Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TERMOREGULASI

Disusun oleh :

Yoris Rolisa

044160 18046

AKADEMI KEPERAWATAN BUNTET PESANTREN CIREBON

2020
A. Konsep Dasar

1. Definisi
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan hampir semua
mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus.
Mekanisme pengaturan suhu tubuh di hipotalamus disebut termostat hipotalamus.
Sedangkan pada dengan alat tubuh yang belum sempurna berfungsi seperti bayi matur
memiliki masalah dalam pengaturan suhu tubuh
Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya keseimbangan antara
panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi panas. Kedua proses ini aktifitasnya
diatur oleh susunan saraf pusat yaitu hipotalamus.
Dengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi akan berusaha menstabilkan
suhu tubuhnya terhadap faktor-faktor penyebab hilangnya panas karena lingkungan. Pada
saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra uterin yang hangat ke
lingkungan ekstra uterin yang relatif lebih dingin. Hal tersebut menyebabkan penurunan
suhu tubuh 2-3ºC, terutama hilangnya panas karena evaporasi atau penguapan cairan
ketuban pada kulit bayi yang tidak segera dikeringkan. Pada BBLR mengalami kesulitan
mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat
dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit. Kondisi tersebut akan memacu tubuh
menjadi dingin yang akan menyebabkan respon metabolisme dan produksi panas. (ilmu
kebidanan, 2002)
Pengaturan panas pada bayi berhubungan dengan metabolisme dan penggunaan oksigen.
Dalam lingkungan tertentu pada batas suhu maksimal, penggunaan oksigen dan
metabolisme minimal, karena itu suhu tubuh harus dipertahankan untuk keseimbangan
panas. Lingkungan bayi baru lahir harus dipertahankan pada suhu yang tidak
menyebabkan peningkatan laju metabolik yang terlalu besar untuk mempertahankan suhu
tubuh bayi tersebut. Bayi yang prematur dapat menghamburkan oksigen dan kalori yang
sangat berharga hanya untuk melaksanakan fungsi ini.
Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan merespon dengan
meningkatkan oksigen dan memperbesar metabolisme sehingga akan meningkatkan
produksi panas. Bila bayi berada ditempat terbuka dengan lingkungan yang dingin dapat
menyebabkan habisnya cadangan glikogen dan menyebabkan asidosis.
1. Produksi panas atau Thermogenesis
Ditempat yang terbuka dan lingkungan yang dingin bayi baru memerlukan penambahan
panas. Bayi mempunyai mekanisme fisiologi untuk meningkatkan produksi panas
dipengaruhi oleh karena : Meningkatnya Metabolisme Rate, Aktifitas otot dan
Thermogenesis Kimiawi :
a. Basal Metabolisme Rate
Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan tubuh selama istirahat
mutlak dan keadaan sadar. Pada bayi baru lahir, gerakan tubuh, menggigil merupakan
mekanisme penting untuk memproduksi panas. Gerakan menggigil terjadi ketika reseptor
kulit menurun pada suhu lingkungan yang dingin, dan kondisi tersebut akan diteruskan
kesusunan saraf pusat yang akan menstimuli sistem saraf simpatis untuk menggunakan
cadangan lemak coklat, yang merupakan sumber panas yang utama untuk mengatasi stres
dingin.
Pelepasan norephineprin oleh kelenjar adrenal dan saraf lokal berakhir pada lemak coklat
yang menyebabkan trigliserid dapat dimetabolisme menjadi gliserol dan fatty acid (asam
lemak). Oksidasi asam lemak ini meningkatkan produksi panas. Jika suplai lemak coklat
habis maka respon metabolisme terhadap keadaan dingin akan berkurang.
Oksidasi asam lemak pada bayi tergantung dari tersedianya oksigen, glukosa, Adenosin
Tri Phospat (ATP) dan kemampuan bayi untuk mengubah menjadi panas.Kemampuan
bayi untuk menghasilkan panas dapat berubah pada keadaan patologis seperti hipoksia,
asidosis, dan hipoglikemi.
b. Aktifitas otot
Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan karena suhu yang dingin.
Produksi panas terjadi melalui peningkatan metabolisme rate dan aktifitas otot. Jika bayi
tidak menggigil berarti metabolisme rate pada bayi sudah cukup.
c. Thermogenesis Kimiawi
Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin oleh rangsang saraf simpatis.
d. Aliran Darah ke Kulit
Kecepatan aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas yang disalurkan dari
inti tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah kulit pada konduksi panas dari inti
tubuh permukaan kulit menggambarkan peningkatan konduksi panas hampir delapan kali
lipat. Oleh karena itu “Kulit merupakan sistem pengatur radiator panas yang efektif “,
dan aliran darah ke kulit adalah mekanisme penyebaran panas yang paling efektif dari inti
tubuh ke kulit. Dengan meletakan bayi telungkup didada ibu akan terjadi kontak kulit
langsung ibu dan bayi sehingga bayi akan memperoleh kehangatan karena ibu merupakan
sumber panas yang baik bagi bayi.

2. Anatomi Fisiologi
Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting: sensor di bagian
permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem efektor yang dapat
menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas. (Kozier, et al., 2011)
Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh
sebagaimana thermostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada
suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus
posterior mengontrol produksi panas.
Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set point,implusakan
dikirim untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas termasuk
berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan hambatan produksi panas.
Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan
pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari
set point, mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh
darah mengurangi aliran aliran darah ke kulit dan ekstremitas. Kompensasi produksi
panas distimulasi melalui kontraksi otot volunter dan getaran (menggigil) pada otot. Bila
vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai
mengigi. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau korda spinalis, yang membawa pesan
hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol suhu. (Potter dan
Perry, 2005).

3. Etiologi
1. Hilangnya Panas dari Tubuh Bayi
Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang merugikan, karena itu suhu tubuh
normal pada bayi harus dipelihara. Menurut buku Maternal and Neonatal Nursing, 1994,
hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui empat cara yaitu :
a. Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih dingin, dan obyek yang
tidak berhubungan langsung dengan bayi. Hal tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi
memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin.
Contoh : udara dingin pada dinding luar dan jendeladan penyekat tempat tidur bayi yang
dingin
b. Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap. Kondisi tersebut
disebabkan karena adanya cairan ketuban yang membasahi kulit bayi menguap.
Contoh : Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban, Selimut atau popok
basah bersentuhan dengan kulit bayi.
c. Konduksi
Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak langsung dengan
permukaan obyek yang dingin. Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya
panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih
dingin.
Contoh : Tangan perawat yang dingin, tempat tidur, selimut, stetoskop yang dingin
d.Konveksi
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran udara yang dingin
menyentuk kulit bayi. Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekliling bayi yang dingin.
Contoh : Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka, aliran udara dari pipa
AC.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan oleh karena :
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar tidak kedinginan
e. Lemak subcutan sedikit dan Epidermis tipis
f. Pembuluh darah mudah dipengaruhi suhu lingkungan
g. Kelenturan tubuh bayi menurun
h. Jaringan adiposa sedikit
2. Penyebab peningkatan suhu tubuh.
Hipertermi dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu . zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen . zat
pirogen ini dapat berupa protein , pecahan protein , dan zat lain . terutama toksin
polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari degenerasi
jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.

4. Patofisiologi/Pathway
Respon Bayi terhadap Hipotermi
Pada saat suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan impuls kesusunan saraf
pusat, distimuli sistem saraf simpatis, norephineprin dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan
saraf setempat yang berakhir dengan lemak coklat dimetabolisme untuk memproduksi
panas.
Hiperthermi

Masuknya kuman/penyakit

Pengeluaran endotoksin

Merangsang hipotalamus

Proses inflamasi

Respon tubuh

Hiperthermi
7. agens farmaseutikal, 1. perubahan laju metabolisme,
8. aktivitas yang berlebihan, 2. sepsis,
9. berat badan ekstrem, 3. suhu lingkungan ekstrem,
10. dehidrasi, 4. usia ekstrem (bayi prematur dan
11. pakaian yang tidak sesuai untuk lansia),
suhu lingkungan, 5. kerusakan hipotalamus,
12. peningkatan kebutuhan oksigen, 6. trauma.

Termoreseptor sentral (di


Termoreseptor hipotalamus bagian lain SSP dan
perifer (kulit) organ abdomen

Pusat integrasi
termoregulasi
hipotalamus

Adaptasi Neuron Sistem saraf Sistem saraf


perilaku motorik simpatis simpatis

Otot rangka Pembuluh Kelenjar


darah keringat
Kontrol
produksi
panas/pengura Kontrol Kontrol
ngan panas produksi panas pengurangan panas

Risiko Hipertermi Hipotermi Ketidakefektifan


ketidakseimbanga termoregulasi
n suhu tubuh
5. Manifestasi Klinis
Hipertermi:
1. Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah),
2. Takipnea (nafas lebih dari 24 x/menit),
3. Takikardi (nadi lebih dari 100x/menit),
4. kulit kemerahan,
5. kulit terasa hangat,
6. kejang,
7. gelisah,
8. suhu diatas 37,5oC.
Sedangkan hipotermi:
1. bradikardi (nadi kurang dari 60x/menit),
2. sianosis,
3. hipoksia,
4. kulit dingin,
5. CRT lambat,
6. menggigil,
7. pengkatan konsumsi oksigen,
8. penurunan ventilasi,
9. takikardi,
10. vasokontriksi perifer,
11. suhu di bawah 36,5oC (NANDA, 2013).

6. Penatalaksanaan
Pada gangguan termoregulasi hipertermi diberikan antipiretik dan pada hipotermi
diberkan infus normal salin yang telah dihangatkan, beri terapi oksigen.

7. Komplikasi
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain sebagai
berikut:
a. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpejan panas. Tanda dan gejala
kurang volume caiaran adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan
pertama yaitu memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan
pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermi.
c. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke,
kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Heatstroke
dengan suhu lebih besar dari 40,50C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari
semua organ tubuh.
d. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas., mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus
hipotermi berat, klien menunjukkan tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal
tidak ada respon terhadap stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah).
e. Radang beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang terbentuk di dalam
sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan jaringan secara permanen. Intervensi
termasuk tindakan memanaskan secara bertahap, analgesik dan perlindungan area yang
terkena.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap : mengindetifikasi kemungkinan terjadinya resiko infeksi
2) Pemeriksaan urine
3) Uji widal : suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien thypoid
4) Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
5) Uji tourniquet

B. Konsep asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Adalah pengkajian dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
tentang penderita agar dapat mengidentifikasi kebutuhan serta masalahnya .
1. Riwayat Keperawatan
a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia,
gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
c.  Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh
d.  Adanya riwayat trauma kepala
2.  Pengkajian fisik
a.  Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
b.  Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
c.   Adanya kelemahan dan keletihan
d.  Adanya kejang
e.   Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium, jumlah
cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
3.  Riwayat Psikososial atau Perkembangan
a.  Tingkat perkembangan anak terganggu
b. Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas
c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada waktu sakit.
4.  Pengetahuan keluarga
a.   Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
b.   Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
c.   Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
d.   Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya

2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai dengan suhu
tubuh pasien >37oC, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas cepat.
2. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder terhadap
usia yang ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan pusing.
3. Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitas yang berat
yang ditandai dengan pasien mengeluh haus, badan pasien panas, dehidrasi dan
mukosa bibir kering.

3. Perencanaan

NO INTERVENSI NO RASIONAL
1 Observasi keadaan umum pasien 1 Mengetahui perkembangan keadaan
umum dari pasien
2 Observasi tanda-tanda vital pasien 2 Mengetahui perubahan tanda-tanda
vital pasien
3 Anjurkan pasien untuk banyak minum 3 Mencegah terjadinya dehidrasi
sewaktu panas
4 Anjurkan pasien untuk banyak istirahat 4 Meminimalisir produksi panas yang
diproduksi oleh tubuh
5 Anjurkan pasien untuk memakai 5 Membantu mempermudah penguapan
pakaian yang tipis panas
6 Beri kompres hangat di beberapa bagian 6 Mempercepat dalam penurunan
tubuh produksi panas
7 Beri Health Education ke pasien dan 7 Meningkatkan pengetahuan dan
keluarganya mengenai pengertian, pemahaman dari pasien dan
penanganan, dan terapi yang diberikan keluarganya
tentang penyakitnya
8 Kolaborasi/ delegatif dalam pemberian 8 Membantu dalam penurunan panas
obat sesuai indikasi, contohnya :
paracetamol
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, aziz alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.


Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2.  Jakarta: EGC.
Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. (2002). Ilmu Kebidanan, jakarta : JNPKKR-
POGI.

Anda mungkin juga menyukai