Anda di halaman 1dari 8

Diagnosis Keperawatan pada Anak dan Keluarga dalam Kasus Problem-

Based Learning 1
Fardi Fajrian, 1906292004

Perawat dalam berpraktik selalu menentukan apa yang terbaik untuk kliennya.
Pemutusan perawatan dan pelayanan terbaik untuk klien dilakukan secara mendalam melalui
kemampuan perawat untuk berpikir kritis (Potter dkk., 2017). Selain itu, clinical reasoning
dibutuhkan untuk mengambil data-data dari klien dan mengambil tindakan apa yang
diperlukan untuk meningkatkan fungsi fisiologis dan psikososial klien (Berman, Snyder, &
Frandsen, 2016). Kedua proses pemikiran kritis dan clinical reasoning ini bersatu untuk
menetapkan keputusan klinis yang sangat membantu dalam proses keperawatan dan
terutamanya diagnosis keperawatan (Giddens, 2021; Doenges, Moorhouse, & Murr, 2019).
Diagnosis keperawatan sendiri adalah “keputusan klinis berkaitan dengan sebuah
respons manusia tentang kondisi kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan terhadap
respons tersebut, oleh seorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas,” (Herdman &
Kamitsuru, 2018). Diagnosis keperawatan umumnya mengandung tiga bagian, yaitu:
masalah, etiologi, dan gejala; namun utamanya pada diagnosis promosi kesehatan sering
menggunakan hanya satu bagian saja (masalah) (Herdman & Kamitsuru, 2018). Diagnosis
keperawatan ini diformulasikan dari identifikasi asesmen yang akurat dan berfungsi sebagai
dasar pemilihan dan penetapan intervensi keperawatan yang akan dilakukan di tahap
perencanaan (Doenges, Moorhouse, & Murr, 2019). Selain itu, diagnosis terkait erat dan
secara sepesifik menjelaskan edukasi kesehatan dan manajemen diri klien untuk
mengeliminasi faktor yang mengobstruksi kesehatan (Sassen, 2018). Diagnosis semakin
dibutuhkan untuk melakukan intervensi keperawatan melalui edukasi untuk menggapai
derajat kesehatan yang lebih tinggi (Edelman & Kudzma, 2018).
Penentuan diagnosis membutuhkan data dan riwayat klien untuk bisa ditetapkan
(Taylor dkk., 2015). Data dan riwayat klien ini bisa ditemukan di kasus problem-based
learning yang berbunyi “perawat berkunjung ke rumah untuk menemui seorang anak berusia
delapan tahun. Keluarga mengatakan anaknya tidak suka sayur dan buah, setiap hari minta
makan mie instan, saat di sekolah anak sering mengantuk, dan tidak fokus belajar.” Meski
data dan riwayat yang ada tidak seberapa mendetail dan banyak, perawat bahkan saat dalam
tahap pendidikan tetap harus berhati-hati untuk menetapkan diagnosis karena tujuan
diagnosis adalah untuk melabeli respons klien demi intervensi keperawatan yang sesuai
(Lunney, 2011). Oleh karena itu, ada beberapa masalah pada anak dan keluarga yang
mungkin bisa diberikan intervensi edukasi oleh perawat dan ditetapkan diagnosisnya.
Masalah tersebut adalah: pola nutrisi anak yang tidak seimbang, rasa mengantuk yang sering,
dan susahnya anak untuk fokus belajar. Ketiga masalah yang ada membutuhkan intervensi
edukasi oleh perawat karena:
• Anak membutuhkan makanan sehat dan bernutrisi untuk mendukung tumbuh kembang
yang optimal dan menjaga promosi kesehatannya (Ball dkk., 2017). Kurangnya konsumsi
sayur dan buah bisa meningkatkan risiko anak untuk memiliki penyakit kronis (Hodder
dkk., 2018) seperti obesitas, penyakit jantung, diabetes, kanker (Harvard T. H. Chan
School of Public Health, 2020) dan mampu menurunkan performa akademis anak
(Gerritsen dkk., 2019). Studi akan dampak mie instan terhadap tubuh masih bersifat
inconclusive namun perlu diwaspadai karena kandungannya yang rendah serat dan nutrien
