STROKE ISKEMIK
a. Thrombosis
d. Pendarahan intracerebral
5. Manifestasi klinis
Menurut Black, 2014 dan Tarwoto, 2007.
a. Peringatan dini/awal.
Hemiparesis (kelemahan)
6. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Tarwoto 2013 adalah
a. Fase akut
1. Hipoksia serebral
Pada area otak yang infark atau terjadi kerusakan Karena pendarahan
maka terjadi gangguan perfusi jaringan akibat terhambatnya aliran darah
ke otak. Tidak adekuatnya aliran darah dan oksigen menyebabkan
hipoksia jaringan otak. Aliran darah ke otak sangat tergantung pada
tekanan darah, fungsi jantung atau kardiak output, keutuhan pembuluh
darah.
2. Edema serebral
Respon fisiologis terhadap adanya trauma jaringan. Edema terjadi jika
pada area yang mengalami hipoksia atau iskemik maka tubuh akan
meningkatkan aliran darah pada lokasi tersebut dengan cara vasodilatasi
pembuluh darah dan meningkatakan tekanan sehingga cairan interstesial
akan berpindah ke ekstraseluler sehingga terjadi edema jaringan otak.
3. Embolisme serebral
dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal
dari katup jantung prostetik, embolisme akan menurunkan aliran ke otak
dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
4. Peningakatan tekanan intrakranial (TIK)
Bertambahnya massa pada otak seperti adanya pendarahan atau edema
otak akan meningkatkan tekanan intracranial yang ditandai adanya defisit
neurologis seperti adanya gangguan motorik, sensorik, nyeri kepala,
gangguan kesadaran.
5. Aspirasi
Klien stroke dengan gangguan kesadaran atau koma sangat rentang
terhadap adanya aspirasi karena tidak adanya reflex batuk dan menelan.
b. Pada masa pemulihan atau lanjut.
1. Komplikasi yang sering terjadi pada masa lanjut atau pemulihan biasanya
terjadi akibat immobilisasi seperti pneumonia, dekubitus, kontraktur,
thrombosis vena dalam, atropi, inkotenensia urine dan bowel.
2. Kejang terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada aktivitas listrik otak.
nyeri kepala kronis seperti migraine, nyeri kepala tension, nyeri kepala
cluster.
3. Malnutrisi, karena intake yang adekuat.
Terapi cairan, pada fase akut stroke beresiko terjadinya dehidrasi karena
penurunan kesadaran atau mengalami disfagia, terapi cairan ini penting
untuk mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan darah.
kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan dan cegah resiko
injuri.
Stroke iskemik
Antikovulsan : Fenitoin
Penatalaksanaan :
Stadium hiperakut
Stroke iskemik
Terapi umum : letakan kepala klien pada posisi 30°, kepala dan dada pada
satu bidang, ubah posisi tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai bertahap
bila hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya bebaskan jalan napas, beri
oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisa gas darah.
Stroke hemoragik
Terapi umum : jika volume > 30 ml, pendarahan intraventrikuler dengan
hedrosefalus dan keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan darah
harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila
tekanan sistolik >180 mmHg diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg
dan volume hematoma bertambah, bila terdapat gagal ah harus segera
diturunkan dengan labetalol IV 10 Mg (pemebrian dalam 2 menit) sampai
20 mg (pemebrian dalam 10 menit) maksimum 30 mg, enalapril Iv 0,625-
1.25 mg/6jam, captopril 3 x 6,25 25mg / oral.
b. Stadium subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan,
terapi wicara dan bladder training (termasuk terapi fisik)
Terapi fase subakut antara lain :
a. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
b. Penatalaksanaan komplikasi
c. Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan klien) yaitu fisioterapi, terapi
wicara, terapi kognitif dan terapi okupulasi.
d. Prevensi sekunder
e. Edukasi keluarga dan discarg panning.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Jakarta :
Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian
Kesehatan RI.
Medical Record RSIJ Cempaka Putih. (2016). Data pasien stroke yang
dirawat inap 3 bulan terakhir. Jakarta tidak di publikasikan.
81
World Health Organization. 2010. Fact sheet The Top Ten Causes of Death.
81