Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH KELONGSORAN TEBING SUNGAI DAN

ANGKUTAN SEDIMEN TERHADAP PENDANGKALAN DASAR


SUNGAI KASUS SUNGAI CIKAPUNDUNG WILAYAH
HEGARMANAH
Ketua:
Dr. Ir. Bakhtiar A B, MT

Anggota:
Ghazy Hilmyawan Ruhimat

Program Studi Teknik Sipil Sangga Buana (USB) – YPKP

ABSTRAK

Masalah yang sering terjadi pada sungai antara lain pendangkalan dasar
sungai akibat menumpuknya sedimen yang terbawa dari hulu, perubahan bentuk asli
sungai akibat longsornya lereng tebing di pinggiran badan sungai, hingga
menumpuknya sedimen yang suatu saat dapat menyebabkan banjir bandang. Hal
tersebut terjadi di berbagai daerah termasuk di sungai Cikapundung wilayah
Hegarmanah. Penelitian ini menggunakan pendekatan Uji Mode Hidrolik dalam
implementasi Sungai Cikapundung Wilayah Hegarmanah.

Hasil penelitian membuktikan bahwa kecepatan aliran air (V) sangat


berpengaruh terhadap debit aliran air (Qt). Semakin besar kecepatan aliran air (V),
maka semakin besar pula debit air yang dihasilkan. Jika energi kinetik (Ek) yang
dimiliki aliran air semakin besar, maka semakin dalam pula gerusan (ds) yang
dihasilkannya. Jika luas basah (Ab) pada saluran semakin besar maka semakin besar
juga debit aliran (Qt) yang dihasilkan pada saluran tersebut. Jika bilangan froude (Fr)
yang dimiliki aliran semakin besar maka semakin dalam juga gerusan (ds) yang
terjadi. Jika debit aliran air (Qt) semakin besar maka semakin besar pula gerusan (ds)
yang dihasilkan. Jika gerusan (ds) yang diakibatkan oleh aliran air semakin besar,
maka semakin pula kemukinan terjadinya degrasinya dasar saluran.

PTS. FT. USB YPKP 1


Kata Kunci: kelongsoran tebing sungai, angkutan sedimen, pendangkalan dasar sungai
BAB I PENDAHULUAN mengalami banyak masalah yang
1.1 Latar Belakang diakibatkan oleh beberapa faktor.
Sejak zaman dahulu hingga Masalah yang sering terjadi
sekarang, sumber daya air merupakan antara lain pendangkalan dasar sungai
hal yang penting untuk berbagai akibat menumpuknya sedimen yang
makhluk hidup. Dengan pertumbuhan terbawa dari hulu, perubahan bentuk
jumlah penduduk yang meningkat asli sungai akibat longsornya lereng
pesat, maka sumber daya air di tebing di pinggiran badan sungai,
Indonesia menjadi salah satu hal yang hingga masalah tersumbatnya aliran
sangat penting. Kebutuhan air yang sungai akibat sedimen yang
sangat tinggi sedangkan volume air menumpuk terlalu tinggi yang suatu
yang relatif tetap, membuat manusia ketika dapat menyebabkan banjir
berupaya untuk memanfaatkan sumber bandang ketika sedimen tersebut
daya air seefisien mungkin. longsor. Oleh karena itu diperlukannya
Salah satu sumber daya air perhatian khusus untuk menangani dan
yang memliki potensi besar adalah mengendalikan masalah sungai
sungai. Pemanfaatan sungai sebagai tersebut.
sumber daya air dari waktu ke waktu 1.2 Rumusan Masalah
semakin berkembang, sejalan dengan Berdasarkan latar belakang di
berkembanganya pembangunan sarana atas, maka penulis merumuskan
dan prasarana. Bahkan sungai sudah masalah mengenai tingkat kelongsoran
dimanfaatkan oleh manusia untuk tebing, karakteristik angkutan
berbagai kebutuhan dan bidang sedimen, seberapa besar pengaruh
contohnya sanitasi, sumber air bersih, kelongsoran tebing dan angkutan
irigasi, transportasi, hingga pariwisata. sedimen terhadap pendangkalan dasar
Namun dewasa ini sungai yang sungai secara bersamaan pada sungai
merupakan bentuk saluran terbuka Cikapundung wilayah Hegarmanah.
yang terbentuk secara alamiah ini 1.3 Batasan Masalah

PTS. FT. USB YPKP 2


Batasan masalah dalam 5. Menghitung debit air sungai
penelitian ini diantaranya adalah Cikapundung.
pengukuran tingkat kelongsoran dan BAB II KAJIAN PUSTAKA
angkutan sedimen hanya dilakukan
2.1 Erosi dan Kelongsoran tebing
pada satu titik yaitu di sungai
Istilah erosi tanah umumnya
Cikapundung tepatnya di wilayah
diartikan sebagai proses penghanyutan
Hegarmanah, analisis sedimen hanya
tanah oleh desakan-desakan air dan
membahas angkutan sedimen total,
angin. Beberapa ahli mengemukakan
analisis kelongsoran tebing hanya
pendapatnya tentang definsi atau
membahas tingkat potensi erosi yang
batasan erosi, dalam Alie (2015:749)
akan terjadi.
diantaranya adalah:
1.4 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini 1. Arsyad (1980), memberikan
adalah sebagai upaya untuk batasan erosi sebagai peristiwa
pengendalian pendangkalan sungai dan berpindahnya atau terangkutnya
penanganan kelongsoran tebing serta tanah atau bagaian tanah dari
angkutan sedimen di sungai tempat ketempat lain oleh media
Cikapundung wilayah Hegarmanah. alami (air atau angin).
1.5 Ruang Lingkup 2. Braver (1972), menyatakan bahwa
Ruang lingkup penelitian ini erosi adalah akibat dari daya
meliputi sebagai berikut :
dispersi (pemecahan) dan daya
1. Survey lokasi pengambilan
transportasi (pengangkutan) oleh
sampel sedimentasi
aliran air di atas permukaan tanah
2. Pengambilan sampel sedimentasi dalam bentuk aliran permukaan.
sungai Cikapundung.
Besarnya erosi yang terjadi
3. Dokumentasi Penelitian. ditambah dengan kondisi tebing sungai
4. Menghintung faktor pengaruh yang curam, kemiringan dasar sungai
erosi di sungai Cikapundung. yang besar, bentuk alur sungai yang

PTS. FT. USB YPKP 3


bermeander, serta material penyusun terjadi terjadi penyumbatan di hulu
dasar dan tebing sungai yang mudah sungai dalam Rika dkk (2014:21).
lepas menjadi faktor utama penyebab 2.1.2 Faktor Penentu Erosi
longsor tebing. Untuk itu, diperlukan
Menurut Asdak (1995)
penanganan yang serius untuk
Berkurangnya lapisan tanah bagian
mengatasi erosi dan longsor tebing
atas bervariasi tergantung pada tipe
yang terjadi pada sungai agar tidak
erosi dan besarnya variabel yang
mengakibatkan kerugian yang lebih
terlibat dalam proses erosi. Empat
besar.
faktor utama yang dianggap terlibat
2.1.1 Kemiringan Lereng dalam proses erosi, mereka
Asdak (2002) menyatakan diantaranya adalah iklim, sifat tanah,
bahwa kemiringan lereng topografi dan vegetasi penutup tanah
mempengaruhi perilaku dan hidrograf dalam Alie (2015:749).
dalam hal waktu aliran. Semakin besar Menurut Wischmeier dan
kemiringan lereng suatu DAS semakin Smith (1975), keempat faktor tersebut
cepat laju aliran dan dengan demikian dimanfaatkan sebagai dasar untuk
mempercepat respon DAS tersebut menentukan besarnya erosi tanah
oleh adanya hujan. Menurut Paimin et melalui persamaan erosi umum yang
al (2010) salah satu parameter dalam
kemudian lebih dikenal dengan
menentukan potensi banjir adalah sebutan persamaan universal
lereng rata-rata DAS. Hasil kajian (Universal Soil Loss Equation, USLE)
Firmansyah dan Kadarsetia (2010) dalam Alie (2015:749).
telah menunjukkan bahwa banjir
2.1.3 Pengendalian Erosi
bandang dipengaruhi oleh kemiringan
lahan. Pada areal berbukit dan tebing Dalam upaya pengendalian
sungai yang curam memiliki potensi erosi di sepanjang badan sungai,
mengalami gerakan tanah sehingga diperlukan kajian guna mengurangi
besarnya erosi dan mencegah

PTS. FT. USB YPKP 4


terjadinya longsor tebing yang terjadi umum disebut sedimen. Sedimen yang
di sepanjang sungai. Adapun terbawa masuk ke dalam sungai hanya
pengendalian yang dimaksud adalah sebagian saja dari tanah yang tererosi
dengan pembuatan tanggul bronjong, dari tempatnya. Sebagian lagi dari
pembuatan sheet pile pembuatan tanah yang terbawa erosi akan
dinding penahan tanah, pembuatan mengendap pada suatu tempat di lahan
krib, dan pembuatan check dam. di bagian bawah tempat erosi pada
Diharapkan dengan adanya bangunan- DAS tersebut (Sitanala, 2010) dalam
bangunan tersebut, tebing sungai akan Rantung (2013:310).
aman terhadap longsor tebing. 2.2.1 Gerakan Sedimen
Terdapat dua macam gerakan
sedimen, yaitu gerakan fluvial (fluvial
movement) dan gerakan massa (mass
2.2 Sedimentasi
movement) dalam Hendar dan Helmi
Sedimentasi yaitu proses
(2013:105):
pengendapan dari suatu material yang
1. Gerakan fluvial adalah gaya-gaya
berasal dari angin, erosi air,
yang menyebabkan bergeraknya
gelombang laut serta gletsyer. material
butiran-butiran kerikil yang
yang dihasilkan dari erosi yang dibawa
terdapat di atas permukaan dasar
oleh aliran air dapat diendapkan di
sungai terdiri dari komponen gaya
tempat yang ketinggiannya lebih
gaya gravitasi yang sejajar dengan
rendah menurut Hendar dan Helmi
dasar sungai dan gaya geser serta
(2013:104).
gaya angkat yang dihasilkan oleh
Tanah dan bagian-bagian tanah
kekuatan aliran air sungai.
yang terangkut oleh air dari suatu
2. Gerakan massa sedimen adalah
tempat yang mengalami erosi pada
gerakan air bercampur massa
suatu daerah aliran sungai (DAS) dan
sedimen dengan konsentrasi yang
masuk ke dalam suatu badan air secara
sangat tinggi, di hulu sungai-

PTS. FT. USB YPKP 5


sungai arus deras di daerah lereng- bersama-sama limpasan
lereng pegunungan atau gunung permukaan (overland flow).
berapi. Gerakan massa sedimen 2. Limpasan permukaan (overland
ini disebut sedimen luruh yang flow) juga mengangkat bahan
biasanya dapat terjadi di dalam sedimen yang terdapat di
alur sungai arus deras (torrent) permukaan tanah, selanjutnya
yang kemiringannya lebih besar dihanyutkan masuk kedalam alur-
dari 15°. alur (rills), dan seterusnya masuk
2.2.2 Angkutan Sedimen kedalam selokan dan akhirnya ke
Angkutan sedimen adalah sungai.
gerak partikel yang dibangkitkan oleh 3. Pengendapan sedimen, terjadi pada
gaya yang bekerja. Angkutan sedimen saat kecepatan aliran yang dapat
merupakan hubungan aliran air dan mengangkat (pick up velocity) dan
partikel-partikel sedimen. Pemahaman mengangkut bahan sedimen
dari sifat-sifat fisis air dan partikel mencapai kecepatan pengendapan
sedimen sangatlah penting untuk (settling velocity) yang dipengaruhi
mengetahui tentang pengertian oleh besarnya partikel-partikel
transport sedimen. sedimen dan kecepatan aliran.
Proses pengangkutan sedimen
Ada tiga macam angkutan
(sediment transport) dapat diuraikan sedimen yang terjadi di dalam alur
meliputi tiga proses sebagai berikut : sungai (Mulyanto, 2007) dalam
1. Pukulan air hujan (rainfall Hendar dan Helmi (2013:105) yaitu :
detachment) terhadap bahan
1. Wash Load atau sedimen cuci
sedimen yang terdapat diatas tanah
terdiri dari partikel lanau dan debu
sebagai hasil dari erosi percikan
yang terbawa masuk ke dalam
(splash erosion) dapat
sungai dan tetap tinggal melayang
menggerakkan partikel-partikel
sampai mencapai laut, atau
tanah tersebut dan akan terangkut

PTS. FT. USB YPKP 6


genangan air lainnya. Sedimen yang mengangkutnya mengecil di
jenis ini hampir tidak bawah kecepatan pungutnya,
mempengaruhi sifat-sifat sungai material akan tenggelam ke dasar
meskipun jumlahnya yang aliran.
terbanyak dibanding jenis-jenis
3. Bed load adalah angkutan dasar di
lainnya terutama pada saat-saat
mana material dengan besar
permulaan musim hujan datang.
butiran yang lebih besar akan
Sedimen ini berasal dari proses
bergerak menggelincir (translate),
pelapukan.
menggelinding (rotate) satu di
2. Suspended Load atau sedimen atas lainnya pada dasar sungai,
layang terutama terdiri dari pasir gerakannya mencapai kedalaman
halus yang melayang di dalam tertentu dari lapisan sungai.
aliran karena tersangga oleh Tenaga penggeraknya adalah gaya
turbulensi aliran air. Pengaruh seret (drag force) dari lapisan
sedimen ini terhadap sifat-sifat dasar sungai.
sungai tidak begitu besar. Tetapi 2.3 Sungai
bila terjadi perubahan kecepatan
Sungai adalah tempat atau
aliran, jenis ini dapat berubah
wadah serta jaringan pengaliran air
menjadi angkutan jenis ketiga.
mulai dari mata air sampai muara
Gaya gerak bagi angkutan jenis ini
dengan dibatasi kanan dan kirinya
adalah turbulensi aliran dan
serta sepanjang pengalirannya oleh
kecepatan aliran itu sendiri.
garis sempadan (Peraturan Pemerintah
Dalam hal ini dikenal kecepatan
Nomor 35 Tahun 1991) dalam
pungut (pick up velocity). Untuk
Diansari (2014:225).
besar butiran tertentu bila
kecepatan pungutnya dilampaui, Menurut Mulyanto (2007) ada
material akan melayang. dua fungsi utama sungai secara alami
Sebaliknya, bila kecepatan aliran yaitu mengalirkan air dan mengangkut

PTS. FT. USB YPKP 7


sedimen hasil erosi pada Daerah di daerah lintang tinggi atau di
Aliran Sungai dan alurnya. Kedua puncak gunung yang tinggi.
fungsi ini terjadi bersamaan dan saling Contohnya sungai Membramo di
mempengaruhi dalam Diansari Papua.
(2014:225). 4. Sungai campuran, yaitu sungai
2.3.1 Jenis-Jenis Sungai yang airnya besumber dari
berbagai macam sumber, baik
Berdasarkan asal airnya sungai
darihujan, mata air dan pencairan
dapat dikelompokkan menjadi
salju atau es. Artinya, air dari
beberapa jenis yaitu :
berbagai sumber tersebut
1. Sungai mata air, yaitu sungai yang
bercampur menjadi satu dan
airnya bersumber dari mata air.
mengalir sampai lautan.
Sungai ini biasanya terdapat di
2.3.2 Bentuk DAS dan Morfologi
daerah yang mempunyai curah
Sungai
hujan sepanjang tahun dan daerah
Menurut Asdak (1995) Daerah
alirannya masih tertutup vegetasi
Aliran Sungai (DAS) adalah daerah
yang cukup lebat.
yang di batasi punggung-punggung
2. Sungai hujan, yaitu sungai yang
gunung dimana air hujan yang jatuh
airnya bersumber hanya dari air
pada daerah tersebut akan ditampung
hujan. Jika tidak ada hujan, sungai
oleh punggung gunung tersebut dan
akan kering kerontang. Sungai ini
akan dialirkan melalui sungai-sungai
umumnya berada di daerah yang
kecil ke sungai utama dalam Hendar
bervegetasi jarang atau terletak di
dan Helmi (2013:104).
daerah lereng, sebuah gunung atau
Menurut Sudarman (2011)
perbukitan.
Sifat-sifat sungai sangat dipengaruhi
3. Sungai gletser, yaitu sungai yang
oleh luas dan bentuk Daerah Aliran
airnya bersumber dari pencairan
Sungai (DAS) serta kemiringan
es atau salju. Sungai ini hanya ada
sungai. Bentuk tebing, dasar muara

PTS. FT. USB YPKP 8


dan pesisir di depan muara memberi
pengaruh terhadap pembentukan 2. Data Sekunder
sedimentasi terutama terhadap
Data sekunder adalah data yang
angkutan sedimen dalam Hendar dan
diperoleh dari literatur-literatur dan
Helmi (2013:104).
hasil penelitian yang sudah pernah
Menurut Paimin et al (2009) dilakukan sebelumnya yang memiliki
besarnya pasokan air banjir salah keterkaitan dengan studi aliran
satunya dapat diidentifikasi dari dari turbulensi dan aliran kritis yang
bentuk DAS, gradien sungai dan menyebabkan adanya gerusan
kerapatan drainase. Asdak (2002) sehingga terjadi degradasi pada dasar
mengemukakan bahwa bentuk DAS sungai.
yang memanjang dan sempit
3.2 Lokasi Penelitian
cenderung akan menurunkan laju
aliran daripada DAS berbentuk lebar Pelaksanaan penelitian ini
dalam Rika dkk (2014:21). dilakukan di laboratorium uji model
hidrolik saluran terbuka (laboratorium
BAB III METODE PENELITIAN
hidrolik) Universitas Sangga Buana
3.1 Perolehan Data Penelitian (YPKP) Bandung. Adapun waktu
Dalam penelitian ini, penelitian dilakukan dalam kurun
peneliti menggunakan dua sumber waktu 4 (empat) hari. Lokasi
untuk mendapatkan data penelitian. sebenarnya adalah di sungai
Data tersebut adalah sebagai berikut: Cikapundung wilayah Hegarmanah,
Cidadap, Kota Bandung atau lebih
1. Data Primer
tepat nya berlokasi pada koordinat
Data primer adalah data yang
6.883509 LS dan 107.606655 BT.
diperoleh dari pengamatan secara
langsung di laboratorium.

PTS. FT. USB YPKP 9


hidrolik), dimensi penampang saluran
yaitu : tinggi saluran 30 cm dan lebar
90 cm serta panjang keseluruhan
penampang saluran 360 cm.

Gambar Pemodelan Bendung Urugan Homogen dengan model Uji Hidrolik

Laboratorium USB-YPKP

61
35

920 99 80
A

60,72
model bendung urugan
14 ,4 9

224 52 325
A

346 156 418 90 225

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian (sumber: TAMPAK ATAS

1:100

google.co.id/maps)

3.3 Alur Pelaksanaan Penelitian

Gbr. 3-2 Skema Model Uji Hidrolik Tampak Atas


25

30 10 10

10
71
91
Model bendung Urugan

Gbr. 3-3Skema Model Uji Hidrolik Tampak samping

Tahapan pelaksanaan penelitian


yang dilakukan pada saluran terbuka
tersebut adalah :

1. Langkah pertama adalah


memadatkan pasir terlebih sebagai
landasan atau dasar dari media uji.

2. Memasangkan papan di hilir.

3. Diatas benda uji dipasang benang


dengan jarak 20 cm dilengkapi
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian
dengan untai.
3.4 Pelaksanaan Eksperimen
4. Alirkan air melalui pintu sorong
Pelaksanaan penelitian ini dengan bukaan pertama 0,5 cm
dilakukan di laboratorium uji model pengatur debit air dan dinaikkan
hidrolik terbuka (laboratorium 0.25 cm pada bukaan selanjutnya

PTS. FT. USB YPKP 10


untuk memperoleh aliran air 9. Setelah percobaan selesai,
terhadap saluran selama 30 menit. merapikan kembali dasar saluran
dan mengisi bak penampung, lalu
5. Pengukuran debit Thompson di
ulangi ke langkah (5) untuk
hilir dan pengukur kedalaman
percobaan selanjutnya hingga
aliran air setelah air mengalir
mendapatkan 20 data percobaan
selama 15 menit, dengan
dengan waktu setiap 30 menit.
menggunakan rumus seperti di
bawah ini: 10. Buat dokumentasinya.

Q 3.5 Pengumpulan Data


V=
A
Jumlah data yang diambil pada
5/2
Q = 1,38 (ht) penelitian ini adalah sebanyak 20 data.
dimana : Adapun data–data yang diambil pada
saat penelitian di laboratorium uji
V : Kecepatan (m/det)
model hidrolik yaitu:
3
Q: Debit Saluran (m /det)
1. Debit air yang mengalir (Q)
A: Luas penampang saluran (m2)
2. Kecepatan aliran air (v)
6. Melakukan pengeringan dengan
3. Kedalaman gerusan (ds)
menutup pintu sorong, kemudian
dilakukan pengukuran kedalaman 4. Panjang gerusan (Lds)
gerusan pada dasar saluran, yang 5. Ketinggian aliran (y)
mengalami kerusakan atau
6. Panjang profil aliran (L)
gerusan.
7. Debit persatuan lebar basah (q)
7. Mengukur panjang dan kedalaman
gerusan pada dasar saluran, yang 8. Luas penampang basah (A)

mengalami kerusakan atau 9. Bilangan Froude (F), Energi


gerusan. kinetik (Ek), Energi potensial (Ep)

8. Buat Peta topografinya. dan Energi spesifik.

PTS. FT. USB YPKP 11


3.6 Analisis Data bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana pola pengikisan yang terjadi
Analisis data yang telah ada
sebagai alat akibat dari aliran
dapat dipergunakan untuk mengetahui
turbulensi.
hasil dari pengujian atau penelitian
yang telah dilakukan di laboratorium 4.2 Deskripsi Data Penelitian
uji model hidrolik terbuka, sehingga Dengan adanya lapisan pasir
didapatkan suatu kesimpulan dari hasil yang telah dipadatkan di sepanjang
penelitian. saluran, maka data pengamatan dari
BAB IV ANALISIS DATA DAN penelitian ini adalah:
PEMBAHASAN a. Pengamatan perubahan arus aliran
4.1 Pembahasan Analisis Data disekitar bangunan pelimpah.

Aliran yang terjadi pada sungai b. Pengamatan kedalaman aliran


biasanya disertai proses penggerusan / disekitar bangunan pelimpah.
erosi. Akibat adanya gerusan c. Pola gerusan
(scouring) terjadi keadaan kondisi air
d. Kedalaman Gerusan hasil
pada bendung tidak stabil sehingga
pengukuran (penelitian
mengakibatkan pengendapan sedimen
laboratorium)
yang mengakibatkan kerusakan,
adanya bangunan yang menyimpang a. Hubungan kedalaman gerusan
pada kaki bendung, kekuatan tanah dan waktu Running
yang semakin menurun / tidak stabil, b. Persamaan Laboratorium
pengikisan dan sedimentasi pada (Hasil Pengukuran)
sekeliling permukaan dasar saluran
c. Perbandingan
pada daerah titik sudut modul dan
Kedalaman gerusan hasil
lereng tanggul yang diakibatkan oleh
pengukuran dengan
aliran turbulensi. Adapun pengukuran
penelitian
kedalaman pengikisan dan sedimentasi
4.3 Analisis Debit Aliran (Q)

PTS. FT. USB YPKP 12


Q =V .A (cm3/det) g = percepatan gravitasi bumi (g =
9,81 m2/det)
Dimana :

Q = Debit aliran air pada alat ukur Untuk selanjutnya besarnya bilangan
Froude dapat menyatakan perbedaan
Thompson (m3/det)
jenis aliran dengan ketentuan sebagai
V = kecepatan aliran (cm/det)
berikut :
A = luas penampang (cm)
Fr < 1 merupakan aliran sub-kritis
Untuk perhitungan debit aliran (laminer)
Q yang dipakai adalah berdasarkan
Fr = 1 merupakan aliran kritis
tinggi air pada alat ukur
(transisi)
Thompson,yaitu
Fr > merupakan aliran super-kritis
5
Q = 1,38• Ht 2
(turbulen)

Dimana : 4.5 Hasil Data Pengamatan

Ht = kedalaman air yang diukur pada


alat ukur Thompson (m).

4.4 Analisa Bilangan Froude

Untuk perhitungan besarnya


(Sumber : Uji Model Hidrolik 2017)
nilai bilangan Froude,yaitu:
Gambar 4.1 Bendung Yang Belum Di Aliri Air
Untuk Percobaan Uji Model Hidrolik.
V
F=
√g . y
dimana :

V= kecepatan aliran dalam model


saluran (m/det)

PTS. FT. USB YPKP 13


(Sumber : Uji Model Hidrolik 2017)
Gambar 4.2 Tanggul Yang Sudah Di Aliri Air
Untuk Percobaan Uji Model Hidrolik. (Sumber : Uji Model Hidrolik 2017)
Gambar 4.7 Analisis Perhitungan Debit
Thompson, Untuk Percobaan Uji Model
Hidrolik.

4.6 Implementasi Kajian


Laboratorium

Implementasi kajian data hasil


(Sumber : Uji Model Hidrolik 2017 ) uji laboratorium dapat dihitung dengan
Gambar 4.5 Peta Kerusakan Saluran Utama
Akibat Gerusan Lokal, Untuk Percobaan Uji beberapa rumus perbandingan analisis
Model Hidrolik.
diantaranya yaitu:

4.6.1 Hubungan Persamaan antara


dengan

(Sumber : Uji Model Hidrolik 2017)


Gambar 4.6 Peta Kerusakan Saluran Utama
Akibat Gerusan Lokal, Untuk Percobaan Uji
Model Hidrolik.

PTS. FT. USB YPKP 14


1/ 6 1/ 2
q Fr
Grafik 4.1 Hubungan
(( ) )
A
−1 dengan Grafik 4.2 Hubungan
(( ) )
ΔE
−4 dengan

q 2 1
Q 2 1
(( ) ( ))

(( ) ( ))
b

Fr
V Fr
Berdasarkan gambar grafik
Berdasarkan kurva di atas didapat persamaan regresi yang di
diperoleh persamaan regresi y = 6.298 dapat adalah y = 0.44x + 64.81,
×10−9x - 9.977×10−1, sehingga dapat dengan demikian dapat diartikan
diartikan semakin besar nilai
q 2 1
Q 2 1
semakin besar nilai (( ) ( ))
b

Fr
(( ) ( ))
V

Fr
maka semakin besar
maka semakin besar pula nilai

1/ 6 1/ 2
q Fr
pula nilai (( ) )
A
−1 yang terjadi (( ) )
ΔE
−4 yang terjadi pada saluran

pada saluran primer tersebut, serta primer tersebut, serta berdasarkan nilai
berdasarkan nilai yang didapat dari yang didapat dari hasil grafik di atas
hasil grafik di atas karena Fr<1, maka karena Fr<1, maka merupakan aliran
merupakan aliran sub-kritis (laminer). sub-kritis (laminer).

4.6.2 Hubungan Persamaan antara 4.6.3 Hubungan Persamaan antara


dengan dengan

PTS. FT. USB YPKP 15


1/ 6 2
F ds 1
Grafik 4.3 Hubungan
( Es
−2 ) dengan Grafik 4.4 Hubungan
( −
ΔE 2 ) dengan

2 2
q Ls 1
( ΔE
−1 ) ( −
Y 2 )
Berdasarkan gambar grafik Berdasarkan grafik di atas maka
didapat persamaan regresi yang di persamaan regresi yang di dapat adalah
dapat adalah y = -9.39×10−16x - 3.33 y = -4.58×10 8x + 4.80×10 10, dengan
×10−1, dengan demikian dapat demikian dapat diartikan semakin besar

2 2
q Ls 1
diartikan semakin besar nilai ( ΔE
−1 ) nilai ( −
Y 2 ) maka semakin kecil

1 /6 2
Fr ds 1
maka semakin kecil nilai ( Es
−2 ) nilai ( −
ΔE 2 ) yang terjadi pada

yang terjadi pada saluran primer saluran primer tersebut, serta


tersebut, serta berdasarkan nilai yang berdasarkan nilai yang di dapat dan
didapat dari hasil grafik di atas karena hasil grafik diatas merupakan aliran
Fr<1, maka merupakan aliran sub-kritis super-kritis (turbulen).
(laminer). 4.6.5 Hubungan Persamaan antara
4.6.4 Hubungan Persamaan antara

dengan
dengan

PTS. FT. USB YPKP 16


2
ΔE 1/ 2
ds
( )
Grafik 4.31 Hubungan
( ) ) 1
Fr
−2
dengan
Grafik 4.32 Hubungan

( EkLs −1)
Fr
−2 dengan

2 Berdasarkan grafik di atas


ΔE
( Ek
−1 ) maka persamaan regresi yang di dapat
adalah y = -7.939x + 4.602×10 6,
Berdasarkan grafik di atas maka
dengan demikian dapat diartikan,
persamaan regresi yang di dapat adalah
y = -0.00301x - 1.99711, dengan
demikian dapat diartikan, semakin
semakin besar nilai ( EkLs −1) maka

2 2
ΔE ds
besar nilai ( Ek
−1 ) maka semakin semakin kecil nilai ( Fr
−2 ) yang

terjadi pada saluran primer tersebut,

ΔE 1/ 2 serta berdasarkan nilai yang didapat


kecil nilai
(( ) )
1
Fr
−2
yang terjadi dari hasil grafik di atas karena Fr<1,
maka merupakan aliran sub-kritis
pada saluran primer tersebut, serta (laminer).
berdasarkan nilai yang didapat dari
4.6.7 Hubungan Persamaan antara
hasil grafik di atas karena Fr<1, maka
dengan
merupakan aliran sub-kritis (laminer).

4.6.6 Hubungan Persamaan antara


dengan

ΔE 2
Grafik 4.33 Hubungan
( ) )
1 /2
Ls
ds
−1
dengan

ds
(( ) )
( ΔE )2
−1

PTS. FT. USB YPKP 17


Berdasarkan grafik di atas dalam bentuk tabel dan grafik. Oleh
maka persamaan regresi yang di dapat karena itu dari hasil analisa dan
adalah y = -2.498×10−15x - 3.333 pembahasan tersebut dapat ditarik

×10−1, dengan demikian dapat kesimpulan:

diartikan, semakin besar nilai 1. Kecepatan aliran air (V) sangat


berpengaruh terhadap debit aliran
ΔE 2 air (Qt). Semakin besar kecepatan

(( ) )
Ls
ds
−1
maka semakin kecil nilai aliran air (V), maka semakin besar
pula debit air yang dihasilkan.
1 /2 2. Jika energi kinetik (Ek) yang
ds
(( ) )
( ΔE )2
−1 yang terjadi pada dimiliki aliran air semakin besar,
maka semakin dalam pula gerusan
saluran primer tersebut, serta
(ds) yang dihasilkannya.
berdasarkan nilai yang di dapat dan
3. Jika luas basah (Ab) pada saluran
hasil grafik diatas merupakan aliran
semakin besar maka semakin besar
super-kritis (turbulen).
juga debit aliran (Qt) yang
BAB V KESIMPULAN DAN dihasilkan pada saluran tersebut.
SARAN 4. Jika bilangan froude (Fr) yang
5.1 Kesimpulan dimiliki aliran semakin besar maka
semakin dalam juga gerusan (ds)
Berdasarkan hasil analisa dan
yang terjadi.
pembahasan pada Pengaruh
5. Jika debit aliran air (Qt) semakin
Kelongsoran Tebing Sungai dan
besar maka semakin besar pula
Angkutan Sedimen Terhadap
gerusan (ds) yang dihasilkan.
Pendangkalan Dasar Sungai dengan
6. Jika gerusan (ds) yang diakibatkan
pendekatan Uji Mode Hidrolik dalam
oleh aliran air semakin besar, maka
implementasi Sungai Cikapundung
semakin pula kemukinan
Wilayah Hegarmanah, proses
degradasi dasar sungai ditampilkan

PTS. FT. USB YPKP 18


terjadinya degrasinya pada Chow, V.T. 1997. Hidrolika Saluran
Bendung. Terbuka. Jakarta: Erlangga.

7. Gerusan (ds) yang terjadi di sekitar Hardiyatmo, H.C. 2007. Mekanika


Tanah II. Yogyakarta: Gajah
bendung lebih besar jika Mada University Press.
dibandingkan gerusan yang hanya Mulyanhto, H.R. 2007. Sungai Fungsi
diakibatkan oleh energi air itu & Sifat-Sifatnya. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
sendiri.
Soewarno. 1991. Pengukuran Dan
5.2 Saran Pengelolaan Data Aliran Sungai
(Hidrometri). Bandung: Nova.
Agar penelitian tentang aliran
Yang, Chih Ted. 1996. Sediment
turbulensi yang mengakibatkan
Transport Theory And Practice.
Gerusan lokal dan kerusakan pada
Singapore: The Mc Graw-Hill
bendung urugan di kemudian hari bisa
Companie.
dilakukan lebih baik, maka penulis
Ahmad dkk. 2015. Studi Debit Aliran
menyampaikaan saran - saran yang Pada Sungai Antasan Kelurahan
bersifat membangun sebagai berikut: Sungai Andai Banjarmasin
Utara. Vol 7: No.1.
1. Ketelitian dan ketepatan dalam
Akbar & Isri. 2016. Analisa Profil
pengukuran dan perhitungan Muka Air Banjir Sungai
dalam pelaksanaan penelitian Molompar Kabupaten Minahasa
Tenggara, Vol 4: No. 1.
harus ditingkatkan.
Alie, Msy Efrodina R.2015. Kajian
2. Kalibrasi alat, sehingga kondisi
Erosi Lahan Pada DAS Dawas
alat dalam keadaan baik dan steril Kabupaten Musi Banyuasin-
dari benda yang mempengaruhi Sumatera Selatan. Vol 3: No.1.

nilai data pada obyek penelitian. Andreas dkk. 2016. Kajian


Pengendalian Erosi Pada Sungai
DAFTAR PUSTAKA Pedes Kabupaten Brebes. Vol 5:
No. 2.
Asdak, Chay. 2010. Hidrologi Dan Badan Standarisasi Nasional. 2015.
Pengelolaan Daerah Aliran Tata Cara Pengukuran Debit
Sungai. Yogyakarta: Gajah Aliran Sungai Dan Saluran
Mada University Press. Terbuka Menggunakan Alar

PTS. FT. USB YPKP 19


Ukut Arus Dan Pelampung. SNI Sungai Panasen. Vol 2: No. 3.
8066: 2015. Sintala, Arsyad. 2010. Konservasi Air
Besperi. 2012. Desain Spesial Dan Tanah. IPB Press: Bogor.
Maintenance (Pemeliharaan Suripin. 2001. Pelestarian Sumber
Khusus) Saluran Daerah Irigasi Daya Air Dan Tanah. Semarang.
Way Rilau Lampung Selatan.
Vol 4: No. 1. Tatipata, Welstien Herma. 2015.
Dedi dkk. 2014. Tahanan Aliran Pada Analisis Volume Sedimen Yang
Saluran Akibat Tanaman Eceng Mengendap Setelah T-Tahun
Gondok. Vol 3: No.4.
Waduk Beroperasi (Studi Kasus:
Diansari, Rahma. 2014. Analisis
Waduk Cirata). Vol 22: No. 3.
Perhitungan Muatan Sedimen
(Suspenden Load) Pada Muara
Sungai Lilin Kabupaten Musi-
Banyuasin. Vol 2: No. 2.
Hendar & Helmi. 2013. Analisis
Angkutan Sedimen Total Pada
Sungai Dawas Kabupaten Musi
Banyuasin. Vol 1: No. 1.
Mokonio, Olviana. 2013. Analisis
Sedimentasi Di Muara Sungai
Saluwangko Di Desa Tounelet
Kecamatan Kakas Kabupaten
Minahasa. Vol 1: No. 6.
Rantung, Marizca Monica. 2013.
Analisis Erosi Dan Sedimentasi
Lahan Di Sub DAS Panasen
Kabupaten Minahasa. Vol 1:
No.5.
Rika dkk. 2014. Kajian Parameter
Ancaman Banjir Bandang Pada
DAS Krueng Teungku
Kabupaten Aceh Besar. Vol 3:
No. 4.
Sembiring, Amelia Ester. 2014.
Analisis Sedimentasi Di Muara

PTS. FT. USB YPKP 20

Anda mungkin juga menyukai