Jawab : Perbedaan terletak pada panjang gelombang yang digunakan. Pada spektrofotometri Vis yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Sedangkan spektrofotometri UV (ultraviolet) berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. 2. Mengapa metanol p.a digunakan sebagai pelarut? Jawab : Dalam spektrofotometri UV, hrus diperhatikan jenis pelarut yang digunakan., karena tiap pelarut punya panjang gelombang tersendiri yang bisa menyebabkan perubahan energi transisi semaki meningkat atau menurun, bisa menyebabkan red shift atau blue shift dan berdampak pada serapan senyawa tersebut. Pada pelarut tertentu dapat menyebabkan perubahan struktur yang signifikan terhadap hasil akhir serapan panjang gelombang senyawa. Oleh karena itu, dalam hal ini yang paling cocok untuk analisis aminofilin adalah metanol p.a 20%. Panjang gelombang minimum dari metanol sebesar 203 nm.
3. Hukum Lambert Beer :
Jawab : Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel (b) yang disinari, dengan bertambahnya sel, maka serapan akan bertambah. A = k. b Menurut Beer, yang berlaku untuk radiasi monokromatis dalam larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi. A = k. c Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan bertambah, sehingga serapan juga bertambah. Kedua persamaan ini digabungkan dalam Hukum Lambert Beer, maka diperoleh bahwa serapan berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan sel yang dapat ditulis dengan persamaan: A = k.c.b
Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri dimana
konsentrasi dapat dihitung berdasarkan rumus di atas. Absorptivitas (a) merupakan konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi (Day and Underwood, 1999; Rohman, 2007). Menurut Roth dan Blaschke (1981), absorptivitas spesifik juga sering digunakan untuk menggantikan absorptivitas. Harga ini, memberikan serapan larutan 1 % (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat diperoleh persamaan: A=𝐴1 1 .b.c Dimana: 𝐴1 1 = absorptivitas spesifik b = ketebalan sel c = konsentrasi senyawa terlarut (g/100ml larutan)
4. Apa yang mungkin menyebabkan hasil bias?
Jawab : Hasil yang bias dapat disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan dalam menimbang, mengambil volume larutan yang tepat sehingga konsentrasi larutan yang dihasilkan tidak tepat dan mempengaruhi absorbansi, salah memasukkan larutan ke kuvet karena jumlah larutan yang diuji tadi siang cukup banyak mengingat beberapa kali praktikan membuat konsentrasi larutan yang baru, sehingga bukan tidak mungkin praktikan keliru mengambil larutan yang akan diuji, selain itu dapat dipengaruhi dari kondisi dari obat yang akan diuji juga.