Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE ISKEMIK

A. Konsep Dasar Stroke Iskemik


1. Definisi
Stroke adalah istillah yang digunakan untuk menggambarkan
perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah
kebagian otak (Black, 2014). Sedangkan menurut ahli lain stroke adalah
gangguan darah ke otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak
sebagai akibat iskemik dan hemoragik sirkulasi saraf otak (Aru, 2015).
Definisi lain mengatakan Stroke adalah suatu sindroma yang mempunyai
karakteristik suatu serangan yang mendadak, nonkonvulsif yang disebabkan
karena gangguan peredaran pada otak non traumatik (Tarwoto, 2013).
Dilanjutkan lagi stroke adalah penyebab kematian ketiga terbanyak dan
merupakan penyebab primer disabilitas jangka panjang di Amerika Serikat.
setiap tahunnya sekitar 700.000 orang mengalami kejadian stroke yang
dialami pertama kali dan 200.000 adalah stroke rekuren pada tahun 2004,
satu dari setiap 16 kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh stroke (cole,
2012). selain itu ahli lain mengatakan bahwa stroke merupakan sindrom yng
terdiri dari tanda dan gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau
global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit) gejala- gejala ini
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian (Ginsberg, 2008).
Berdasarkan kesimpulan dari pengertian di atas stroke adalah
perubahan neurologis yang terdiri dari tanda atau gejala hilangnya fungsi
sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik
atau menit) atau kematian yang semata-mata yang disebabkan pecahnya
pembuluh darah atau suplai darah yang tidak adekuat pada bagian otak
(stroke iskemik) sebagai akibat aliran darah yang rendah, trombosis emboli
yang berkaitan dengan penyakit pembuluh darah (arteri dan vena), jantung,
dan darah.
2. Klasifikasi

Bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas gambaran


klinis, patologi anatomis, sistem pembuluh darah, dan stadiumnya digunakan
berdasarkan patologis dan penyebabnya.

a. Stroke iskemik/non hemoragik

Stroke iskemik sepintas (transient ischemic attack/TIA) Iskemik terjadi


karena suplai darah ke jaringan otak berkurang, karena obstruksi total atau
sebagian pembuluh darah otak, karena trombosis, emboli dan hypoperfusi
global (Tarwoto, 2007).
b. Trombosit serebri
Pengumpalan (trombus) mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian
garis endotelial dari pembuluh darah. Ateroklerosis merupakan penyebab
utama. Ateroklerosis menyebabkan zat lemak tertumpuk dan membentuk
plak pada dinding pembuluh darah. Plak ini terus membesar dan
menyebabkan penyempitan (stenosis ) pada arteri. Stenosis menghambatkan
aliran darah yang biasanya lancar pada arteri. Darah akan berputar–putar
dibagian permukaan yang terdapat plak, menyebabkan penggumpalan yang
akan melekat pada plak tersebut, akhirnya rongga pembuluh darah menjadi
tersumbat. Selain itu, penyumbatan dapat terjadi karena inflamasi pada arteri
atau disebut arteritis atau vaskulitis tetapi hal ini jarang terjadi.
c. Emboli serebri
Embolus terbentuk dibagian luar otak, kemudian terlepas dan mengalir
melalui sirkulasi serebral sampai embolus tersebut melekat pada pembuluh
darah dan menyumbat arteri, endokarditis yang disebabkan oleh bakteri
maupun yang nonbakteri dapat menjadi sumber terjadinya emboli. Sumber-
sumber penyebab emboli lainnya adalah tumor, lemak, bakteri dan udara.
Kejadian emboli pada serebral meningkat bersamaan dengan meningkatnya
usia. (Black 2014).
d. Hipoperfusi sistemik
Hipoperfusi sistemik disebabkan menurunnya tekanan arteri misalnya karena
cardiac arrest, embolis pulmonal, miokardiak infark, aritmia, syok
hipovolemik.
e. Penyempitan lumen arteri.
Dapat terjadi karena infeksi atau proses peradangan, spasme atau karena
kompresi massa dari luar.
3. Stroke hemoragik
Angka kejadian stroke hemoragik sekitar 17% dari stroke secara
keseluruhan, stroke ini terjadi karena pendarahan intraserebral maupun
pecahnya pembuluh darah, pendarahan intraserebral disebabkan oleh
aneurisma (pembengkakan pada pembuluh darah), angka kematian pada
klien dengan stroke hemoragik sekitar 25% sampai 60% (Black, 2009).
a. Pendarahan intraserebral
Pendarahan serebral terjadi akibat tidak terkontrolnya tekanan darah yang
tinggi atau adanya riwayat hipertensi, penyakit diabetes mellitus dan
arterisklerosis. Penyebab lain juga karena pendarahan akibat tumor otak,
trauma, malformasi arteriovena dan obat – obatan seperti amphitan dan
cokain. Klien dengan stroke hemoragik karena pendarahan intraserebral
kejadian akut, dengan nyeri kepala berat dan penurunan kesadaran. Namun
pada umumnya pendarahan terjadi pada lokasi cerebellum, jarang terjadi
pada cerebrum yang merupakan pusat keseimbangan dan pergerakan.
Sehingga pada jenis stroke ini sering dijumpai adanya gangguan pergerakan,
keseimbangan, nyeri kepala, mual dan muntah.
b. Pendarahan subaraparaknoid
Pendarahan subarachnoid biasanya akibat aneurisma atau malformasi
vaskuler. Kerusakan otak terjadi karena adanya darah yang keluar dan
mengumpal sehingga mendorong ke area otak dan pembuluh darah. Gejala
yang sering terjadi adalah perubahan kesadaran, mual muntah, kerusakan
intelektual dan kejang.
c. Anurisma
Dilatasi pada pembuluh darah arteri otak yang kemudian berkembang
menjadi kelemahan pada dinding pembuluh darahnya. Kemungkinan
penyebab anurisma karena arterioskelosis, keturunan dan hipertensi, trauma
kepala maupun karena bertambahnya umur. Aneurisma pecah dapat
menimbulkan pendarahan dan vasospasme dan menimbulkan gangguan
aliran darah ke otak dan selanjutnya menjadi stroke iskemik.
4. Berdasarkan perjalanan penyakit
a. Transient iskemic attack (TIA)
Merupakan gangguan neurologi fokal yang timbul secara tiba-tiba dan
menghilang dalam dalam beberapa menit sampai beberapa jam, gejala yang
muncul akan hilang secara spontan dalam waktu kurang dari 24 jam
(Tarwoto, 2007).
b. Progresif (stroke in evolution).
Perkembangan stroke terjadi berlahan-lahan sampai akut, munculnya gejala
makin memburuk. Proses progresif beberapa jam sampai beberapa hari
(Tarwoto, 2007).
5. Stroke lengkap (stroke complete)
Gangguan neurologik yang timbul sudah menetap atau gangguan permanen,
maksimal sejak awal serangan dan sedikit memperlihatkan perbaikan
(Tarwoto, 2007).
6. Berdasarkan pembuluh darah
a. Sistem karotis
Seperti yang kita ketahui bahwa otak, mendapatkan darah dari karotis
internal terutama, pada lobus frontalis, parietalis, temporalis, okspitalis,
ganglia basalis, gejala timbul sangat mendadak berupa hemipestasi, bicara
pelo, dan lain – lainnya.
b. Sistem vertebra-basilar
Gangguan vaskularisasi pada pembuluh darah vertebra-basilar tergantung
pada cabang-cabang sistem vertebra-basiler yang terkena.
3. Etiologi

a. Thrombosis

Penggumpulan (trombu\s) terjadi dari adanya kerusakan pada bagian


endothelial dari pembuluh darah, ateroklerosis menyebabkan zat lemak
tertumpuk dan membentuk plak pada dinding pembuluh darah, plak ini
terus membesar dan menyebabkan penyempitan (stenosis) yaitu
menghambat aliran darah yang lancar sehingga menyebabkan
penggumpalan yang akan melekat pada plak tersebut sehingga pembuluh
darah menjadi tersumbat.
b. Emboli
Sumbatan pada arteri serebral yang disebabkan oleh embolus, embolus
terbentuk dibagian luar otak, kemudian terlepas dan mengalir melalui
sirkulasi serebral sampai embolus tersebut melekat pada pembuluh darah
dan menyumbat arteri.
c. Pendarahan subarachnoid
Pendarahan subarachnoid disebabkan oleh aneurisma atau malformasi
vaskuler. Kerusakan otak terjadi kaerena adanya darah yang keluar dan
mengumpal sehingga mendorong ke area otak dan pembuluh darah.

d. Pendarahan intracerebral

Pendarahan intraserebral terjadi karena pecahnya arteri-arteri kecil pada


serebral. Pasien dengan pendarahan serebral terjadi akibat tidak
terkontrolnya tekanan darah yang tinggi atau adanya riwayat hipertensi,
penyakit diabetes dan arterisklerosis.
 Faktor resiko menurut Tarwoto 2007
a) Usia : makin bertambah usia resiko stroke makin tinggi, hal ini
berkaitan dengan elastisitas pembuluh darah.
b) Jenis kelamin : laki-laki mempunyai kecenderungan lebih tinggi karena
laki-laki cenderung sering merokok, rokok menyebabkan lapisan dari
pembuluh darah mengalami kerusakan.
c) Ras dan keturunan : ras kulit hitam lebih beresiko terkena stroke
dibandingkan ras kulit putih, karena hal ini disebabkan dugaan dari
angka kejadian hipertensi dan konsumsi garam yang terlalu tinggi pada
ras kulit hitam.
d) Hipertensi : hipertensi menyebabkan ateroklrerosis pembuluh darah
serebral sehingga lama-kelamaan akan pecah menimbulkan pendrahan,
sehingga terjadi stroke hemoragik.
e) Penyakit jantung : pada fibrilasi atrium menyebabkan penurunan
kardioc output, sehingga terjadi gangguan perfusi serebral.
f) Diabetes mellitus : pada penyakit DM terjadi gangguan vaskuler,
sehingga terjadi hambatan dalam aliran darah ke otak.
g) Polisitemia : kadar Hb yang tinggi (hb lebih dari 16 mg/dl)
menimbulkan darah menjadi kental dengan demikian aliran darah ke
otak lebih lambat.
h) Perokok : rokok menimbulkan plak pada pembuluh darah oleh nikotin
sehingga terjadi ateroklerosis.
i) Alkohol : pada alkoholik dapat mengalami hipertensi, penurunan aliran
darah ke otak dan kardiak aritmia.
j) Kolesterol : ketika kadar kolesterol dalam darah berlebih akan
mengakibatkan terbentuknya plak dalam pembuluh darah yang lama
kelamaan akan semakin banyak dan menumpuk sehingga menganggu
aliran darah, sehingga aliran darah lambat dan membentuk plak.
k) Obesitas : kegemukan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
stroke, hal tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol
dalam darah pada orang dengan obesitas yang biasanya kadar LDL
lebih tinggi dari kadar HDL.
D. Patofisiologi
Sumber Nurarif, 2015.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar stroke

a. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Rasa aman dan nyaman adalah Keamanan seringkali didefinisikan sebagai


keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis, adalah salah satu kebutuhan
dasar manusia yang harus dipenuhi. Sedangkan kenyamanan adalah konsep
sentral tentang kiat keperawatan, pada pasien stroke yang mengalami
penurunan fungsi nervus vagus, facial, nervus glosofaringeal dan nervus
hipoglosal mengakibatkan hambatan dalam komunikasi sehingga klien
merasa tidak nyaman dalam berkomunikasi.
b. Kebutuhan nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh
tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas
tubuh. Sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ
asesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian
distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan
pankreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem pencernaan
makanan secara kimiawi. Sedangkan nutrien merupakan zat gizi yang
terdapat dalam makanan. Nutrien terdiri dari karbohidrat, lemak, protein,
mineral, vitamin, dan air.
 Pada pasien stroke yang mengalami penurunan fungsi nervus facial, nervus
glosofaringeal dan nervus hipoglosal maka ketidakmampuan untuk mulai
menelan dan mencerna makanan dengan baik, sehingga ketidakseimbangan
nutrisi di dalam tubuh menyebabkan tidak nafsu makan terjadi menurunan
berat badan, kekurangan energi dan pola gaya makan menjadi berubah.
 Pasien dengan Stroke mengalami gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai
dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan
insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
c. Kebutuhan aktivitas
Pergerakan adalah proses yang kompleks yang membutuhkan adanya
koordinasi antara sistem muskeletal dan sistem saraf. Namun pada
penderita stroke ini mengalami gangguan peredaran darah di otak atau
pecahnya pembuluh darah ketika sistem pusat di otak memerintahkan
untuk menggerakan anggota gerak, darah yang menuju ke bagian
muskeletal tidak bisa menuju dengan sempurna di karena adanya
hambatan di bagian pembuluh darah pada akhirnya anggota gerak
mengalami kelemahan atau kelumpuhan akibat penurunan fungsi motorik
dan muskuluskeletal.

5. Manifestasi klinis
Menurut Black, 2014 dan Tarwoto, 2007.

a. Peringatan dini/awal.

Beberapa stroke mempunyai tanda-tanda peringatan dini yang dikenal


dengan dengan serangan iskemik jangka pendek Manifestasi dari iskemik
stroke yang akan terjadi termasuk hemiparesis transien (tidak peermanen)
kehilangan kemampuan berbicara, dan kehilangan sensori
setengah/hemisensori. Stroke hemoragik juga terjadi sangat cepat, dengan
manifestasi berkembang hanya dalam beberapa menit sampai beberapa
jam. Manifestasi yang paling sering terajdi termasuk sakit kepala yang
berasal dari bagian belakang leher, vertigo atau kehilangan kesadaran
karena hipotensi (sinkop), parastesia, paralisis sementara, epistaksis dan
perdarahan pada retina.
b. Temuan secara umum
kebanyakan klien tiba di ruang gawat darurat dengan kondisi hipertensi.
Temuan secara umum dari stroke yang tidak berhubungan dengan bagian
pembuluh darah yang khusus termasuk sakit
kepala,muntah,kejang,perubahan status mental,demam,dan perubahan
pada status elektrokardiogram (EKG). Perubahan pada EKG mungkin
termasuk kondisi atrial fibrilasi, yang bisa membantu mengindikasikan
penyebab dari stroke.
c. Gangguan khusus setelah stroke
Gangguan yang terjadi pada klien juga bermacam-macam, bergantung
pada apakah bagian otak yang terkena adalah bagian dominan atau
nondominan. Tingkatan penurunan fungsi dapat juga bervariasi dari hanya
gangguan yang kecil sampai kehilangan fungsi tubuh yang serius.

 Hemiparesis (kelemahan)

penurunan kemampuan ini biasanya disebabkan oleh stroke arteri serebral


anterior atau media sehingga mengakibatkan infark pada bagian otak yang
mengontrol gerakan (saraf motorik) dari korteks bagian depan.
 Hemiplegia (paralisis)
hemiplegia menyeluruh bisa terjadi pada setengah bagian dari wajah dan
lidah, juga pada lengan dan tungkai pada sisi bagian tubuh yang
sama.infark yang terjadi pada bagian otak sebelah kanan akan
menyebabkan hemiplegia bagian kiri tubuh (sinistra) dan sebaliknya
karena jaringan saraf berjalan bersilangan dalam jalur pyramid dari otak ke
saraf spinal.
d. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi,strupor dan koma)
pendarahan.
e. Afasia (kesulitan dalam bicara) yang bisa melibatkan beberapa atau
seluruh aspek dari komunikasi termasuk berbicara,membaca,menulis dan
memahami pembicaraan, pusat primer biasannya terletak dibagian kiri
tengah arteri serebral.
f. Disatria
Kondisi artikulasi yang diucapkan tidak sempurna yang menyebabkan
kesulitan dalam berbicara, disatria paham dengan dengan bahasa yang
diucapkan seseorang tapi mengalami kesulitan dalam melafalkan kata dan
tidak jelas dalam pengucapannya.
g. Disfagia
Menelan adalah proses yang kompleks karena membutuhkan beberapa
fungsi dari saraf kranial (saraf kranial v, saraf kranial VII, saraf kranial
XII). Mulut harus bisa merasakan jumlah dan kualitas gumpalan makanan
yang ditelan (saraf kranial V dan IX) selama aktivitas menelan, lidah
menggerakan gumpalan makanan kearah orofaring, faring akan terangkat
dan glottis menutup.
h. Apraksia
Apraksia adalah kondisi yang mempengaruhi integrasi motorik kompleks,
klien dengan apraksia tidak bisa melakukan beberapa keterampilan seperti
berpakain walaupun mereka tidak lumpuh dan tidak bisa merasakan atau
mengonseptualisasikan isi pesan yang dikirim keotak.
i. Perubahan penglihatan.
Penglihatan merupakan proses yang kompleks dan dikontrol oleh
beberapa bagian dalam otak, pada lobus parietal atau temporal bisa
menggangu jaringan penglihatan dari saluran optic ke korteks oksipital
dan menggangu ketajaman penglihatan. Persepsi kedalaman dan
penglihatan pada.
j. Hemianopia homonimus
Kehilangan penglihatan pada setengah bagian yang sama dari lapang
pandang dari setiap mata, jadi hanya bisa melihat stengah dari penglihatan
normal.
k. Sindrom horner
Paralisis pada saraf simpatik ke mata yang menyebabkan tenggelamnya
bola mata, ptosis bagian atas kelopak mata, bagianbawah kelopak mata
sedikit terangat, pupil mengecil dan air mata berkurang.
l. Agnosia
Ketidakmampuan seorang untuk mengenali benda melalui indra
penglihatan dan pendegaran, agnosia terjadi karena sumbatan pada areteri
serebral tengah dan posterior yang menyuplai lobus temporal atau
oksipital.
m. Negleksi unilateral
Ketidakmampuan seseorang untuk merespon stimulasi pada bagian
kontralateral dari bagian infark serebral, klien dengan cidera pada lobus
parietal inferior, lobus frontal lateral, girus singulatum, talamus dan
striatum sebagai akibat dari sumbatan pada arteri serebral bagian tengah
beresiko mengalami negleksi, oleh karena dominasi dari belahan otak
bagian kanan dalam mengarahkan perhatian, negleksi paling sering
terlihat pada klien dengan kerusakan pada belahan otak bagian kanan.
n. Penurunan sensorik
Perubahan sensori dapat terjadi karena stroke pada jalur sensoris dari
lobus parietal yang disuplai oleh arteri serebral anterior atau bagian
tengah, penurunan ini terjadi pada bagian sisi kontralateral tubuh dan
biasanya disertai dengan hemiplegia atau hemiparise, sensasi pada
permukaan seperti nyeri, sentuhan, tekanan dan suhu bisa berpengaruh
pada tingakatan yang berbeda-beda, parastesia bisa digambarkan sebagai
rasa nyeri terbakar yang persisten, perasaan keberatan, kebas, kesemutan
atau rasa tertusuk dan rasa sensasi yang meningkat, gangguan pada
propriosepsi (kemampuan untuk menerima hubungan antara bagian tubuh
dengan lingkungan luar) dan gangguan rasa bagian postural bisa terjadi
dengan kondisi penurunan rasa pada sendi otot.
o. Perubahan perilaku
Korteks serebral berfungsi untuk menerjemahkan stimulasi, bagian
temporal dan limbic memodifikasi atau mengontrol respon emosional
terhadap stimulasi, hipotalamus dan kelenjar hipofisis mengkordinasi
korteks motorik dan area bicara. Orang dengan stroke pada bagian
belahan otak serebral kiri atau domiann biasanya lambat, waspada dan
tidak teratur sedangkan pada orang dengan stroke pada otak serebral
bagian kanan atau nondominan, infark pada Lobus frontal yang terjadi
dari stroke pada arteri serebral anterior atau media dapat mengarah pada
gagguan dalam ingatan, penilaian,pemikiran abstrak, pemahaman,
kemampuan menahan diri, dan emosi, kemungkinan klien bisa mengalami
emosi yang labil dan tiba-tiba menangis atau bisa juga tertawa tanpa ada
sebab, tapi hal ini jarang terjadi.
p. Inkontenensia
Tidak bisa menahan kandung kemih, kadang terjadi setelah stroke, saraf
mengirim pesan kondisi kandung kemih yang penuh ke otak, tapi otak
tidak mengartikan pesan ini dengan benar dan tidak meneruskan pesan
untuk tidak mengeluarkan urine ke kandung kemih, hal ini mengakibatkan
kondisi sering berkemih, merasa sangat ingin buang air kecil dan
inkotenensia.
q. Vertigo
Mual, muntah dan nyeri kepala, terjadi karena peningkatan tekanan
intracranial, edema serebri.

6. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Tarwoto 2013 adalah

a. Fase akut

1. Hipoksia serebral

Pada area otak yang infark atau terjadi kerusakan Karena pendarahan
maka terjadi gangguan perfusi jaringan akibat terhambatnya aliran darah
ke otak. Tidak adekuatnya aliran darah dan oksigen menyebabkan
hipoksia jaringan otak. Aliran darah ke otak sangat tergantung pada
tekanan darah, fungsi jantung atau kardiak output, keutuhan pembuluh
darah.
2. Edema serebral
Respon fisiologis terhadap adanya trauma jaringan. Edema terjadi jika
pada area yang mengalami hipoksia atau iskemik maka tubuh akan
meningkatkan aliran darah pada lokasi tersebut dengan cara vasodilatasi
pembuluh darah dan meningkatakan tekanan sehingga cairan interstesial
akan berpindah ke ekstraseluler sehingga terjadi edema jaringan otak.
3. Embolisme serebral
dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal
dari katup jantung prostetik, embolisme akan menurunkan aliran ke otak
dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
4. Peningakatan tekanan intrakranial (TIK)
Bertambahnya massa pada otak seperti adanya pendarahan atau edema
otak akan meningkatkan tekanan intracranial yang ditandai adanya defisit
neurologis seperti adanya gangguan motorik, sensorik, nyeri kepala,
gangguan kesadaran.
5. Aspirasi
Klien stroke dengan gangguan kesadaran atau koma sangat rentang
terhadap adanya aspirasi karena tidak adanya reflex batuk dan menelan.
b. Pada masa pemulihan atau lanjut.
1. Komplikasi yang sering terjadi pada masa lanjut atau pemulihan biasanya
terjadi akibat immobilisasi seperti pneumonia, dekubitus, kontraktur,
thrombosis vena dalam, atropi, inkotenensia urine dan bowel.
2. Kejang terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada aktivitas listrik otak.
nyeri kepala kronis seperti migraine, nyeri kepala tension, nyeri kepala
cluster.
3. Malnutrisi, karena intake yang adekuat.

7. Penatalaksanaan dan terapi


Penatalaksaan umum menurut Tarwoto 2007 :

a. Pada fase akut

 Terapi cairan, pada fase akut stroke beresiko terjadinya dehidrasi karena
penurunan kesadaran atau mengalami disfagia, terapi cairan ini penting
untuk mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan darah.

 Monitor fungsi pernapasan : analisa gas darah.

 Monitor jantung dan tanda –tanda vital, pemeriksaan EKG.

 Evaluasi status cairan dan elektrolit.

 kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan dan cegah resiko
injuri.

 Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan


pemberian makanan.

 Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan.

 Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil,


fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial dan refleks.

b. Terapi obat – obatan

Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke.

 Stroke iskemik

 Pemberian trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue- plasminogen).

 Pemberian obat-obatan jantung seperti digoksin pada aritmia jantung,


katropil, antagonis kalsium pada pasien dengan hipetensi.
 Stroke haemoragik

 Antihipertensi : katropil, antagonis kalsium.

 Diuretik : Manitol 20%, Furosemide.

 Antikovulsan : Fenitoin

 Penatalaksanaan :

 Stadium hiperakut

Pada stadium ini dilakukan tindakan di intalasi rawat darurat dan


merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar
kerusakan jaringan otak tidak meluas, pada stadium ini klien diberi
oksiegn 2 liter/menit dan cairan kristaloid, hindari pemberian cairan
dekstrosa atau salin dalam H²o. dan dilakukan tindakan pemeriksaan
penunjang dan pemriksaan laboratorium, tindakan lain di intalasi rawat
darurat adalah memberikan dukungan mental pada pasien serta meberikan
penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang.
b. Stadium akut

Pada stadium ini, dilakukan penangan faktor – faktor etiologik dan


tindakan terapi fisik, okupasi, wicaradan psikologis serta terapi sosial
untuk membantu pemulihan klien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga
klien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap klien dan keluarga serta
cacar perawatan klien yang dapat dilakukan keluarga.

 Stroke iskemik

 Terapi umum : letakan kepala klien pada posisi 30°, kepala dan dada pada
satu bidang, ubah posisi tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai bertahap
bila hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya bebaskan jalan napas, beri
oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisa gas darah.
 Stroke hemoragik
 Terapi umum : jika volume > 30 ml, pendarahan intraventrikuler dengan
hedrosefalus dan keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan darah
harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila
tekanan sistolik >180 mmHg diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg
dan volume hematoma bertambah, bila terdapat gagal ah harus segera
diturunkan dengan labetalol IV 10 Mg (pemebrian dalam 2 menit) sampai
20 mg (pemebrian dalam 10 menit) maksimum 30 mg, enalapril Iv 0,625-
1.25 mg/6jam, captopril 3 x 6,25 25mg / oral.
b. Stadium subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan,
terapi wicara dan bladder training (termasuk terapi fisik)
 Terapi fase subakut antara lain :
a. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
b. Penatalaksanaan komplikasi
c. Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan klien) yaitu fisioterapi, terapi
wicara, terapi kognitif dan terapi okupulasi.
d. Prevensi sekunder
e. Edukasi keluarga dan discarg panning.
DAFTAR PUSTAKA

Black M. Joyce,dkk, 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi kedelapan.


Jilid tiga. Singapura : Elsevier.

Badan Pusat Statistika. 2015. Angka harapan hidup penduduk beberapa


negara (1995-2015).

Depkes RI. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Jakarta :
Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian
Kesehatan RI.

Hidayat, Aziz Alimul (2006).Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta. Salemba


Medika.

Muttaqim,Arif 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


persyarafan. Jakarta:Salemba Medika.

Medical Record RSIJ Cempaka Putih. (2016). Data pasien stroke yang
dirawat inap 3 bulan terakhir. Jakarta tidak di publikasikan.

Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3.

Tarwoto, dkk, 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem


Persarafan.Jakarta: Sagung Seto.

Lionel Ginsberg,2007 Neurologi Edisi ke Delapan. Jakarta


Erlangga.Scanlon,valeria C. 2006.essentiol of anatomy and
physiology,3th ed. Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith M. 2011 Buku saku diagnosa keperawatan : diagnosa


NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

81
World Health Organization. 2010. Fact sheet The Top Ten Causes of Death.

81

Anda mungkin juga menyukai