Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG

           

1. A.    Konsep Dasar Penyakit


1. 1.      Definisi

Gagal jantung adalah suatu keadaan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa
oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curahjantung) tidak mampu memenuhi
kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan. Kadang orang salah
mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya istilah gagal
jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan
beban kerjanya.

1. 2.      Epidemiologi

Prevalensi gagal jantung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ada dua
faktor utama yang memberi kontribusi terhadap peningkatan insidens gagal jantung
pada beberapa dekade terakhir. Yang pertama, meningkatnya umur harapan hidup
membuat proporsi penduduk usia lanjut bertambah besar. Yang kedua, di era modern
ini inovasi terapi membuat berbagai kasus kegawatan kardiovaskular dapat
diselamatkan, namun menyisakan masalah berupa gangguan fungsi pompa jantung
akibat rusaknya sebagian otot jantung. Meskipun berbagai pendekatan terapi gagal
jantung meliputi terapi farmakologis, prosedur intervensi dan pembedahan telah
banyak ditawarkan, kematian penderita gagal jantung masih sangat tinggi apabila
penyebabnya tidak teratasi. Ketika diagnosa gagal jantung ditegakkan, maka dapat
diramalkan berapa lamakah seseorang akan bertahan hidup. Telah dilaporkan, bahwa
ketahanan hidup seorang penderita gagal jantung bahkan lebih buruk dari penderita
kanker ganas. Pada tahun ketiga, hanya 24 persen penderita gagal jantung yang masih
bertahan hidup.

1. 3.      Penyebab

 Penyebab dari gagal jantung adalah :

-          Kelainan Otot Jantung

Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit otot degeneratif atau inflamasi.

-          Aterosklerosis Koroner


Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

-          Hipertensi Sistemik / Pulmonal

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertropi


serabut otot jantung.

-          Peradangan dan Penyakit Miokardium

Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

-          Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade


perikardium, perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.

-          Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia
juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas 
elektrolit juga dapat menurunkan  kontraktilitas jantung.

1. 4.      Patofisiologi

Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi


arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik/
pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada
gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi
miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak
dapat berfungsi secara normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung.

Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung


karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.

Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel
kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni
sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron, maka
kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

1. 5.      Klasifikasi

Menurut derajat sakitnya:


1. Derajat 1: Tanpa keluhan – Anda masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-
hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas
2. Derajat 2: Ringan – aktivitas fisik ringan/sedang menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka kluhan pun hilang
3. Derajat 3: Sedang – aktivitas fisik ringan/sedang menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan
4. Derajat 4: Berat – tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan
pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan
aktivitas.

Menurut lokasi terjadinya :

1. Gagal jantung kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi
meliputi dispnu, batuk, mudah lelah, takikardi dengan bunyi jantung S3, kecemasan
dan kegelisahan.

1. Gagal jantung kanan

Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer.
Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah
dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi : edema
akstremitas bawah yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,
hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan
didalam rongga peritonium), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.

1. 6.      Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi ialah :

-          Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.

-          Syok kardiogenik akibat disfungsi nyata

-          Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.

1. 7.      Gejala Klinis


1. Sesak napas
2. Merasa lelah
3. Tidak ada nafsu makan
4. Bengkak di pergelangan kaki, kaki, tungkai (kadang perut)
5. Batuk (yang semakin memburuk pada malam hari atau ketika
berbaring)
6. Berat badan bertambah
7. Sering berkemih
8. Nyeri dada, angina akut/kronis
9. Nyeri abdomen kanan atas
10. Insomnia
11. 8.      Pemeriksaan Fisik

-          Auskultasi nadi apikal, biasanya terjadi takikardi (walaupun alam keadaan
berustirahat)

-          Bunyi jantung, S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa.
Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke atrium yang
distensi. Murmur dapat menunjukkan inkompetensi / stenosis katup.

-          Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk
dipalpasi dan pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut lemah) mungkin ada.

-          Tekanan darah

-          Pemeriksaan kulit : kulit pucat (karena penurunan perfusi perifer sekunder)
dan sianosis (terjadi sebagai refraktori Gagal Jantung Kronis). Area yang sakit sering
berwarna biru/belang karena peningkatan kongesti vena

-          Haluaran urine biasanya menurun selama sehari karena perpindahan cairan ke
jaringan tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah kembali
ke sirkulasi bila pasien tidur.

-          Perubahan pada sensori. 

