Anda di halaman 1dari 15

Perkembangan Bioavailabilitas

dan Bioekivalensi
Sejarah Perkembangan BA/BE
• 1902 : Ditetapkan kandungan tablet kempa
• 1940 : Official Compendium dicantumkan :
Kandungan, Kemurnia dan Potensi)
• 1945 : Physiologic availability beberapa
vitamin
• 1948 : Waktu Desintegrasi Tablet dan Disolusi
• 1960 : Ilmu Biofarmasetika
• 1970 : Dokumen Bioavailabilitas (WHO)
• 1977 : Invivo Bioavailabilitas dan
Bioekivalensi Obat Baru
• Bioavailabilitas Obat Pada tahun 1960-an
diketahui bahwa produk obat yang kandungan
zat berkasiatnya sama atau setara, memberikan
efek terapetik yang berbeda.
• Terbukti dua produk obat yang secara kimia
setara (pada penilaian in vitro) dapat
memberikan perbedaan jumlah kadar obar
yang dicapai dalam plasma darah (penilaian in
vitro).
• Hal ini disebabkan perbedaan jumlah zat
berkhasiat yang tersedia untuk memberikan
Bioekivalensi Produk Obat
• Ekivalensi farmasetik dan alternatif farmasetik
yang mempunyai laju dan jumlah absopsi yang
tidak berbeda makna bila diberikan pada zat
aktif sama, dosis yang sama dan kondisi
percobaan yang sama

Studi Bioekivalensi
• Studi komparasi bioavailabilitas relatif
• Dibandingkan dengan produk pembanding
(reference)
• Umumnya adalah inovator yang telah diberi
izin edar
Faktor yang mempengaruhi
biovailabilitas obat
1. Particle Size
Kecepatan disolusi obat berbanding lurus dengan
luas permukaan yang kontak dengan cairan.
Semakin kecil partikel, semakin luas permukaan
obat, semakin mudah larut.
Dengan memperkecil ukuran partikel, dosis obat
yang diberikan dapat diperkecil pula, sehingga
signifikan dari segi ekonomis.
Terdapat hubungan linier antara kecepatan
absorpsi obat dengan logaritma luas permukaan.
2. Drug Solubility
Pengaruh daya larut obat bergantung pada sifat
kimia (atau modifikasi kimiawi obat) dan sifat
fisika (atau modifikasi fisik obat).
Modifikasi Kimiawi Obat:
a) Pembentukan Garam
Obat yang terionisasi lebih mudah dalam air
dari[pada bentuk tidak terionisasi.
Pembentukan garam ini terutama penting
dalam hal zat aktif berada dalam saluran
cerna, kelarutan modifikasi sewaktu transit di
3. Faktor Fisika Kimia
a) pKa dan Derajat Ionisasi
Obat berupa larutan dalam air dapat
diklasifikasi menjadi 3 kategori yaitu :
Elektrolit kuat, Non elektrolit (tidak
terdisosiasi) dan Elektrolit lemah (campuran
bentuk ion & molekul).
b) Koefisien Partisi Lemak-Air
Koefisien partisi menunjukkan rasio
konsentrasi obat dalam 2 cairan yang tidak
bercampur. Koefisien partisi merupakan
4. Teknik Formulasi
Faktor-faktor manufaktur (pembuatan obat)
dapat mengurangi bioavailabilitas obat:
a. Peningkatan kompresi (tekanan) pada waktu
pembuatan meningkatkan kekerasan tablet.
Hal ini menyebabkan waktu disolusi dan
disintegrasi menjadi lebih lama.
b. Penambahan jumlah bahan pengikat pada
formula tablet atau granul akan meningkatkan
kekerasan tablet, mengakibatkan
perpanjangan waktu disintegrasi dan disolusi.
5. Excipient
Obat jarang diberikan tunggal dalam bahan
aktif. Biasanya dibuat dalam bentuk sediaan
tertentu yang membutuhkan bahan-bahan
tambahan (excipients). Obat harus dilepaskan
(liberated) dari bentuk bentuk sediaannya
sebelum mengalami disolusi, sehingga
excipients dapat mengakibatkan perubahan
disolusi dan absorpsi obat.
6. Bentuk Sediaan
Kecepatan disolusi sangat dipengaruhi oleh
Guidence

• PERATURAN KEPALA BADAN


PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.03.1.23.12.11.10217 TAHUN 2011
TENTANG OBAT WAJIB UJI EKIVALENSI
• BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN PERATURAN KEPALA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : HK .00.05.3.1818 TENTANG
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai