Anda di halaman 1dari 10

Buku Kejuruan Bina Garmen

Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 230

BAB 10 MENGGELAR SUSUN KAIN


(SPREADING)
10.1 Pengertian Menggelar Susun Kain (Spreading)
Spreading adalah proses membentangkan kain yang akan dipotong pada meja
potong, dimana jumlah lapisan kain bisa mencapai 100 lembar atau bahkan lebih yang
disesuaikan dengan kapasitas mesin potong yang akan dipergunakan maupun
disesuaikan dengan jumlah order yang dipesan.
Panjang kain yang akan diletakkan telah ditentukan oleh gambar berdasarkan
lebar dan panjang meja potong. Meja potong harus dapat menampung lintasan alat
pembentang kain, dan permukaannya harus licin dan mendatar. Proses meletakkan
bahan dapat dilakukan dengan manual (menggunakan tangan) atau dapat dilakukan
dengan mempergunakan alat pembentang kain otomatis (spreader). Spreader
dilengkapi dengan pengamat tepi otomatis dan meluruskan sebuah tepi kain yang
dipasang pada pembentang kain, dan berjalan dengan kecepatan dari 100-120 m/min
untuk membentangkan kain, dan secara otomatis bergerak kembali karena penangkap
kain yang dipasang pada ujung meja potong.
Pada umumnya, kecepatan pembentang kain dan tegangan kain dapat diatur
sesuai kain yang akan dibentangkan. Jumlah lapisan yang dibentangkan tiap kali
berjumlah 100-250. Jika dipergunakan spreader, diinginkan agar kain diberikan dalam
bentuk gulungan untuk memudahkan penempatan kain pada pembentang kain dan
untuk meluruskan tepinya. Gulungan tersebut merupakan satu cara pembungkusan
dimana kainnya digulung pada sebuah tabung pipa/rol. Proses spreading (menggelar
susun kain) dikerjakan berdasarkan marker report. Koordinator spreading akan
menerima salinan marker report sebagai dasar melaksanakan pekerjaan spreading.
10.2 Peralatan dan Mesin Penggelaran Kain
Peralatan dan mesin penggelar kain terdiri atas :
a. Mesin Penggelar Kain (Automatic Clotch Spreader)
Mesin penggelar kain ini digunakan untuk menggelar, memotong, dan menyusun
kain, yang dapat diatur panjang tiap-tiap gelaran dan jumlah susunan bahan sesuai
dengan keperluan.

Gambar 10.1 Mesin Penggelar Kain (Sumber Gambar : PT. Fratekindo Jaya Gemilang)
Buku Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 231

Mesin penggelar kain terdiri atas dua jenis, yaitu :


 Face to Face Spreader
Mesin ini berjalan secara bolak-balik, sehingga didapatkan susunan kain
permukaan beradu dengan permukaan kain.
 One Way Spreader
Mesin ini berjalan satu arah sehingga didapatkan susunan kain dengan
permukaan menghadap satu arah ke atas atau ke bawah.
b. Meja Potong
Meja potong berbentuk meja datar dengan ukuran tinggi sampai pinggang orang
dewasa (± 110 cm), mempunyai panjang dan lebar tertentu disesuaikan dengan luas
ruang pemotongan dan kapasitas pemotongan dari masing-masing industri. Meja
potong digunakan untuk meletakkan susunan kain yang akan dipotong.
c. Penjepit (Clamp)
Pada penggelaran kain secara manual, terkadang diperlukan penjepit yang terbuat
dari metal dan digunakan untuk menjepit bagian pinggir dari susunan pola atau
marker dengan susunan kain, agar ketika dilakukan pemotongan tidak terjadi
penggeseran.
d. Pemberat (Weights)
Pemberat juga biasanya digunakan dalam penggelaran kain yang dilakukan secara
manual. Pemberat terbuat dari metal yang berbentuk segi empat panjang dan diberi
pegangan. Digunakan sebagai pemberat pada marker yang diletakkan di atas
tumpukan kain, agar pada waktu memotong tidak bergeser. Alat ini mempunyai
variasi ukuran dan berat.
e. Gunting Kertas (Paper Shears)
Gunting kertas digunakan untuk memotong kertas pola yang mempunyai ukuran 8
sampai 12 inchi atau 20 sampai 30 cm.
f. Jarum Pentul (Pirst Pins)
Jarum pentul berfungsi untuk menagan marker di atas susunan kain agar tidak
bergeser pada waktu pemotongan.
10.3 Metode Penggelaran Kain
Proses menggelar susun kain memiliki dua metode penggelaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan atau unit kerja, yaitu :
10.3.1 Penggelaran Kain (Spreading) Menggunakan Tangan (Manual)
Penggelaran kain secara manual (menggunakan tangan) dilakukan dengan
tahapan kerja sebagai berikut :
(1) Kain dibuka dari gulungan, kemudian dibentangkan pada meja spreading
menggunakan tangan sesuai dengan panjang dan lebar kain. Ratakan
bentangan kain dengan bantuan sebilah kayu atau penggaris panjang,
sehingga permukaan kain menjadi rata dan pada salah satu ujung kain
ditahan dengan penjepit. Kemudian susunan kain dipotong sesuai dengan
panjang marker dan seterusnya sampai susunan kain terakhir. Untuk kain
yang bermotif garis atau kotak, maka harus diperhatikan susunan kain
sesuai dengan morif. Salah satu pinggiran dari susunan kain haruslah rata
agar memudahkan dalam pemasangan marker.
Buku Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 232

