E. Hikmah Dan Teladan Dari Misi Nabi Muhammad Saw Dalam Membangun
Masyarakat Madinah
1. Melakukan hijrah (pindah) ke tempat yang dianggap lebih memberi
harapan untuk mengembangkan masyarakat Islam yang lebih maju merupakan
suatu kemestian yang harus dilakukan.
2. Nabi melakukan Hijrah ke Madinah adalah untuk menyusun kekuatan dan
menarik banyak pengikut agar dakwah Islam berjalan sesuai yang diharapkan
dan masyarakat Islam semakin kokoh.
3. Dari hijrah ini, Nabi berhasil membangun masyarakat Islam menuju pada
kemajuan, kesejahteraan, dan kedamaian, baik di bidang sosial, ekonomi
maupun politik.
4. Keberhasilan yang telah dicapai ini memerlukan perjuangan yang panjang
dan kadang harus dilakukan dengan cara kekerasan (jihad atau berperang).
Dengan demikian, hikmah dan teladan yang dapat diambil dan ditiru dari
perjuangan Nabi di Madinah tersebut di antaranya adalah:
Hikmah Dan Teladan Yang Dapat Diambil Dan Ditiru Dari Perjuangan Nabi Di
Madinah Tersebut Di Antaranya Adalah:
1. Ketabahan dalam menerima cobaan
a) Mereka pergi berhijrah dengan meninggalkan segala yang ada
di Mekkah, antara lain sanak famili, harta benda dan juga kampung halaman.
b) Rasa berat pada diri kaum Muslimin meninggalkan kampung
halaman ternyata sirna oleh keimanan mereka yang kuat dan kecintaan yang
tulus terhadap Nabi Muhammad SAW.
c)Mereka tabah dan ikhlas dalam menerima cobaan ini. Oleh karena itu,
apapun keadaannya, situasinya apakah senang atau susah, iman harus
senantiasa melekat di hati kita.
2. Cerdas dalam mengambil keputusan
a) Nabi Muhammad SAW adalah orang yang memiliki kecerdasan
luar biasa dalam mengambil keputusan dan tindakan. Hal itu terbukti ketika
beliau mampu menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar menjadi satu saudara.
Persaudaraan ini menjadikan masyarakat Muslim Madinah semakin
berkembang dan kuat serta mampu menjadi bangsa yang besar dan bersatu
dibawah bendera Islam, sehingga dalam tempo yang relatif singkat masyarakat
Muslim Madinah dikagumi oleh bangsa lainnya.
b) Dalam bidang ekonomi dan perdagangan, Nabi Muhammad
SAW menerapkanž asas koperasi, yakni menganjurkan kaum Muslim di
Madinah agar memperhatikan nasib saudaranya, tidak serakah dan tidak
mempraktekkan sistem riba dalam transaksi perdagangan. Bahkan, dalam
menunaikan haji yang terakhir atau disebut dengan Haji Wada tahun 10 H (631
M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah antara lain berisi:
1. larangan untuk riba dan menganiaya.
2. Perintah untuk memperlakukan istri dengan baik.
3. Persamaan dan persaudaraan antar manusia harus ditegakkan.
3. Gigih dan istiqamah dalam berjuang
Akhirnya kaum Muslim di Madinah mampu mengimbangi kekuatan kaum kafir
di Mekkad dan orang-orang Yahudi di Madinah.ž
KHULAFAUR RASYIDIN
a. Arti Khulafaur Rasyidin
Istilah Khulafaur Rasyidin berasal dari bahasa arab, terdiri dari dua kata yaitu,
Khulafa dan ar Rasyid. Dari segi bahasa khulafa adalah bentuk jamak dari kata
khalifah yang berarti “pengganti” sedangkan rasyidin adalah bentuk jamak
dari kata ar rasyid yang berarti “yang mendapat petunjuk”.
Dengan demikian arti Khulafaur Rasyidin menurut bahasa adalah para
pengganti yang mendapat petunjuk dari Allah SWT. Sedangkan menurut
istilah, Khulafaur Rasyidin artinya orang-orang yang ditunjuk untuk
menggantikan kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai kepala pemerintahan
dan pemimpin umat setelah Rasulullah meninggal.
b. Nama-nama Khulafaur Rasyidin
Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, jabatan pemimpin negara
digantikan oleh khalifah. Khalifah merupakan gelar seorang yang memimpin
umat Islam dan seluruh rakyat di wilayahnya. Jabatan khalifah tidak dapat
diwariskan kepada keturunannya seperti halnya raja atau sultan.Nama-nama
khalifah yang termasuk dalam Khulafaur Rasyidin yaitu:
1. Abu Bakar as Siddiq (11 – 13 H / 632 – 634 M) 3.
Usman bin Affan (23 – 35 H / 644 – 655 M)
2. Umar bin Khattab (13 – 23 H / 634 – 644 M) 4. Ali bin
Abi Thalib (35 – 40 H / 655 – 660 M)
Jadi, ada empat orang khalifah yang termasuk dalam Khulafaur Rasyidin.
Mereka semua adalah sahabat – sahabat dekat Rasulullah yang dapat
dipercaya.