Anda di halaman 1dari 1

Halaman 1

Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa sampai dengan saat ini,

problematika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

akan pernah berhenti dan malah semakin rumit dan kompleks. Kompleksnya

tantangan ini juga di dorong oleh penetrasi Globalisasi yang syarat dengan

nilai-nilai yang kadang bertentangan dengan kepribadian dan Jati diri

Bangsa. Dalam keadaan demikian dikhawatirkan teriadilah erosi kebangsaan

yaitu melunturnya semangat kebangsaan, rasa kebangsaan dan Jiwa Ke-

bangsaan, sehingga pola pikir, sikap dan perilaku Warga Negara tidak lagi

mengutamakan kepentingan bersama namun lebih mengedepankan kepen-

tingan golongan bahkan kepentingan Individu.

Perjalanan sejarah terus berlangsung, namun pada saat ini nilai-nilai

persatuan dan kesatuan sudah mulai perlahan-lahan ditinggalkan. Dalam

praktek penyelenggaraan pemerintahan, misalnya munculnya kebijakan

otonomi daerah disinyalir oleh banyak kalangan semakin meningkatkan

semangat kedaerahan. Kebijakan ini juga mengusik ikatan emosional

antar warga Bangsa yang dulunya merasa senasib dan sepenanggungan

sebagai satu Bangsa Indonesia. Namun pada saat pemberlakuan otonomi

daerah saat ini sepertinya ikatan rasa kebangsaan sudah hampir punah.

Di tingkat nasional, kita juga melihat terdapat praktek penyelenggaraan

Negara yang mengalami kemunduran, misalnya dengan dicabutnya kete-

tapan MPR No. II/MPR/1989, tentang GBHN terutama pada Sub Ayat E

tentang Wawasan Nusantara. Telah menjadi penanda buruk bahwa usaha

untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan di segala Bidang Kehidupan

Nasional tidak lagi menjadi rambu-rambu penuntun dalam melangsungan

kehidupan Bangsa dan Negara demi mencapai cita-cita dan tujuan Nasinal

sebagai mana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai