Anda di halaman 1dari 32

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan ketrampilan
keperawatan lansia berbasis IPTEK keperawatan.

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN


PERILAKU KEKERASAN
PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA

Disusun oleh :
Kelompok 2 / 2 Reguler A

1. Cindy Putri Karisma/ P3.73.20.1.19.007


2. Dinda Julianis Kartika/ P3.73.20.1.19.008
3. Dita Kartika / P3.73.20.1.19.009
4. Diva Nurvaida / P3.73.20.1.19.010
5. Eka Sari Ayu Utami / P3.73.20.1.19.011
6. Farha Annisa / P3.73.20.1.19.012

Pembimbing : Ns. Nurhalimah, M.Kep., Sp.Kep.J.

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. KONSEP DASAR PASIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN JIWA RISIKO


PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik,baik kepada
diri sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisa atau amuk dimana
seseorang marah berespon terhadap suatu stersor dengan gerakan motorik yang tidak
terkontrol (Yosep, 2010 ).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang,baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan
secara verbal ,diarahkan pada diri sendiri,orang lain dan lingkungan (Keliat, 2012).
Resiko perilaku kekerasan adalah perilaku yang menyertai marah dan
merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk deskruktif dan masih terkontrol
(Yosep, 2007).
Beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa perilaku
kekersan adalah ungkapan emosi yang bercampur perasaan frutasi dan benci atau
marah yang di dasari keadaan emosi sebagai respon terhadap kecemasan atau
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang mengakibatkan hilangnya kontrol kesadaran diri
dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang
dapat membahayakan diri sendiri,orang lain dan lingkungan.

2. Etiologi
a Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2013), masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh adanya
faktor predisposisi (faktor yang melatarbelakangi) munculnya masalah dan faktor
presipitasi (faktor yang memicu adanya masalah).
Di dalam faktor presdisposisi, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya masalah perilaku kekerasan, seperti faktor fiologis, psikologis, dan
sosiokultural.
1) Faktor biologis
a) Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
b) Teori psikomatik (Psycomatic theory)
Pengalaman marah dapat diakibatkan oehrespons psikologi terhadap
stimulus eksternal maupun internal. Sehingga, sistem limbik memiliki
peran sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa
marah.

2) Faktor Psikologis
a) Teori agresif frustasi (Frustasion aggresion theory)
Teori ini menerjemahkan perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
akumulasi frustasi. Hal ini dapat terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan frustasi dapat mendorong
individu untuk berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang
melalui perilaku kekerasan.
b) Teori perilaku (Behaviororal theory)
Kemarahan merupakan bagian dari proses belajar. Hal ini dapat
dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung,
Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan sering
menimbulkan kekerasan di dalam maupun di luar rumah.
c) Teori eksistensi (Existential theory)
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bertindak sesuai perilaku.
Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku konstruktif,
maka individu akan memenuhi kebutuharinya melalui perilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory) menyatakan bahwa
lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah.Norma budaya dapat mendukung individu untuk
berespon asertif atau agresif.Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara
langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory).
b Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik,
berbeda satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan penyebab
yang brasal dari dari dalam maupun luar individu. Faktor dari dalam individu
meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang dicintai atau berarti
(putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap
penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu meliputi serangan terhadap
fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
tindakan kekerasan (Nurhalimah, 2016).

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan
pasien dan didukung dengan hasil observasi. (Nurhalimah, 2016)
a Data Subjektif:
1) Ungkapan berupa ancaman
2) Ungkapan kata-kata kasar
3) Ungkapan ingin memukul/ melukai
b Data Objektif:
1) Wajah memerah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Bicara kasar
6) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7) Mondar mandir
8) Melempar atau memukul benda/orang lain
4. Mekanisme koping
Menurut Stuart dan Laria ( 2001), yang diikuti dari damaiyanti 2012, mekanisme
koping yang dipaka pada klien marah untuk melindungi diri antara lain :
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulai artinya di
mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahanya pada objek lain seperti meremas adonan kue,
meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi
ketegangan akibat rasa marah.
2) Proyeksi, menyalahkan orang lain mengenai kesukaranya atau keinginan
yang tidak baik. Misalnya seorang wanita muda yang menyangkalnya
bahwa ia mempunyai perasaan sesksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temanya terseburt mencoba merayu,
mencumbunya.
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke dalam alam sadar. Misalnya seseorang ank yang sangat benci
pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau
didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan
benci itu ditekanya dan akhirnya ia dapat melupakanya.
4) Reaksi Formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihlebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang
yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kasar.
5) Displacment, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada objek yang begitu berbahaya seperti yang pada mulanya
yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah
karea ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambat
di dinding kamarnya. Dia mulai bermmain perangperangan dengan
temanya.
5. Rentang respon marah
Marah yang dialami setiap individu memiliki rentang dimulai dari respon adaptif
sampai maladaftif. Sekarang marilah kita bersama-sama mempelajarinya untuk
mempermudah pemahaman Anda dibawah ini akan digambarkan rentang respon
perilaku kekerasan

Keterangan
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat

Pasif : Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan


perasaannya

Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol


Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol

a. Hierarki Perilaku Kekerasan


Setelah Anda memahami rentang respon marah, sekarang marilah kita mempelajari
mengenai hirarki agresif seperti dibawah ini.
Telah kita pelajari bersama mengenai rentang respon marah serta hirarki agrsif.
Selanjutnya kita akan mempelajari mengenai bagaimana skema proses marah yang
dialami setiap orang.Bila seseorang tidak mampu menangani perasaan marah secara
asertif dapat mengakibatkan amuk atau perilaku kekerasan.

b. Perbandingan Perilaku Pasif, Agresif dan Asertif Berdasarkan konsep yang telah sama-
sama kita pelajari, maka dapat kita simpulkan perbedaan antara perilaku agresif, asertif
dan pasif seperti bagan dibawah ini.

Sumber : Nurhalimah (2016)


6. Pohon masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Resiko Perilaku kekerasan

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

(Keliat, 2006)

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN


Kasus
Seorang pria bernama Tn. Z berumur 35 tahun beragama islam, dibawa oleh keluarga ke
IGD karena dirumah mengamuk, memecahkan barang-barang dan memukul istrinya.
Menurut keluarga sejak 3 bulan setelah di phk klien tidak mau keluar kamar, tidak mau
melakukan kebersihan diri dan tidak makan dan minum. Klien lebih banyak bengong dan
kadang sering tertawa serta berbicara sendiri dan marah-marah tanpa sebab. Penampilan
klien pada saat pengkajian muka terlihat merah, pandangan tajam tangan terborgol dan suara
keras, penampilan kotor dan berbau.

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. Z
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja (karena PHK)
Agama : Islam
Status : Menikah
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien dibawa keluarganya ke IGD karena mengamuk, memecahkan barang-barang
dan memukul istrinya. Klien tidak mau keluar kamar, tidak mau melakukan
kebersihan diri dan tidak makan & minum setelah di PHK dari tempat kerjanya

3. Masalah Utama
Keamanan dan proteksi : Perilaku Kekerasan

4. Proses terjadinya masalah

 Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukkan


bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan, baik
secara fisik, emosional, seksual, dan verbal (NANDA, 2016).
 Perilaku kekerasan merupakan hasil dari marah yang ekstrim atau ketakutan
sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik
atau konsep diri. Perasaan terancam ini dapat berasal dari lingkungan luar
(penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan
lingkungan dalam (perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan
kasih sayang dan ketakutan penyakit fisik). (Stuart dan Laraia 2005)
 Kesimpulan resiko perilaku kekerasan merupakan respons emosi yang timbul
sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai
ancaman (diejek/dihina),ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak
menyenangkan (kecewa, keinginan tidak tercapai, tidak puas) dan Perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan.
Faktor presipitasi disebabkan karena klien mengalami masalah
ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah, perubahan status mental, putus
asa, tidak berdaya dan kehilangan pekerjaan. Faktor predisposisi terjadi karena
adanya hambatan perkembangan otak, khususnya pada frontal, temporal, dan limbik
(biologis). Dari segi psikologis dimana keluarga dan lingkungan sangat
mempengaruhi respons klien. Kehidupan sosial budaya dapar pula mempengaruhi.
Akibat dari resiko perilaku kekerasan, klien cenderung mencederai diri sendiri
maupun orang lain/lingkungan dan menarik diri dari kehidupan sosial

5. Pohon masalah

Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan : Core Problem

Gangguan konsep diri: HDR Penyebab

(Keliat, 2006)

6. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

DS :

a. Keluarga klien mengatakan klien mengurung diri dikamar setelah di PHK


sehingga tidak mau berinteraksi dengan orang lain, tidak membersihkan diri
dan tidak mau makan dan minum.
b. Klien sering tertawa sendiri dan bengong.

