Anda di halaman 1dari 6

KARBOHIDRAT

Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton atau senyawa yang menghasilkan
senyawa-senyawa ini bila dihidrolisa. Senyawa polihidroksi aldehida adalah suatu makromelokul
yang strukturnya ditandai dengan satu diantara atom karbon berikatan ganda dengan atom
oksigen (C=O), membentuk gugus karbonil yang berada di ujung rantai karbon. Sedangkan,
senyawa polihidroksi keton adalah suatu makromelokul yang strukturnya ditandai dengan satu
diantara atom karbon berikatan ganda dengan atom oksigen (C=O), membentuk gugus karbonil
yang berada di tengah rantai karbon.

Karbohidrat juga berasal dari kata “sakarida” dari bahasa Yunani yang berarti gula.
Nama karbohidrat beral dari senyawa karbo dan “hidrat” dengan perbandingan rumus empiris
karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai contoh rumus kimia glukosa adalah C6H12O6 yang juga
dapat ditulis sebagai (CH2O)6 atau C6(H2O)6, dapat dirumuskan secara umum (CH2O)n.
Karbohidrat digolongkan menjadi tiga, yaitu Monosakarida, Disakarida dan Polisakarida.

A. Jenis-jenis Karbohidrat
1. MONOSAKARIDA

Monosakarida merupakan monomer dari polisakarida yang terdiri satu unit gula.
Monosakarida tidak berwarna, merupakan kristal padat yang bebas larut di dalam air karena
mengandung gugus -OH, tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar, mempunyai rumus empiris
(CH2O)n. Kerangka monosakarida adalah rantai karbon berikatan tunggal yang tidak bercabang.
Satu di antara atom karbon berikatan ganda terhadap suatu atom oksigen, membentuk gugus
karbonil masing-masing atom karbon lainnya berikatan dengan gugus hidroksil.

Monosakarida memiliki ciri-ciri yaitu:

a) Monosakarida terdiri dari satu unit gula.

Monosakarida disebut juga gula sederhana, terdiri dari satu unit gula, yaitu satu unit
polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton. Monosakarida terdiri dari satu unit gula, maka
monosakarida tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang sederhana. Contoh monosakarida
yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Glukosa dan fruktosa merupakan polihidroksi aldehida
karena glukosa dan galaktosa mengandung gugus aldehid (aldosa). Sedangkan fruktosa
mengandung gugus keton (ketosa).

b) Monosakarida dapat memutar bidang polarisasi.

Semua monosakarida, kecuali dihidroksiaseton, mengandung satu atau lebih atom karbon
khiral (karbon asimetri atau tidak simetri) yaitu atom karbon yang mengikat empat atom atau
gugus yang berlainan karena pada molekul tersebut tidak terdapat bidang simetri, terdapat dalam
bentuk isomer optik. Isomer optik adalah rumus molekul sama tetapi berbeda arah putar cahaya
terpolarisasi, ada yang memutar ke kanan ada yang memutar ke kiri. Molekul monosakarida
yang memutar ke kanan diberi awalan D (dekstro), sedangkan monosakarida yang memutar ke
kiri diberi awalan L (levo). Adanya atom karbon khiral menyebabkan monosakarida dapat
memutar bidang polarisasi. Contoh aldosa yang paling sederhana, yaitu gliseraldehida yang
mengandung hanya satu pusat. Akan tetapi, karena banyak dari aldosa yang mempunyai dua atau
lebih pusat khiral, muncul awalan -D (dekstro) dan -L (levo), digunakan untuk menujukkan
konfigurasi dari karbon khiral yang paling jauh dari atom karbon karbonil (C=O). Sementara
untuk dihidroksiaseton tidak memiliki struktur D dan L karena tidak terdapat atom C khiral.

c) Monosakarida dapat berbentuk terbuka (linier) atau berbentuk cincin (siklik).

Struktur berbagai aldosa dan ketosa di tulis dalam bentuk rantai lurus, contohnya triosa
dan treosa yang memiliki 3 atom dan 4 atom karbon pada kerangkanya. Sedangkan
monosakarida yang memiliki 5 atom karbon (pentosa) atau 6 atom karbon (heksosa) pada
kerangkanya, maka berbentuk siklik atau cincin.

Pembentukan cincin piranosa pada D-Glukosa akibat reaksi antara aldehida dan alkohol
membentuk senyawa turunan yang disebut hemiasetal, yang mengandung suatu atom karbon
asimetri, C-1 atom karbon pada aldehid glukosa bentuk rantai terbuka bereaksi dengan gugus
hidroksil pada C-5 yang membentuk suatu ikatan kovalen. Senyawa cincin yang beranggotakan 6
karbon ini disebut piranosa karena senyawa ini menyerupai senyawa cincin dengan 6 anggota
yang disebut piran.
Pusat asimetrik tambahan timbul sewaktu glukosa membentuk cincin, C-1 atom karbon
karbonil pada bentuk rantai terbuka menjadi pusat asimetrik pada bentuk cincin, sehingga
didapatkan bentuk α-D-glikopiranosa dan β-D-glikopiranosa. α-D-glikopiranosa anomer dengan
β-D-glikopiranosa, anomer adalah bentuk isomer dari monosakarida yang berbeda satu dengan
lainnya hanya dalam konfigurasi di sekitar atom karbon hemiasetal. Tanda α (alfa) berarti bahwa
gugus hidroksil terikat pada C-1 berada di bawah bidang cincin, sedangkan β (beta) berarti gugus
hidroksil di atas bidang cincin.

Pada monosakarida dengan gugus keton, atom karbon C-2 fruktosa bentuk rantai terbuka
dapat bereaksi dengan gugus hidroksil pada atom karbon C-5, membentuk senyawa cincin yang
beranggotakan 5 karbon, yang menyerupai senyawa beranggotakan-lima furan, senyawa tersebut
disebut furanosa. Pembentukan cincin furanosa pada D-Fruktosa akibat reaksi antara keton dan
alkohol membentuk senyawa turunan yang disebut hemiketal. Pada bentuk cincin furanosa dari
fruktosa gugus hidroksilnya terikat dengan atom C-2, sehingga terdapat pula bentuk alfa (α) dan
beta (β).

d) Monosakarida merupakan gula pereduksi.

Monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) termasuk dalam gula pereduksi karena
memiliki gugus OH yang bebas tidak terikat dengan atom manapun, gugus OH ini terikat pada
atom C nomor 1. Monosakarida (sebagai senyawa reduktor) mereduksi senyawa-senyawa
pengoksidasi (oksidator) seperti ferisianida, hidrogen atau ion kupri (Cu 2+). Pada reaksi ini, gula
dioksidasi pada gugus karbonil (C=O) dan senyawa pengoksidasi menjadi tereduksi. Glukosa
dan monosakarida lain yang mampu mereduksi senyawa pengoksidasi disebut gula pereduksi.

2. DISAKARIDA

Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari dua monosakarida yang berikatan kovalen
terhadap sesamanya. Pada kebanyakan disakarida, ikatan yang menghubungkan kedua
monosakarida itu disebut ikatan glikosida (glikosidik). Ikatan glikosida dibentuk jika gugus
hidroksil pada salah satu gula bereaksi dengan gugus hidroksil pada karbon anomer pada gula
yang lain. Dengan kata lain terbentuk dengan kondensasi gugus hidroksil atom karbon nomor 1
dari suatu monosakarida dengan gugus hidroksil dari salah satu nomor karbon (2, 4, 6)
monosakarida lainnya. Disakarida yang paling banyak terdapat di alam adalah maltosa, laktosa,
dan sukrosa.

a) Maltosa

Pada umumnya dihasilkan dari hidrolisis pati. Terdiri dari dua satuan monosakarida yaitu
glukosa glukosa. Glukosa (atau monosakarida yang sejenis) yang memberikan atom C nomor 1
untuk mengikat gugus yang lain ditetapkan sebagai glukosa pokok. Bila konfigurasi glukosa
pokok adalah α maka ikatan tersebut adalah 1,4 α. Oleh karena atom C nomor 1 pada glukosa
pokok mengikat gugus maka daya mereduksi satuan tersebut menjadi hilang.

b) Sellobiosa

Berasal dari hidrolisis selulosa. Seperti halnya dengan maltose, maka senyawa ini terdiri
dari dua satuan monosakarida glukosa. Bedanya dengan maltose ialah bahwa macam ikatannya
adalah 1,4 β. Disakarida ini juga kehilangan daya mereduksinya yang ada pada satuan glukosa
yang satu.

c) Laktosa

Terdiri dari galaktosa dan glukosa ikat-mengikat melalui atom C1 dan C4 dengan ikatan
1,4–β-galaktosidik. Disakarida ini terdapat dalam air susu.

d) Sakarosa

Sakarosa tidak mempunyai daya mereduksi sama sekali, karena gugus pereduksi kedua
satuan itu ikat-mengikat. Terdiri dari glukosa dan fruktosa.

3. POLISAKARIDA

Senyawa ini mengandung banyak (poli) satuan-satuan monosakarida yang ikat-mengikat


melalui oksigen. Contohnya ialah: pati (starch, amylum) dan glikogen. Yang pertama merupakan
karbohidrat cadangan yang terdapat dalam tanaman, sedangkan yang kedua dijumpai dalam
hewan. Pati umumnya terdiri dari dua fraksi yaitu amilosa dan amilopektin. Perbedaannya antara
lain ialah bahwa fraksi amilosa itu tidak bercabang sedangkan fraksi amilopektin bercabang.
Jenis ikatan antara dua sakarida adalah 1,4-α--glukosidik. Bilamana ada cabang maka ikatan
cabang adalah 1,6-α--glukosidik.

B. Uji Karbohidrat

1. Uji Molisch
Karbohidrat oleh asam anorganik pekat akan dihidrolisis menjadi monosakarida.
Dehidrasi monosakarida jenis pentosa oleh asam sulfat pekat menjadi furfural dan golongan
heksosa menghasilkan hidroksi-metilfurfural. Pereaksi molisch yang terdiri atas α-naftol dalam
alkohol akan bereaksi dengan fulfural membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.
2. Uji Iodium
Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi berwarna
yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan
warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan
iodium membentuk warna merah cokelat.
3. Uji Benedict
Ion Cu2+ dalam suasana alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehida atau keton bebas menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O yang berwarna merah
bata.
4. Uji Barfoed
Ion Cu2+ (dari perekasi barfoed) dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh
gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O berwarna
merah bata.
5. Uji Seliwanoff
Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksifurfural dan dengan
penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna
merah orange.
6. Uji Osazon
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk
hidrazon atau osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Jenis osazon yang
terbentuk dapat dilihat dari bentuk kristalnya: tiap-tiap gula umumnya memberikan kristal
osazon yang khas. Glukosa, fruktosa, dan manosa menghasilkan kristal yang sama. Osazon dari
disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan. Namun, sukrosa
tidak membentuk osazon karena gugus aldehida atau keton yang terikat pada monomernya sudah
tidak bebas. Sebaliknya, osazon monosakarida tidak larut dalam air mendidih.
7. Uji Asam Musat
Oksidasi terhadap karbohidrat dengan asam nitrat pekat akan menghasilkan asam yang
dapat larut. Namun, laktosa dan galaktosa menghasilkan asam musat yang dapat larut.

Daftar pustaka

Arbianto, Purwo. 1994. Biokimia Konsep-konsep Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Armstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Martoharsono, soeharsono. 2015. Biokimia Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai