
fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
tindakan kekerasan (Nurhalimah, 2016).
Keterangan
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat
b. Perbandingan Perilaku Pasif, Agresif dan Asertif Berdasarkan konsep yang telah sama-
sama kita pelajari, maka dapat kita simpulkan perbedaan antara perilaku agresif, asertif
dan pasif seperti bagan dibawah ini.
(Keliat, 2006)
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. Z
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja (karena PHK)
Agama : Islam
Status : Menikah
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien dibawa keluarganya ke IGD karena mengamuk, memecahkan barang-barang
dan memukul istrinya. Klien tidak mau keluar kamar, tidak mau melakukan
kebersihan diri dan tidak makan & minum setelah di PHK dari tempat kerjanya
3. Masalah Utama
Keamanan dan proteksi : Perilaku Kekerasan
5. Pohon masalah
(Keliat, 2006)
DS :
DO :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya sehingga dapat mengontrol atau
mengendalikan perilaku kekerasan.
b. Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala perilaku kekerasan.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
f. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan.
h. Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan.
i. Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
A. Proses Keperawatan
DS :
DO :
2. Diagnosis Keperawatan
a. Tujuan Umum :
b. Tujuan Khusus :
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 :
Membina hubungan saling percaya, latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat,
evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat)
disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat. Susun jadwal minum obat
secara teratur
STRATEGI PELAKSANAAN:
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat Pagi, Pak. Saya perawat yang akan merawat bapak. Perkenalkan nama
saya
Dita Kartika, bapak boleh memanggil saya Dita. Apakah benar ini dengan Tn. Z?
bapak senang dipanggil apa pak?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Bisa ceritakan apa yang bapak rasakan?
Masih ada perasaan kesal/marah?”
c. Kontrak
1) Topik
“Baiklah bapak untuk kali ini, bagaimana kalau sekarang kita latihan tentang
cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”
2) Waktu
“Berapa lama kita akan berlatih? Bagaimana kalau 10 menit pak? Apakah bapak
setuju?”
3) Tempat
4) Tujuan
“Tujuan perbincangan kita adalah agar bapak dapat minum obat teratur sesuai
program dokter.”
2. Fase Kerja
“Bapak sudah dapat obat dari dokter? Berapa macam obat yang bapak minum? Warnanya
apa saja? Bagus, jam berapa bapak minum? Bagus”
“Obatnya ada 3 macam pak, yang warnanya orange namanya CPZ, gunanya agar pikiran
bapak tenang, yang putih namanya THP, agar bapak bisa rileks dan tidak tegang, dan
yang merah jambu ini, namanya HLP, yang gunanya untuk mengurangi rasa marah
bapak.
Semuanya ini harus bapak minum 3x sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”
“Bila sesudah minum obat bapak merasa pusing, mual, muntah, bahkan diare langsung
lapor ke saya atau perawat yang lain ya pak. Bila terasa berkunang-kunang, bapak
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Nanti di rumah sebelum minum obat ini
bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis
yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum, baca juga apakah nama obatnya
sudah benar? Disini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya.”
“Jangan penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak,
karena dapat terjadi kekambuhan. Sekarang kita masukkan waktu minum obat kedalam
jadwal ya pak.”
3. Fase Terminasi
a) Evaluasi
“Latihan yang sudah kita pelajari bersama, coba bapak masukkan ke dalam jadwal
latihan sehari-hari.”
1) Topik
“Baiklah pak, besok kita akan bertemu lagi ya pak untuk melihat sejauh mana
bapak melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.
Apakah bapak setuju?”
2) Waktu
“Bapak ingin bertemu jam berapa?”
3) Tempat
“Baiklah, sampai ketemu besok ya, pak. Saya permisi dulu. Selamat pagi.”
SP 2 :
Mengidentifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik
STRATEGI PELAKSANAAN:
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, pak. Saya perawat Dita, apakah bapak masih mengingat saya? Wah
bagus, sesuai dengan kontrak waktu kemarin, saya datang lagi.”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Bisa ceritakan apa yang bapak rasakan?
Masih ada perasaan kesal/marah?”
c. Kontrak
1) Topik
4) Tujuan
2. Fase Kerja
“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus
penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak merasakan orang-orang disekitar bapak
marah, apa yang bapak rasakan? Apakah bapak merasa kesal, kemudian dada bapak
berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal? Apa yang
bapak lakukan selanjutnya?”
“Apakah dengan bapak marah-marah, keadaan jadi lebih baik? Menurut bapak adakah
cara lain yang lebih baik selain marah-marah? Maukah bapak belajar mengungkapkan
marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
”Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu cara
dulu ya? Begini pak, kalau tanda-tanda marah itu sudah bapak rasakan, bapak berdiri lalu
duduk, tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari
mulut seperti mengeluarkan kemarahan.”
“Coba lagi pak dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali bapak sudah dapat melakukan
nya. Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”.
3. Fase Terminasi
a) Evaluasi
“Coba bapak sebutkan penyebab bapak marah dan yang bapak rasakan, dan apa
yang harus bapak lakukan serta akibatnya.”
b) Rencana Tindak Lanjut
1) Topik
“Baiklah pak, besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara lain untuk
mencegah dan mengendalikan marah bapak.”
2) Waktu
3) Tempat
“Bapak ingin berdiskusi dimana? Baiklah kalau mau diruangan ini saja. Saya
permisi dulu ya, pak. Selamat pagi.”
