Anda di halaman 1dari 46

BTCLS in Disaster Management

Pendahuluan
OTAK
• pusat kegiatan mental & mengatur
fungsi alat-alat tubuh manusia
• 2 % dari BB.
• CBF istirahat : 800 mL/min. ~ 15%
CO.
• Konsumsi Oksigen 20% dari Oksigen
total (45 mL O2/min).
• Konsumsi Glukosa 25%.
BTCLS in Disaster Management
Anatomi Kepala

BTCLS in Disaster Management


DEFINISI

 Cedera kepala adalah cedera yang terjadi pada


kulit, tulang kepala dan otak.

 Disebut juga kranioserebral trauma yang


disertai dengan penurunan atau perubahan
kesadaran, walau sedkit. Insiden ini sangat
tinggi, terutama pada usia produktif.

BTCLS in Disaster Management


KLASIFIKASI
Secara praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi yaitu
berdasarkan:

 Mekanisme,
 Beratnya dan
 Morfologinya.

BTCLS in Disaster Management


Mekanisme Cedera Kepala

 Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan


kecelakaan mobil-motor, jatuh atau pukulan benda tumpul.

 Cedera kepala tembus disebabkan oleh peluru atau tusukan.

 Adanya penetrasi selaput dura menentukan apakah suatu


cedera kepala termasuk cedera tembus atau cedera tumpul.

BTCLS in Disaster Management


BTCLS in Disaster Management
BTCLS in Disaster Management
BTCLS in Disaster Management
Beratnya Cedera

Berdasarkan GCS maka cedera kepala dibagi menjadi


cedera:
. Minimal (SHI) GCS 15,tdk ada penurunan
kes,amnesia dan defisit neurologi
 ringan dengan GCS 14-15
pingsan 30 menit,amnesia +,CT Scan
normal,rawat ruang biasa

BTCLS in Disaster Management


Cidera kepala sedang

 GCS 9-13
 Abnormal CT-
scan
 Pingsan >30 mnt
 Amnesia 1-24 jam
 Perawatan ruang
HCU
BTCLS in Disaster Management
Cidera kepala berat
 GCS 3-8
 Amnesia >7 hr
 Pingsan >7 jam
 Penurunan
kesadaran
 CT Scan abnormal
 Perawatan ICU

BTCLS in Disaster Management


Morfologi
Fraktur kranium
 Bentuk garis
 Depresi-
nondepresi
 Terbuka-tertutup
 Kebocoran CSS
 Keluar cairan
kuning atau darah
dari hidung dan
telinga
BTCLS in Disaster Management
Tanda-tanda klinis fraktur basis kranii antara lain:

 Ekimosis periorbita
(Racoon eyes sign)
 Kebocoran CSF
(rhinorrhea,
otorrhea)
 Paresis nervus
fasialis.

BTCLS in Disaster Management


CT SCAN DARI FRAKTUR IMPRESI

BTCLS in Disaster Management


Lesi Intrakanial
Diklasifikasikan menjadi lesi fokal dan lesi difus.

 Lesi fokal yaitu :


 Pendarahan epidural
 Pendarahan subdural
 Kontusio atau pendarahan intraserebral

 Cedera otak difus umumnya menunjukkan


gambaran CT-Scan seperti normal namun
keadaan neurologis penderita sangat buruk
bahkan keadaan koma.

BTCLS in Disaster Management


BTCLS in Disaster Management
Epidural hematom

BTCLS in Disaster Management


Hematoma epidural fossa
posterior

BTCLS in Disaster Management


Contusio frontal & temporal

BTCLS in Disaster Management


SDH,hiperdens,hipodens, isoden

BTCLS in Disaster Management


Indikasasi operasi
Jumlah perdarahan >30 cc
Mid line shifting > 0,5 cm
Cisterna ambien (gbr
struktur otak terseyum)

BTCLS in Disaster Management


Tujuan operasi

Fungsion saving
Live saving (EDH +SDH)
Evakuasi darah
Mengurangi midline shifting

BTCLS in Disaster Management


Gambaran contusio

BTCLS in Disaster Management


BTCLS in Disaster Management
Fungsi lobus yg terganggu
sesuai letak perdarahan
 Frontal : konsentrasi, berpikir abstrak,
memory, affeck, pergerakan, penilaian, area
broka
 Temporal : ggn memory, pendengaran, area
werniks
 Parietal : afasia, agrafia, akulkulia, sensorik,
rasa sakit, sentuhan, temperatur
 Osipital : jarak pandang
BTCLS in Disaster Management
Tekanan Intra Kranial (TIK)

 Tik : tekanan dalam tulang


kranium yg berisi : otak,
vaskuler, CSF
 Tek. Normal 5 - 15 mmHg atau
antara 60 - 180 mmH2O = 6-18
cmH2O

BTCLS in Disaster Management


Gejala Peningkatan TIK
 Penurunan tingkat kesadaran, gelisah (nyeri kepala berat),
iritebel, papil edema, muntah proyektil (trias TIK).

 Penurunan fungsi neurologis seperti : perubahan bicara,


reaksipupil, sensori motorik.

 Sakit kepala, mual, muntah dan diplopia

 TTV tidak stabil

 Triad Cushing yaitu tekanan sistolik meningkat, nadi


besar, napas irregular merupakan respon PTIK terlalu
tinggi (indikasi herniasi)

BTCLS in Disaster Management


Pasien cedera kepala seringkali berada dibawah
pengaruh alkohol dan atau obat-obatan, sehingga
sulit untuk kooperatif dan dikontrol.

BTCLS in Disaster Management


Hal-hal yang harus dilakukan penolong pada saat
mengevaluasi pasien.
Primary Survey
 AIR WAY
 Stabilisasi in- line
 Amankan jln napas ( suction,o/npa, intubasi)
 Breathing : Mengkaji pernafasan status
pernafasan;
 Look,listen,feel
 Oksigenisasi high flow
 Circulation :
 Mengkaji sirkulasi (TNSP)dan mengendalikan
pendarahan utama. (lakukan tindakan jika diperlukan
sebelum melakukan pemeriksaan sekunder)

BTCLS in Disaster Management


Lanjutan….

 Cpp = 70-95 mmHg


Disability
nilai gcs
defisit neurologis

Exposure
Nilai trauma tempat lain,
Cegah hipo/hipertermia
BTCLS in Disaster Management
Tindakan keperawatan
 Pengkajian head to toe (termasuk
neurologi).
 Catat keutuhan batok kepala,
termasuk adanya rhinorhea
(perdarahan hidung) dan otorhea
(perdarahan telinga).
 Kaji adanya kemungkinan tanda-tanda
fraktur servikal

BTCLS in Disaster Management


 Siapkan untuk log-rolling, dan sunction
orofaring bila produksi sekret berlebihan.

 Stabilisasikan pasien pada papan spinal,


leher harus diimobilisasikan dengan colar
rigid dan alat imobilisasi kepala.

 Setiap cedera kepala diperlakukan fraktur


spinal sampai hal ini tidak terbukti.

BTCLS in Disaster Management


 Gunting pakaian, jika tidak memungkinkan
untuk dilepas. Tutupi dengan selimut.

 Pertahankan suhu tubuh tidak tinggi untuk


menurunkan metabolisme otak. Suhu tinggi
berdampak pada meningkatnya TIK.

 Pasang penghalang tempat tidur untuk


menghindari pasien jatuh
BTCLS in Disaster Management
Pemeriksaan Sekunder

 S – symtoms (gejala)
 A – alergies (alergi)
 M – medication (pengobatan)
 P – post medical history (riwayat penyakit
masa lalu)
 L – last oral intake (intake oral terakhir)
 E – events preceding the accident (kejadian
yang mempercepat kecelakaan)

BTCLS in Disaster Management


TINDAKAN MENURUNKAN
EDEMA CEREBRAL
 Osmotik diuretik : Manitol 20%. Hiperosmolar, edema
berlebihan pada pasien tertentu. Dosis 0,5-1 ml/kg BB.
 Diuretik/Forosemide : 20 - 40 mg.
 Koreksi natrium dan protein.
 Steroid (deksametason)
 Antihipertensi
 Antikonvulsan, pelembek feses, pencegah batuk
 Barbiturat

BTCLS in Disaster Management


Syarat pemberian manitol

Hb > 10 mg/dl


HT > 30
Osmoralitas <300
Fungsi ginjal baik

BTCLS in Disaster Management


Lanjutan….

 ICP maintenance <20


 CPP normal 70-95 mmhg
 Status neurologi Improves
 Posisioning
 Skin care
 Pain management
 Infeksi kontrol

BTCLS in Disaster Management


Diagnosa Keperawatan

Muncul akibat dari penurunan kesadaran atau


disebabkan oleh kondisi penyakitnya sendiri,
contoh:
 Gangguan perfusi jaringan otak b/d edema cerebral
 Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b/d peningkatan
produksi sputum/perdarahan
 Perubahan pola napas b/d adanya depresi pusat napas

BTCLS in Disaster Management


SUBDURAL HEMATOMA

BTCLS in Disaster Management


Pre operasi Pasca operasi

Intraserebral hematom
BTCLS in Disaster Management
Kasus ICH

BTCLS in Disaster Management


Kasus EDH

BTCLS in Disaster Management


Kasus Tumor

BTCLS in Disaster Management


Kasus fractur impresi

BTCLS in Disaster Management


BTCLS in Disaster Management

Anda mungkin juga menyukai