Anda di halaman 1dari 29

BAB I

KONSEP TEORI

A. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita


Organ reproduksi wanita secara umum dibagi dua, yaitu organ reproduksi
wanita yang terdapat di luar dan di dalam tubuh.

a. Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam


1. Ovarium
Merupakan organ utama pada wanita. Ovarium (indung telur)
berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 – 4 cm. Ovarium
berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap
ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari. Berjumlah sepasang dan
terletak di dalam rongga perut pada daerah pinggang sebelah kiri dan
kanan. Berfungsi untuk menghasilkan sel ovum dan hormon wanita
seperti: Estrogen yang berfungsi untuk mempertahankan sifat sekunder
pada wanita, serta juga membantu dalam prosers pematangan sel ovum.
Progesterone yang berfungsi dalam memelihara masa kehamilan.
2. Fimbriae
Merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di bagian pangkal
ovarium berdekatan dengan ujung saluran oviduct. Berfungsi untuk
menangkap sel ovum yang telah matang yang dikeluarkan oleh ovarium.
3. Infundibulum
Merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk corong/membesar
dan berdekatan dengan fimbriae. Berfungsi menampung sel ovum yang
telah ditangkap oleh fimbriae.
4. Tuba fallopi
Merupakan saluran memanjang setelah infundibulum yang bertugas
sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan
bantuan silia pada dindingnya.
5. Oviduct
Merupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba fallopi.Berfungsi
sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan
bantuan silia pada dindingnya.
6. Uterus
Merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk seperti buah
pir dengan bagian bawah yang mengecil. Berfungsi sebagai tempat
pertumbuhan embrio. Tipe uterus pada manusia adalah simpleks yaitu
dengan satu ruangan yang hanya untuk satu janin. Uterus mempunyai 3
macam lapisan dinding yaitu : Perimetrium (lapisan yang terluar yang
berfungsi sebagai pelindung uterus), Miometrium (lapisan yang kaya
akan sel otot dan berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan
melebar dan kembalike bentuk semula setiap bulannya), Endometrium
(lapisan terdalam yang kaya akan seldarah merah. Bila tidak terjadi
pembuahan maka dindingendometrium inilah yang akan meluruh
bersamaan dengan selovum matang).
7. Cervix
Merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit
sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Menghubungkan uterus
dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dari uterus
menuju saluran vagina.
8. Saluran vagina
Merupakan saluran lanjutan dari cervic dan sampai pada vagina.
9. Klitoris
Merupakan tonjolan kecil yang terletak di depan vulva. Sering disebut
dengan klentit.
b. Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar
1. Vagina
Merupakan saluran yang menghubungkan organ uterus dengan tubuh
bagian luar. Berfungsi sebagai organ kopulasi dan saluran persalinan
keluarnya bayi sehingga sering disebut dengan liang peranakan. Di dalam
vagina ditemukan selaput dara.
2. Vulva
Merupakan suatu celah yang terdapat di bagian luar. Vulva terbagi atas
sepertiga bagian bawah vagina,klitoris, dan labia. Hanya mons dan labia
mayora yang dapat terlihat pada genetalia eksterna wanita. Arteri pudenda
interna mengalirkan darah ke vulva. Arteri ini berasal dari arteri iliaka
interna bagian posterior, sedangkan aliran limfatik dari vulva mengalir ke
nodus inguinalis.

Alat genetalia luar terdiri dari :

a. Mons veneris/pubis (Tundun)


Bagian yang menonjol berupa tonjolan lemak yang besar terletak
di di atas  simfisis pubis. Area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa
pubertas.
b. Labia Mayora (bibir besar)
Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas. Labia
mayora banyak mengandung urat syaraf. Labia mayora merupakan
struktur terbesar genetalia eksterna wanita dan mengelilingi organ
lainnya, yang berakhir pada mons pubis.
c. Labia Minora (bibir kecil)
Berada di sebelah dalam labia mayora. Jadi untuk memeriksa labia
minora, harus membuka labia mayora terlebih dahulu.
d. Klitoris (Kelentit)
Sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar biji kacang
hijau yang dapat mengeras dan tegang (erectil) yang mengandung urat
saraf, jadi homolog dengan penis dan merupakan organ perangsang
seksual pada wanita.
e. Vestibulum (serambi)
Merpakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora),
muka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum. Dalam vestibulum
terdapat muara-muara dari : liang senggama (introitus
vagina),urethra,kelenjar bartolini, dan kelenjar skene kiri dan kanan.
f. Himen (selaput dara)
Lapisan/membran tipis yang menutupi sebagian besar dari liang
senggama, ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat
mengalir keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya
berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit. Konsistensinya ada yang
kaku, dan ada yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang
dapat dilalui satu jari. Himen mungkin tetap ada selama pubertas atau
saat hubungan seksual pertama kali.
g. Perineum (kerampang)
Merupakan bagian terendah dari badan berupa sebuah garis yang
menyambung kedua tuberositas iski, daerah depan segitiga kongenital
dan bagian belakang segitiga anal, titik tengahnya disebut badan
perineum terdiri dari otot fibrus yang kuat di sebelah depan anus