SP 3 :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2, evaluasi latihan nafas dalam,
latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal, dan susun jadwal kegiatan harian cara kedua.
STRATEGI PELAKSANAAN:
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, pak. Saya perawat yang akan merawat bapak. Saya perawat Dita,
apakah bapak masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagimana perasaan bapak saat ini? Apakah bapak sudah berlatih napas dalam
seperti kemarin pada hari ini?”
c. Kontrak
1) Topik
“Baiklah bapak sesuai janji kita kemarin, sekarang kita mencoba belajar cara
mengendalikan perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua, ya?”
2) Waktu
3) Tempat
“Tujuan perbincangan kita adalah agar bapak dapat melakukan pengendalian rasa
amarah bapak.”
2. Fase Kerja
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, selain nafas
dalam bapak dapat memukul kasur dan bantal.”
“Sekarang mari kita latihan memukul bantal dan kasur di tempat tidur bapak. Jadi kalau
nanti bapak kesal atau marah, bapak bisa langsung ke kamar dan lampiaskan marah bapak
tersebut dengan memukul bantal dan kasur. Nah coba bapak lakukan memukul bantal dan
kasur.”
“Ya bagus sekali bapak melakukannya! Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin
jika ada perasaan marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur ya!”
3. Fase Terminasi
a) Evaluasi
“Tadi kita sudah berlatih. Agar semakin lancar, kita masukkan ke jadwal kegiatan,
ya?”
“Bapak ingin berdiskusi dimana? Baiklah, sampai ketemu besok ya, pak. Saya
permisi dulu ya, pak/bu. Selamat pagi.”
SP 4 :
STRATEGI PELAKSANAAN:
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, pak. Saya perawat Dita, masih ingat dengan saya kan? Wah bagus,
sesuai dengan kontrak waktu kita kemarin, saya datang lagi.”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagimana perasaan bapak saat ini? Apakah bapak sudah berlatih dengan napas
dalam dan meluapkan marah dengan memukul bantal hari ini? Ya, bagus sekali,
pak. Apakah ada keluhan, pak?”
c. Kontrak
1) Topik
“Baiklah bapak/ibu sesuai janji kita kemarin, bagaimana kalau kita sekarang
latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
2) Waktu
“Berapa lama kita akan berlatih? Apakah 10 menit cukup?”
3) Tempat
4) Tujuan
“Tujuan perbincangan kita adalah agar bapak dapat mengungkapkan perasaan
marah bapak secara baik.”
2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka
kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak. Yang
pertama, meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak mengatakan penyebab marahnya karena
bapak di PHK dan merasa tidak dapat menafkahi istri bapak, sebaiknya bapak ceritakan
baik-baik perasaan bapak kepada istri tentang masalah bapak seperti “Aku sangat sedih
karena diberhentikan dari perusahaan itu, padahal aku sudah bekerja mati-matian di
tempat itu”. Coba sekarang bapak yang praktekkan. Ya, seperti itu pak, bagus sekali.”
Yang kedua, menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: “maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang sibuk dan
tidak bisa membantumu, tolong kerjakan pekerjaanmu sendiri”. Coba sekarang bapak
yang praktekan sendiri. Bagus seperti itu pak”
Yang ketiga, mengungkapkan perasaan kesal. Jika ada perlakuan orang lain yang
membuat bapak kesal, bapak dapat mengatakan: “Saya tidak senang dengan
perlakuanmu, bila seperti itu”. Nanti dapat bapak coba jika ada yang membuat bapak
marah. Coba sekarang bapak yang praktekkan. Bagus sekali pak, bapak bisa melakukan
semuanya dengan baik. Nanti, tinggal dilatih lagi dan dipraktekkan yaa pak.”
3. Fase Terminasi
a) Evaluasi
1) Subjektif: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
2) Objektif: “Coba sekarang bapak contohkan bila ada perasaan yang mengganjal,
apa yang akan bapak katakan? Ya, seperti itu, sangat bagus sekali pak.”
b) Rencana Tindak Lanjut
1) Topik
“Baiklah pak, besok kita akan latihan lagi tentang bagaimana mengatasi marah
dengan cara beribadah. Apakah bapak setuju?”
2) Waktu
“Bapak ingin jam berapa?”
3) Tempat
“Bapak ingin berdiskusi dimana? Baiklah, sampai ketemu besok ya, pak. Saya
permisi dulu ya, pak. Selamat pagi.”
SP 5 :
STRATEGI PELAKSANAAN:
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, pak. Saya perawat Dita, bapak ingat dengan saya kan? Baik
pak, sesuai dengan kontrak kegiatan kemarin, saya datang lagi.”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya?”
c. Kontrak
1) Topik
“Baiklah bapak sesuai janji kita kemarin, Bagaimana kalau sekarang kita
latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan dengan ibadah?”
2) Waktu
3) Tempat
4) Tujuan
2. Fase Kerja
“Nah, kalau bapak sedang marah coba langsung duduk dan langsung tarik nafas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya coba tiduran agar badan rileks. Jika tidak reda juga, ambil
air wudhu kemudian sholat. Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan
kemarahan.”
“Coba bapak sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba sebutkan
caranya? Ya, sekarang ayo kita praktekkan.”
3. Fase Terminasi
a) Evaluasi
2) Waktu
3) Tempat
“Bapak ingin berdiskusi dimana? Baiklah, sampai ketemu nanti ya, pak. Saya
permisi dulu. Selamat siang.”
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah, & Iskandar. 2012. Asuhan keperawatan jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Keliat B, dkk. 2006. Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.