1. 9.      Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang


1. EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan
denyut jantung
2. Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk mengetahui
ukuran dan bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan
fungsi katup jantung. Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis
gagal jantung.
3. Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran jantung,
penimbunan cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya.
4. Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type
natriuretic peptide) yang pada gagal jantung akan meningkat.
5. 10.  Diagnosis

 Kriteria Mayor

-    Dispnea nokturnal paroksismal/ortopnea

-    Peningkatan tekana vena jugularis

-    Ronki basah tidak nyaring


-    Kardiomegali

-    Edema Paru Akut

-    Irama derap S3

-    Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O

-    Refluks hepatojugular

 Kriteria Minor

-          Edema pergelangan kaki

-          Batuk malam hari

-          Dspneu d’effort

-          Hepatomegali

-          Efusi pleura

-          Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum

-          Takikardi (> 120x/menit)

 Kriteria Mayor/Minor

- Penurunan berat badan > 4,5 kg dalam 3 hari setalh terapi

1. 11.  Therapy

 Diuretik: Untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan


 Penghambat ACE (ACE inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah dan
mengurangi beban kerja jantung
 Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut jantung dan
menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang
 Digoksin: Memperkuat denyut dan daya pompa jantung
1. A.    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. 1.      Pengkajian

Pengkajian Primer yang dilakukan meliputi :

2. Airway
Penilaian akan kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi jalan nafas, adanya benda asing. Pada klien yang
dapat berbicara dapat dianggap jalan nafas bersih . Dilakukan juga
pengkajian adnya suara nafas tambahan seperti snooring.
3. b.      Breathing

Frekwensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi


dinding dada, adanya sesak nafas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi
suara nafas, kaji adanya suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan
kaji adanya trauma pada dada.

4. c.       Circulation

Dilakukan pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta adanya
perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.

5. Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.

Pengkajian Sekunder yang dilakukan antara lain :

-          Anamnesis dapat menggunakan pola AMPLE ( Alergi, Medikasi, Past


Illness, last meal, environment.)

-          Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula
ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto thoraks,
dll.

Kumpulan data :

a. Identitas

b. Riwayat Penyakit Sebalumnya

c. Data Bio-psiko-sosial-spiritual

1.Aktivitas atau istirahat

2.Sirkulasi

3.Integritas ego

4.Nuorosensorik

5.Rasa nyaman

6.Pernafasan
7.Keamanan

8.Interksi sosial

9.Pembelajaran

d. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : kesadaran, bangun tubuh, postur tubuh, warna kulit, turgor
kulit.

      Gejala kardinal:

-          Suhu

-          Nadi

1. Frekwensi
2. Irama
3. Ciri denyutan

-          Tensi

-          Respirasi

Analisa Data

-          Data subyektif

4. § Pasien mengatakan mengalami keterbatasan beraktivitas terhadap


diri sendiri atau orang lain

1. Pasien mengatakan kesulitan saat bernafas


2. Pasien mengatakan bahwa dadanya terasa sakit (nyeri)
3. Pasien mengatakan cepat lelah saat melakukan aktifitas

-          Data obyektif

 Pasien tampak sianosis


 Dispenea
 Pasien mengalami takikardia

 2.      Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan dispnu akibat


oksigenasi yang tidak adekuat.
2. Aktivitas terganggu berhubungan dengan kelelahan akibat
dispnu.
3. Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan
pitting edema.
4. Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia & mual.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pitting edema.

1. 3.      Rencana Tindakan

D1.   Gangguan pola nafas berhubungan dengan dispnu akibat oksigenasi yang
tidak adekuat.

Tujuan : Pasien dapat bernafas normal.

Tindakan/ intervensi Rasional


Mandiri :
 
Pantau pemasukan/
pengeluaran. Hitung
Evaluator langsung status cairan. Peubahan
keseimbangan cairan, catat
tiba-tiba pada berat badan dicurigai kehilangan/
kehilangan tak kasat mata.
retensi cairan.
Timbang berat badan sesuai
indikasi.
Evaluasi turgor kulit,
kelembaban membran Indikator langsung status cairan/ perbaikan
mukosa, adanya edema ketidakseimbangan.
dependen/ umum.
Kekurangan cairan mungkin dimanifestasikan
Pantau tanda vital (tekanan oleh hipotensi dan takikardi, karena jantung
darah, nadi, frekuensi, mencoba untuk mempertahankan curah jantung.
pernafasan). Auskultasi bunyiKelebihan cairan/ terjadinya gagal mungkin
nafas, catat adanya krekels. dimanifestasikan oleh hipertesi, takikardi,
takipnea, krekels, distres pernapasan.
Kaji ulang kebutuhan cairan. Tergantung pada situasi, cairan dibatasi atau
Buat jadwal 24 jam dan rute diberikan terus. Pemberian informasi
yang digunakan. Pastikan melibatkan pasien pada pembuatan jadwal
minuman/ makanan yang dengan kesukaan individu dan meningkatkan
disukai pasien. rasa terkontrol dan kerjasama dalam program.
Hilangkan tanda bahaya dan
ketahui  dari lingkungan.
Dapat menurunkan rangsang muntah.
Berikan kebersihan mulut
yang sering.
Anjurkan pasien untuk minum
dan makan dengan perlahan Dapat menurunkan terjadinya muntah bila mual.
sesuai indikasi.
 
Kolaborasi :
Cairan dapat dibutuhkan untuk mencegah
Berikan cairan IV melalui alat
dehidrasi, meskipun pembatasan cairan
kontrol.
mungkin diperlukan bila pasien GJK.
Pemberian antiemetik, contoh
Dapat membantu menurunkan mual/ muntah
proklorperazin maleat
(bekerja pada sentral, daripada di gaster)
(compazine), trimetobenzamid
meningkatkan pemasukan cairan/ makanan.
(tigan), sesuai indikasi.
Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi,
Mengevaluasi status hidrasi, fungsi ginjal dan
contoh Hb/Ht, BUN/
penyebab/ efek ketidakseimbangan.
kreatinin, protein plasma,
elektrolit.

D2.   intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan akibat dispnu.

         Tujuan : Pasien dapat beraktifitas tanpa bantuan orang lain.

Tindakan/ intervensi Rasional


Mandiri :
 
Kaji respon pasien terhadap aktifitas,
perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali Menyebutkan parameter
permenit diatas frekuensi istirahat ; membantu dalam mengkaji
peningkatan TD yang nyata selama/ sesudah respon fisiologi terhadap stres
aktifitas (tekanan sistolik meningkat 40 aktivitas dan, bila ada
mmHg atau tekanan diastolik meningkat 20 merupakan indikator dari
mmHg) ; dispnea atau nyeri dada;keletihan kelebihan kerja yang berkaitan
dan kelemahan yang berlebihan; diaforesis; dengan tingkat aktifitas.
pusing atau pingsan.
Instruksikan pasien tentang tehnik Teknik menghemat energi
penghematan energi, mis; menggunakan kursi mengurangi penggunaan energi,
saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau juga membantu keseimbangan
menyikat gigi, melakukan aktifitas dengan antara suplai dan kebutuhan
perlahan. oksigen.
Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan kerja
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/ jantung tiba-tiba. Meberikan
perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi, bantuan hanya sebatas
berikan bantuan sesuai kebutuhan. kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan
aktivitas.

 
D4.   Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan pitting
edema.

         Tujuan : Edema pada pasien hilang.

Tindakan/ intervensi Rasional


 
Mandiri :
Haluaran urine mungkin sedikit dan pekat
(khususnya selama sehari) karena
Pantau haluaran urine, catat jumlah
penurunan perfusi ginjal. Posisi telentang
dan warna saat hari dimana diuresis
membantu diuresis; sehingga haluaran
terjadi.
urine dapat ditingkatkan pada malam/
selama tirah baring.
Terapi diuretik dapat disebabkan oleh
Pantau/ hitung keseimbangan
kehilangan cairan tiba-tiba/ berlebihan
pemasukan dan pengeluaran selam
(hipovolemia) meskipun edema/ asites
24 jam.
masih ada.
Buat jadwal pemasukan cairan,
digabung dengan keinginan minum Melibatkan pasien dalam program terapi
bila mungkin. Berikan perawatan dapat meningkatkan perasaan mengontrol
mulut/ es batu sebagai bagian dari dan kerja sama dalam pembatasan.
kebutuhan cairan.
Catat perubahan ada/ hilangnya edema
sebagai respons terhadap terapi.
Peningkatan 2,5 kg menunjukkan kurang
Timbang berat badan tiap hari. lebih 2L cairan. Sebaliknya, diuretik dapat
mengakibatkan cepatnya kehilangan/
perpindahan cairan dan kehilangan berat
badan.
Pembentukan edema, sirkulasi melambat,
Ubah posisi dengan sering.
gangguan pemasukan nutrisi dan
Tinggikan kaki bila duduk. Lihat
imobilisasi/ tirah baring lama merupakan
permukaan kulit, pertahankan tetap
kumpulan stresor yang mempengaruhi
kering dan berikan bantalan sesuai
integritas kulit dan memerlukan intervensi
indikasi.
pengawasan ketat/ pencegahan.
Auskultasi bunyi napas, catat
Kelebihan volume cairan sering
penurunan dan/ bunyi tambahan,
menimbulkan kongesti paru. Gejala edema
contoh krekels, mengi. Catat
paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri
adanya peningkatan dispnea,
akut. Gejala pernapasan pada gagal jantung
takipnea, ortopnea, dispnea
kanan (dispnea, batuk, ortopnea) dapat
noktural paroksimal, batuk
timbul lambat tetapi lebih sulit membaik.
persisten.

D5.   Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia


& mual.
         Tujuan : Nafsu makan pasien meningkat, supan nutrisi pasien adekuat.

Tindakan/ intervensi Rasional


Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia
Mandiri :
karena dispnea, produksi sputum, dan obat. Selain itu,
banyak pasien PPOM mempunyai kebiasaan makan
Kajji kebiasaan diet,
buruk, meskipun kegagalan pernapasan membuat
masukan makanan saat
status hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
ini. Catat derajat
kalori. Sebagai akibat, pasien sering masuk RS
kesulitan makan.
dengan beberapa derajat malnutrisi. Orang yang
Evaluasi berat badan
mengalami emfisema serig kurus dengan perototan
dan ukuran tubuh.
kurang.
Penurunan/ hipoaktif bising usus menunjukkan
penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi
Auskultasi bunyi usus. umum) yang berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan
aktivitas, dan hipoksemia.
Berikan perawatan oral
Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah
sering, buang sekret,
utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat
berikan wadah khusus
mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan
untuk sekali pakai dan
napas.
tisu.
Dorong periode istirahat
semalam 1 jam sebelum Membantu menurunkan kelemahan selama waktu
dan sesudah makan. makan dan mamberikan kesempatan untuk
Berikan makan porsi meningkatkan masukan kalori total.
kecil tapi sering.
Hindari makanan Dapat menghasilkan distensi abdomen yang
penghasil gas dan mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma,
minuman karbonat. dan dapat meningkatkan dispnea.
Hindari makanan yang
Suhu ekstrem dapat mencetuskan/ meningkatkan
sangat panas atau sangat
spasme batuk.
dingin.
Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori,
menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi
Timbang berat badan
keadekuatan rencana nutrisi. Catatan : penurunan
sesuai indikasi.
berat badan dapat berlanjut, meskipun masukan
adekuat sesuai teratasinya edema.

D6.   Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pitting edema.

         Tujuan : Edema hilang, kulit pasien kembali normal.

Tindakan/ intervensi Rasional


Mandiri :  
Ubah posisi sering ditempat
Memperbaiki sirkulasi/ menurunkan waktu
tidur/ kursi, bantu latihan
satu area yang mengganggu aliran darah.
rentang gerak pasif/ aktif.
Berikan perawatan kulit sering,
Terlalu kering atau lembab merusak kulit dan
meminimalkan dengan
mempercepat kerusakan.
kelembaban/ ekskresi.
Periksa sepatu kesempitan/ Edema dependent dapat menyebabkan sepatu
sandal dan ubah sesuai dengan terlalu sempit, meningkatkan risiko tertekan
kebutuhan. dan kerusakan kulit pada kaki.
Edema interstisial dan gangguan sirkulasi
Hindari obat intramuskuler. memperlambat absorbsi obat dan predisposisi
untuk kerusakan kulit/ terjadinya infeksi.
Kolaborasi :
 
Berikan tekanan alternatif/
Menurunkan tekanan pada kulit, dapat
kasur, kulit domba,
memperbaiki sirkulasi.
perlindungan siku/ tumit.

2. 4.      Evaluasi

Diagnosa evaluasi
S : Pasien sudah tidak mengeluh sesak
nafas lagi.
Gangguan pola nafas berhubungan
dengan dispnu akibat oksigenasi O : Nafas pasien mulai normal (RR 16-
yang tidak adekuat. 20 kali permenit).

  A : Masalah teratasi.

P:-
S : Pasien mengatakan bisa melakukan
aktivitas ringan tanpa bantuan orang lain
(BAB & BAK sendiri).
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelelahan akibat dispnu. O : Pasien sudah dapat beraktivitas
kembali.
 
A : Masalah teratasi

P:-
Gangguan keseimbangan volume S : Pasien mengatakan edemanya sudah
cairan berhubungan dengan pitting mulai mengempis.
edema.
O : Edema pada pasien sudah mulai
 
hilang.

A : Masalah teratasi

P:-
S : Pasien mengatakan sudah tidak mual
lagi.
Gangguan nutrisi, kurang dari
O : Nafsu makan paien sudah mulai
kebutuhan tubuh berhubungan
meningkat, pemasukan nutrisi sudah
dengan anoreksia & mual.
adekuat.
 
A :  Masalah teratasi

P:-
S : Pasien mengatakan elastisitas
kulitnya sudah mulai membaik.
Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan pitting edema. O : Edema pada pasien mulai hilang.

  A : Masalah tertasi

P:-

Anda mungkin juga menyukai