Anggota:
Ghazy Hilmyawan Ruhimat
ABSTRAK
Masalah yang sering terjadi pada sungai antara lain pendangkalan dasar
sungai akibat menumpuknya sedimen yang terbawa dari hulu, perubahan bentuk asli
sungai akibat longsornya lereng tebing di pinggiran badan sungai, hingga
menumpuknya sedimen yang suatu saat dapat menyebabkan banjir bandang. Hal
tersebut terjadi di berbagai daerah termasuk di sungai Cikapundung wilayah
Hegarmanah. Penelitian ini menggunakan pendekatan Uji Mode Hidrolik dalam
implementasi Sungai Cikapundung Wilayah Hegarmanah.
Laboratorium USB-YPKP
61
35
920 99 80
A
60,72
model bendung urugan
14 ,4 9
224 52 325
A
1:100
google.co.id/maps)
30 10 10
10
71
91
Model bendung Urugan
Q = Debit aliran air pada alat ukur Untuk selanjutnya besarnya bilangan
Froude dapat menyatakan perbedaan
Thompson (m3/det)
jenis aliran dengan ketentuan sebagai
V = kecepatan aliran (cm/det)
berikut :
A = luas penampang (cm)
Fr < 1 merupakan aliran sub-kritis
Untuk perhitungan debit aliran (laminer)
Q yang dipakai adalah berdasarkan
Fr = 1 merupakan aliran kritis
tinggi air pada alat ukur
(transisi)
Thompson,yaitu
Fr > merupakan aliran super-kritis
5
Q = 1,38• Ht 2
(turbulen)
q 2 1
Q 2 1
(( ) ( ))
−
(( ) ( ))
b
−
Fr
V Fr
Berdasarkan gambar grafik
Berdasarkan kurva di atas didapat persamaan regresi yang di
diperoleh persamaan regresi y = 6.298 dapat adalah y = 0.44x + 64.81,
×10−9x - 9.977×10−1, sehingga dapat dengan demikian dapat diartikan
diartikan semakin besar nilai
q 2 1
Q 2 1
semakin besar nilai (( ) ( ))
b
−
Fr
(( ) ( ))
V
−
Fr
maka semakin besar
maka semakin besar pula nilai
1/ 6 1/ 2
q Fr
pula nilai (( ) )
A
−1 yang terjadi (( ) )
ΔE
−4 yang terjadi pada saluran
pada saluran primer tersebut, serta primer tersebut, serta berdasarkan nilai
berdasarkan nilai yang didapat dari yang didapat dari hasil grafik di atas
hasil grafik di atas karena Fr<1, maka karena Fr<1, maka merupakan aliran
merupakan aliran sub-kritis (laminer). sub-kritis (laminer).
2 2
q Ls 1
( ΔE
−1 ) ( −
Y 2 )
Berdasarkan gambar grafik Berdasarkan grafik di atas maka
didapat persamaan regresi yang di persamaan regresi yang di dapat adalah
dapat adalah y = -9.39×10−16x - 3.33 y = -4.58×10 8x + 4.80×10 10, dengan
×10−1, dengan demikian dapat demikian dapat diartikan semakin besar
2 2
q Ls 1
diartikan semakin besar nilai ( ΔE
−1 ) nilai ( −
Y 2 ) maka semakin kecil
1 /6 2
Fr ds 1
maka semakin kecil nilai ( Es
−2 ) nilai ( −
ΔE 2 ) yang terjadi pada
dengan
dengan
( EkLs −1)
Fr
−2 dengan
2 2
ΔE ds
besar nilai ( Ek
−1 ) maka semakin semakin kecil nilai ( Fr
−2 ) yang
ΔE 2
Grafik 4.33 Hubungan
( ) )
1 /2
Ls
ds
−1
dengan
ds
(( ) )
( ΔE )2
−1
(( ) )
Ls
ds
−1
maka semakin kecil nilai aliran air (V), maka semakin besar
pula debit air yang dihasilkan.
1 /2 2. Jika energi kinetik (Ek) yang
ds
(( ) )
( ΔE )2
−1 yang terjadi pada dimiliki aliran air semakin besar,
maka semakin dalam pula gerusan
saluran primer tersebut, serta
(ds) yang dihasilkannya.
berdasarkan nilai yang di dapat dan
3. Jika luas basah (Ab) pada saluran
hasil grafik diatas merupakan aliran
semakin besar maka semakin besar
super-kritis (turbulen).
juga debit aliran (Qt) yang
BAB V KESIMPULAN DAN dihasilkan pada saluran tersebut.
SARAN 4. Jika bilangan froude (Fr) yang
5.1 Kesimpulan dimiliki aliran semakin besar maka
semakin dalam juga gerusan (ds)
Berdasarkan hasil analisa dan
yang terjadi.
pembahasan pada Pengaruh
5. Jika debit aliran air (Qt) semakin
Kelongsoran Tebing Sungai dan
besar maka semakin besar pula
Angkutan Sedimen Terhadap
gerusan (ds) yang dihasilkan.
Pendangkalan Dasar Sungai dengan
6. Jika gerusan (ds) yang diakibatkan
pendekatan Uji Mode Hidrolik dalam
oleh aliran air semakin besar, maka
implementasi Sungai Cikapundung
semakin pula kemukinan
Wilayah Hegarmanah, proses
degradasi dasar sungai ditampilkan