penting lain serta konsumsi berlebih bisa meningkatkan risiko penyakit kronis secara
drastis (Park dkk., 2011). Oleh karena itu, anak yang yang tidak mengonsumsi makanan
bernutrisi seimbang akan memiliki risiko untuk mengidap penyakit kronis dan dampak
psikososial lain.
• Keluarga adalah sumber pembelajaran dan penekana segala aktivitas promosi dan
pengrusakan kesehatan (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2015) dan harus mengajarkan
kebiasaan sehat kepada anak (Edelman & Kudzma, 2018). Pemodelan oleh orang tua
kepada anak, penetapan panduan (Yee dkk., 2017), dan paparan sejak dini dan berkala
terhadap makanan sehat berdampak positif untuk pengembangan perilaku makan sehat
anak (Savage dkk., 2007). Karenanya, pola makan anak yang tidak sehat boleh jadi
adalah dampak fungsi keluarga yang tidak optimal untuk mempromosikan kesehatan dan
mengedukasi anak.
• Keluhan anak yang mengantuk dan tidak fokus belajar di sekolah boleh jadi adanya
gangguan pola tidur anak. Rasa kantuk di siang hari yang bisa diiringi defisit perhatian
atau ketidakfokusan adalah dampak adanya tidur yang kurang di malam hari (Berman,
Snyder, & Frandsen, 2016). Gangguan tidur ini dapat terkait dengan nutrisi anak, dan
ditemukan adanya hubungan konsumsi buah dan sayur dengan kualitas tidur (St-Onge
dkk., 2016). Boleh jadi keduanya saling terhubung, namun faktor biologis, psikologis,
dan sosial bisa saja mengambil peran yang menentukan kondisi tidur anak tersebut.
Penjelasan singkat ketiga masalah keperawatan pada anak dan keluarga tersebut membuatnya
cukup untuk perawat harus melakukan intervensi edukasi supaya tumbuh kembang anak bisa
berjalan normal dan mencegah banyak penyakit (Hockenberry, Wilson, & Rodgers, 2017).
Masalah keperawatan ini kemudian harus ditetapkan dalam bentuk diagnosis keperawatan
untuk memudahkan perawat dalam menyeleksi intervensi edukasi apa saja yang sesuai dan
efektif.
Data sekunder yang didapat (literatur tentang risiko gaya hidup anak) mampu menjadi
pendukung diagnosis namun sejatinya tetap harus mengutamakan data primer baik objektif
maupun subjektif dari asesmen klien (Potter dkk., 2017). Diagnosis pertama yang terkait
masalah pola makan anak adalah ineffective child eating dynamics (ketidakefektifan
dinamika makan anak) yang berada di Domain 2, Kelas 1, dan Kode Diagnosis 00270
(Herdman & Kamitsuru, 2018). Definisi diagnosis ini adalah “altered attitudes, behavior and
influences on child eating pattern resulting in compromised nutritional health,” (Herdman &
Kamitsuru, 2018). Rasionalisasi penetapan diagnosis ini adalah adanya defining
characteristics yang berupa penolakan makan, sering makan makanan yang tidak berkualitas,
dan makan makanan yang terproses (Herdman & Kamitsuru, 2018). Defining characteristics
ini muncul pada kasus di atas, di mana anak menolak untuk makan buah dan sayur dan lebih
memilih untuk sering makan mie instan. Selain itu, beberapa faktor yang berhubungan
utamanya menunjukkan dan mengarahkan ke proses dan dinamika hubungan anak-orang tua
dalam keluarga (Herdman & Kamitsuru, 2018). Hal ini didukung bahwa faktor keluarga
sangat menentukan pola makan anak (Hockenberry & Wilson, 2015) dan keseluruhan
kesehatan anak (Kumpfer dkk., 2016). Perawat harus memberikan edukasi pola nutrisi yang
sesuai kepada anak dan keluarga setelah menetapkan diagnosis ini supaya anak mampu untuk
mengonsumsi makanan bernutrisi (buah dan sayur) dan mengurangi makanan yang tidak
sehat (Hockenberry, Wilson, & Rodgers, 2017).
Data sekunder dari telaah literatur menyatakan dan menjabarkan beberapa pernyataan
akan keadaan keluarga tersebut, namun sangat kurangnya data primer menjadikan tidak
kuatnya defining characteristics untuk bisa memformulasikan sebuah diagnosis bagi kondisi
keluarga dan anak. Diagnosis paling mendekati untuk bisa diambil demi kepentingan edukasi
keluarga tersebut adalah impaired parenting (gangguan pola asuh orang tua; dalam Domain
7, Kelas 1, dan Kode Diagnosis 00056) karena definisinya yang berbunyi “inability of the
primary caretaker to create, mantain, or regain an environment that promotes the optimum
growth and development of the child.” (Ackley, Ladwig, & Makic, 2017). Meski kurang
sempurna, defining characteristics dari kondisi keluarga tersebut terutama dari posisi orang
tua yang bisa dijadikan indikator adalah: manajemen perilaku yang tidak konsisten,
penjagaan kesehatan anak yang tidak adekuat, dan ketidakmampuan persepsi untuk
memenuhi kebutuhan anak (Herdman & Kamitsuru, 2018). Kesannya memang terlalu kuat
untuk bisa sampai pada diagnosis ini, tetapi kebutuhan nutrisi yang baik seperti penjelasan
sebelumnya adalah kebutuhan utama anak yang harus dipenuhi oleh keluarga. Adanya
diagnosis ini membutuhkan intervensi edukasi kepada orang tua untuk meningkatkan kualitas
dinamika hubungan orang tua-anak (Ackley, Ladwig, & Makic, 2017), yang mana akan
memudahkan transfer pengetahuan dan pemodelan orang tua kepada anak. Edukasi kepada
orang tua tentang manfaat, dampak, dan risiko dari pemenuhan nutrisi anak juga akan
memudahkan orang tua untuk bisa semakin percaya diri menyampaikan dan mengajarkannya
kepada anak supaya anak (Meadows-Oliver, 2015). Edukasi sesuai diagnosis ini bertujuan
untuk bisa memudahkan anak mengubah pola nutrisinya dengan dukungan orang tua yang
suportif.
Sama seperti kedua masalah sebelumnya, kurangnya data untuk mendukung etiologi
gangguan tidur anak menyebabkan diagnosis yang dipakai tidak mungkin bisa akurat
sepenuhnya (Lunney, 2011). Selain itu, asesmen mendalam gangguan tidur anak sangat
diperlukan untuk penetapan diagnosis dan intervensi (Hockenberry & Wilson, 2015). Hanya
ada satu defining characteristic yaitu alterasi dalam fokus atau konsentrasi (Ackley, Ladwig,
& Makic, 2017) dan related factor yang mungkin yaitu merasa mengantuk berlebih di siang
hari. Oleh karena itu, diagnosis yang mungkin bisa ditetapkan adalah sleep deprivation
(deprivasi tidur; dalam Domain 4, Kelas 1, dan Kode Diagnosis 00096) dengan definisi
“prolonged periods of time without sustained natural, periodic suspension of relative
consciousness that provides rest.” (Herdman & Kamitsuru, 2018). Setidaknya, bisa diketahui
bahwa anak membutuhkan tidur yang cukup dan berkualitas; yang mana intervensi edukasi
perawat sangat diperlukan. Edukasi ini bisa dilakukan kepada anak dan orang tua, namun
edukasi kepada anak langsung bisa dilakukan untuk semakin memperkuat pemahaman tidur
yang baik dan berkualitas (Edelman & Kudzma, 2018).
Adanya diagnosis ini tentu akan membuat spesifikasi intervensi edukasi kesehatan
oleh perawat menjadi semakin baik. Diagnosis yang tepat juga akan mengarah kepada
intervensi yang tepat pula (Potter dkk., 2017), namun masih banyak asesmen yang harus
dilakukan untuk bisa membuat diagnosis yang akurat dan presisi. Kasus yang ada bertindak
sebagai contoh bagaimana perawat dalam memberikan intervensi edukasi kesehatan harus
memiliki latar belakang masalah yang tepat agar hasil edukasi yang diberikan mampu
berjalan efektif. Sekali lagi, diagnosis yang dibuat hanyalah gambaran bagaimana perawat
sebelum melakukan edukasi kesehatan harus memiliki dasar keputusan klinis yang kuat dan
tidak mengada-ada.
Referensi

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. (2017). Nursing Diagnosis Handbook (11 ed.).
St. Louis: Elsevier, Inc. Dipetik 7 Oktober 2020
Ball, J. W., Bindler, R. C., Cowen, K. J., & Shaw, M. R. (2017). Principles of Pediatric
Nursing (Caring for Children) (7 ed.). Hoboken: Pearson Education, Inc. Dipetik 7
Oktober 2020
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier and Erb's Fundamentals of Nursing
(Concepts, Process, and Practice) (10 ed.). Hoboken, New Jersey: Pearson Education
Inc. Dipetik 7 Oktober 2020
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2019). Nursing Care Plans. Philadelphia:
F. A. Davis Company. Dipetik 7 Oktober 2020
Edelman, C. L., & Kudzma, E. C. (2018). Health Promotion Throughout the Lifespan (9 ed.).
St. Louis: Elsevier, Inc. Dipetik 7 Oktober 2020
Gerritsen, S., Renker-Darby, A., Harré, S., Rees, D., Raroa, D. A., Eickstaedt, M., Sushil, Z.,
Allan, K., Bartos, A. E., Waterlander, W. E., & Swinburn, B. (2019). Improving low
fruit and vegetable intake in children: Findings from a system dynamics, community
group model building study. PloS One, 14(8), e0221107–e0221107. Dipetik 7
Oktober 2020, dari https://doi.org/10.1371/journal.pone.0221107
Giddens, J. F. (2021). Concepts for Nursing Practice. St. Louis: Elsevier, Inc. Dipetik 7
Oktober 2020
Harvard T. H. Chan School of Public Health. (2020). Vegetables and Fruits. Harvard T. H.
Chan School of Public Health: Dipetik 7 Oktober 2020, dari
https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/what-should-you-eat/vegetables-and-
fruits/
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (Eds.). (2018). NANDA International, Inc. Nursing
Diagnoses (Definitions and Classification) 2018-2020 (11 ed.). New York: Thieme
Publishers. Dipetik 7 Oktober 2020
Hodder, R. K., O’Brien, K. M., Stacey, F. G., Wyse, R. J., Clinton‐McHarg, T., Tzelepis, F.,
James, E. L., Bartlem, K. M., Nathan, N. K., Sutherland, R., & al., et. (2018).
Interventions for increasing fruit and vegetable consumption in children aged five
years and under. Cochrane Database of Systematic Reviews, 5. Dipetik 7 Oktober
2020, dari https://doi.org/10.1002/14651858.CD008552.pub5
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2015). Wong's Nursing Care of Infant and Children (10
ed.). St. Louis: Elsevier Mosby. Dipetik 7 Oktober 2020
Hockenberry, M. J., Wilson, D., & Rodgers, C. C. (2017). Wong's Essentials of Pediatric
Nursing (10 ed.). St Louis, Missouri: Elsevier, Inc. Dipetik 7 Oktober 2020
Kumpfer, K. L., Cátia, Magalhães, & Kanse, S. A. (2016). Impact of Family Structure,
Functioning, Culture, and Family-Based Interventions on Children's Health. In M. R.
Korin (Ed.), Health Promotion for Children and Adolescents. New York: Springer
Science+Business Media. Dipetik 7 Oktober 2020
Lunney, M. (2011). Avoiding Errors in Using NANDA International (I) Diagnoses in
Clinical and Educational Settings. NANDA International 2011 Conference Abstract.
NANDA International, Inc. Dipetik 7 Oktober 2020, dari
https://kb.nanda.org/article/AA-00961/0/Avoiding-Errors-in-Using-NANDA-
International-I-Diagnoses-in-Clinical-and-Educational-Settings.html
Meadows-Oliver, M. (Ed.). (2015). Pediatric Nursing Made Incredibly Easy! Philadelphia:
Wolters Kluwer Health. Dipetik 7 Oktober 2020
Park, J., Lee, J.-S., Jang, Y. A., Chung, H. R., & Kim, J. (2011). A comparison of food and
nutrient intake between instant noodle consumers and non-instant noodle consumers
in Korean adults. Nutrition Research and Practice, 5(5), 443–449. Dipetik 7 Oktober
2020, dari https://doi.org/10.4162/nrp.2011.5.5.443
Pender, N., Murdaugh, C., & Parsons, M. A. (2015). Health Promotion in Nursing Practice
(7 ed.). Hoboken: Pearson Education, Inc. Dipetik 7 Oktober 2020
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., Hall, A. M., & Ostendorf, W. R. (2017).
Fundamentals of Nursing (9 ed.). St Louis, Missouri: Elsevier Inc. Dipetik 7 Oktober
2020
Sassen, B. (2018). Nursing: Health Education and Improving Patient Self-Management.
Cham: Springer International Publishing AG. Dipetik 7 Oktober 2020
Savage, J. S., Fisher, J. O., & Birch, L. L. (2007). Parental influence on eating behavior:
conception to adolescence. The Journal of Law, Medicine & Ethics : A Journal of the
American Society of Law, Medicine & Ethics, 35(1), 22–34. Dipetik 7 Oktober 2020,
dari https://doi.org/10.1111/j.1748-720X.2007.00111.x
St-Onge, M.-P., Mikic, A., & Pietrolungo, C. E. (2016). Effects of Diet on Sleep Quality.
Advances in Nutrition (Bethesda, Md.), 7(5), 938–949. Dipetik 7 Oktober 2020, dari
https://doi.org/10.3945/an.116.012336
Taylor, C., Lillis, C., Lynn, P., & LeMone, P. (2015). Fundamentals of Nursing (The Art and
Science of Person-Centered Nursing Care) (8 ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer.
Dipetik 7 Oktober 2020
Yee, A. Z. H., Lwin, M. O., & Ho, S. S. (2017). The influence of parental practices on child
promotive and preventive food consumption behaviors: a systematic review and meta-
analysis. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, 14(1),
47. Dipetik 7 Oktober 2020, dari https://doi.org/10.1186/s12966-017-0501-3
Fardi Fajrian-Diagnosis
Keperawatan pada Anak dan
Keluarga dalam Kasus Problem-
Based Learning 1
by Fardi Fajrian Uploaded By Mizmir

Submission date: 08-Oct-2020 03:04PM (UTC+0700)


Submission ID: 1408897958
File name: FG3_Fardi_Fajrian_PBL1_-_Fardi_Orin.pdf (161.75K)
Word count: 1418
Character count: 9200
Fardi Fajrian-Diagnosis Keperawatan pada Anak dan Keluarga
dalam Kasus Problem-Based Learning 1
ORIGINALITY REPORT

0 %
SIMILARITY INDEX
0%
INTERNET SOURCES
0%
PUBLICATIONS
0%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

Exclude quotes On Exclude matches < 17 words


Exclude bibliography On

Anda mungkin juga menyukai