Anda di halaman 1dari 16

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI EMERGENCY”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Gawat Darurat I

Disusun oleh kelompok 2

1. Dewi Rafikasari (SK117007)

2. Dian Fazira K (SK117008)

3. Dita Puspitasari (SK117009)

4. Dwi Kristianti (SK117010)

5. Era Rismatika P (SK117011)


6. Fika Rizkiyatul M (SK117012)

Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Maret 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan
Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Hipertensi Emergency”, makalah ini merupakan makalah yang disiapkan untuk
membantu kami dalam pembelajaran.

Makalah ini disusun berdasarkan materi-materi yang kami cari dari berbagai
sumber.Ucapan terimakasihpun kami ucapkan kepada kelompok kami yang telah
bekerjasama untuk pembuatan makalah ini. Serta sumber-sumber dari buku-buku yang
ada diperpustakaan.Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, masih banyak
kekurangan yang harus kami perbaiki, oleh karena itu kami meminta saran dan
kritikannya yang membangun dari pembaca semua untuk menyempurnakan makalah
ini.

Kendal, 19 maret 2019


Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Judul halaman...................................................................................................i
Kata penngantar................................................................................................ii
Daftar isi...........................................................................................................iii
Bab I (Pendahuluan)
A. Latarbelakang.......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................1
BAB II (Pembahasan)
A. Pengertian Hipertensi emergency..........................................................2
B. Ciri ciri hipertensi emergency...............................................................2
C. Karakteristik Hipertensi emergency......................................................3
D. Patofisiologi Hipertensi emergency......................................................5
E. Faktor resiko Hipertensi emergency.....................................................6
F. Penyebab Hipertensi emergency...........................................................6
G. Tatalaksana Hipertensi emergency........................................................7
H. Asuhan keperawatan Hipertensi emergency.........................................6

BAB III (penutup)


A. Kesimpulan...........................................................................................19
Daftar Pusataka.................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hipertensi  adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi
batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan
peningkatan volume aliran darah darah (Hani, 2010)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan
sebagai hipertensi.
Hipertensi emergensi merupakan kenaikan tekanan darah mendadak yang
disertai kerusakan organ target akut yang progresif. Pada keadaan ini diperlukan
tindakan penurunan tekanan darah yang segera dalam kurun waktu menit-jam.
(Turana et al., 2017)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada hipertensi emergency.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Pengertian Hipertensi Emergency
b. Untuk mengetahui Ciri Ciri Hipertensi Emergency
c. Untuk mengetahui Karakteristik Hipertensi Emergency
d. Untuk mengetahui Patofisiologi Hipertensi Emrgency
e. Untuk mengetahui Faktor Resiko Hipertensi Emergency
f. Untuk mengetahui Penyebab Hipertensi Emergency
g. Untuk mengetahui Tatalaksana Hipertensi Emergency
h. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada hipertensi emergency

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hipertensi Emergensi


Hipertensi emergensi adalah keadaan gawat medis ditandai dengan
tekanan darah sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik > 120 mmHg, disertai
kerusakan organ target akut (Aronow, 2017). Hipertensi emergensi juga
didefinisikan sebagai peningkatan berat pada tekanan darah (> 180/120
mmHg) yang terkait dengan bukti kerusakan organ target yang baru atau
memburuk (Whelton et al., 2017).
Hipertensi emergensi merupakan kenaikan tekanan darah mendadak
yang disertai kerusakan organ target akut yang progresif. Pada keadaan ini
diperlukan tindakan penurunan tekanan darah yang segera dalam kurun
waktu menit-jam. (Turana et al., 2017).
Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg)
tetapi belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam
hitungan menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat
oral. (Whelton et al., 2017).
B. Etiologi
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana
terjadi kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang
berakibat pada kerusakan organ target yang progresif. Berbagai sistem organ
yang menjadi organ target pada hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf
yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark serebral,
perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem kardiovaskular
yang dapat mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut,
edema paru akut, diseksi aorta, dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal
akut, retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik mikroangiopatik.
Faktor Resiko Krisis Hipertensi
1. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak  teratur minum obat.
2. Kehamilan

2
3. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
4. Pengguna NAPZA
5. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala,
penyakit vaskular/ kolagen)
C. Patofisiologi
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan
ataupun penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal
adalah sekitar 60-160 mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus
pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi menahan kenaikan tekanan
darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi
memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan
kerusakan otak yang irreversible. Pada jantung kenaikan tekanan darah yang
cepat dan tinggi akan menyebabkan kenaikan afterload, sehingga terjadi
payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih
lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma dengan
krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap atau
berkala.
D. Manisfestasi Klinik
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target
yang terganggu, diantaranya:
1. Nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta
2. Mata kabur dan edema papilla mata;
3. Sakit kepala hebat,
4. Gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak;
5. Gagal ginjal akut pada gangguan ginjal
6. Nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah
E. Prinsip Kegawatan
F. Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan
tekanan darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan
keadaan klinis penderita. Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang
mempunyai sifat bekerja cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek,

3
menurunkan tekanan darah dengan cara yang dapat diperhitungkan
sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada sikap tubuh dan
efek samping minimal.
Untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk pemakaian
parenteral:
1. Sodium nitroprusside: merupakan vasodelator direkuat baik arterial
maupun venous, dengan dosis 0,25-10 mg / kg / menit sebagai infus IV.
Efek samping : Mual, muntah.
2. Nitrogliserin : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila
dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena, dengan dosis
500-100 mg sebagai infus IV. Efek samping : sakit kepala, mual,
muntah, hipotensi.
3. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral.  Dosis : 150 ug, 6
amp per 250 cc Glukosa 5% mikrodrip. Efek samping : Ensepalopati
dengan gangguan koroner.
4. Nicardipine : termasuk golongan antagonis kalsium . Dosis : 5-15 mg /
jam sebagai infus IV. Efek samping : Takikardi, mual, muntah, sakit
kepala, peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi
5. Diltiazem : termasuk golongan calcium channel blockers. Dosis : 5-15
ug/kg/menit sebagi infus IV. Efek samping : Takikardi, mual, muntah,
sakit kepala, peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi
G. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dengan pendekatan ABCDE
a. Airway
1) Yakinkan kepatenan jalan napas
2) Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
3) Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU
b. Breathing
1) Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter,
untuk mempertahankan saturasi>92%.

4
2) Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath
mask.
3) Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan
menggunakan bag-valve-mask ventilation
4) Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2
dan PaCO2
5) Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
6) Lakukan pemeriksan sistem pernapasan
7) Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan
kongesti paru
c. Circulation
1) Kaji heart rate danritme, kemungkinan terdengar suara gallop
2) Kaji peningkatan JVP
3) Monitoring tekanan darah
4) Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
a) Sinus tachikardi
b) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
c) right bundle branch block (RBBB)
d) right axis deviation (RAD)
5) Lakukan IV aksesdekstrose 5%
6) Pasang Kateter
7) Lakukan pemeriksaan darah lengkap
8) Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
9) Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,
Nitroprusid
d. Disability
1) kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
2) penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk
kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera
dan membutuhkan perawatan di ICU.
e. Exposure
1) Selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP

5
2) Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik lainnya.
3) Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
perubahan frekuensi jantung, perubahan kontraktilitas (00029)
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan agen cedera biologis
(hipertensi) (00132)
c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipertensi (00228)
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (00092)
e. Resiko syok berhubungan dengan hipoksemia (00205)

6
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor toleransi pasien terhadap
berhubungan dengan diharapkan penurunan curah jantung dapat aktivitas
perubahan afterload, diatasi dengan kriteria hasil : 2. Instruksikan pasien dan keluarga
perubahan frekuensi Kefektifan pompa jantung (0400) mengenai resep yang tepat dan
jantung, perubahan 1. Tekanan darah sistol ditingkatkan dari pengobatan diluar tempat pasien
kontraktilitas (00029) devisiasi berat dari kisaran normal (1) ke dirawat
devisiasi sedang dari kisaran normal (3) 3. Amati warna kulit, kelembaban, suhu,
2. Tekanan darah distol ditingkatkan dari dan masa pengisian kapiler
devisiasi berat dari kisaran normal (1) ke 4. Berikan lingkungan tenang, nyaman,
devisiasi sedang dari kisaran normal (3) kurangi aktivitas, batasi jumlah
3. Denyut jantung apical ditingkatkan dari pengunjung
devisiasi berat dari kisaran normal (1) ke 5. Anjurkan teknik relaksasi, panduan
devisiasi sedang dari kisaran normal (3) imajinasi, aktivitas pengalihan.
4. Denyut nadi perifer ditingkatkan dari 6. Pantau respon terhadap obat untuk
devisiasi berat dari kisaran normal (1) ke mengontrol tekanan darah
devisiasi sedang dari kisaran normal (3) 7. Berikan pembatasan cairan dan diit
natrium sesuai indikasi

1
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 6. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang
dengan peningkatan agen diharapkan nyeri akut dapat berkurang dengan tenang, sedikit penerangan
cedera biologis kriteria hasil : 7. Minimalkangangguanlingkungandanrangs
(hipertensi) (00132) Kontrol nyeri (1605) angan
1. Mengenali kapan nyeri terjadi ditingkatkan 8. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
dari jarang menunjukkan (2) ke sering kebutuhan
menunjukkan (4) 9. Hindari merokok atau menggunkan
2. Menggunakan tindakan pencegahan penggunaan nikotin
ditingkatkan dari jarang menunjukkan (2) 10. Beri tindakan nonfarmakologi untuk
ke sering menunjukkan (4) menghilangkan sakit kepala seperti
3. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri kompres dingin pada dahi, pijat punggung
tanpa analgesic ditingkatkan dari jarang dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi,
menunjukkan (2) ke sering menunjukkan bimbingan imajinasi dan distraksi
(4) 11. Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi
4. Melaporkan nyeri yang terkontrol yang dapat meningkatkan sakit kepala
ditingkatkan dari jarang menunjukkan (2) misalnya mengejan saat BAB, batuk
ke sering menunjukkan (4) panjang, membungkuk
5. Menggunakan analgesic yang 12. Kolaborasi pemberian obat sesuai

2
direkomendasikan ditingkatkan dari jarang indikasi : analgesik, antiansietas
menunjukkan (2) ke sering menunjukkan (lorazepam, ativan, diazepam, valium )
(4)

3 Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 6. Pertahankan tirah baring


perfusi jaringan perifer diharapkan resiko ketidakefektifan perfusi 7. Tinggikan kepala tempat tidur
berhubungan dengan jaringan perifer dapat diatasi dengan kriteria 8. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua
hipertensi (00228) hasil : lengan, tidur, duduk dengan pemantau
Perfusi jaringan : perifer (0407) tekanan arteri jika tersedia
1. Suhu kulit ujung kaki dan tangan 9. Ambulasi sesuai kemampuan, hindari
ditingkatkan dari devisiasi yang cukup besar kelelahan
dari kisaran normal (2) ke deviasi sedang 10. Amati adanya hipotensi mendadak
dari kisaran normal (3) 11. Ukur masukan dan pengeluaran
2. Kekuatan denyut nadi ditingkatkan dari 12. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai
devisiasi yang cukup besar dari kisaran program
normal (2) ke deviasi sedang dari kisaran 13. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai
normal (3) program
3. Tekanan darah ditingkatkan dari devisiasi
yang cukup besar dari kisaran normal (2) ke
deviasi sedang dari kisaran normal (3)
4. Kelemahan otot ditingkatkan dari devisiasi

3
yang cukup besar dari kisaran normal (2) ke
deviasi sedang dari kisaran normal (3)
5. Edema perifer ditingkatkan dari devisiasi
yang cukup besar dari kisaran normal (2) ke
deviasi sedang dari kisaran normal (3)
4 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 6. Berikan dorongan untuk aktifitas /
berhubungan dengan diharapkan intoleransi aktifitas dapat diatasi perawatan diri bertahap jika dapat
ketidakseimbangan antara dengan kriteria hasil : ditoleransi.
suplai dan kebutuhan Toleransi terhadap aktivitas (0005) 7. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
oksigen (00092) 1. Saturasi oksigen ketika beraktivitas 8. Instruksikan pasien tentang penghematan
ditingkatkan dari banyak terganggu (2) ke energy
sedikit terganggu (4) 9. Kaji respon pasien terhadap aktifitas
2. Warna kulit ditingkatkan dari banyak 10. Monitor adanya diaforesis, pusing
terganggu (2) ke sedikit terganggu (4) 11. Observasi TTV tiap 4 jam
3. Kecepatan berjalan ditingkatkan dari 12. Berikan jarak waktu pengobatan dan
banyak terganggu (2) ke sedikit terganggu prosedur untuk memungkinkan waktu
(4) istirahat yang tidak terganggu, berikan
4. Jarak berjalan ditingkatkan dari banyak waktu istirahat sepanjang siang atau sore
terganggu (2) ke sedikit terganggu (4)
5. Kekuatan tubuh ditingkatkan dari banyak
terganggu (2) ke sedikit terganggu (4)

4
5 Resiko syok berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. monitor tanda-tanda vital, tekanan
dengan hipoksemia diharapkan resiko syok dapat diatasi dengan darah, status mental, ouput urine
(00205) kriteria hasil : 2. posisikan pasien untuk mendapatkan
Keparahan syok : kardiogenik (0418) perfusi yang optimal
1. Penurunan tekanan nadi perifer ditingkatkan 3. monitor EKG
dari cukup berat (2) ke sedang (3) 4. berikan cairan IV sementara melakukan
2. Meningkatkan laju jantung ditingkatkan dari mnitor tekanan hemodinamik dan urine
cukup berat (2) ke sedang (3) output sesuai kebutuhan
3. Nyeri dada ditingkatkan dari cukup berat (2) 5. monitor status cairan , termasuk BB
ke sedang (3) perhari, output urine perjam, intake and
4. Penurunan oksigen ditingkatkan dari cukup output
berat (2) ke sedang (3) 6. berikan terapi lanjutan pengganti renal
5. lesu ditingkatkan dari cukup berat (2) ke
sedang (3)

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
6. Hipertensi emergensi juga didefinisikan sebagai peningkatan berat
pada tekanan darah (> 180/120 mmHg) yang terkait dengan bukti
kerusakan organ target yang baru atau memburuk (Whelton et al., 2017).
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana
terjadi kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang
berakibat pada kerusakan organ target yang progresif. Gambaran klinis
krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu,
diantaranya: Nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan
diseksi aorta. Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang
mempunyai sifat bekerja cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang
pendek, menurunkan tekanan darah, contohnya Sodium nitroprusside:
merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun venous, dengan
dosis 0,25-10 mg / kg / menit sebagai infus IV. Efek samping : Mual,
muntah.

1
Daftar pustaka

Alwi, I., Salim, S., Hidayat, R., Kurniawan, J., et al., 2016. Krisis Hipertensi, dalam
Penatalaksanaan di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Panduan praktis klinis cetakan
ketiga InternaPublishing. Jakarta. Hal 426-432.
Aronow, W.S., 2017. Treatment of hypertensive emergencies. Annals of
Translational Medicine. Vol 5.
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., et al., 2003. The Seventh Report of the
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA. Vol 289 (19): 2560-72.
Cuspidi, C. and Pessina, A.C., 2014. Hypertensive Emergencies and Urgencies. In:
Mancia, G., Grassi, G., and Redon, J., Manual of Hypertension of the European
Society of Hypertension 2nd Edition Ch 38, Pp 367-72.
CRC Press. London. Elliott, W.J., Rehman, S.U., Vidt, D.G., et al., 2013.
Hypertensive Emergencies and Urgencies. In: Black, H.R. and Elliott, W.J.,
Hypertension: A Companion to Braunwald’s Heart Disease 2nd Edition Ch 46, Pp
390-6.
Elsevier Saunders. Philadelphia. Hopkins, C., 2018.
Hipertensive Emergencies. https://emedicine.medscape.com/article/1952052-
overview. 8 Maret 2018.
Janke, A.T., McNaughton, C.D., Brody, A.M., et al., 2016. Trends in the Incidence
of Hypertensive Emergencies in US Emergency Departments From 2006 to 2013.
Journal of the American Heart Association. Vol 5 (12): e004511.
Kaplan, N.M., Victor, R.G., Flynn, J.T., 2015.
Kaplan's clinical hypertension 11th Edition. Wolters Kluwer. Philadelphia.
Karthikeyan, V.J., 2015.
Malignant hypertension. In: Nadar, S. and Lip, G., Oxford Cardiology Library.
Hypertension 2nd Edition, Pp 157-62. Oxford University Press. Oxford. Ram,
C.V.S., 2014.
Hypertension: A Clinical Guide. CRC Press. New York.

Anda mungkin juga menyukai