Disusun Oleh :
SALMA ALFIAN DITA B200170081
AINUN ALVI FAZJRI B200170100
NURUL FAI FHUR JANAH B200170110
kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia
manusia.
democratische rechtsstaat.
4. Ketetapan MPR
1999 Tentang Hak Asasi Manusia sebagai undang-undang yang sangat penting
kaitannya dalam proses jalannya Hak Asasi Manusia di Indonesia. Selain itu
Manusia.
Hak Asasi Manusia, menyatakan bahwa sejarah bangsa Indonesia hingga kini
disebabkan oleh perilaku yang tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnis, ras,
warna, kulit, budaya, bahasa, agama, golongan, jenis kelamin, dan status sosial
pelanggaran Hak Asasi Manusia, baik yang bersifat vertikal (dilakukan oleh
(antar warga negara sendiri) dan tidak sedikit yang masuk kategori
asasi manusia dan juga hak-hak warga negara Indonesia. Hak-hak warga
negara yang diatur dalam Undang Undang Dasar Neraga RI Tahun 1945
diatur dalam konstitusi. Dengan kata lain, setiap hak yang terkait dengan
menjamin agar semua hak dan kebebasan warga negara dihormati dan
konstitusional tersebut tentu harus dipahami sebagai hak dari setiap warga
serius. Hukum dan keadilan masyarakat seolah seperti dua kutub yang saling
masyarakat miskin di negeri ini adalah sesuatu barang yang mahal. Keadilan
hukum hanya di miliki oleh orang-orang yang memiliki kekuatan dan akses
politik dan ekonomi saja. Sementara, masyarakat lemah atau miskin sangat
sulit untuk mendapatkan akses keadilan hukum dan bahkan mereka kerap kali
dengan cara, “Enerzijds in een binding van rechter administatie aan de wet,
berakar dalam seperangkat titik tolak normatif, berupa asas-asas dasar sebagai
Arti negara hukum itu sendiri pada hakikatnya berakar dari konsep dan teori
tertinggi didalam suatu negara adalah hukum, oleh sebab itu seluruh alat
segala kegiatannya harus tunduk pada hukum yang berlaku. Dalam arti ini
hukum membawahi negara. Berdasarkan pengertian hukum itu bersumber dari
merupakan antitesis dari konsep negara hukum formal, yang didasari oleh
kekuasaan negara.
Konsep negara hukum berakar dari paham kedaulatan hukum yang pada
Orde Baru, sampai kira-kira tahun 1971, para pendukung negara hukum boleh
polis yang mempunyai wilayah negara kecil, seperti kota dan berpenduduk
sedikit, tidak seperti negara-negara sekarang ini yang mempunyai wilayah luas
dan berpenduduk banyak (vlakte staat). Dalam polis itu segala urusan negara
Pada masa itu yang dimaksud dengan negara hukum ialah negara yang
negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila
kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik.22 Demikian
pula peraturan hukum yang sebenarnya hanya ada jika peraturan hukum itu
( UUD 1945)
Undang-undang ( Perppu)
Hukum Ketetapan MPR Sementara dan MPR 1960 sampai 2002 pada
Perppu ditetapkan menjadi UU. Bila ditolak oleh DPR, Perppu harus
yang lebih tinggi. Asas tersebut sesuai dengan Stufen Theory atau Teori
Tangga dari ahli hukum Hans Kelsen dalam General Theory of Law and State
(1945).
1) MPR
2) DPR
3) DPD
7) Komisi Yudisial
11) Gubernur
sebagai berikut:
1) UUD 1945
2) UU atau Perpu
3) Peraturan Pemerintah
4) Peraturan Presiden
Daerah Kabupaten atau Kota, dan Peraturan Desa atau peraturan yang
setingkat.
PEMBERLUKAN HAM)
HAM dalam Pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia Nilai-nilai HAM telah
diintegrasikan sebagai bagian pokok pelaksanaan politik luar negeri melalui upaya
Pemajuan dan perlindungan HAM dalam konteks ini dimaknai tidak hanya pada
tataran nasional tapi juga tataran global. Pemahaman bahwa HAM telah menjadi
faktor penting dalam hubungan internasional, dan telah menjadi bagian alami dalam
pada tingkat nasional. Indonesia aktif dalam membangun kerja sama dan kemitraan di
bidang HAM dalam hubungan bilateral ataupun kerja sama multilateral pada
tingkatan di kawasan ataupun global. Diplomasi HAM Indonesia memiliki tujuan 2
arah yang saling memperkuat, yaitu: ikut serta dalam upaya pemajuan dan
perlindungan HAM bersama pada tingkat regional dan global di bidang HAM, serta
Dalam hubungan bilateral, Indonesia telah memiliki forum dialog bilateral HAM
membentuk badan khusus HAM dalam kerangka kerjasama ASEAN dan OKI.
Sedang dalam tataran global, Indonesia aktif dalam pembahasan berbagai isu HAM
baik di dalam mekanisme HAM PBB maupun di luar mekanisme HAM PBB.
bentuk pengesahan traktat sebagai berikut : 1) Kerja sama DPR dan Presiden yang
Nomor 2 Tahun 1978 tentang Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Thailand. 2)
Penyampaian naskah berikut keputusan Presiden kepada DPR sekedar untuk diketahui
saja, atau pengesahan berbentuk Keppres, misalnya Keppres No. 1 Tahun 1977 dan
Keppres No. 6 Tahun 1978 tersebut di atas. Selain itu terdapat pula bentuk; 3)
Jendral Politik atas nama Menteri Luar Negeri telah menyampaikan surat yang
Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Canada. Agreement itu berisi bantuan
INTERNASIONAL
serupa itu
regional, atau dengan cara damai lainnya yang dipilih mereka sendiri.
Berdasarkan pada pasal 33 Piagam PBB, para pihak yang bersengketa (etnis
cara tersebut tidak berhasil, Dewan Keamanan PBB dapat mengajukan kasus yang
masyarakat, namun isitilah ini biasanya dipakai juga untuk orang-orang (termasuk
mereka yang bukan anggota kepolisian resmi) yang secara langsung terlibat dalam
patroli dan pengamatan untuk mencegah atau menggalangi dan menemukan aktivitas
hukum, baik kepolisian maupun yang lainnya. Di dalam organisasi kepolisian terdapat
unit-unit, misalnya: polisi yang menyamar, detektif, investigasi, gugus tugas tertentu
(geng, obat-obatan, dll.) yang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
G. PENEGAKAN HAM DI INDONESIA
baik. Kasus-kasus yang terjadi di Indonesia seperti penanganan Aceh, Timor Timur,
Maluku, Poso, Papua, Semanggi dan Tanjung Priok dianggap sebagai pelaksanaan
perlindungan Hak Asasi Manusia yang belum berjalan. Dalam rangka memberikan
yang berkaitan dengan penegakkan Hak Asasi Manusia, pemerintah telah melakukan
langkah-langkah antara lain: (1) pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM) berdasarkan Keputusan Presiden nomor 5 tahun 1993 pada tanggal 7 Juni
1993, yang kemudian dikukuhkan lagi melalui undang-undang nomor 39 tahun 1999
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia; (3) pembentukan Pengadilan Hak Asasi
Undang nomor 26 tahun 2000; (4) pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliaasi
berbagai konvensi internasional tentang Hak Asasi Manusia. Sementara itu, konvensi
yang telah diratifikasi berkaitan dengan penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia
adalah: (1) Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949 (diratifikasi dengan Undang-
Undang nomor 59 tahun 1958); (2) Konvensi tentang Hak Politik Kaum Perempuan
Undang-Undang nomor 7 tahun 1984); (4) Konvensi tentang Hak Anak ( diratifikasi
Undang nomor 48 tahun 1993); (7) Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan
atau Penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat
nomor 83 tahun 1998); (9) Konvensi tentang Penghapusan semua bentuk Diskriminasi
rumah Tangga).
H. KESIMPULAN
dan tegas dalam UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Bahwa
praktik mengenai ratifikasi negara kitapun agak tidak menentu dan lambat.
Lambatnya kerja ratifikasi ini dapat dilihat pada jumlah undang- undang ratifikasi
yang dihasilkan oleh pemerintah dan DPR setiap tahunnya yang paling banyak
Covenant on Civil and Political Rights) 1966 yang diratifikasi Indonesia dan
I. PENUTUP
Perlu adanya upaya publikasi yang lebih, agar setiap perjanjian internasional
yang telah diratifikasi lebih banyak diketahui oleh hakim-hakim pengadilan, dan
lebih jelas, cepat dan tegas. Selain itu, perlu dibuat suatu lembaga yang
mengingatkan ratifikasi, dan tenaga ahli yang cukup untuk mengkaji berbagai
Antonio Cassese, Hak Asasi Manusia Di Dunia Yang Berubah, Yayasan Obor,
Jakarta, 2010
Boer Moana, Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era
Boer Mauna, Hukum Internasional (Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era
Mengais Latar Belakang dan Dinamika Pasal 11 UUD 1945, Opinio Juris,