c. Klien berbicara sendiri dan marah-marah tanpa sebab

DO :

a. Klien mengamuk, memecahkan barang dan memukul istrinya

b. Muka klien merah, pandangan tajam dan tangan terborgol

c. Suara klien keras

d. Penampilan klien kotor dan berbau


a Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan b.d gangguan harga diri: harga diri rendah

b Rencana tindakan keperawatan

No Diagnosis Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Implementasi


1. Resiko Perilaku TUM : Klien tidak 1. Beri salam atau 1. Memberi salam atau
Kekerasan mencederai diri sendiri, panggilan nama. panggilan nama.
orang lain dan
lingkungan. - Sebutkan nama - Menyebutkan
perawat. nama perawat.
TUK 1: - Jelaskan maksud - Menjelaskan
Klien dapat membina hubungan maksud hubungan
hubungan saling percaya interaksi. interaksi.
- Jelaskan akan - Menjelaskan akan
kontak dan sikap kontak dan sikap
empati. empati.
Kriteria Hasil : - Beri rasa aman. - Memberi rasa
- Lakukan kontak aman.
- Klien mau singkat tapi sering. - Melakukan
membalas salam kontak singkat tapi
- Klien mau sering.
menjabat tangan
- Klien mau
menyebut nama
- Klien mau
tersenyum
- Klien mau kontak
mata
Klien mau mengetahui
nama perawat
TUK 2: 1. Berikan kesempatan 1. Memberikan
Klien dapat untuk mengungkapkan kesempatan untuk
mengidentifikasi perasaannya. mengungkapkan
penyebab perilaku perasaannya.
kekerasan 2. Bantu klien untuk
mengungkapkan 2. Membantu klien
Kriterial Hasil: penyebab perasaan untuk mengungkapkan
jengkel. penyebab perasaan
- Klien dapat jengkel.
mengungkapkan
perasaan
- Klien dapat
mengungkapkan
penyebab perasaan
jengkel

TUK 3: 1. Anjurkan klien untuk 1. Menganjurkan klien


Klien dapat mengungkapkan apa untuk mengungkapkan
mengidentifikasi tanda yang dialami dan apa yang dialami dan
dan gejala perilaku dirasakan saat marah. dirasakan saat marah.
kekerasan
2. Observasi tanda dan 2. Mengobservasi tanda
Kriteria Hasil : - Klien gejala perilaku dan gejala perilaku
dapat mengungkapkan kekerasan pada klien. kekerasan pada klien.
apa yang dialami dan
dirasakan saat
marah/jengkel - Klien
dapat menyimpulkan
tanda dan gejala jengkel
yang dialami

TUK 4: 1. Anjurkan klien untuk 1. Menganjurkan klien


Klien dapat mengungkapkan untuk mengungkapkan
mengidentifikasikan perilaku kekerasan yang perilaku kekerasan yang
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien biasa dilakukan klien
pernah dilakukan. (verbal) pada orang lain (verbal) pada orang lain
pada lingkungan dan pada lingkungan dan
Kriteria Hasil: diri sendiri. diri sendiri.
1. Klien dapat
mengungkapkan 2. Bantu klien bermain 2. Membantu klien
perilaku kekerasan peran sesuai dengan bermain peran sesuai
yang biasa dilakukan perilaku kekerasan yang dengan perilaku
kekerasan yang biasa
biasa dilakukan
dilakukan
2. Klien dapat
bermain peran sesuai
perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan

TUK 5: 1. Bicarakan akibat atau 1. Membicarakan akibat


Klien dapat kerugian dari cara yang atau kerugian dari cara
mengidentifikasi akibat dilakukan klien yang dilakukan klien
perilaku kekerasan
2. Bersama klien 2. Bersama klien
Kriteria Hasil : Klien menyimpulkan akibat menyimpulkan
dapat dari cara yang akibat dari cara yang
mengidentifikasi dilakukan klien dilakukan klien
akibat perilaku
kekerasan. 3. Tanyakan pada klien 3. Menanyakan pada
apakah dia ingin klien apakah dia ingin
a. Akibat pada klien mempelajari cara baru mempelajari cara
sendiri, yang sehat baru yang sehat
b. Akibat pada orang
lain,
c. Akibat pada
lingkungan

TUK 6: 1. Diskusikan kegiatan 1. Mendiskusikan


Klien dapat fisik yang biasa kegiatan fisik yang
mendemonstrasikan dilakukan klien biasa dilakukan klien
cara fisik untuk
mencegah perilaku 2. Beri pujian atas 2. Memberi pujian atas
kekerasan kegiatan fisik yang kegiatan fisik yang
biasa dilakukan klien biasa dilakukan klien
Kriteria Hasil :
3. Diskusikan dua cara 3. Mendiskusikan dua
a Klien dapat fisik yang paling cara fisik yang paling
mudah untuk mudah untuk
menyebutkan
mencegah perilaku mencegah perilaku
contoh kekerasan
kekeras
pencegahan
perilaku 4. Diskusikan cara 4. Mendiskusikan cara
kekerasan secara melakukan tarik napas melakukan tarik napas
fisik: Tarik napas dalam dengan klien. dalam dengan klien.
dalam, pukul
5. Beri contoh klien 5. Memberi contoh
kasur, dan bantal
cara menarik napas klien cara menarik
b Klien dapat dalam napas dalam
mendemonstrasi
kan cara fisik 6. Minta klien untuk 6. Meminta klien untuk
untuk mencegah mengikuti contoh mengikuti contoh yang
perilaku yang diberikan diberikan sebanyak 5
sebanyak 5 kali. kali.
kekerasan
c Klien 7. Memberi pujian
7. Beri pujian positif
mempunyai atas kemampuan klien positif atas
jadwak untuk mendemonstrasikan kemampuan klien
melatih cara cara menarik napas mendemonstrasikan
pencegahan fisik dalam. cara menarik napas
dalam.
yang telah
8. Tanyakan perasaan
dipelajari 8. Menanyakan
klien setelah selesai
sebelumnya perasaan klien setelah
d Klien 9. Diskusikan dengan selesai
mengevaluasi klien mengenai
kemampuannya frekuensi latihan yang 9. Mendiskusikan
dalam akan dilakukan sendiri dengan klien mengenai
melakukan cara oleh klien frekuensi latihan yang
fisik sesuai akan dilakukan sendiri
10. Susun jadwal oleh klien
jadwal yang
kegiatan untuk
disusun melatih cara yang 10. Menyusun jadwal
dipelajari kegiatan untuk melatih
cara yang dipelajari
11. Klien
mengevaluasi 11. Klien mengevaluasi
peaksanaan latihan peaksanaan latihan

12. Validasi 12. Memvalidasi


kemampuan klien kemampuan klien dalam
dalam melaksanakan melaksanakan latihan
latihan
13. Memberikan pujian
13. Berikan pujian atas atas keberhasilan klien
keberhasilan klien
14. Menanyakan pada
14. Tanyakan pada klien apakah kegiatan
klien apakah kegiatan cara pencegahan
cara pencegahan perilaku kekerasan
perilaku kekerasanan dapat mengurangi
dapat mengurangi perasaan marah
perasaan marah
TUK 7: 1. Diskusikan cara 1. Mendiskusikan cara
Klien dapat bicara yang baik bicara yang baik dengan
mendemonstrasikan cara dengan klien klien
social untuk mencegah
perilaku kekerasan 2. Beri contoh cara 2. Memberi contoh cara
bicara yang baik. bicara yang baik.
Kriteria Hasil :
3. Minta klien 3. Meminta klien
• Klien dapat mengikuti contoh cara mengikuti contoh cara
menyebutkan cara bicara yang baik. bicara yang baik.
bicara yang baik
dalam mencegah 4. Minta klien 4. Meminta klien
perilaku kekerasan mengulang sendiri mengulang sendiri
• Klien dapat
mendemonstrasikan 5. Beri pujian atas 5. Memberi pujian atas
cara verbal yang keberhasilan klien keberhasilan klien
baik
6. Diskusikan dengan 6. Mendiskusikan
• Klien mumpunyai
klien tentang waktu dengan klien tentang
jadwal untuk
dan kondisi cara bicara waktu dan kondisi cara
melatih cara bicara
yang dapat dilatih di bicara yang dapat dilatih
yang baik
ruangan di ruangan
• Klien melakukan
evaluasi terhadap 7. Susun jadwal 7. Menyusun jadwal
kemampuan cara kegiatan untuk melatih kegiatan untuk melatih
bicara yang sesuai cara yang telah cara yang telah
dengan jadwal yang dipelajari. dipelajari.
telah disusun
8. Klien mengevaluasi 8. Klien mengevaluasi
pelaksanaa latihan cara pelaksanaa latihan cara
bicara yang baik bicara yang baik dengan
dengan mengisi mengisi dengan
dengan kegiatan kegiatan jadwal
jadwal kegiatan kegiatan
(selfevaluation) (selfevaluation)

9. Validasi kemampuan 9. Memvalidasi


klien dalam kemampuan klien dalam
melaksanakan latihan melaksanakan latihan

10. Berikan pujian atas 10. Memberikan pujian


keberhasilan klien atas keberhasilan klien

TUK 8: 1. Diskusikan dengan 1. Mendiskusikan


Klien dapat klien kegiatan ibadah dengan klien kegiatan
mendemonstrasikan yang pernah dilakukan ibadah yang pernah
cara spiritual untuk dilakukan
mencegah perilaku 2. Bantu klien menilai
kekerasan kegiatan ibadah yang 2. Membantu klien
dapat dilakukan di menilai kegiatan ibadah
Kriteria Hasil : ruang rawat yang dapat dilakukan di
ruang rawat
• Klien dapat 3. Bantu klien memilih
menyebutkan kegiatan ibadah yang 3. Membantu klien
kegiatan yang biasa akan dilakukan memilih kegiatan
dilakukan ibadah yang akan
• Klien dapat 4. Minta klien dilakukan
mendemonstrasika mendemonstrasikan
n cara ibadah yang kegiatan ibadah yang 4. Meminta klien
dipilih dipilih mendemonstrasikan
kegiatan ibadah yang
• Klien mempunyai
5. Beri pujian atas dipilih
jadwal untuk
keberhasilan klien
melatih kegiatan
5. Memberikan pujian
ibadah
6. Diskusikan dengan atas keberhasilan klien
• Klien melakukan klien tentang waktu
evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan 6. Mendiskusikan
kemampuan ibadah dengan klien tentang
melakukan waktu pelaksanaan
kegiatan ibadah 7. Susun jadwal kegiatan ibadah
kegiatan untuk melatih
kegiatan ibadah 7. Menyusun jadwal
kegiatan untuk melatih
8. Klien mengevaluasi kegiatan ibadah
pelaksanaan kegiatan
ibadah dengan mengisi 8. Klien mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pelaksanaan kegiatan
(self-evaluation) ibadah dengan mengisi
jadwal kegiatan harian
9. Validasi (selfevaluation)
kemampuan klien
dalam melaksanakan 9. Memvalidasi
latihan kemampuan klien dalam
melaksanakan latihan
10. Berikan pujian atas
keberhasilan klien 10. Memberikan pujian
atas keberhasilan klien

TUK 9: 1. Diskusikan dengan 1. Mendiskusikan


Klien dapat klien tentang jenis obat dengan klien tentang
mendemonstrasikan yang diminumnya jenis obat yang
kepatuhan minum obat (nama, warna, diminumnya (nama,
untuk mencegah besarnya); waktu warna, besarnya);
perilaku kekerasan minum obat (jika 3x : waktu minum obat (jika
pukul 07.00, 13.00, 3x : pukul 07.00, 13.00,
Kriteria Hasil : 19.00); cara minum 19.00); cara minum
obat. obat.
 Klien dapat
2. Mendiskusikan
menyebutkan jenis,
2. Diskusikan dengan dengan klien tentang
dosis, dan waktu
klien tentang manfaat manfaat minum obat
minum obat serta
minum obat secara secara teratur :
manfaat dari obat
itu (prinsip 5 benar: teratur :  Jelaskan bahwa
benar orang, obat, dosis hanya boleh
dosis, waktu dan  Jelaskan bahwa diubah oleh dokter
cara pemberian) dosis hanya boleh  Jelaskan mengenai
 Klien diubah oleh dokter akibat minum obat
mendemonstrasika  Jelaskan mengenai yang tidak teratur,
n kepatuhan akibat minum obat misalnya, penyakit
minum obat sesuai yang tidak teratur, kambuh
jadwal yang misalnya, penyakit
ditetapkan kambuh 3. Mendiskusikan
 Klien mengevaluasi  Diskusikan tentang tentang proses minum
kemampuannya proses minum obat :
dalam mematuhi obat : Klien • Klien meminat obat
minum obat meminat obat kepada perawat ( jika di
kepada perawat rumah sakit), kepada
( jika di rumah
sakit), kepada keluarga (jika di rumah)
keluarga (jika di
rumah)  Klien memeriksa obat
 Klien memeriksa susuai dosis
obat susuai dosis  Klien meminum obat
 Klien meminum pada waktu yang
obat pada waktu tepat.
yang tepat.
4. Menyusun jadwal
4. Susun jadwal minum minum obat bersama
obat bersama klien klien

5. Klien mengevaluasi 5. Klien mengevaluasi


pelaksanaan minum pelaksanaan minum
obat dengan mengisi obat dengan mengisi
jadwal kegiatan harian
jadwal kegiatan harian

6. Validasi pelaksanaan 6. Memvalidasi


minum obat klien pelaksanaan minum
obat klien
7. Beri pujian atas
keberhasilan klien 7. Memberi pujian atas
keberhasilan klien
8. Tanyakan kepada
klien : 8. Menanyakan kepada
klien :
“Bagaimana perasaan
“Bagaimana perasaan
Bapak setelah minum
obat secara teratur? “ bapak setelah minum
obat secara teratur?”
“Apakah keinginan
“Apakah keinginan
untuk marah
untuk marah
berkurang?”
berkurang?”
D. EVALUASI

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya sehingga dapat mengontrol atau
mengendalikan perilaku kekerasan.
b. Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala perilaku kekerasan.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
f. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan.
h. Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan.
i. Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Hari, Tanggal : Senin, 19 Oktober 2020

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien Resiko Perilaku Kekerasan

DS :

a. Keluarga klien mengatakan klien mengurung diri dikamar setelah di PHK


sehingga tidak mau berinteraksi dengan orang lain, tidak membersihkan diri dan
tidak mau makan dan minum.
b. Klien sering tertawa sendiri dan bengong.

c. Klien berbicara sendiri dan marah-marah tanpa sebab

DO :

a. Klien mengamuk, memecahkan barang dan memukul istrinya


b. Muka klien merah, pandangan tajam dan tangan terborgol
c. Suara klien keras
d. Penampilan klien kotor dan berbau

2. Diagnosis Keperawatan

Risiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Tindakan Keperawatan

a. Tujuan Umum :

Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

b. Tujuan Khusus :

• Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

• Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya


• Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

• Pasien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya


• Pasien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
• Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan

• Pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan


• Pasien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan
• Pasien dapat menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan

4. Tindakan Keperawatan

SP 1 :

Membina hubungan saling percaya, latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat,
evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat)
disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat. Susun jadwal minum obat
secara teratur

STRATEGI PELAKSANAAN:

1. Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat Pagi, Pak. Saya perawat yang akan merawat bapak. Perkenalkan nama
saya

Dita Kartika, bapak boleh memanggil saya Dita. Apakah benar ini dengan Tn. Z?
bapak senang dipanggil apa pak?”

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Bisa ceritakan apa yang bapak rasakan?
Masih ada perasaan kesal/marah?”
c. Kontrak

1) Topik

“Baiklah bapak untuk kali ini, bagaimana kalau sekarang kita latihan tentang
cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”

2) Waktu

“Berapa lama kita akan berlatih? Bagaimana kalau 10 menit pak? Apakah bapak
setuju?”

3) Tempat

“Sesuai kesepakatan, kita latihan di ruangan ini saja, ya?”

4) Tujuan
“Tujuan perbincangan kita adalah agar bapak dapat minum obat teratur sesuai
program dokter.”

2. Fase Kerja

“Bapak sudah dapat obat dari dokter? Berapa macam obat yang bapak minum? Warnanya
apa saja? Bagus, jam berapa bapak minum? Bagus”

“Obatnya ada 3 macam pak, yang warnanya orange namanya CPZ, gunanya agar pikiran
bapak tenang, yang putih namanya THP, agar bapak bisa rileks dan tidak tegang, dan
yang merah jambu ini, namanya HLP, yang gunanya untuk mengurangi rasa marah
bapak.
Semuanya ini harus bapak minum 3x sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”

“Bila sesudah minum obat bapak merasa pusing, mual, muntah, bahkan diare langsung
lapor ke saya atau perawat yang lain ya pak. Bila terasa berkunang-kunang, bapak
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Nanti di rumah sebelum minum obat ini
bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis
yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum, baca juga apakah nama obatnya
sudah benar? Disini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya.”
“Jangan penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak,
karena dapat terjadi kekambuhan. Sekarang kita masukkan waktu minum obat kedalam
jadwal ya pak.”

3. Fase Terminasi

a) Evaluasi

1) Subjektif: “Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap tentang


cara minum obat yang benar?”
2) Objektif: “Coba sekarang bapak sebutkan lagi jenis obat yang bapak minum.
Ya, bagus pak. Bagaimana cara meminum obat yang benar pak?”
b) Rencana Tindak Lanjut

“Latihan yang sudah kita pelajari bersama, coba bapak masukkan ke dalam jadwal
latihan sehari-hari.”

c) Kontrak Yang Akan Datang

1) Topik

“Baiklah pak, besok kita akan bertemu lagi ya pak untuk melihat sejauh mana
bapak melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.
Apakah bapak setuju?”
2) Waktu
“Bapak ingin bertemu jam berapa?”

3) Tempat

“Baiklah, sampai ketemu besok ya, pak. Saya permisi dulu. Selamat pagi.”

SP 2 :

Mengidentifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik
STRATEGI PELAKSANAAN:

1. Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, pak. Saya perawat Dita, apakah bapak masih mengingat saya? Wah
bagus, sesuai dengan kontrak waktu kemarin, saya datang lagi.”

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Bisa ceritakan apa yang bapak rasakan?
Masih ada perasaan kesal/marah?”

c. Kontrak

1) Topik

“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang terkait perasaan marah yang bapak


rasakan?”
2) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit ?”
3) Tempat
“Kita mau diskusi dimana? Bagaimana kalau di ruangan ini saja atau bapak ingin
berbincang di taman?”

4) Tujuan

“Tujuan perbincangan kita adalah agar bapak mampu mengidentifikasi rasa


jengkel/marah yang bapak rasakan”

2. Fase Kerja

“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus
penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?”

“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak merasakan orang-orang disekitar bapak
marah, apa yang bapak rasakan? Apakah bapak merasa kesal, kemudian dada bapak
berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal? Apa yang
bapak lakukan selanjutnya?”

“Apakah dengan bapak marah-marah, keadaan jadi lebih baik? Menurut bapak adakah
cara lain yang lebih baik selain marah-marah? Maukah bapak belajar mengungkapkan
marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?

”Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu cara
dulu ya? Begini pak, kalau tanda-tanda marah itu sudah bapak rasakan, bapak berdiri lalu
duduk, tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari
mulut seperti mengeluarkan kemarahan.”

“Coba lagi pak dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali bapak sudah dapat melakukan
nya. Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”.

3. Fase Terminasi

a) Evaluasi

“Bagaimana perasaan bapak sekarang?”

“Coba bapak sebutkan penyebab bapak marah dan yang bapak rasakan, dan apa
yang harus bapak lakukan serta akibatnya.”
b) Rencana Tindak Lanjut

“Bagaimana pak? Tadi kita sudah berbincang-bincang dan melatih secara


melakukan napas dalam. Agar tidak kaku, kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan
bapak ya? Dalam sehari bapak mau melakukannya berapa kali? Jam berapa saja
pak?”

c) Kontrak yang akan datang

1) Topik

“Baiklah pak, besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara lain untuk
mencegah dan mengendalikan marah bapak.”
2) Waktu

“Bapak ingin bertemu jam berapa?”

3) Tempat

“Bapak ingin berdiskusi dimana? Baiklah kalau mau diruangan ini saja. Saya
permisi dulu ya, pak. Selamat pagi.”

SP 3 :

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2, evaluasi latihan nafas dalam,
latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal, dan susun jadwal kegiatan harian cara kedua.

STRATEGI PELAKSANAAN:

1. Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, pak. Saya perawat yang akan merawat bapak. Saya perawat Dita,
apakah bapak masih ingat dengan saya?”

b. Evaluasi/Validasi

“Bagimana perasaan bapak saat ini? Apakah bapak sudah berlatih napas dalam
seperti kemarin pada hari ini?”

c. Kontrak

1) Topik

“Baiklah bapak sesuai janji kita kemarin, sekarang kita mencoba belajar cara
mengendalikan perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua, ya?”

2) Waktu

“Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana dengan 15 menit ?”

3) Tempat

“Sesuai kesepakatan kemarin, kita diskusi di ruangan ini saja, ya?”


4) Tujuan

“Tujuan perbincangan kita adalah agar bapak dapat melakukan pengendalian rasa
amarah bapak.”

2. Fase Kerja

“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, selain nafas
dalam bapak dapat memukul kasur dan bantal.”

“Sekarang mari kita latihan memukul bantal dan kasur di tempat tidur bapak. Jadi kalau
nanti bapak kesal atau marah, bapak bisa langsung ke kamar dan lampiaskan marah bapak
tersebut dengan memukul bantal dan kasur. Nah coba bapak lakukan memukul bantal dan
kasur.”

“Ya bagus sekali bapak melakukannya! Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin
jika ada perasaan marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur ya!”

3. Fase Terminasi

a) Evaluasi

1) Subjektif: “Bagaimana perasaan bapak setelah latihan meyalurkan rasa amarah


tadi?”
2) Objektif: “Coba sekarang bapak sebutkan ada berapa cara yang kita latih tadi?”

b) Rencana Tindak Lanjut

“Tadi kita sudah berlatih. Agar semakin lancar, kita masukkan ke jadwal kegiatan,
ya?”

c) Kontrak Yang Akan Datang


1) Topik
“Baiklah pak, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara
untuk mengendalikan amarah dengan belajar bicara yang baik?”
2) Waktu

“Bapak ingin bertemu jam berapa?”


1) Tempat

“Bapak ingin berdiskusi dimana? Baiklah, sampai ketemu besok ya, pak. Saya
permisi dulu ya, pak/bu. Selamat pagi.”

SP 4 :

1. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal: Evaluasi jadwal harian


untuk dua cara fisik
2. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
3. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

STRATEGI PELAKSANAAN:

1. Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, pak. Saya perawat Dita, masih ingat dengan saya kan? Wah bagus,
sesuai dengan kontrak waktu kita kemarin, saya datang lagi.”

b. Evaluasi/Validasi

“Bagimana perasaan bapak saat ini? Apakah bapak sudah berlatih dengan napas
dalam dan meluapkan marah dengan memukul bantal hari ini? Ya, bagus sekali,
pak. Apakah ada keluhan, pak?”

c. Kontrak

1) Topik

“Baiklah bapak/ibu sesuai janji kita kemarin, bagaimana kalau kita sekarang
latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

2) Waktu
“Berapa lama kita akan berlatih? Apakah 10 menit cukup?”
3) Tempat

“Sesuai kesepakatan kemarin, kita latihan di ruangan ini saja, ya?”

4) Tujuan
“Tujuan perbincangan kita adalah agar bapak dapat mengungkapkan perasaan
marah bapak secara baik.”

2. Fase Kerja

“Sekarang kita latihan cara bicara baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka
kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak. Yang
pertama, meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak mengatakan penyebab marahnya karena
bapak di PHK dan merasa tidak dapat menafkahi istri bapak, sebaiknya bapak ceritakan
baik-baik perasaan bapak kepada istri tentang masalah bapak seperti “Aku sangat sedih
karena diberhentikan dari perusahaan itu, padahal aku sudah bekerja mati-matian di
tempat itu”. Coba sekarang bapak yang praktekkan. Ya, seperti itu pak, bagus sekali.”
Yang kedua, menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: “maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang sibuk dan
tidak bisa membantumu, tolong kerjakan pekerjaanmu sendiri”. Coba sekarang bapak
yang praktekan sendiri. Bagus seperti itu pak”

Yang ketiga, mengungkapkan perasaan kesal. Jika ada perlakuan orang lain yang
membuat bapak kesal, bapak dapat mengatakan: “Saya tidak senang dengan
perlakuanmu, bila seperti itu”. Nanti dapat bapak coba jika ada yang membuat bapak
marah. Coba sekarang bapak yang praktekkan. Bagus sekali pak, bapak bisa melakukan
semuanya dengan baik. Nanti, tinggal dilatih lagi dan dipraktekkan yaa pak.”

3. Fase Terminasi

a) Evaluasi
1) Subjektif: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
2) Objektif: “Coba sekarang bapak contohkan bila ada perasaan yang mengganjal,
apa yang akan bapak katakan? Ya, seperti itu, sangat bagus sekali pak.”
b) Rencana Tindak Lanjut

“Latihan-latihan tadi coba bapak masukkan ke dalam jadwal latihan sehari-hari,


misalnya meminta obat atau makanan. Bagus, nanti dicoba lagi ya, pak.”

c) Kontrak Yang Akan Datang

1) Topik

“Baiklah pak, besok kita akan latihan lagi tentang bagaimana mengatasi marah
dengan cara beribadah. Apakah bapak setuju?”
2) Waktu
“Bapak ingin jam berapa?”

3) Tempat

“Bapak ingin berdiskusi dimana? Baiklah, sampai ketemu besok ya, pak. Saya
permisi dulu ya, pak. Selamat pagi.”

SP 5 :

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual. Diskusikan hasil latihan


mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal. Latihan sholat/berdoa, buat
jadwal latihan sholat/berdoa.

STRATEGI PELAKSANAAN:

1. Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, pak. Saya perawat Dita, bapak ingat dengan saya kan? Baik
pak, sesuai dengan kontrak kegiatan kemarin, saya datang lagi.”

b. Evaluasi/Validasi

“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya?”
c. Kontrak

1) Topik

“Baiklah bapak sesuai janji kita kemarin, Bagaimana kalau sekarang kita
latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan dengan ibadah?”

2) Waktu

“Berapa lama kita akan berlatih? Bagaimana kalau 20 menit?”

3) Tempat

“Sesuai kesepakatan kemarin, kita latihan di ruangan ini saja, ya?”

4) Tujuan

“Tujuan perbincangan kita adalah agar bapak dapat mengontrol perasaan


marah bapak secara baik.”

2. Fase Kerja

“Nah, kalau bapak sedang marah coba langsung duduk dan langsung tarik nafas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya coba tiduran agar badan rileks. Jika tidak reda juga, ambil
air wudhu kemudian sholat. Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan
kemarahan.”

“Coba bapak sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba sebutkan
caranya? Ya, sekarang ayo kita praktekkan.”

3. Fase Terminasi

a) Evaluasi

1) Subjektif: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang


cara meredakan amarah dengan beribadah ini?”
2) Objektif: “Jadi, sudah ada berapa cara mengontrol marah yang sudah kita
pelajari ?”

b) Rencana Tindak Lanjut

“Latihan-latihan tadi coba bapak masukkan ke dalam jadwal latihan sehari-hari.”


c) Kontrak Yang Akan Datang
1) Topik
“Baiklah pak, besok kita akan bertemu lagi ya, pak. Kita akan berbincang-
bincang tentang mengontrol rasa marah bapak kembali”

2) Waktu

“Bapak ingin jam berapa?”

3) Tempat

“Bapak ingin berdiskusi dimana? Baiklah, sampai ketemu nanti ya, pak. Saya
permisi dulu. Selamat siang.”
DAFTAR PUSTAKA

Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa.Jakarta: BPPSDM Kementrian Kesehataan RI

Stuart, G. W. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat., Akemat., Helena, N. Nurhaeni, H. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas :


CMHN ( basic course). Jakarta : EGC.

Damaiyanti, Mukhripah, & Iskandar. 2012. Asuhan keperawatan jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Iyus, Yosep. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refia Aditama

Iyus, Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Jakarta : Refika Aditama.

Keliat B, dkk. 2006. Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai