Buku ini dirancang berdasarkan pengalaman penulis setelah mengajar mata kuliah proses
industri kimia selama lebih kurang 20 tahun. Seluruh pengalaman ini terhimpun dalam
bentuk diktat kuliah dan kumpulan buku kerja mahasiswa serta bahan kuliah.
Proses industri kimia merupakan suatu bagian dari teknologi kimia.sedangkan teknologi
kimia adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pengetahuan teknik dan
kimia.yang dimaksud teknik disini tentu saja terbatas pada teknik yang ada kaitannya
dengan industri kimia.
Cabang cabang ilmu pengetahuan yang termasuk dalam teknologi kimia dapat
digolongkan menjadi 3 golongan besar yaitu:Alat industri kimia (AIK),Proses teknik
kimia atau Azaz teknik kimia (ATK) ,dan operasi teknik kimia.
Akhirnya gabungan alat industri kimia dan proses teknik kimia dinamakan pelajaran
proses industri kimia.
Alat alat industri kimia mempelajari segala sesuatu tentang peralatan yang digunakan
dalam industri kimia,misalnya : gilingan,pengering,pompa dll.
Sesudah mempelajari AIK ,para mahasiswa mempelajari mata kuliah Azaz teknik kimia
yaitu mempelajari dasar dasar perhitungan industri kimia.serta mendalami segala sistem
satuan,analisa matematika,stoikiometri,neraca bahan,hukum hukum
gas,termodinamika,dan neraca panas.pengetahuan pengetahuan tersebut merupakan dasar
yang penting untuk menuju ke pelajaran Proses Industri Kimia yang sebenarnya.
Maka dapat ditarik manfaat dari mempelajari Proses Industri Kimia
1.Mahasiswa dapat mengetahui proses dari bahan baku menjadi produk dengan
menggunakan serangkaian peralatan.
2.Mahasiswa dapat merancang suatu pabrik kimia ( Design)
Proses Industri Kimia
Pada dasarnya untuk memulai pelajaran proses industri kimia, harus mengerti
thermodinamika kimia untuk bisa memprediksi sifat dari reaksi kimia. Apakah reaksi
kimia tertentu dapat terjadi sehingga dapat menghasilkan suatu konversi kimia, pengaruh
temperatur dan tekanan terhadap jalannya reaksi kimia, komposisi akhir yang keluar
reaktor jika kesetimbangan dicapai, gaya dorong dari setiap reaksi yang terlibat, dan
jumlah panas yang dilepaskan adalah sejumlah aspek proses kimia yang dapat ditentukan
dari perhitungan termodinamika. Bagaimanapun juga, dari termodinamika ini kita tidak
dapat mengetahui kecepatan reaksi, pengaruh dari bentuk reaktor yang digunakan, atau
hubungan kecepatan dari reaksi yang terlibat dalam reaksi kimia. Jika pertanyaan seperti
ini ingin dijawab, maka diperlukan suatu data eksperimen kinetika.
Tidak hanya pengetahuan termodinamika yang diperlukan untuk memahami proses
industri kimia, tetapi juga aplikasi kinetika. Pengetahuan tentang termodinamika dan
kinetika adalah penting untuk memahami proses industri kimia secara menyeluruh.
Insinyur proses menemukan bahwa sebelum kinetika dari suatu reaksi kimia dapat
digunakan, maka termodinamika harus diketahui terlebih dahulu. Sebelum berkonsentrasi
pada secepat apa suatu reaksi dapat terjadi, harus dapat diketahui bahwa reaksi ini benar
dapat terjadi dan seberapa jauh reaksi tersebut bisa terjadi.
Untuk lebih mendalami diskusi yang akan dibahas disini, pembaca akan di berikan
beberapa referensi dari termodinamika teknik kimia.
Energi-Hukum Pertama
Termodinamika berhubungan dengan energi. Banyak masalah yang solusinya bergantung
pada kesetimbangan energi, seperti kesetimbangan konversi dalam reaktor adiabatik atau
kebutuhan panas dan jumlah katalis yang dibutuhkan dalam reaktor katalitik.
Kesetimbangan energi adalah berdasarkan hukum termodinamika pertama, yaitu energi
tidak dapat diciptakan dan juga tidak dapat dimusnahkan selama proses berlangsung,
tetapi energi dapat berubah dari suatu bentuk ke bentuk lainnya. Jumlah total energi yang
masuk ke dalam sistem suatu proses ditambah dengan energi tambahan selama proses
berlangsung harus sama dengan total energi yang keluar dari sistem tersebut.
Klasifikasi Energi
Bentuk energi dapat dibagi menjadi dua kelompok : (1) yang pertama yang berhubungan
dengan sistem dan (2) yang kedua yang terlibat didalam proses. Bentuk energi yang
pertama termasuk energi yang dimiliki oleh material sistem sedangkan bentuk energi
yang kedua termasuk energi yang dihasilkan atau dipindahkan oleh proses.
Kelompok 1 Kelompok 2
Properti sistem Properti proses
Energi dalam Panas
Aliran atau energi tekanan Kerja
Energi kinetik
Energi potensial
Energi permukaan
Energi magnetik
Energi dalam (U) adalah energi yang dimiliki oleh suatu bahan karena gerakan dan
konfigurasi molekul, atom dan partikel sub-atomiknya. Aliran atau energi tekanan PV
adalah hasil kali dari tekanan dan volume. Energi tekanan dapat juga dikatakan sebagai
energi yang dimiliki bahan karena adanya virtue of the space it occupies. Energi kinetik
adalah energi yang dimiliki bahan karena gerakannya dan mv2/2, dimana m dan v adalah
massa dan kecepatan bahan. Energi kinetik spesifik adalah v 2/2gc, dimana gc adalah
ketetapan gravitasi, dengan 1/gc adalah unit berat massa. Energi yang dimiliki oleh
material karena letaknya berhubungan dengan some datum plane disebut energi
potensial. Dua bentuk energi, yang berhubungan dengan tegangan permukaan dan efek
magnetik biasanya diabaikan dibandingkan dengan bentuk energi yang lain dan energi ini
tidak digunakan dalam kesetimbangan energi. Bentuk energi yang bergantung pada
proses adalah panas q dan kerja w. Panas adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh
perbedaan temperatur. Kerja adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh proses mekanik.
Keadaan Standar
Untuk menyamakan properti komponen dalam suatu sistem, aturan standar harus
didefinisikan dimana aturan standar ini akan menspesifikasikan temperatur, tekanan, dan
keadaan fisik komponen. Temperatur standar adalah 25C (298,15 K); tekanan standar
adalah 1 atm (atau fugasitas f = 1,0 atm). Keadaan fisik harus dispesifikasikan, untuk
energi air maka keadaan stándar tergantung pada keadaan air tersebut, apakah cairan atau
gas; atau energi karbon yang tergantung pada bentuk karbon tersebut apakah -grafit
atau berlian.
Panas Reaksi
Perubahan entalpi sistem ketika reaksi terjadi pada tekanan konstan disebut panas reaksi,
walaupun sejatinya ini adalah perubahan entalpi dalam reaksi. Sistem mungkin harus
melepaskan atau menyerap panas (q) untuk mempertahankan temperatur tetap didalam
sistem.
Eksotermis Sistem kehilangan panas H = -
Endotermis Sistem mendapatkan panas H = +
Ketika reaktan dan produk dalam keadaan standar, maka perubahan entalpi adalah panas
reaksi standar. Jika reaksi adalah reaksi pembakaran, perubahan entalpi adalah panas
pembakaran standar Hc. Jika reaktan adalah unsur dalam keadaan standar, maka produk
adalah senyawa dalam keadaan standar, perubahan entalpi adalah panas pembentukan
standar Hf.
Reaksi umum aA + bB cC + dD, panas reaksi standar Hrx dapat dihitung dari
panas pembentukan standar atau data panas pembakaran.
Dari data panas pembentukan :
Hrx = (Hf)produk - (Hf)reaktan
= c(Hf)c + d(Hf)D - a(Hf)A - b(Hf)B
Nilai untuk panas pembentukan per mol dapat ditemukan dalam referensi data
termodinamika.
Dari data panas pembakaran :
Hrx = (-Hc)produk - (-Hc)reaktan
= c(-Hc)C + d(-Hc)D - a(-Hc)A - b(-Hc)B
Adalah hal yang penting dimana nilai keadaan fisik semua komponen sama untuk panas
pembentukan atau panas pembakaran. Dalam reaksi pembakaran, air dapat dibentuk
dalam cairan (keadaan standar biasa) atau gas.
C2H6(g) + 3,5O2(g) 2CO2(g) + 3H2O(l) -Hc = 372,82 kcal/g mol
C2H6(g) + 3,5O2(g) 2CO2(g) + 3H2O(g) -Hc = 341,26
Panas laten penguapan 3 mol H2O = 31,56
H2O(l) H2O(g) Hrx = 10,52
Panas pembakaran ketika air terbentuk dalam keadaan cair dikenal juga sebagai gross
panas pembakaran; ketika air yang terbentuk tetap dalam bentuk gas maka disebut net
panas pembakaran.
Panas pembakaran dapat juga dihitung dengan mengkombinasikan persamaan dimana
panas reaksi telah diketahui. Untuk menghitung panas reaksi untuk suatu reaksi
diperlukan tambahan persamaan secara aljabar untuk reaksi yang telah diketahui H
sehingga jumlah yang dihasilkan sesuai dengan reaksi yang diinginkan. Hal ini tidak
memungkinkan dihitungnya panas reaksi untuk reaksi yang tidak berjalan secara
kuantitatif dalam kalimeter. Dalam studi kasus berikut, jika panas reaksi dari persamaan
kimia pertama diketahui dari dua persamaan yang ada, panas reaksi persamaan ketiga
adalah selisih antara persamaan pertama dan kedua :
C(b) + O2 CO2(g)
CO(g) + 1/2O2(g) CO2(g)
C(b) + 1/2O2(g) CO(g)
Bentuk umum dimana data panas reaksi yang ada diliteratur adalah tabulasi dari panas
pembentukan atau panas pembakaran dari masing-masing senyawa dalam keadaan
standar mereka. Untuk senyawa anorganik panas pembentukan biasanya ditabulasi,
sedangkan data senyawa organik yang diberikan adalah panas pembakaran.
Walaupun temperatur dan tekanan dispesifikasikan dalam membentuk keadaan standar
reaksi, perubahan panas reaksi dengan sedikit perubahan tekanan biasanya kecil dan
sering diabaikan. Untuk gas ideal, panas reaksi tidak dipengaruhi oleh tekanan. Untuk
cairan dan padatan, ada sedikit pengaruh, tetapi sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Dalam kasus tertentu dimana pengaruh tekanan terhadap panas reaksi dapat dilihat adalah
reaksi yang melibatkan gas tidak ideal pada tekanan tinggi.
HT
HR HP
HS
dimana HT = panas reaksi pada temperatur T
HS = panas reaksi standar pada TS
HP = jumlah entalpi semua produk antara TS dan T
HR = jumlah entalpi semua reaktan antara TS dan T
HP dan HR dapat dievaluasi dari metode yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan
mencari nilai entalpi masing-masing dalam table, dihitung dari kapasitas panas, atau
dengan mengintegrasi persamaan kapasitas panas.
HT = HS + CPm (T – TS)
T
HT = HS + ΔC
TS
p dT
CPm = selisih antara kapasitas panas semua produk dan semua reaktan
CP = selisih antara kapasitas panas semua produk dan reaktan
CP = c(Cp)C + d(Cp)D - a(Cp)A - b(Cp)B
Proses reversible dapat diartikan dimana gaya dorong menyebabkan proses terjadi
seketika only infinitesimally greater daripada that resisting the process. Proses tersebut
seketika sehingga dalam keadaan kesetimbangan. Proses reversible juga proses yang
ideal atau all sources of energy dissipation are eliminated.
Energi Bebas
Entropi, jika dikalikan dengan temperatur absolut memberikan hasil TS dimana ukuran
energi tidak tersedia. TS diambil dari entalpi yang meninggalkan jumlah dimana entalpi
dalam proses mengalir atau tekanan-konstan proses batch, yang tersedia untuk kerja.
Kemudian disebut energi bebas dan didefinisikan sebagai :
G = H - TS
Energi bebas dapat diartikan sebagai properti suatu sistem yang merupakan pengukur
langsung dari total energi yang dapat menyebabkan reaksi dapat berlangsung. Energi total
yang dimiliki oleh suatu sistem digambarkan oleh gambar berikut. Energi total H, dapat
dibagi menjadi energi dalam U dam energi luar PV atau mengalir atau dapat juga dibagi
atas energi yang tersedia untuk kerja G dan energi yang tidak tersedia TS.
Fungsi yang serupa adalah fungsi kerja A, didefinisikan sebagai : A = U - TS.
tidak tersedia
Energi yang
Energi
TS pV pV
luar
TS
Energi dalam
U
Energi bebas
Fungsi kerja
H G A
total
Entalpi
Gambar 1-1. Hubungan energi H, G, A dan U.
dS = dqr/T S = dq
1
r /T
H = U + PV H = U + (PV)
A = U - TS A = U - (TS)
G = H - TS G = H - (TS)
Biasanya perubahan entalpi adalah proses tekanan-konstan, perubahan dalam fungsi kerja
adalah untuk proses temperatur-konstan, dan perubahan energi bebas adalah untuk proses
yang terjadi pada tekanan dan temperatur konstan. Sehingga persamaannya juga dapat
ditulis
H = U + PV
A = U - TS
G = H - TS
Kesetimbangan Kimia
Dua hal penting yang sebaiknya diketahui oleh insinyur teknik kimia tentang reaksi kimia
adalah :
Dapat kah reaksi tersebut terjadi?
Seberapa lama reaksi tersebut terjadi?
Pertanyaan pertama adalah berhubungan dengan termodinamika, pertanyaan kedua
berhubungan dengan kinetika. Kemungkinan kesetimbangan reaksi kimia adalah salah
satu aspek penting dalam termodinamika. Hal ini mungkin untuk menghitung
kesetimbangan konversi reaksi yang diberikan dari data yang diambil dari reaksi yang
lain atau dari data thermal dari masing-masing unsur yang terlibat.
pc C pd D
K a b untuk gas ideal
pApB
f cC f d D
K a b
f Af B
Tetapi karena
fA = vA pA
Sedangkan
fA
vA
PA
v c C pcC v d D pd D
K a a v b b
v A p A Bp B
atau
v c C pcC v d D pd D pcC pd D
K a a v b b = Kv a
v A p A Bp B p A pb B
dimana
v cCv d D
Kv a b dengan definisi
vAvB
Disini Kv adalah ukuran langsung dari pengaruh ketidak-ideal-an gas berdasarkan
komposisi kesetimbangan.
Perubahan entropi standar reaksi dihitung dari nilai entropi absolut produk dan reaktan
pada temperatur standar TS = 25C.
Sebagian besar entropi absolut zat dapat dihitung karena zat mengikuti hukum ketiga
termodinamika. Hukum tersebut menyatakan bahwa entropi absolut zat murni dalam
keadaan kristal adalah nol pada temperatur absolut nol. Sehingga, panas laten fase yang
berubah diketahui dan jika kapaistas panas diketahui, maka entropi absolut zat murni
dapat dihitung dengan persamaan berikut :
CP λ
S dT
T T
Entropi yang dihitung dengan cara ini dibandingkan dengan entropi absolut yang dihitung
dari tetapan kesetimbangan yang dapat diukur dan hasilnya hampir mendekati satu sama
lain.
Jika energi bebas standar zat yang terlibat dalam reaksi kimia disusun didalam
tabel, perubahan energi-bebas standar dan K untuk reaksi tersebut dapat dihitung secara
langsung.
Perlu untuk menuliskan masing-masing tekanan parsial dalam hal variabel yang sama-
derajat konversi. Jika pada awal gas terdiri dari 1 mol A, konversi x pada kesetimbangan
dapat dituliskan sebagai berikut :
A R + S
1–x x x
Basis : 1 mol A masuk
Unsur Mol Farksi mol Tekanan parsial
A 1–x 1 – x/1 + x (1 – x)/1 + x
R x x/1 + x x/1 + x
S x 1/1 + x x/1 + x
Total....... 1+x 1,0
atau
πx 2
K
1 - x2
atau
K
x
πK
f 2 CO v 2 CO p 2 CO
K
f CO 2 v CO 2 PCO 2
fC tidak ada untuk karbon karena karbon tetap tinggal dalam bentuk padat sampai pada
saat karbon tersebut bereaksi, oleh karena itu karbon ada dalam keadaan standarnya, yaitu
padatan murnipada satuan fugasitas. Hal ini juga berlaku didalam membuat tabel data
entalpi dan entropi untuk padatan. Perhitungan yang mengkoreksi H dan S untuk
temperatur secara otomatis memberikan koreksi fugasitas padatan dari temperatur standar
sampai temperatur sistem. Sehingga, keadaan standar untuk padatan adalah temperatur
sistem pada tekanan satu atmosphere. Bagaimanapun juga, fugasitas padatan hampir tidak
bergantung pada tekanan, sehingga fugasitas padatan pada tekanan sistem untuk semua
keadaan adalah 1 atm. Aktivitas semua padatan (karbon, dalam reaksi ini) adalah
kesatuan dan tidak muncul dalam persamaan kesetimbangan. Harus diingat bahwa
properti panas karbon harus digunakan untuk menghitung nilai -G untuk reaksi dan
juga nilai K.
Reaksi yang Berjalan Secara Berkelanjutan
Ketika dua reaksi isothermal terjadi secara berkelanjutan, perhitungan sedikit terlibat,
tetapi dapat juga sebenarnya perhitungan telah diselesaikan. Solusi masalah seperti ini
melibatan dua hal yang tidak diketahui. Prosedurnya adalah menyusun persamaan yang
melibatkan tetapan kesetimbangan untuk masing-masing reaksi dan untuk memecahkan
persamaan berkelanjutan dengan grafik.
Asumsikan reaksi dua gas ideal berikut terjadi secara berkelanjutan dan
isothermal:
pR
A + B R K1 (1)
pA pB
pS
A + R S K2 (2)
pA pR
Senyawa A adalah reaktan pembatas, B adalah reaktan berlebih.
r = rasio mol B terhadap A pada saat masuk
x = derajat konversi A oleh reaksi (1)
y = derajat konversi A oleh reaksi (2)
Dalam kasus dimana tekanan total adalah 1 atm, tekanan parsial adalah sebanding dengan
fraksi mol dan kedua persamaan menjadi
(x - y) (1 r - x - y)
K1
(r - x) (1 - x - y)
y (1 r - x - y)
K2
(x - y) (1 - x - y)
Karena K adalah konstan dan dapat dihitung dari data thermal dan r biasanya
dispesifikasikan, kedua persamaan tersebut dapat diselesaikan secara berkelanjutan.
Metode yang paling mudah, secara umum, dengan mem-plot y vs x dalam kedua
persamaan, dan titik potong memberikan nilai x dan y yang diinginkan.
Reaksi Adiabatik
Dalam kasus yang telah dikaji, telah ditunjukkan bagaimana menghitung konversi
kesetimbangan untuk reaksi yang terjadi pada temperatur konstan. Pada kenyataannya,
dalam industri tidak ada panas yang ditambahkan atau dibuang selama proses dan panas
reaksi berasal dari atau disebarkan dalam sistem reaksi itu sendiri. Sehingga, temperatur
massa yang bereaksi akan berubah secara terus menerus selama reaksi dan perhitungan
komposisi kesetimbangan juga akan melibatkan perhitungan temperatur akhir. Kasus
seperti ini dapat secara mudah dapat diselesaikan dengan menggunakan metode grafik.
Metode pemecahan untuk reaksi adiabatik yang disajikan disini adalah untuk kasus yang
disederhanakan dimana akan diasumsikan bahwa HT dan ST adalah konstan pada
batas temperatur yang digunakan. Jika kasusnya seperti ini, maka plot log K vs 1/T akan
menghasilkan garis lurus. Perhitungannya akan melibatkan dua hubungan antara T dan x,
derajat konversi. Satu adalah energi balance yang disederhanakan; yang lainnya adalah
hubungan yang melibatkan tetapan kesetimbangan. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan metode yang telah didiskusikan sebelumnya, hitung K untuk
dua temperatur dan plot log K vs 1/T. Akan dihasilkan sebuah garis lurus jika HT
dan ST diasumsikan tetap konstan.
2. Asumsikan termasuk nilai konversi, x, dari 0 hingga 1, dan hitung tekanan parsial tiap
gas untuk tiap nilai x.
3. Dengan menggunakan rasio tekanan parsial ini, hitung nilai K untuk tiap nilai x.
4. Dengan menggunakan plot log K vs 1/T, kaji ulang T untuk tiap nilai x dan plot x vs
T (garis ab dalam gambar 1-4.).
5. Gunakan neraca energi yang sederhana untuk mendapatkan hubungan antara T dan x.
x H = Cp (T – T0)
dimana Cp = kapasitas panas molal
H = panas reaksi
Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa pada
x = 0 T = T0
H
dan dimana x = 1 T1 - T0
Cp
H
T1
C p - T0
Reaksi Fase-Cair
Ada saatnya ketika komposisi kesetimbangan reaksi fase-cair yang dihitung tidak
dibandingkan dengan nilai yang diukur secara nyata. Ini bukan berarti bahwa teorinya
salah. Berikut ini adalah alasannya. Persamaan kesetimbangan untuk reaksi
A + B C + D
dalam fase-cair adalah
a Ca D
Ka
a Aa B
dimana a menunjukkan aktifitas komponen. Tetapi, karena kita tidak tau aktifitas
komponen yang sebenarnya, maka biasanya kita menggunakan persamaan
x Cx D
K
x Ax B
dimana x adalah fraksi mol. Ini berarti bahwa kita mengasumsikan campuran tersebut
adalah larutan ideal. Jika larutan tersebut benar adalah ideal, komposisi yang dihitung
akan cocok dengan komposisi yang diukur. Jika larutan tersebut banyak menyimpang
dari keadaan ideal, maka komposisi yang dihitung tidak akan benar. Secara teori hal ini
dapat diatasi dengan menggunakan koefisien aktifitas masing-masing komponen. Akan
tetapi, pengetahuan kita tentang kesetimbangan-fisika belum cukup berkembang sehingga
kita belum dapat menghitung koefisien aktivitas campuran cair yang kompleks (lebih dari
dua atau tiga komponen).