(2) Perhatikan tegangan kain dalam tiap gelaran agar diperoleh hasil
pemotongan yang baik, maka gelaran kain diusahakan tidak terlalu kendor
atau terlalu tegang. Gelaran kain yang terlalu tegang akan menghasilkan
potongan yang lebih kecil dari ukuran pola, sedangkan gelaran kain yang
terlalu longgar akan menghasilkan potongan yang lebih besar dari ukuran
pola.
(3) Berikan penjepit pada bagian tepi kain dengan penjempit (clamp), kemudian
letakkan marker di atas susunan kain tersebut dan berikan jarum pentul atau
pemberat agar marker tidak bergeser sewaktu dipotong.
(4) Warna dan desain dari kain yang disusun disesuaikan dengan rencana
pemotongan.
Tahapan proses kerja penggelaran kain secara manual di atas, juga dapat
dilakukan dengan cara lain seperti di bawah ini :
(1) Siapkan gulungan kain ditempatnya, lalu kain ditarik dari gulungan tersebut
dan dibentangkan di atas meja potong.

Gambar 10.2 Letak Gulungan Kain di Atas Meja Potong

(2) Kain yang telah dibentangkan diperiksa terlebih dahulu apakah kusut atau
tidak. Apabila ada bagian kain yang kusut atau terdapat bekas tanda lipatan,
maka semprot dengan air.

Gambar 10.3 Penyemprotan Kain dengan Air pada Bagian yang Kusut
atau Terdapat Tanda Lipatan
Buku Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 233

Pada umumnya, bagian yang kusut atau terdapat bekas tanda lipatan yaitu
pada bagian awal dan akhir dari gulungan kain. Tujuan dari penyemprotan
tersebut adalah agar kain menjadi halus.
(3) Setiap lembar kain yang dibentangkan diratakan dengan menggunakan
penggaris dari bahan kayu, kemudian ujungnya dipotong dengan gunting.
Hal tersebut dapat dilakukan sampai dengan jumlah lembaran kain sesuai
dengan order yang dipesan.

Gambar 10.4 Meratakan Kain dengan Menggunakan Penggaris Kayu

Gambar 10.5 Menggunting Setiap Ujung Bentangan Kain

(4) Apabila jumlah lembaran bentangan kainnya banyak serta warna kainnya
berbeda, maka proses spreading dilakukan dengan cara per-piece
(pergulungan) kain. Hal ini dilakukan agar setiap piece yang berbeda tidak
tercampur, serta untuk memudahkan dalam proses pemberian kode atau
ticketing dan bundeling.
Buku Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 234

Gambar 10.6 Spreading dengan Piece dan Warna yang Berbeda

(5) Apabila spreading telah selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah
meletakkan kertas marker (rancangan bahan) atau kain yang telah
digambari pola/rancangan bahan, kemudian digunting secara bersamaan
(massal) dengan menggunakan mesin potong.

Gambar 10.7 Menggunting Bahan Secara Massal

Proses kerja penggelaran kain secara manual (menggunakan tangan) di atas


dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan alat kerja yang ada.
10.3.2 Penggelaran Kain (Spreading) Menggunakan Jarum Knit
Penggelaran kain menggunakan jarum knit dilakukan dengan tahapan kerja
sebagai berikut :
(1) Kain dibuka dari gulungan dan dibentangkan di atas meja yang dapat diatur
kemiringannya. Meja dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengatur
permukaan meja ± 10° dari letak horisontal. Pada bagian sisi yang meninggi
diberi jarum-jarum kait panjangnya ± 15 cm dengan jarak 20-25 cm. Pada saat
penggelaran kain ditancapkan pada jarum-jarum tersebut sambil diatur
tegangannya.
(2) Setelah selesai, kemudian meja dikembalikan pada posisi horisontal dan
jarumnya dilepaskan dari tumpukan kain.
(3) Letakkan marker di atas tumpukan kain lalu diberi jarum pengait.
Buku Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 235

(4) Penggelaran cara ini dilakukan apabila penggelaran dengan cara datar
mengalami kesulitan, misalnya untuk motif kotak-kotak atau garis.
10.3.3 Penggelaran Kain (Spreading) Menggunakan Mesin Penggelar Kain
Penggelaran kain menggunakan mesin penggelar kain dilakukan dengan tahapan
kerja sebagai berikut :
(1) Kain berupa gulungan dipasang pada mesin penggelar kain, dengan terlebih
dahulu mengatur lebar dan panjang kain yang disesuaikan dengan ukuran
marker.
(2) Mesin penggelar meluncur pada rel-rel yang terdapat pada sisi meja
penggelar yang akan membentangkan kain selapis demi selapis
(3) Mesin penggelar yang otomatis, dilengkapi dengan pisau pemotong dan
peralatan otomatis yang dapat memgang ujung potongan kain pada
tempatnya.
(4) Mesin penggelar otomatis juga dapat menghitung jumlah gelaran dan dapat
diatur panjang gelaran sesuai dengan panjang marker.
(5) Mesin penggelar otomatis juga mengatur tegangan kain yang disusun.
(6) Lebar alat penggelar dapat mencapai ± 2,350 m lebar kain dengan lebar meja
potong 2,540 m dan berat gulungan kain 240-350 kg dengan kecepatan
gelaran 80 m/menit.
Penggelaran kain menggunakan mesin penggelar otomatis (automatic cloth
spreader) digunakan oleh industri garmen skala besar, karena pakaian yang
diproduksi pun dalam jumlah yang besar, sehingga hampir semua bagian
produksi menerapkan proses massal, termasuk pada bagian cutting. Umumnya,
dalam sekali penggelaran, bentangan kain dapat memuat beberapa set pakaian,
misalnya 1 set ukuran L, 2 set ukuran M, dan 1 set ukuran S. Sebagai contoh
apabila ada 10 lembar bentangan kain berarti sekali potong dapat dihasilkan 10
set ukuran L, 20 set ukuran M, dan 10 set ukutan S.

10.4 Faktor-Faktor Penggelaran Kain


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses penggelaran kain adalah :
a. Arah Gelaran Kain
Ada beberapa cara penggelaran kain yang masing-masing dipengaruhi oleh jenis
kain, yaitu :
 Face to Face
Penyusunan kain permukaan luar beradu dengan permukaan luar. Face to face
dilakukan untuk kain yang permukaan luar dan dalamnya sama. Berikut ini adalah
cara penyusunan face to face.
 Face to face one way
 Face to face two way

Gambar 10.8 Arah Gelaran Face to Face


Buku Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 236

 All Face Down


Penyusunan kain dengan permukaan luar menghadap ke bawah. All face down
digunakan untuk kain yang permukaan luarnya tidak rata atau berbulu.

Gambar 10.9 Arah Gelaran All Face Down

 All Face Up
Penyusunan kain dengan permukaan luar menghadap ke atas. All face up
digunakan untuk kain yang permukaan luar dan dalamnya berbeda.

Gambar 10.10 Arah Gelaran All Face Up

b. Tegangan Kain
Dalam penyusunan kain, tegangan berpengaruh terhadap hasil pemotongan. Kain
yang disusun dengan tegangan yang kurang, maka pada tiap lapisan kainnya akan
terjadi permukaan yang tidak rata, sehingga sesudah pemotongan akan diperoleh
hasil yang lebih besar dari ukuran sebenarnya. Sebaliknya, apabila penyusunan kain
terlalu tegang, maka setelah pemotongan hasilnya akan lebih kecil dari ukuran
sebenarnya. Untuk kain-kain yang mudah berubah ukurannya, misalnya kain rajut,
sebelum penggelaran sebaiknya gulungan kain dibuka terlebih dahulu dan dibiarkan
rileks selama beberapa saat.
c. Perencanaan Potong
Agar dapat diperoleh hasil pemotongan yang sesuai dengan rencana, maka harus
dilakukan penghitungan terlebih dahulu. Hal ini untuk menentukan jumlah lapisan
tiap pemotongan dan jumlah susunan warna sesuai dengan permintaan.
Contoh :
Jumlah yang harus dipotong 1.200 dosin kemeja atau 14.400 potong terdiri dari lima
seri warna. Perbandingan ukuran dalam 1 marker sebagai berikut :
Nomor : 14 14,5 15 15,5
2 4 4 2
Maka, 1 marker memuat 12 pola kemeja sebagai berikut :
Ukuran 14 14,5 15 15,5 Jumlah Dosin
Warna
Putih 40 80 80 40 240
Biru 40 80 80 40 240
Merah 40 80 80 40 240
Kuning 40 80 80 40 240
Hijau 40 80 80 40 240
Jumlah 200 400 400 200 1200
Buku Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 237

Tiap satu gelaran menghasilkan 12 potong kemeja dengan nomor ukuran sesuai
pada marker, yaitu :
Nomor Jumlah
14 2 potong
14,5 4 potong
15 4 potong
15,5 2 potong
Jumlah 12 potong

14400
Untuk memotong 1200 dosin atau 14400 potong diperlukan = 1200 gelaran,
12
1200
dengan perincian masing-masing warna 5
= 240 lapis. Dalam penyusunan kain
harus disesuaikan kemampuan mesin potong. Apabila kemampuan mesin potong ±
1200
300 lapis, maka dilakukan sebanyak 300
= 4 kali pemotongan.
240
Jadi setiap penyusunan kain 300 lapis untuk setiap warna adalah 4
= 60 lapis
dengan perincian sebagai berikut :
 Warna putih : 60 lapis
 Warna biru : 60 lapis
 Warna merah : 60 lapis
 Warna kuning : 60 lapis
 Warna hijau : 60 lapis

10.5 Dokumentasi Penggelaran Susun Kain


Pada industri pakaian jadi atau garmen, setiap langkah produksi dicatat pada lembar
kerja (jobsheet) dengan tujuan agar produksi berjalan secara efisien dan efektif. Setiap
metode diterapkan dan dihitung berdasarkan perhitungan produksi yang menjadi dasar
proses kerja dari setiap bagian/departemene/divisi. Begitu juga dengan bagian
penggelaran kain (spreading), yang bertugas mencatat semua data proses spreading
dalam bentuk format instruksi spreading dan format perincian penggunaan kain.
Berikut ini adalah contoh format marker report dengan data spesifikasi sampel
produksi kemeja. Data marker report ini kemudian dikirim ke bagian spreading. Contoh
marker report kemeja ditunjukkan dengan jobsheet berikut ini :

MARKER REPORT KEMEJA

Date Report : 8-12-2003 Style : K.03.21199


Buyer : PT. ............................. Qty. Ord : K.03/2014
Description : Shirt ........................... Del Date : 08-01-2004

Marker Marker
Marker Description Marker Ratio Marker Width Remarks
No Length
1 Shirt 15/1 16/1 1,21 yard 14,4 yard Broken
17/2 18/2 White :
19/1 15/144
16/144
17/288
Buku Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 238

18/288
19/144
Ice Blue :
15/144
16/144
17/288
18/288
19/144

Berdasarkan jobsheet di atas, dapat diketahui bahwa :


 Marker ratio, yaitu perbandingan ukuran dalam 1 marker, yaitu :
Nomor : 15 16 17 18 19
1 1 2 2 1
 Marker width, yaitu lebar marker dengan ukuran 1,21 yard
 Marker length, yaitu panjang marker dengan ukuran 14,4 yard
 Remarks, yaitu nilai setiap 1 marker yang memuat ukuran pola kemeja

Dari marker report kemeja di atas, maka petugas spreading akan menterjemahkannya
ke dalam format instruksi spreading yang memuat data-data sebagai berikut :

FORMAT SPREADING KEMEJA

Spreader : Slamet ....................... Date : 9-12-2003


Style : K.03.21199 Buyer : PT ......................
Start : 08.30 ......................... Finish : 12.00 ..................
No. Spreading : 01-12 Kind of Fabric : 100% Cotton
Description : Shirt Marker Length : 14,4 Yard ............

Hasil Actual
Total Spreading
No Roll No Length Roll Cutting Length
(lb)
(pcs) Roll
1 BW10,11,12 BW58,60,62 12 BW, 98 172,8/3
IB 2,3,5 IB60,60,61 12 IB 98 172,8/3
2 BW13,14,15 BW60,62,60 12 BW, 98 172, 8/3
IB 6,7,8 IB60,61,61 12 IB 98 172, 8/3
3 BW16,17,18 BW58,60,60 12 BW, 98 172, 8/3
IB 9,10,11 IB60,60,60 12 IB 98 172, 8/3
4 BW19,20,21 BW58,60,61 12 BW, 98 172, 8/3
IB 12,13,14 IB60,60,61 12 IB 98 172, 8/3
5 BW22,23,24 BW58,60,60 12 BW, 98 172, 8/3
IB 15,16,17 IB59,60,61 12 IB 98 172, 8/3
6 BW25,26,27 BW58,60,62 12 BW, 98 172, 8/3
IB 18,19,20 IB 60,60,61 12 IB 98 172, 8/3
7 BW28,29,30 BW60,60,60 12 BW, 98 172, 8/3
IB 21,22,23 IB 60,60,61 12 IB 98 172, 8/3
8 BW31,32,33 BW60,60,61 12 BW, 98 172, 8/3
IB 24,25,26 IB 60,60,61 12 IB 98 172, 8/3
9 BW34,35,36 BW58,60,60 12 BW, 98 172, 8/3
IB 27,28,29 IB 58,60,61 12 IB 98 172, 8/3
Buku Kejuruan Bina Garmen
Kompetensi Keahlian Garmen | Sekolah Menengah Kejuruan 239

10 BW37,38,39 BW59,61,60 12 BW, 98 172, 8/3


IB 30,31,32 IB 60,60,61 12 IB 98 172, 8/3
11 BW40,41,42 BW60,58,60 12 BW, 98 172, 8/3
IB 33,34,35 IB 59,60,61 12 IB 98 172, 8/3
12 BW43,44,45 BW60,61,58 12 BW, 98 172, 8/3
IB 36,37,38 IB 60,60,61 12 IB 98 172, 8/3

Kemudian lembaran-lembaran kain yang sesuai dengan data nomor roll beserta kode
warnanya akan ditata dalam 12 meja spreading sesuai dengan instruksi spreading
tersebut. Setelah pekerjaan spreading kemeja sesuai order selesai dikerjakan, maka
petugas spreading akan melakukan pencatatan perincian penggunaan kain dalam
format sebagai berikut :

PERINCIAN PENGGUNAAN KAIN KEMEJA

Colour Total Roll Total Yard Pemakaian Sisa


Broken White 36 2153 2073,6 79,4
Ice Blue 36 2168 2073,6 94,4

Data perincian penggunaan kain di atas akan digunakan petugas cutting dengan
memotong bagian-bagian pola kemeja sesuai dengan masing-masing marker dengan
menggunakan mesin potong.

Anda mungkin juga menyukai