The Transtheoretical Model sebagai Tahapan Perubahan Perilaku Individu dan
Masyarakat dalam Promosi Kesehatan oleh Perawat
Fardi Fajrian, 1906292004
Perubahan perilaku untuk meningkatkan kesehatan adalah kapasitas yang dimiliki
setiap manusia, melalui kemampuan seperti pengetahuan diri dan pemecahan masalah (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2015). Perubahan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh berbagi faktor yang ada dalam individu atau masyarakat, sehingga interaksi antara subjek dan faktor-faktor yang ada bisa memengaruhi perkembangan perubahan perilaku kesehatan positif yang ingin dicapai (Edelman & Kudzma, 2018). Selain itu, individu atau masyarakat umumnya memiliki resistansi terhadap perubahan perilaku kesehatan positif (Laverack, 2017), sehingga perubahan bertahap adalah konsep di mana perubahan promosi kesehatan tidak terjadi secara tiba-tiba karena sikap umum manusia. Kunci utama individu atau masyarakat mampu berubah sesuai promosi kesehatan adalah keinginan untuk berubah itu sendiri yang mengantarkan mereka pada peningkatan derajat kesehatan melalui perubahan perilaku (Baguley, 2018). Upaya-upaya promosi kesehatan membutuhkan waktu untuk bisa menghasilkan dampak, yang mana the transtheoretical model (TTM) menjabarkan langkah dan tingkatan dampak yang dihasilkan dalam setiap tahapan perubahan promosi kesehatan yang difasilitasi oleh perawat. TTM adalah sebuah model perubahan perilaku bertahap yang diajukan oleh Prochaska & DiClemente (1983) sebagai deskripsi perubahan perilaku manusia yang dinamis (Liu dkk., 2018). TTM menyatakan bahwa perubahan berilaku bukan sesuatu yang terjadi secara kebetulan atau tiba-tiba, namun proses dinamis yang sangat tergantung pada kesiapan individu atau masyarakat dan menentukannya pada tahap mana mereka berada (Hashemzadeh dkk., 2019). TTM sebagai sebuah model perubahan perilaku juga telah terbukti efektif di berbagai macam studi (Hashemzadeh dkk., 2019) sehingga perawat ketika melakukan promosi kesehatan bisa menerapkan model ini di berbagai bidang promosi kesehatan (Lee dkk., 2015). TTM memiliki sifat siklis di mana seseorang bisa maju atau bahkan mundur dalam tahap perubahan, yang mana terdiri dari tahap: precontemplation, contemplation, preparation, action, maintenance, dan termination (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016). Konsep-konsep lain yang berperan penting untuk menentukan keberhasilan tahapan perubahan ini adalah: decisional balance, situational self-efficacy, dan processes of change (Di Noia & Prochaska, 2010 dalam Pender, Murdaugh, & Parsons, 2015). Pembahasan spesifik tentang setiap tahapan akan dijelaskan pada paragraf berikutnya. Precontemplation adalah tahap pertama di mana individu atau masyarakat tidak sadar dan tidak ingin mengubah perilaku yang selama ini dilakukannya selama enam bulan ke depan (Edelman & Kudzma, 2018). Individu atau masyarakat sangat resistan terhadap perubahan (Lacey & Street, 2017). Hal ini karena mereka memiliki penyangkalan yang tinggi terhadap perilakunya yang buruk karena kurangnya pengetahuan atas kesehatan dan saat menemui perawat mereka hanya merasa tertekan daripada termotivasi (Raihan & Cogburn, 2020). Mereka juga mungkin telah berusaha untuk mengubah perilakunya di masa lalu namun tidak berhasil sehingga mereka yakin bahwa perilaku buruk mereka sudah tidak bisa diubah lagi (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016). Perawat yang memiliki klien pada tahap ini akan mengkaji bahwa klien tidak tertarik untuk promosi kesehatan dan defensif atas perilakunya (Potter dkk., 2017). Tahap contemplation adalah saat di mana klien setelah menerima informasi yang cukup dan self-efficacy diri yang meningkat berpikir untuk berubah dari perilaku lamanya (Liu dkk., 2018). Klien memiliki niat untuk bertindak dalam pengubahan perilaku lamanya dalam kurun enam bulan ke depan (Baguley, 2018). Kesadaran diri menjadi penentu utama masalah yang akan dihadapi klien, di mana klien masih memiliki konflik untuk menetapkan masalah menjadi fokus utama namun belum ada tindakan nyata dalam mengatasi masalah tersebut (Raihan & Cogburn, 2020). Klien sudah aktif untuk mencari informasi dan dukungan untuk berubah, namun banyak yang masih terjebak dalam tahap ini lebih dari enam bulan hingga bertahun- tahun (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016). Perawat yang mendampingi klien pada tahap ini akan menemukan bahwa mereka masih bingung namun tidak menolak informasi promosi kesehatan oleh perawat karena nilai dan kepercayaan diri mereka sudah berubah (Potter dkk., 2017). Pengumpulan motivasi dan informasi yang cukup oleh klien akan mendorong mereka ke tahap preparation di mana klien sudah mengantisipasi perubahan yang akan mereka lakukan (Lacey & Street, 2017). Durasi perubahan yang akan dilakukan adalah sebulan ke depan yang berisikan perubahan-perubahan kecil dan sporadis (Edelman & Kudzma, 2018). Tahap ini juga merupakan tahap klien menentukan secara spesifik rencana-rencana yang akan dilakukan untuk mencapai perubahan perilaku (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016). Tahap preparation juga rawan terjadi relapse ke tahap sebelumnya jika perencanaan atau informasi tidak adekuat untuk mempertimbangkan baik dan buruk perubahan perilaku (Raihan & Cogburn, 2020). Perawat mampu meyakinkan klien bahwa manfaat dari promosi kesehatan jauh lebih banyak dari mudaratnya serta membantunya untuk menetapkan rencana-rencana perubahan (Potter dkk., 2017). Tahap action adalah tahap di mana klien sudah berperilaku sesuai dengan perubahan yang direncanakan dan memiliki kepercayaan diri dengan selalu mengevaluasi perubahan yang telah muncul (Raihan & Cogburn, 2020). Klien akan merasa antusias ketika melihat momentum perubahan yang terjadi (Lacey & Street, 2017). Klien juga mengarahkan strategi- strategi perilaku dan kognisi yang diperlukan untuk menjaga dirinya dari perilaku lamanya sehingga membutuhkan energi dan waktu yang tidak sedikit (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016). Waktu selama enam bulan atau kurang adalah waktu di mana klien akan terus melakukan aksi perubahan perilaku yang berdampak pada kesehatannya (Baguley, 2018). Selama perawat memberikan asuhan promosi kesehatan kepada klien pada tahap action, perawat sebisa mungkin mengidentifikasi hambatan-hambatan dan penunjang perubahan yang sedang dilakukan klien (Potter dkk., 2017). Setelah klien mulai beraksi untuk berubah, klien di tahap maintenance akan mulai membiasakan perilaku barunya yang lebih sehat selama lebih dari enam bulan (Lacey & Street, 2017). Perubahan ini sudah menjadi kebiasaan baru dan akan berlanjut tanpa akhir utamanya (Edelman & Kudzma, 2018). Selama enam bulan ke belakang, klien tidak berperilaku seperti sebelumnya dan tidak ada cobaan berarti untuk relapse karena mereka sudah melihat manfaat prima dari perilaku mereka (Raihan & Cogburn, 2020). Perawat setelah melihat klien di tahap ini harus mampu mengusahakan supaya perubahan ini telah menjadi gaya hidup klien ke depannya (Potter dkk., 2017). Tahap termination adalah tujuan akhir dan perpanjangan maintenance di mana klien tidak terancam atau tergugah untuk kembali ke tahap sebelumnya (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016). Perilaku promosi kesehatan sudah tampak seperti kebiasaan otomatis tanpa disadari, namun beberapa perilaku tidak sehat seperti merokok sangat susah untuk mencapai tahap termination (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016). Karenanya, perawat memiliki peran penting untuk tetap bersama-sama klien menjaga tahap maintenance supaya tidak relapse dan bahkan bisa mencapai tahap termination. Perawat memiliki peran dan kewajiban krusial untuk mendampingi dan tetap mempromosikan kesehatan selama klien melewati tahap-tahap tersebut. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, relapse adalah kondisi yang mengancam self-efficacy dan sangat mudah terjadi di berbagai tahapan TTM sehingga membuat klien kebanyakan harus mengulang siklus tahapan berkali-kali sebelum mencapai kebebasan dari siklus (Prochaska, Norcross, & DiClemente, 1994 dalam Berman, Snyder, & Frandsen, 2016). Perawat sebaiknya harus mengarahkan dan mencukupkan self-efficacy klien karena self-efficacy berubah secara tertentu di berbagai tahapan dan klien menjadi lebih percaya diri semakin naik tahapannya (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2015). Perawat sendiri dalam memberikan promosi kesehatan dan menjaga perubahan tahapan promosi kesehatan harus bisa pula melakukan peningkatan profesionalisme praktik untuk bisa mendampingi klien di setiap tahap, serta harus mendokumentasikan segala perubahan dan kemajuan di setiap tahap (Maijala dkk., 2016). Selain itu, peran perawat dalam menentukan promosi kesehatan di setiap tahapan perubahan adalah menjadi fasilitator dan pendukung klien baik secara material (kognitif) maupun imaterial (afektif) (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016). Perawat dan klien harus bekerja sama untuk menetapkan tujuan-tujuan promosi kesehatan yang realistis di setiap tahap supaya klien tidak mudah kehilangan motivasi, yang sesuai proses keperawatan. Kondisi ini bisa dicapai dengan menerapkan strategi-strategi yang bisa diaplikasikan di berbagai tahap TTM, yaitu strategi proses-proses perubahan kognitif dan perilaku (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2015). Proses perubahan kognitif terdiri atas: information seeking, evaluating barriers and benefits, dan acknowledging contextual influences (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2015). Proses perubahan perilaku terdiri atas: substituting behaviors, accepting support, setting realistic goals, practicing self-discipline, dan managing environment (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2015). Setiap elemen proses perubahan ini bisa diterapkan selama perawat melakukan proses keperawatan bersama klien sehingga perawat dan klien bisa saling melakukan evaluasi efektivitas promosi kesehatan di setiap tahap TTM atau proses keperawatan. Perubahan promosi kesehatan klien, baik individu dan masyarakat, melalui berbagai tahapan yang mana perawat memiliki kewajiban untuk menyertai klien supaya tujuan dan hasil promosi kesehatan bisa tercapai. TTM menggambarkan bahwa klien akan mulai dari penyangkalan akan perilaku dan nilai dirinya sebelum naik dan berubah perilaku kesehatannya ke arah yang lebih baik. Tahap-tahap dalam TTM juga menunjukkan bagaimana motivasi dan informasi bersifat fluktuatif dan dinamis sehingga klien baik individu maupun masyarakat rawan untuk terjadi relapse. Kondisi inilah yang membuat perawat harus mendampingi klien untuk memberikan informasi dan mendukung secara emosional agar tujuan-tujuan promosi kesehatan bersama bisa dicapai. Sebagai sebuah konsep yang dinamis, TTM sebagai model tahap perubahan dalam promosi kesehatan secara fundamental membutuhkan partisipasi aktif klien dan perawat hingga keduanya bisa saling mendukung untuk mencapai kondisi kesehatan yang ideal. Referensi Baguley, F. (2018). Public health and the promotion of well-being. Dalam S. Chilton, & H. Bain (Penyunt.), A Textbook of Community Nursing. New York: Taylor & Francis. Dipetik 13 November 2020 Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier and Erb's Fundamentals of Nursing (Concepts, Process, and Practice) (Ed. 10). Hoboken, New Jersey: Pearson Education Inc. Dipetik 13 November 2020 Edelman, C. L., & Kudzma, E. C. (2018). Health Promotion Throughout the Lifespan (Ed. 9). St. Louis: Elsevier, Inc. Dipetik 13 November 2020 Hashemzadeh, M., Rahimi, A., Zare-Farashbandi, F., Alavi-Naeini, A. M., & Daei, A. (2019). Transtheoretical Model of Health Behavioral Change: A Systematic Review. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, 24(2), 83–90. Dipetik 13 November 2020, dari: https://doi.org/10.4103/ijnmr.IJNMR_94_17 Lacey, S. J., & Street, T. D. (2017). Measuring healthy behaviours using the stages of change model: an investigation into the physical activity and nutrition behaviours of Australian miners. BioPsychoSocial Medicine, 11, 30. Dipetik 13 November 2020, dari: https://doi.org/10.1186/s13030-017-0115-7 Laverack, G. (2017). The challenge of behaviour change and health promotion. Challenges, 8(2), 25. Dipetik 13 November 2020, dari: https://doi.org/10.3390/challe8020025 Lee, J. Y., Park, H.-A., & Min, Y. H. (2015). Transtheoretical Model-based Nursing Intervention on Lifestyle Change: A Review Focused on Intervention Delivery Methods. Asian Nursing Research, 9(2), 158–167. Dipetik 13 November 2020, dari: https://doi.org/10.1016/j.anr.2015.05.001 Liu, K. T., Kueh, Y. C., Arifin, W. N., Kim, Y., & Kuan, G. (2018). Application of Transtheoretical Model on Behavioral Changes, and Amount of Physical Activity Among University’s Students. Frontiers in Psychology (Vol. 9, p. 2402). Dipetik 13 November 2020, dari: https://www.frontiersin.org/article/10.3389/fpsyg.2018.02402 Maijala, V., Tossavainen, K., & Turunen, H. (2016). Health promotion practices delivered by primary health care nurses: Elements for success in Finland. Applied Nursing Research, 30, 45–51. Dipetik 13 November 2020, dari: https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.apnr.2015.11.002 Pender, N., Murdaugh, C., & Parsons, M. A. (2015). Health Promotion in Nursing Practice (Ed. 7). Hoboken: Pearson Education, Inc. Dipetik 13 November 2020 Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., Hall, A. M., & Ostendorf, W. R. (2017). Fundamentals of Nursing (Ed. 9). St Louis, Missouri: Elsevier Inc. Dipetik 13 November 2020 Raihan, N., & Cogburn, M. (2020). Stages of Change Theory. Treasure Island: StatPearls Publishing. Dipetik 13 November 2020, dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556005/