Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/atau masyarakat.Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan
masyarakat (UU RI No. 36 tahun 2009).
Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan
kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan akses yang
luas bagi kebutuhan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan dan
mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah daerah
atau Menteri (UU RI No. 36 tahun 2009).
Fasilitas pelayanan kefarmasian merupakan salah satu bentuk fasilitas
pelayanan kesehatan. Fasilitas kefarmasian yaitu sarana yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian di apotek, instalasi farmasi rumah sakit,
puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama. Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan

1
Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (PMK No. 73 tahun 2016).
Pelayanan Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya
berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan
komprehensif (pharmaceutical care) dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola
obat namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian
informasi untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring
penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya
kesalahan pengobatan yang meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Peraturan Pemerintah
Nomor 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian menyatakan bahwa pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Apoteker sebagai tenaga
kesehatan dalam pekerjaan kefarmasian dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan
pasien.
Berdasarkan hal tersebut, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Sains
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA mengadakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di apotek bagi para calon apoteker agar memperoleh bekal
pengetahuan dan pemahaman tentang apotek yaitu dalam hal pelaksanaan pelayanan
kefarmasian dan pengelolaan apotek. Salah satu apotek yang menjadi tempat
pelaksanaan PKPA tersebut ialahApotek Kasih Jl. Komjen. Pol. M. Jasin No. 4, Tugu
Cimanggis, Depok yang berlangsung selama 1 bulan sejak tanggal 2 - 26 April 2018,
diharapkan calon apoteker dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan
keterampilan dalam melakukan pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan pasien di
apotek.

2
B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan
oleh Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
bekerjasama dengan Apotek Kasih adalah :
1. Memberi pemahaman kepada calon apoteker mengenai peran, tugas, dan
tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek di apotek.
2. Mempelajari sistem pengelolaan dan pelayanan klinis di Apotek yang baik
melalui pengamatan langsung kegiatan yang dilakukan selama PKPA di apotek.
3. Mempelajari tata cara berkomunikasi yang baik dan efektif dengan pasien
terutama saat memberikan informasi, edukasi, dan konseling mengenai obat dan
terapi suatu penyakit.

3
BAB II
TINJAUAN APOTEK KASIH

A. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (KepMenkes RI)
Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Apotek
adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
apoteker.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar:
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
dimaksud meliputi:
a. Perencanaan
Perencanaan dilakukan dengan memperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
budaya, dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Pengadaan harus dilakukan melalui jalur resmi untuk menjamin kualitas
pelayanan kefarmasian.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan untuk menjamin stabilitas dan keamanan perbekalan
farmasi.
e. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan terhadap:
1) Obat yang telah kadaluarsa atau rusak
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 tahun.

4
f. Pengendalian
Pengendalian merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan jenis
dan jumah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan, atau pengeluaran.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi
keuangan, barang dan laporan lainnya. Sedangkan pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan
lainnya.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan
farmasi klinik meliputi:
a. Pengkajian Resep
Pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan
klinis.
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker
dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan
kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi

5
kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat resep,
obat bebas dan herbal.
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien atau
keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan
pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi
obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan
efek samping.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan
atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
B. Apotek Kasih
1. Sejarah Apotek Kasih
Apotek Kasih berdiri pada tanggal 16 Maret 2009. Surat izin apotek diterbitkan
oleh Dinas Kesehatan Kota Depok pada tanggal 27 April 2009 dan sudah
diperpanjang 1 kali dengan Nomor SIA449/036/SIA/BPMP2T/IV/2014 (Lampiran 2).
Apotek ini didirikan oleh Christine Meidiawati, S.Farm., Apt., MARS.
Berdirinya apotek ini, karena adanya dorongan dari keluarga untuk melayani
masyarakat. Apotek ini hak milik sendiri dan belum mempunyai cabang. Pada awal
berdirinya Apotek Kasih memiliki 1 apoteker, 3 asisten apoteker, dan 1 pegawai
kasir. Tidak lama setelah berdiri, Apotek Kasih membangun kerjasama dengan
praktek dokter gigi, dokter kecantikan, dokter umum dan bidan. Sekitar tahun 2010

6
Apotek Kasih sempat memiliki 2 apoteker, yaitu 1 Apoteker Penanggung jawab
Apotek (APA) dan 1 Apoteker Pendamping, dan mulai bekerjasama dengan praktek
dokter kandungan. Pada tahun 2012, Apotek Kasih bekerjasama dengan praktek ahli
fisioterapi. Pada tahun 2015 hingga saat ini Apotek Kasih memiliki 1 Apoteker, 4
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK), 1 admin, sedangkan jalinan kerjasama praktek
dengan dokter yaitu dengan 2 dokter gigi, 1 dokter umum, 1 dokter kandungan dan1
fisioterapi.
2. Visi dan Misi Apotek Kasih
a) Visi
Komitmen pada peningkatan pelayanan kebutuhan kesehatan masyarakat dan
Lingkungan.
b) Misi
1) Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu (healthcare provider).
2) Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.
3. Struktur Organisasi
Apotek Kasih merupakan apotek milik pribadi dimana pemilik sarana Apotek
(PSA) merangkap sebagai APA. Apoteker Pengelola Apotek sebagai pimpinan
apotek bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang berlangsung di apotek,
baik dalam bidang pelayanan kefarmasian, maupun bidang administrasi, keuangan
dan ketenagakerjaan. Apoteker Pengelola Apotek dalam melaksanakan tanggung
jawab tersebut dibantu oleh beberapa asisten Apoteker, pegawai administrasi, dan
cleaning service. Struktur organisasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kepada pasien di apotek dan tercapainya target penjualan yang maksimal.
4. Lokasi dan Tata Ruang Apotek
a. Lokasi
Apotek Kasih terletak di Jl. Komjen Pol.M.Yasin (Akses UI) No. 4 Tugu,
Cimanggis, Depok.Lokasi apotek terletak dipinggir jalan besar yang dilalui oleh
angkutan umum dan merupakan jalan dua arah, berseberangan dengan RS.
Bhayangkara Brimob yang merupakan kawasan padat penduduk dan sangat strategis
sebagai lokasi tempat usaha.

7
b. Tata Ruang
Apotek Kasih terdiri dari dua lantai. Lantai pertama terdiri dari apotek dengan
ruang tunggu bagi counter pengunjung tempat obat penjualan obat bebas (OTC),
pelayanan obat (kasir, penerimaan resep dan penyerahan obat), tempat penyiapan
obat, ruang peracikan, ruang apoteker, dan toilet. Selain itu, terdapat ruang praktek
dokter. Tata ruang apotek dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin
kelancaran pelayanan, pengawasan dan kenyamanan pelanggan apotek.
Sarana penunjang dari Apotek Kasih memiliki beberapa sarana penunjang
diantaranya halaman parkir yang luas, toilet, ruang penyimpanan arsip, mushola,
ruang praktek dokter umum, dokter kandungan, dokter gigi, dan dokter fisioterapi.
Adanya praktek dokter memberi kemudahan pasien dalam berobat serta sekaligus
menebus resep langsung di apotek. Ruang penyimpanan dan peracikan obat terletak
di bagian samping dan belakang tempat penerimaan resep dan penyerahan obat. Pada
ruangan ini terdapat lemari yang terdiri dari banyak rak dimana obat disusun dalam
rak secara alfabetis dan bentuk sediaan, obat tersusun sedemikian rupa agar mudah
untuk disimpan dan dijangkau pada saat penyiapan, peracikan dan pengemasan.
Ruang peracikan menyatu dengan ruang gudang penyimpanan obat, dilengkapi
fasilitas untuk peracikan seperti timbangan, lumpang dan alu, bahan baku, bahan
pengemas seperti cangkang kapsul, kertas perkamen, kertas pembungkus puyer,
wadah plastik, etiket serta wastafel. Pengelolaan pelayanan Apotek Kasih dilakukan
selama 14 jam yang dibagi menjadi 2 shift kerja, yaitu shift pagi pukul 07.45 – 15.00
WIB, shift siang pukul 14.45 – 22.00 WIB.

8
BAB III
KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Harian
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kasih dilaksanakan selama
1 bulan dari tanggal 2-26 April 2018. Apotek Kasih buka setiap hari pukul 08.00-
22.00. Terbagi menjadi dua shift yaitu pagi dan sore, serta tetap buka pada hari libur
nasional.
Tanggal Kegiatan
Minggu I 1. Melakukan pelayanan obat non resep dan obat OTC
2. Mengamati tata cara penyusunan dan penyimpanan obat di
Apotek.
3. Mempelajari alur penerimaan barang
4. Menyiapkan obat sesuai dengan resep
5. Diskusi dan tanya jawab dengan pembimbing terkait tata cara
mendirikan apotek
Minggu II 1. Melakukan pelayanan non resep dan pelayanan resep
2. Membuat surat pesanan obat kepada distributor
3. Menyiapkan obat sesuai dengan resep
4. Diskusi dan Tanya jawab dengan pembimbing mengenai
pengelolaan sedian farmasi, alkes, dan BMHP, dan pelayanan
kefarmasian di apotek mengenai PIO, PMR (patient
medication record), dan daftar tilik skrining resep (DTSR).
Minggu III 1. Menyiapkan obat sesuai dengan resep
2. Melakukan swamedikasi kepada pasien
3. Melakukan pemberian informasi obat kepada pasien
4. Melaksanakan stock opname
Minggu IV 1. Tugas khusus mengenai manajemen sumber daya manusia
apotek kasih dengan work sampling
2. Presentasi tugas khusus mengenai manajemen sumber daya
manusia apotek kasih dengan work sampling

9
B. Pembahasan
1. Tata Cara Pendirian Apotek
Menurut PMK No. 9 tahun 2017 pendirian apotek harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Lokasi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di
wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kefarmasian.
b. Bangunan
Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang
lanjut usia. Bangunan Apotek harus bersifat permanen dan terpisah dari pusat
perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan
yang sejenis.
c. Sarana, Prasarana, dan peralatan
Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 paling sedikit memiliki
sarana ruang yang berfungsi:
1. Penerimaan Resep
2. Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
3. Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
4. Konseling
5. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
6. Arsip
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
a) Instalasi air bersih
b) Instalasi listrik
c) Sistem tata udara, dan
d) Sistem proteksi kebakaran.

10
Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian. Peralatan sebagaimana dimaksud antara lain meliputi rak
obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer,
sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan lain
sesuai dengan kebutuhan. Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud
merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan apoteker yang
diberikan kepada pasien.
d. Ketenagaan
Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu oleh
Apoteker lain, tenaga teknis kefarmasian dan/atau tenaga administrasi yang wajib
memiliki surat izin praktik.
Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin berupa SIA. SIA berlaku 5 tahun
dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh SIA,
apoteker harus mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota disertai dengan kelengkapan dokumen administratif meliputi:
a. Fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)
c. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker
d. Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan, dan
e. Daftar prasarana, sarana, dan peralatan.

2. Tata cara Penyimpanan dan Penyusunan Obat di Apotek


Pada Apotek Kasih penyimpanan obat dengan menggunakan pembagian
berdasarkan bentuk sediaan, obat-obat generik dan non generik, dan penyusunan
secara alfabetis. Semua obat di simpan dan disusun berdasarkan Penyimpanan barang
berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out),
sistem ini digunakan agar perputaran barang di apotek dapat terpantau dengan baik
sehingga meminimalkan banyaknya obat yang mendekati tanggal kadaluarsa berada
di apotek.
3. Pengelolaan Apotek Kasih secara Teknis dan Non Teknis

11
a. Pengelolaan secara teknis
1) Perencanaan
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan. Perencanaan di Apotek
Kasih dilakukan berdasarkan metode konsumsi.
2) Pengadaan
Bagian pengadaan barang dilakukan oleh apoteker yang berdasarkan data yang
tercatat pada buku defecta yang berisi data persediaan barang yang hampir habis atau
yang sudah habis oleh Tenaga Teknis Kefarmasian. Kegiatan pemesanan/pembelian
barang dilakukan setiap hari Senin dan Kamis.
Pembelian langsung ke PBF / Distributor dilakukan untuk semua jenis obat,
termasuk obat-obat golongan narkotika, psikotropika, obat bebas, obat bebas terbatas,
obat yang mengandung prekusor, dan Obat-Obat Tertentu (OOT). Surat Pesanan
narkotika dibuat rangkap empat, yang masing-masing diserahkan kepada Pedagang
Besar Farmasi (PBF) yang bersangkutan (surat pesanan asli dan 2 lembar kopi surat
pesanan), dan satu lembar sebagai arsip di apotek, dimana dalam satu surat pesanan
hanya untuk satu macam obat. Untuk obat-obat psikotropika, surat pesanan dibuat
rangkap dua dan dalam satu surat pesanan dapat memesan lebih dari satu jenis
psikotropika tetapi dalam satu Pedagang Besar Farmasi (PBF).
3) Penerimaan
Kegiatan penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai diawali dengan melakukan pengecekan kesesuaian antara fisik sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang dipesan dengan daftar sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang terdapat di faktur.
Pengecekan yang dilakukan meliputi kesesuaian nama, bentuk sediaan, kemasan,
nomor batch, jumlah, tanggal kadaluarsa, dan keadaan fisik. Jika terjadi
ketidaksesuaian antara barang dengan faktur atau barang yang dikirim hampir
kadaluarsa atau terdapat ketidaksesuaian kondisi fisik (misal bocor), maka barang
tersebut dikembalikan ke distributor. Selanjutnya dilakukan penandatanganan surat

12
penerimaan barang dan menerima faktur beserta sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang dikirim dari distributor.
4) Penyimpanan
Kegiatan penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai dilakukan berdasarkan sistem penyimpanan obat sesuai standar yang ditetapkan
oleh apotek, yaitu diletakkan berdasarkan golongan obat. Golongan obat keras
diletakkan dibelakang ruang racik, untuk obat generik serta alat kesehatan diletakkan
dibagian ruangan peracikan, sedangkan golongan obat bebas terbatas dan golongan
obat bebas diletakkan pada counter swalayan farmasi dan dibelakang kasir.
Standar penyimpanan obat yang disimpan dibagian ruangan peracikan
dikelompokkan sesuai dengan bentuk sediaan yang meliputi sediaan padat (tablet,
kaplet, kapsul), sediaan cair (sirup, drops, suspensi), setengah padat (salep, krim, gel),
dan inhalasi. Sediaan tetes mata dan tetes telinga disimpan berdekatan dengan sediaan
cair. Untuk penyimpanan obat keras, sediaan padat dikelompokkan berdasarkan
alfabetis. Penyimpanan obat narkotika, psikotropika, dan Obat-Obat Tertentu (OOT)
dipisahkan dari obat lainnya yaitu dalam lemari yang terbuat dari kayu, tidak dapat
dipindahkan, memiliki dua buah kunci yang berbeda, dan diletakkan ditempat yang
aman dan tidak terlihat oleh umum. Penyimpanan obat-obat yang stabilitasnya
dipengaruhi oleh suhu (suppositoria, ovula, injeksi) disimpan di lemari pendingin
dengan suhu 2°C sampai 8°C.
Penyimpanan bahan obat yang perlu ditimbang disimpan di dekat meja
penimbangan. Penyimpanan semua kelompok obat tersebut disusun secara alfabetis
serta dibedakan berdasarkan warna untuk mempermudah pencarian. Untuk obat
generik disimpan terpisah dari golongan obat keras yang lainnya. Penyimpanan
sediaan farmasi golongan obat bebas terbatas serta golongan obat bebas disusun di
counter swalayan farmasi berdasarkan khasiat (obat, vitamin, personal care,
perawatan tubuh, dsb) serta disusun secara alfabetis. Selain itu juga terdapat rak
untuk penyimpanan alat-alat kesehatan dibagian ruang racik.
5) Pengendalian

13
Kegiatan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai bertujuan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan
pelayanan sekaligus untuk mengecek sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang mendekati kadaluarsa. Kegiatan pengendalian sediaan
farmasi berupa semua sediaan farmasi, alkes, dan BMHP dilakukan dengan
menggunakan kartu stok yang memuat nama obat, nomor batch, tanggal
pemasukan/pengeluaran, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran, sisa persediaan.
Kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 14.
Pada saat dilakukan pemasukan dan pengeluaran obat ke dan dari kotak obat,
dilakukan pencatatan pada kartu stok. Kartu stok ini diletakkan di dalam kotak obat.
Selain dengan menggunakan kartu stok, kegiatan pengendalian sediaan farmasi,
alkes, dan BMHP juga dilakukan melalui stok secara komputerisasi (jumlah barang
yang terjual otomatis berkurang di sistem komputer), dan melalui pembuatan daftar
defekta, yaitu daftar yang memuat persediaan barang yang berada pada minimum
stock. Kegiatan pengendalian sediaan farmasi lainnya dilakukan melalui stok secara
komputerisasi dan dengan melakukan pembuatan daftar defekta. Stock opname juga
merupakan salah satu kegiatan pengendalian yang dilakukan di Apotek Kasih. Stock
opname merupakan kegiatan pengecekan kesesuaian jumlah obat serta pengecekan
kadaluarsa obat. Stock opname dilakukan setiap bulan, apabila terjadi ketidaksesuaian
antara fisik dengan dokumen yang ada (stok di komputer), dilakukan pengecekan
ulang double check) untuk selanjutnya dilakukan penelusuran penyebab
ketidaksesuaian tersebut.
Berikut merupakan tujuan dilakukannya stock opname:
1. Mendeteksi secara dini kebocoran atau kehilangan barang dagangan obat-obatan.
2. Melakukan kontrol terhadap pengadaan barang agar diketahui efektivitasnya.
3. Mendeteksi secara dini adanya barang slow moving dan fast moving serta
kadaluarsanya.

6) Pemusnahan

14
Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dilakukan oleh apotek kasih. Untuk pemusnahan perbekalan farmasi yang rusak dan
kadaluarsa dipisahkan dan catat dengan detail, kemudian dilakukan pemusnahan.
Resep-resep yang sudah masuk ke apotek disusun berdasarkan nomor resep dan
tanggal resep, disimpan sekurang-kurangnya selama 5 tahun. Pemusnahan resep
dilakukan setiap 5 tahun sekali dimana pemusnahan resep dihitung berdasarkan
banyaknya lembar resep narkotika dan psikotropika, sedangkan untuk pemusnahan
resep biasa dihitung berdasarkan banyaknya resep dengan cara ditimbang.
Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan formulir 2
sebagaimana terlampir dalam PMK No. 73 tahun 2016. Selanjutnya dilaporkan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
7) Pencatatan dan Pelaporan
Kegiatan pencatatan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai, yaitu meliputi perencanaan dan pengadaan (surat pesanan,
BPBA, defekta), penerimaan (faktur), penyimpanan (kartu stok), dan pengeluaran
(kuitansi atau struk penjualan, copy resep). Kegiatan pelaporan pencatatan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pelaporan internal dan
eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen apotek (keuangan dan barang).
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi
pelaporan narkotika dan psikotropika. Pelaporan narkotika dan psikotropika
dilakukan sebelum tanggal sepuluh setiap bulannya menggunakan aplikasi SIPNAP
(Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Badan
Pengawasab Obat dan Makanan (BPOM).
b. Pengelolaan secara non teknis

15
a) Administrasi
Kegiatan administratif di Apotek Kasih berupa kegiatan pencatatan pembelian
dan penjualan, pengarsipan resep serta pelaporan narkotika dan psikotropika.
b) Sumber daya manusia
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2016 Standar Pelayanan kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat
dibantu oleh Apoteker Pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang
memiliki surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktek. Apotek kasih sudah memenuhi
standar yang telah ditetapkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 Tahun 2016 yaitu memiliki APA, 4 Tenaga Teknis Kefarmasian yang
memiliki Surat Tanda Registrasi, 1 tenaga administrasi dan petugas kebersihan.
Apotek Kasih merupakan apotek milik pribadi dimana pemilik sarana Apotek (PSA)
merangkap sebagai APA. Kegiatan teknis kefarmasian dibantu juga oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK) dan kasir. Kegiatan non kefarmasian seperti pembelian,
piutang dagang, hutang dagang, dan laporan keuangan dilakukan oleh administrasi.
4. Pelayanan Farmasi Klinis di Apotek Kasih
a. Pengkajian Resep
Pelayanan resep di Apotek Kasih dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian dan
Apoteker. Ketika menerima resep Tenaga Teknis Kefarmasian akan mengecek
kelengkapan resep tersebut, sehingga Tenaga Teknis Kefarmasian harus memiliki
kecermatan dan ketelitian, serta kemampuan yang baik dalam membaca resep untuk
mengantisipasi apabila ada pemalsuan dalam penulisan resep dan mencegah
terjadinya kesalahan dalam dispensing. Apoteker memiliki peranan dalam melakukan
skrining resep mulai dari memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi,
kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.
b. Dispensing
Resep diperiksa kelengkapannya, kemudian dilihat apakah obat yang diinginkan
tersedia di apotek, lalu resep dihargai dan meminta persetujuan dari pasien mengenai
harga obat dalam resep. Jika pasien setuju, selanjutnya dilakukan kegiatan dispensing
oleh petugas apotek. Dispensing meliputi penyiapan, penyerahan, dan pemberian

16
informasi. Untuk resep non racik, langsung disiapkan obatnya sesuai dengan
permintaan resep, sedangkan untuk obat racik sebelum disiapkan, menghitung
terlebih dahulu kebutuhan jumlah sesuai resep kemudian disiapkan, dilakukan
pengecekan, kemudian diracik, pemberian etiket dan diserahkan kepada pasien
disertai informasi obat.
c. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek Kasih dengan memberikan informasi
pada saat penyerahan obat resep. Informasi yang diberikan mengenai nama obat,
kegunaan atau indikasi obat, cara penggunaan obat, aturan pakai obat, keamanan
penggunaan obat pada ibu hamil dan menyusui, serta efek samping yang mungkin
terjadi.
d. Konseling
Kriteria pasien yang perlu diberikan konseling meliputi pasien kondisi khusus
(anak-anak, lansia, pasien dengan gangguan hati dan ginjal, ibu hamil, menyusui),
pasien dengan terapi jangka panjang / penyakit kronis (TB, DM, AIDS, epilepsi),
pasien dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid dengan tapering
down/off), pasien dengan penggunaan obat indeksi terapi sempit, polifarmasi, dan
pasien dengan tingkat kepatuhan rendah. Saat ini kegiatan konseling di Apotek Kasih
belum berjalan optimal karena masih terbatasnya pasien yang termasuk kedalam
kriteria yang perlu di konseling, sehingga masih terbatas pelayanan informasi obat.
e. Swamedikasi
Pelayanan swamedikasi dilakukan oleh Apoteker atau TTK untuk pasien yang
tidak membawa resep. Swamedikasi dilakukan saat menerima keluhan dari pasien
dan petugas Apotek membantu memilihkan obat yang sesuai. Pada saat menerima
keluhan dari pasien, Apoteker atau TTK menggali informasi tentang timbulnya
penyakit, rasa dari gejala penyakit, ada tidaknya penyakit penyerta, dan riwayat
pengobatan sebelumnya. Berdasarkan informasi dari pasien, maka petugas apotek
merekomendasikan obat yang sesuai baik dari golongan obat bebas, obat bebas
terbatas dan Obat Wajib Apotek (OWA). Pada saat menyerahkan obat, Apoteker atau

17
TTK memberikan informasi kepada pasien mengenai nama obat, indikasi pengobatan,
cara pemakaian, jangka waktu pengobatan dan efek samping yang mungkin timbul.
5. Stock Opname
Stock Opname adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kekayaan
apotek. Untuk menghindari kumulatif barang yang tidak sesuai maka di Apotek Kasih
dilakukan Stock Opname.
Tata cara melaksanakan Stock Opname :
a. Mengecek semua barang secara manual dengan cara menghitung aktual fisik obat
yang ada kemudian di cocokan dengan kartu stok.
b. Mencocokan jumlah obat pada sistem komputer dengan stok obat yang tertera
pada kartu stok (manual).
Pengecekan obat pada saat stok opname berlaku untuk semua barang, baik obat
bebas, bebas terbatas, narkotika, psikotropika, obat-obat tertentu, alat kesehatan, dan
lain-lain. Setelah pengecekan selesai, maka dilihat kesesuaian antara hasil stock
opname manual dengan stock pada komputer. Jika terdapat kekeliruan maka akan
ditelusuri penyebabnya.
6. Penentuan HPP (Harga Pokok Penjualan) dan HJA (Harga Jual Apotek)
Perhitungan untuk HPP dan HJA di Apotek Kasih adalah sebagai berikut :
HPP (Harga Pokok Penjualan) = HNA (Harga Netto Apotek) + PPN (Pajak
Pertambahan Nilai) 10%. Dari HPP tersebut bisa didapatkan HJA (Harga Jual
Apotek) dengan perhitungan :
HJA = HPP (Harga Pokok Penjualan) + Margin / Keuntungan Apotek
Kumpulan HJA = Omset( HPP + Laba )
PPN atau Pajak Pertambahan Nilai merupakan jenis pajak tidak langsung untuk
disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan merupakan penanggung pajak
(konsumen akhir). Prinsip dasarnya adalah suatu pajak yang harus dikenakan pada
setiap proses produksi dan distribusi, tetapi jumlah pajak yang terutang dibebankan
kepada konsumen akhir yang memakai produk tersebut. Pajak Penghasilan
(PPH) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Penentuan harga jual apotek

18
di Apotek Kasih, dihitung berdasarkan nilai HJA, yaitu HPP ditambahkan
keuntungan yang telah ditetapkan pihak apotek.

19
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan di
Apotek Kasih, maka dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya :
1. Apoteker Pengelola Apotek di Apotek Kasih memiliki peran dalam pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan
farmasi klinis.
2. Dalam pengelolaan manajerial Apotek, Apoteker memiliki tugas meliputi,
perencanaan obat, pengadaan obat, penerimaan obat, penyimpanan obat, dan
pelayanan farmasi klinik yang meliputi pengkajian resep, dispensing, pelayanan
informasi obat, konseling, dan swamedikasi.
3. Apoteker Pengelola Apotek di Apotek Kasih dalam melaksanakan pelayanan
kefarmasian didampingi oleh Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker bertugas
melaksanakan fungsinya secara professional dalam menjamin penggunaan obat
yang efektif, aman, dan rasional, sehingga tercapai pelayanan kefarmasian yang
optimal.
B. Saran
1. Meningkatkan kinerja karyawan supaya pelayanan di Apotek berjalan secara
produktif.
2. Memperbaiki tata letak atau penyimpanan obat agar tersusun rapi, jelas dan
sistematis sehingga memudahkan petugas dalam melakukan penyiapan obat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-


Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia No 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia No 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek. Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia No 9 Tahun 2017 Tentang Apotek. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.31 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan menteri Kesehatan No
889/Menkes/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

21

Anda mungkin juga menyukai