B. Definisi Kanker Serviks

 Kanker serviks adalah Kanker yang terjadi pada serviks uteri, dan
merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita oleh Wanita.

 Kanker Leher Rahim ( Kanker Serviks ) adalah tumor ganas yang tumbuh
di dalam leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina ).

 Kanker leher rahim/Kanker serviks termasuk dalam kategori tumor ganas


yang timbul di leher rahim wanita. Kanker ini dapat meluas ke vagina,
rahim hingga indung telur (Shadine, 2012).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kanker
serviks/kanker leher rahaimadalah tumor ganas atau neoplasma yang berkembang
di daerah leher rahim wanita.

C. Epidemiologi
Karsinoma serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering pada
perempuan dan bertanggung jawab untuk 6% dari semua kanker pada perempuan
di Amerika Serikat (CancerNet, 2001). Kanker servikal ini sebagian besar (90%)
adalah karsinoma sel skuamosa dan sisanya (10%) adalah adenokarsinoma.
Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus
papilloma manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual. Penelitian
epidemiologi diseluruh dunia menegaskan bahwa infeksi HPV adalah faktor
penting dalam perkembangan kanker servikal (Bosch et al, 1995). Factor risiko
lain untuk perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual pada usia
muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status ekonomi
yang rendah, dan merokok. (Sylvia A. Price, 2005).
D. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tak terkendali.
Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang
disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka
keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti,
tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya
kanker serviks:

1. HPV (human papillomavirus)


HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah
HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.
2. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi HPV pada serviks.

3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini

4. Berganti-ganti pasangan seksual

5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia


di bawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan
wanita yang menderita kanker serviks

6. Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah


keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970)

7. Gangguan sistem kekebalan

8. Pemakaian pil KB

9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun

10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan Pap smear secara
rutin)

E. Patofisiologi dan Pathway


Kanker servik adalah dimana sel-sel neoplastik terjadi pada seluruh lapisan
epitel disebut displasia. Displasia merupakan neoplasia servik intraepithelial
( CNI ). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat II sedang,
tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker serviks pendrahan
merupakan satu-satunya gejala yang nyata. Tetapi gejala ini hanya ditemukan
pada saat lanjut. Sedang untuk tahap awal tidak.
CNI biasanya terjadi dismbung epitel skuamosa dengna epitel kolumnar dan
mukosa endoserviks. Keadaan ini tidak dapat diketahui dengan cara panggul
rutin, pap smear dilaksanakan untuk mendeteksi perubahan. Neoplastik hasil
apusan abnormal dilanjutkan dengan biopsy untuk memperoleh jaringan guna
memperoleh jaringan guna pemeriksaan sitologik. Sedang alat biopsy dengan
mengambil sample, biopy kerucut juga harus dilakukan.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy kerucut atau
dibersihkan dengan laser atau bedah beku. Atau biasa juga dengan histerektomi
bila pasien merencanakan untuk tidak punya anak. Kanker invasive dapat meluas
sampai jaringan ikat, pembuluh limfe dan vena. Vagina ligamentum cardinal.
Endometrium penanganan yang dapat dilaksanakan yaitu radioterapi atau
histerekum radikal dengan mengangkat uterus atau ovarium jika terkena kelnjar
limfe aorta diperlukan kemoterapi ( Price, Sylvia, 2006 )

F. Klasifikasi Kanker Serviks


Klasifikasi Menurut IFGO (international Federation of Gynecology and
Obstetrics)
Tingkat Kriteria

0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh

I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus


uteri

Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan


sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat
didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.

Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada


pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi
stroma melebihi Ia

II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3


bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding
panggul

II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari


infitrat tumor

II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum


sampai dinding panggul

III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium


tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.

III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan


daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.

IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan


mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi
keluar panggul ketempat yang jauh

IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau
sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi

IV b Telah terjadi metastasi jauh.


 Klasifikasi Menurut Pertumbuhan Sel Kankers Serviks
A. Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.
2. Stadium karsinoma insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan
sel cadangan endoserviks.
3. Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana
basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada
skrining kanker.
4. Stadium karsinoma invasif.
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea
bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu
jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan
korpus uteri.
B. Makroskopis
1. Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2. Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio

4. Stadium lanjut.
Terjadi pengerusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

G. Manifestasi Klinis Tiroiditis


Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan
dan menyusup ke jaringan sekitarnya.
a. Perdarahan vagina abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks, tetapi
tidak selalu ada.
b. Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah.
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
c. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
d. Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah
muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
e. Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan
kelelahan.
f. Nyeri panggul, punggung dan tungkai.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Sitologi/Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear.
Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test
ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang
abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher
rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan
mikroskop. Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology )
adalah metoda pap smear yangdimodifikasi yaitu sel usapan serviks
dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran,
darah, lendir serta memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga
akan meningkatkan sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan dengan
mengunakan semacam sikat(brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam
cairan dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan
mikroskop. Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya
kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka
dilakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi. Penanganan kanker
serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran
histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun
mencapai 90%
Keuntungan: murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan: tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
3. Koloskopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan
untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks
yang abnormal. Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat
serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Dengan kolposkopi
akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian dilakukan
biopsi pada lesi-lesi tersebut.
Keuntungan: dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan: hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
7. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
 IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes
sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non
dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya
sangat sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam
asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang
tidak normal. 
8. Pemeriksaan darah lengkap
 Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi
pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur
kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan darah
yang berlangsung dalam sel-sel tubuh

I. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium
lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan
pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan
hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti
menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher rahim/kanker
servik akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker
leher rahim/kanker serviks ini juga mendapatkan sitostatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada
siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih
besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.

 Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi
eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan
yang digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang
baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant.

Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan


antara lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake
cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan,
dan melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan
dalam perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi
aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan
kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari,
memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan
jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi
radiasi perawatannya yaitu monitor tanda - tanda vital tiap 4 jam.
Memberikan posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan
parenteralsampai 300ml dan memberikan support mental. Perawatan
post pengobatan antara lain menghindari komplikasi post pengobatan
( tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia ), monitor intake
dan output cairan. (Bambang sarwiji, 2011)

J. Komplikasi
A. Berkaitan dengan intervensi pembedahan
1. Vistula Uretra
2. Disfungsi bladder
3. Emboli pulmonal
4. Infeksi pelvis
5. Obstruksi usus
B. Berkaitan dengan kemoterapi
1. Sistitis radiasi Enteritis
2. Supresi sumsum tulang
3. Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung
sisplatin
4. Kerusakan membrane mukosa GI
BAB II
ASKEP TEORI

Nama Mahasiswa : Berisikan nama mahasiswa


NIM : Berisikan nim mahasiswa
Ruang : Berisikan ruang oraktrek mahasiswa selama di rumah sakit
Tanggal Pengkajian : Berisikan tanggal melakukan pengkajian terhadap pasien
Tanggal Praktek :Berisikan tanggal awal prakteknya mahasiswa, lama praktek,
dan rentan waktu praktek.
Paraf : Berisikan tanda tangan mahasiswa
A. Pengkajian
Identitas : Identitas pasien setidaknya berisi tentang nama, no
recam medis, tempat/tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama,pekerjaan, dan pendidikan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, diagnose medis,dan
status pernikahan.
Penanggung Jawab : Penanggung jawab setidaknya berisikan nama,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status pernikahan, hub. Dengan px.

1. Keluhan Utama
Dimana pasien ditanyakan keluhan apa yang paling dirasakan
mengganggunya.
2. Genogram
Berisikan catatan garis keturunan minimal 3 generasi.
3. Riwayat Kesehatan
Pasien ditanyakan bagaimana dia bisa masuk rumah sakit.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tujuan menanyakan riwayat kesehatan keluarga agar kita mengetahui
apakah penyakit tersebut adalah bersifat genetik.

5. Riwayat Lingkungan Hidup


Pasien ditanyakan bagaimana kondisi lingkungan di sekitarnya, baik
rumah, dan tetangga.
6. Riwayat Rekreasi
Pasien ditanyakan senang diajak pergi kemana untuk menghabiskan waktu
luang.
7. Sumber/Sistem Pendukung Yang Diinginkan
Pasien ditanyakan apakah ada sarana yang mendukung untuk membantu
pasien jika sakit yang di deritanya kambuh, seperti klinik dokter,
puskesmas.
8. Deskripsi Hari Khusus
Pasien ditanyakan apakah dia memiliki hari khusus yang selalu di
ingatnya.
9. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien ditanyakan tentang bagaimana kesehatannya dahulu, apakah dia
pernah masuk rumah sakit akibat penyakit yang sama atau karna penyakit
yang berbeda.
10. Tinjauan Sistem
a. Keadaan Umum
Berisikan tentang pengukuran TTV ( Nadi, Tekanan Darah, Suhu,
Respirasi ), Kesadaran ( GCS, Eye, Motorik, Verbal ), Keadaan
Umum untuk mengukur nyeri ( P,Q,R,S,T )
b. Integument
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada areal integument
O:
I: Melihat bagaimana areal integument pasien seperti warna kulit,
turgor kulit, kondisi kulit.
P: Melakukan penekanan pada areal integument pasien untuk
mengetahui ada/tidaknya nyeri tekan

c. Kepala
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada areal kepala.
O:
I: Melihat bagaimana areal kepala pasien seperti bentuk kepala,
warna rambut, distribusi rambut, ada lesi/ tidak pada kulit kepala,
kesimetrisan wajah.
P: Melakukan penekanan pada areal kepala pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan
d. Mata
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada areal mata.
O:
I: Melihat bagaimana areal mata pasien seperti kesimetrisan mata
kanan dan kiri, keadaan sklera, konjungtiva, pupil, fisus, dan
lapang pandang.
P: Melakukan penekanan pada areal mata pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan
e. Telinga
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada areal telinga.
O:
I: Melihat bagaimana areal telinga pasien seperti kesimetrisan telinga
kanan dan kiri, ada/tidaknya darah, cairan pada telinga,
ada/tidaknya lesi.
P: Melakukan penekanan pada areal telinga pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan.
f. Hidung dan Sinus
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada areal hidung.
O:
I: Melihat bagaimana areal hidung pasien seperti ada/tidaknya sekret
atau cairan, ada/ tidaknya tarikan cuping hidung, ada/tidaknya
kotoran dan lesi.
P: Melakukan penekanan pada areal hidung pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan dan sinus.
g. Mulut dan Tenggorokan
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada areal mulut dan tenggorokan.
O:
I: Melihat bagaimana areal mulut pasien seperti kondisi bibir, gigi.
P: Melakukan penekanan pada areal mulut pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya nyeri tekan atau pergeseran rahang.
h. Leher
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada areal leher.
O:
I: Melihat bagaimana areal leher pasien seperti warna, ada/tidaknya
lesi
P: Melakukan penekanan pada areal leher pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya pembesaran tiroid.
i. Payudara
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada areal payudara.
O:
I: Melihat bagaimana areal payudara pasien seperti warna,
ada/tidaknya lesi.
P: Melakukan penekanan pada areal payudara pasien untuk
mengetahui ada/tidaknya nyeri tekan pada payudara.
j. Pernafasan
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada saat bernafas.
O:
I: Melihat bagaimana frekuensi nafas, kualitas nafas, ada/tidaknya
sumbatan, retraksi dada.
A: Mendengar bagaimana suara pernafasan pasien.
P: Melakukan pengetukan pada areal pernafasan.
P: Melakukan penekanan pada pernafasan pasien untuk mengetahui
ada/tidaknya pembesaran organ pernafasan.
k. Kardiovasikuler
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada areal kardiovasikuler.
O:
I: Melihat bagaimana kesimetrisan dada, warna kulit, ada/tidaknya
lesi
A: Mendengar bagaimana kekuatan, irama pada kardiovasikuler.
P: Melakukan pengetukan pada areal kardiovasikuler untuk
mengetahui suara yang dihasilkan.
P: Melakukan penekanan pada areal kardiovasikuler untuk
mengetahui ada/tidaknya nyeri tekan, dan pembesaran organ.
l. Gastrointestinal
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada areal gastrointestinal.
O:
I: Melihat bagaimana warna kulit perut, ada/tidaknya lesi, rambut
halus pada areal abdoment.
A: Mendengar peristaltik usus pasien
P: Melakukan pengetukan pada areal gastro untuk mengetahui bunyi
apa yang dihasilkan.
P: Melakukan penekanan untuk mengetahui ada/tidaknya nyeri tekan
dan pembesaran organ.
m. Perkemihan
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada areal perkemihan.
O:
I: Melihat bagaimana warna kulit perut, ada/tidaknya lesi.
P: Melakukan penekanan untuk mengetahi ada/tidaknya nyeri tekan
pada areal perkemihan.
n. Muskuloskletal
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada areal muskuloskletal.
O:
I: Melihat bagaimana warna kulit, ada/tidaknya lesi.
P: Melakukan penekanan unntuk mengetahi ada/tidaknya nyeri tekan.
P: Melakukan pengetukan untuk mengetahui reflek muskuloskletal.
o. Sistem Saraf Pusat
S:
O:
I: Melihat bagaimana fungsi pengindraan, penciuman, pendengaran,
pengecapan pada pasien.
P: Melakukan penekanan pada titik tertentu untuk melihat gerak
reflek pasien.
p. Reproduksi
S: Pasien mengatakan tentang ada/tidaknya keluhan yang dirasakan
pada areal sistem reproduksi.
O:
I: Melihat bagaimana keadaan alat reproduksi pasien.
P: Melakukan penekanan untuk mengetahui ada/tidaknya nyeri tekan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Nyeri Akut berhubungan dengan penyakit


2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka pendarahan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status metabolik
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan rusaknya jaringan, kulit
kering
5. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker)
7. Resiko perubahan pola seksual berhubungan dengan perubahan fungsi dan
struktur tubuh

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien:
Usia :
Ruang :
Tanggal :

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1.Komprehensif 1.Untuk mengetahui
penyakit ditandai asuhan meliputi lokasi, lokasi, karateristik
dengan keperawatan karakteristik, durasi, dan keparahan
pasien…………….. selama …x.. jam di frejuensi, nyeri
harapkan tidak kualitas/keparahan 2.Untuk megetahui
terjadi nyeri nyeri, dan faktor tentang penyebab,
persentasenya. berapa lama
2.Berikan informasi berlangsung, dan
tentang nyeri, seperti antisipasi nyeri.
penyebab, berapa lama 3.Untuk
akan berlansung, dan mempermudah
antisipasi nyeri klien beristirahat
3.Ajarkan penggunaan pada malam hari.
teknik non 4. Untuk
farmakologis misalnya mengalihkan
terapi musik. perhatian tentang
4. Bantu klien untuk rasa nyeri yang
lebih berfokus pada dirasakan.
aktivitas bukan oada 5.Untuk mengurangi
nyeri. rasa nyeri.
5. Kolaborasi
pemberian analgesik.
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji adanya tanda- 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan asuhan tanda infeksi. secara dini adanya
luka pendarahan keperawatan 2. Kaji faktor-faktor tanda-tanda infeksi
ditandai dengan selama …x.. jam di yang dapat sehingga dapat
pasien…………… harapkan tidak meningkatkan segera diberikan
1. terjadi infeksi kerentanan terhadap tindakan yang
infeksi. tepat.
3. Lakukan pencucian 2. Untuk mengetahui
tangan sebelum dan secara dini adanya
sesudah prosedur faktor-faktor
tindakan. infeksi.
4. Lakukan prosedur 3. Menghindari
invasif secara aseptik resiko penyebaran
dan antiseptik. kuman penyebab
5. Kolaborasi pemberian infeksi.
antibiotik. 4. Untuk
menghindari
kontaminasi
dengan kuman
penyebab infeksi.
5. Menghambat
perkembangan
kuman sehingga
tidak terjadi proses
infeksi.

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Timbang BB sesuai 1.Untuk mengetahui


nutrisi kurang dari asuhan indikasi. berat badan pasien
kebutuhan tubuh b/d keperawatan 2. Tentukan program 2.Agar pola makan
ditandai dengan selama …x.. jam di diet, pola makan, pasien dapat di
pasien……….. harapkan tidak dan bandingkan dgn control.
terjadi gangguan makanan yang dapat 3.Untuk mengetahui
nutrisi. dihabiskan pasien. suara bising usus
3. Auskultrasi bising pasien, perut
usus, catat nyeri kembung.
abdomen / perut 4. Agar makanan
kembung,mual- mudah dicerna dan
muntah pertahankan kebutuhan makan
keadaan puasa sesuai pasien terpenuhi
inndikasi. 5.Untuk mengetahui
4. Berikan mkn cair makanan apa yang
yang mengandung disenangi pasien.
nutrisi & elektrolit. 6. Untuk mengetahui
Selanjutnya gula darah pasien.
memberikan mkn
yang lebih padat.
5. Identifikasi mkn
yang disukai
6. Lakukan
pemeriksaan gula
darah dgn finger
stick.
4 Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Kaji/ catat warna 1. Memberikan
kulit b/d rusaknya asuhan lesi,perhatikan jika inflamasi dasar
jaringan, kulit keperawatan ada jaringan tentang terjadi
kering ditandai selama …x… jam nekrotik dan kondisi proses inflamasi
dengan pasien….. di harapkan sekitar luka dan atau
1. mencapai 2. Berikan perawatan mengenai
penyembuhan khusus pada daerah sirkulasi daerah
cepat yang terjadi yang terdapat
inflamasi lesi.
3. Evaluasi warna lesi 2. menurunkan
dan jaringan yang terjadinya
terjadi inflamasi penyebaran
perhatikan adakah inflamasi pada
penyebaran pada jaringan sekitar.
jaringan sekitar 3. Mengevaluasi
4. Bersihan lesi dengan perkembangan
sabun pada waktu lesi dan
direndam inflamasi dan
5. Istirahatkan bagian mengidentifikasi
yang terdapat lesi terjadinya
dari tekanan komplikasi
4. Kulit yang
terjadi lesi perlu
perawatan
khusus untuk
mempertahankan
kebersihan lesi
5. Tekanan pada
lesi bisa
maenghambat
proses
penyembuhan
5. Keletihan b/d Setelah dilakukan 1. Dsikusikan dengan 1. Memberikan
penurunan energi asuhan pasien kebutuhan informasi untuk
metabolik ditandai keperawatan akan aktifitas, buat membantu dalam
dengan pasien…… selama …x.. jam di jadwal perencanaan memberikan
harapkan px dnegan pasien dan intervensi.
mengalami identifikasi aktiftas 2. Untuk
peningkatan energi. yang menimbulkan mengetahui
kelelahan. perkembangan
2. Berikan aktifitas atau keadaan
alternatif dengan pasien
periode istirahat 3. Dapat
tanpa diganggu. mengurangi rasa
3. Pantau nadi, RR, TD nyeri
sebelum dan sesudah 4. Posisi yang
melakukan aktifitas. nyaman dapat
4. Diskuiskan cara menurunkan rasa
menghemat kalori nyeri
selama mandi, 5. menghilangkan
berpindah tempat rasa nyeri
dsb.
5. Tingkatkan
partisipasi klien
dalam melakukan
aktifitas sehari-hari
sesuai dnegan yang
dapat ditoleransi.

6. Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan 1. Kaji derajat ansietas. 1. Menentukan


situasi (kanker) asuhan 2. Biarkan pasien intervensi
ditandai dengan keperawatan mengekspresikan keperawatan
pasien…… selama …x.. jam di perasaan tentang selanjutnya.
harapkan ansietas kondisinya. 2. Pengekspresian
px berkurang Pertahankan cara perasaan
yang tenang dan membantu pasein
efisien. Jelaskan mngidentifikasi
semua tujuan sumber ansietas
tindakan yang dan penggunaan
ditentukan. respon koping.
3. Pertahankan kontak Pendekatan
sering dengan tenang oleh
pasien. Bicara pemberi
dengan menyentuh perawatan
pasien bila tepat. menyampaikan
4. Waspada pd tanda kepercayaan dan
menyangkal/depresi, control.
mis. Menarik diri, Pengetahuan apa
marah, tanda tidak yang diperkirakan
tepat. Tentukan membantu
adanya ide bunuh mengurangi
diri dan kaji ansietas.
potensial nyeri pada 3. Memberikan
skala 0-10. keyakinan bahwa
5. Libatkan orang pasien tidak
terdekat sesuai sendiri atau
indikasi bila ditolak, berikan
keputusan mayor respek dan
akan dibuat. penerimaan
individu,
6. Tingkatkan rasa mengembangkan
tenang dan kepercayaan.
lingkungan tenang. 4. Pasien dapat
7. Perhatikan koping menggunakan
takefektif, mis. mekansime
Interaksi social pertahanan dari
buruk, tidak berdaya, menyangkal dan
fungsi menyerah mengekspresikan
setiap hari dan harapan dimana
kepuasan sumber. diagnosis tidak
akurat. Persaan
bersalah, distress
spiritual, gejala
fisik atau kurang
erawatan diri
dapat
menyebabkan
pasien menjadi
menarik diri dan
yakin bahwa
bunuh diri adalah
pilihan tepat.
5. Menjamin system
pendukung untuk
pasien dan
memungkinkan
orang terdekat
terlibat degna
tepat.
6. Memudahkan
istirahat,
menghemat
energi dan
meningkatkan
kemmapuan
koping.
7. Mengidentiifkasi
masalah individu
dam memberikan
dukungan pada
pasien/orang
terdekat dalam
menggunakan
keterampilam
koping efektif.
7 Resiko perubahan Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan 1. Pengakuan
pola seksual b/d asuhan pasien dan orang legitimasi tentang
perubahan fungsi keperawatan terdekat sifat masalah.
dan struktur tubuh selama …x.. jam di seksualitas dan Seksualitas cara
ditandai dengan harapkan px tidak reaksi bila ini pria dan wanita
pasien…. terjadi perubahan berubah atau memandang
pola seksual. terancam. Berikan mereka sendiri
informasi tentang sebagai indivdu
normalitas masalah- dan bagaimana
masalah ini dan menyampaikan
bahwa banyak orang antar mereka dan
menemukan bantuan di antara setiap
untuk proses area kehidupan.
adaptasi. 2. Pedoman
2. Anjurkan pasien antisipasi dapat
tentang efek emmbantu pasien
samping dari dan orang
pengobatan kanker terdekat mulai
yang diresepkan proses adaptasi
yang diketahui pada keadaan
mempengaruhi baru.
seksulitas. 3. Kebutuhan
3. Berikan waktu seksualitas tidak
tersendiri untuk berakhir karena
pasien yang dirawat. pasien dirawat.
Kebutuhan
keintiman
berlanjut dan
sikap terbuka dan
menerima untuk
ekspresi
kebutuhan ini
adalah penting.

IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi

EVALUASI

No Jam / tanggal Diagnosa Evaluasi


1. Berisikan Nyeri akut berhubungan dengan S : Berisikan respon
tanggal, dan jam penyakit ditandai dengan pasien selama
pemberian pasien…………….. dilakukan asuhan
rencana keperawatan
keperawatan O : Berisikan hasil
dari pelaksanaan
asuhan
keperawatan
A: Berisikan tentang
apakah tujuan
tercapai atau tidak
P : Berisikan tentang
apabila tujuan
belum tercapai
maka harus
kembali dilakukan
asuhan
keperawatan.
2. Berisikan Gangguan nutrisi kurang dari S : Berisikan respon
tanggal, dan jam kebutuhan tubuh berhubungan pasien selama
pemberian dengan ketidakmampuan menelan dilakukan asuhan
rencana ditandai dengan pasien……….. keperawatan
keperawatan O : Berisikan hasil
dari pelaksanaan
asuhan
keperawatan
A: Berisikan tentang
apakah tujuan
tercapai atau tidak
P : Berisikan tentang
apabila tujuan
belum tercapai
maka harus
kembali dilakukan
asuhan
keperawatan.
3. Berisikan Kelemahan berhubungan dengan S : Berisikan respon
tanggal, dan jam penurunan energi metabolik pasien selama
pemberian ditandai dengan pasien…… dilakukan asuhan
rencana keperawatan
keperawatan O : Berisikan hasil
dari pelaksanaan
asuhan
keperawatan
A: Berisikan tentang
apakah tujuan
tercapai atau tidak
P : Berisikan tentang
apabila tujuan
belum tercapai
maka harus
kembali dilakukan
asuhan
keperawatan.
4. Berisikan Ansietas berhubungan dengan S : Berisikan respon
tanggal, dan jam krisis situasi (kanker) ditandai pasien selama
pemberian dengan pasien…… dilakukan asuhan
rencana keperawatan
keperawatan O : Berisikan hasil
dari pelaksanaan
asuhan
keperawatan
A: Berisikan tentang
apakah tujuan
tercapai atau tidak
P : Berisikan tentang
apabila tujuan
belum tercapai
maka harus
kembali dilakukan
asuhan
keperawatan.
5 Berisikan Resiko perubahan pola seksual S : Berisikan respon
tanggal, dan jam berhubungan dengan perubahan pasien selama
pemberian fungsi dan struktur tubuh ditandai dilakukan asuhan
rencana dengan pasien…. keperawatan
keperawatan O : Berisikan hasil
dari pelaksanaan
asuhan
keperawatan
A: Berisikan tentang
apakah tujuan
tercapai atau tidak
P : Berisikan tentang
apabila tujuan
belum tercapai
maka harus
kembali dilakukan
asuhan
keperawatan.

Penkes kanker serviks


Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Kata yang tepat untuk anda
melakukan pencegahan dini terhadap resiko terserang kanker serviks., bahkan
survey menunjukan perempuan yang terinfeki virus papiloma manusia (penyebab
kanker serviks) baru memeriksakan diri setelah berada pada stadium 3 yang
membuat penderita mengalami kerusakan organ-organ di dalam tubuhnya.
Lakukan pencegahan kanker serviks dengan cara dibawah ini :
1. Pemberian vaksin kanker serviks
Keganasan kanker serviks dapat menyerang wanita tanpa melihat
kelompok umur. Vaksin dapat diberikan pada kelompok umur 11-26. Vaksin
diberikan pada bulan 0,1 dan bulan ke 6. Adapula untuk anda yang memiliki
riwayat terinfesi virus papiloma manusia dapat diberikan vaksinasi dengan
efektifias yang kurang. Vaksinasi dapat dilakukan di dokter kandungan.
Vaksinasi hanya dilakukan untuk pencegahan bukan untuk pengobatan.
2. Deteksi dengan Pap Smear
Pap smear atau tes papaniculou merupakan metode skrining untuk dapat
mendeteksi kanker serviks. Test ini telah terbukti dapat mendeteksi dini
terjadinya infeksi virus penyebab kanker serviks, sehingga mampu
menurunkan resiko terkena kanker serviks dan memperbaiki prognosis.
Adapun anjuran untuk anda yang ingin mencegah sejak dini dapat melakukan
pap smear setahun sekali  untuk  wanita yang telah menginjak usia 35 tahun,
wanita yang pernah menderita infeksi HPV, wanita pengguna pil kontrasepsi.
Lakukan sesering mungkin jika hasil pap smear anda menunjukan tidak
normal atau setelah pengobatan prekanker . Untuk anda yang akan melakukan
pap smear perhatikan ketentuannya agar hasil akurat :
 Melakukan pap smear pada dua minggu setelah hari pertama haid.
 Sebelum pemeriksaan sebaiknya tidak menggunakan obat atau bahan
herbal pencuci alat kewanitaan.
 Penderita paska persalinan dianjurkan datang 6-8 minggu untuk
melakukan pap smear.
 Selama 24 jam sebelum pemeriksaan tidak dianjurkan untuk berhubungan
seksual.
Anda akan mendapatkan hasil pap smear sesuai dengan hasil setelah
dilakukan pengambilan sel permukaan serviks dengan memakai spatula, yang
nantinya akan di proses oleh dokter ahli patologi.
3. Hindari hubungan seks bebas
Human papiloma virus (HPV) yaitu virus penyebab kanker serviks dapat
menular melalui hubungan seksual. Fakta menunjukan hubungan seksual
dengan menggonta-ganti pasangan menjadi penyebab utama penularan HVS.
4. Hindari rokok
Banyak pesan dan peringatan yang menyatakan bahwa rokok sangat
membahayakan dan memicu timbulnya penyakit ringan atau berbahaya akan
tetapi untuk sebagian orang (perokok) masih menganggap remeh pesan itu.
Untuk anda wanita, penderita kanker serviks diantaranya adalah 30 persen
dari wanita perokok aktif. Penyebabnya adalah kandungan zat kimia yang
terdapat di dalam rokok memicu infeksi virus penyebab kanker serviks.
5. Menghindari diet tidak seimbang
Jika anda sering melakukan diet dan menghindari asupan buah dan sayur ,
itu merupakan diet salah . Diet yang salah dapat memicu perkembangan virus
penyebab kanker serviks. Kandungan yang terdapat dalam sayur dan buah
justru dapat membantu untuk melindungi anda dari serangan kanker serviks.
Perhatikan pula makanan dan minuman anda jangan sampai mengandung zat
kimia berbahaya seperti pengawet , pewarna  dan penyedap rasa.
6. Produk kimia berbahaya
Kehidupan modern yang bersifat instans justru memicu timbulnya kanker.
Kandungan berbahaya yang terdapat di dalam pembungkus dan bahan plastik
yang terkena panas memicu timbulnya kanker. Minimalisir penggunaan
sterofom, bahan plastik yang dipanaskan atau terkena plastik.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU :
1) Diagnosis Keperawatan NANDA Internasional: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
2) H. Syaifuddin. 2011.Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi
Untuk Keperawatan dan Kebidanan, Edisi ke-4. Jakarta:EGC.
3) Snell. Richard S. 2011.Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta:EGC.
4) Wilkinson. Judith M, Ahern. Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi
9. Jakarta:EGC.

INTERNET :
http://www.kanker-serviks.com

Anda mungkin juga menyukai