INDIKASI TAQWA
Disusun Oleh:
KELAS 5B
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr wb.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas Materi PAI
SMA.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta menambah wawasan
tentang “Indikasi Taqwa.” Ucapan terima kasih saya haturkan kepada rekan-rekan dan
semua pihak yang telah membantu, terutama pertolongan dari Allah SWT, sehingga
makalah saya ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
COVER ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 20
B. Saran........................................................................................................................ 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perintah untuk bertakwa kepada Allah SWT senantiasa relevan dengan waktu dan tempat,
kapanpun dan dimanapun. Mengingat, ragam fitnah yang mengancam hati seorang hamba,
lingkungan yang tidak kondusif ataupun lantaran hati manusia yang rentan mengalami perubahan
dan sebab-sebab lainnya yang berpotensi menimbulkan pengaruh negatif dan turunnya tingkat
keimanan dan ketakwaan seseorang.
Pentingnya berwasiat kepada sesama muslim agar selalu bertakwa kepada Allah ini dapat
disaksikan dari kenyataan bahwa Allah menjadikannya wasiat bagi orang-orang terdahulu dan
yang akan datang. Sesuai dengan firman Allah dalam Surah An-Nisaa 4:131.
“…dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab
sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka
(ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang dibumi hanyalah kepunyaan Allah
dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. [Q.S An-Nisaa 4:131]
Ketakwaan juga merupakan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
umatnya. Pada haji wada’, beliau bersabda : “Bertakwalah kepada Allah, kerjakan sholat lima
waktu, berpuasalah di bulan (Ramadhan), tunaikan zakat harta kalian, taati para penguasa,
niscaya kalian masuk syurga Allah”. [HR. at-Tirmidzi].
Hal ini membuktikan bahwa Taqwa merupakan aspek yang sangat penting dan
dibutuhkan dalam setiap kehidupan seorang muslim. Namun masih banyak yang belum
mengetahui hakekatnya. Setiap khutbah jumat ataupun pengajian para khatib dan ulama selalu
menyerukan setiap muslim untuk bertaqwa dan para makmumpun mendengarnya berulang-ulang
kali. Namun yang mereka dengar terkadang tidak difahami dengan baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi (Pengertian) dan Kedudukan Taqwa?
2. Apa yang dimaksud dengan Indikasi Ketaqwaan?
1
3. Apa saja Ciri dan Keutamaan bagi orang-orang yang bertaqwa?
4. Apa saja ruang lingkup ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari ?
5. Apa saja Jaminan bagi orang-orang yang bertaqwa?
C. Tujuan
1. Supaya mengetahui dan memahami pengertian dan kedudukan Taqwa.
2. Agar mengetahui maksud dari Indikasi Taqwa.
3. Untuk mengetahui dan paham apa saja ciri dan keutamaan bagi orang-orang yang
bertaqwa.
4. Supaya memahami ruang lingkup ketaqwaan dalam kehidupan sehari-hari
5. Agar mengetahui jaminan yang Allah SWT berikan kepada orang-orang yang bertaqwa.
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Pengertian dan Kedudukan Taqwa
Secara etimologis, kata “taqwa” berasal dari bahasa arab “taqwa”. Kata taqwa memiliki
kata dasar waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memperhatikan, dan
menjauhi. Adapun secara terminologis, kata “taqwa” berarti menjalankan apa yang diperintahkan
oleh Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.
Para penerjemah Al-Qur’an mengartikan “taqwa” sebagai kepatuhan, kesalihan,
kelurusan, perilaku baik, teguh melawan kejahatan, dan takut kepada Tuhan. Allah swt
berfirman:
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa
kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim”. (Q.S.Ali Imran [3]:102)
Berdasarkan penelitian Al- Muqaddasi (Beieut, 1323), didalam Al-Qur’an terdapat 256
kata taqwa pada 251 ayat dengan berbagai variasi makna. Dasar katanya adalah (waw, qaf, dan
ya) yang berarti takut, menjaga diri, memelihara, tanggung jawab dan memenuhi kewajiban.
Oleh karena itu, orang yang berwaqwa adalah orang yang merasa takut kepada Allah SWT
berdasarkan kesadaran hatinya untuk mengerjakan seluruh perintah-Nya, tidak melanggar
larangan-Nya, takut akan terjerumus pada perbuatan dosa. Mereka adalah orang yang menjaga
dirinya dari kejahatan, senantiasa memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak di
ridhai Allah, bertanggung jawab mengenai sikap, tingkah laku dan perbuatannya dan mematuhi
kewajibannya.
Menurut H.A Salim, yang dimaksud taqwa adalah sikap mental seseorang yang
senantiasa ingat dan waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan
dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan yang baik, dan benar, pantang berbuat salah dan
kejahatan terhadap orang lain, diri sendiri, dan lingkungannya (Gazalba, 1976:46).
Kedudukan taqwa sangat penting dalam ajaran agama islam dan kehidupan manusia. Hal
ini dapat dilihat dalam hadist, Rosulullah SAW menasihati Al- Gifari,” supaya ia bertaqwa
kepada Allah, karena taqwa adalah pokok segala pekerjaan”. Kesimpulannya adalah taqwa itu
pokok, atau pangkal dari segala pekerjaan muslim.
3
Di dalam Surat Al-Hujurat (49) ayat 13, takwa dijadikan dasar untuk saling mengenal
antar bangsa, yaitu yang artinya : (13). “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui Maha Mengenal”. Dalam surat lain yaitu Q.S. An-Nisaa (4) ayat 1, taqwa juga
digunakan sebagai dasar persamaan hak antara pria dan wanita (suami dan isteri) dalam keluarga,
karena pria dan wanita diciptakan dari jenis yang sama. Yang artinya: (1). “Hai sekalian
manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari
padanya [263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain [264], dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Takwa sangat penting bagi bangsa indonesia, begitu pentingnya makna takwa tersebut
maka didalam berbagai rumusan peraturan perundang-undangan kata takwa digunakan sebagai
kata kunci seperti yang termuat didalam TAP MPR, GBHN 1993 (merupakan azaz pertama).
Beberapa tahun sebelumnya UU No. 2 th 1989 pasal 4 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan dengan jelas bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk “mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa dan berbudi pekerti luhur”.
Hasan Langgulung dalam (Ahmad Taufik, 2011 : 98) berpendapat bahwa takwa
merupakan kesimpulan semua nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an, dimana nilai-nilai ini
digolongkan atas beberapa golongan yaitu nilai perseorangan, nilai kekeluargaan, nilai sosial,
nilai kenegaraan, dan nilai keagamaan. Menurut beliaau pula terdapat tiga tahap usaha
memasyarakatkan takwa yang dimulai sejak kecil sampai dewasa yaitu tahap sosialisasi, tahap
identifikasi, dan tahap penghayatan. Tahap sosialisasi yaitu anak didik diajar untuk
melaksanakan nilai yang terkandung dalam perkataan takwa. Tahap identifikasi yaitu tahap
peniruan terhadap yeng mereka sukai dan kagumi pada nilai-nilai itu contohnya peniruan
terhadap guru, orang tua, ulama dll. Tahap penghayatan, pada tahap ini anak tidak lagi kagum
pada tokoh yang membawa nilai-nilai itu tetapi mereka gemar dan nikmat mengerjakan nilai-
nilai itu.
4
B. Hakikat dan Makna Taqwa
Dalam Al-Qur’an hanya terdapat satu ayat yang secara langsung menyebut kata haqiq
(haqiqat), tapi ada 227 ayat yang tafsirnya lain, akan tetapi memiliki hakikat yang sama dengan
hakikat takwa. Diantaranya :
1. “Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya
taqwa kepada-Nya; dan jangan sekali-kali kamu mati, melainkan dalam keadaan
beragama islam” (Q.S. Ali Imran 102).
2. “Apa yang telah kami ciptakan itulah yang benar, yang datang dari tuhanmu, karena itu
janganlah kamu termasuk orang yang ragu-ragu” (Q.S. 3:60
3. “Sesungguhnya manusia betul-betul berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal shaleh, dan saling menasehati tentang haq (kebenaran) dan
kesabaran”. (Q.S. Al-‘Ashri : 1-3).
Mayoritas ulama tafsir berpendapat, ayat pertama di atas mansukh (dihapus), atau tabdil
(hukumnya diubah) dengan ayat “fattaqullah mastatha’tum” (bertaqwalah kepada Allah sesuai
kesanggupanmu) (Q.S. Al-Taghabun: 16).
Pada mulanya, ketika ayat di atas (hakikat taqwa) turun, banyak diantara para sahabat
yang gelisah, karena hakikat berarti taat yang terus menerus, tidak pernah mendurhakai, syukur
secara terus menerus dan tidak pernah mengingkari, mengingat terus dan tidak pernah
melupakan-Nya. Kemudian sahabat itu berkata, tidak mungkin seorang hamba mampu bertaqwa
dengan sebenar-benarnya taqwa (hakikatnya) sesuai bunyi ayat di atas.
Makna taqwa sendiri terhimpun dalam pokok-pokok kebajikan yang terkandung dalam
Q.S. Al-Baqarah ayat 177 yang artinya: (177) “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur
dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa”.
5
Dari ayat tersebut diatas dapat diketahui pokok-pokok kebajikan baik yang
mendatangkan keselamatan, keberuntungan. Dari keduanya jelas sudah menunjukkan dimensi
keimanan dan ketaqwaan yang berjalan secara beriringan atau bergandengan satu sama lain.
Bahkan keduanya bertebaran secara konsisten di dalam berbagai ayat Al-Qur’an.
C. Indikasi Taqwa
1. Pertama, takwa menca kup keimanan dan keislaman. (QS Al- Baqarah: 177).
2. Kedua, takwa dikaitkan dengan tipu daya musuh. “Jika kamu bersabar dan bertakwa,
niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS Ali Imran:
120).
3. Ketiga, takwa dihubungkan dengan silaturahim. “Dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (menggunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah)
hubungan silaturahim. Seseungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS
An-Nisa: 2).
4. Keempat, takwa berhubungan dengan kebenaran ( al-Hak) dan keadilan. (QS Al-Maidah:
8).
5. Kelima, takwa ber kaitan dengan larangan memberikan loyalitas terhadap orang kafir dan
ahli alkitab. (QS Al-Maidah: 57).
6. Keenam, takwa bermakna konsisten terhadap Islam dengan meninggalkan semua yang
tidak Islami. (QS Al-An’am: 153).
7. Ketujuh, takwa ber makna tidak mendiamkan kezaliman. (QS Al-Anfal: 25).
6
8. Kedelapan, takwa dan iman tidak akan bertemu dengan hati orang yang meninggalkan
jihad. “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta
izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan jiwa me reka. Dan Allah
mengetahui orang-orang yang bertakwa.” (QS At-Taubah: 44).
7
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
[imannya]; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. (Q.S.Al-Baqarah: 177).
4. Berinfaq di Waktu Lapang atau Sempit, Menahan Amarah, Dan Pemaaf.
5. Berpuasa Ramadhan
ٱ ٱ ٱ
َ ي َ ٰـَٓأهُّي َا ذَّل ِ َين َءا َمنُو ْا ُك ِت َب عَلَ ۡيڪُ ُم ّ ِلص َيا ُم اَمَك ُك ِت َب عَىَل ذَّل ِ َين ِمن قَ ۡب ِلڪ ُۡم لَ َعلَّمُك ۡ تَتَّ ُق
ون
‘’Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa’’, (Q.S.Al-Baqarah:183)
8
“Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi
[menerima pahala] nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa’’. (Q.S. Ali
Imran:115).
8. Bersegera Kepada Ampunan Allah.
ۗ َ َُو ۡأ ُم ۡر َأ ۡهكَل َ ِبٱ َّلصلَ ٰو ِة َوٱ ۡص َطرِب ۡ عَلَ ۡيہَا ۖ اَل ن َ ۡسٔـََٔكُل َ ِر ۡز ۬قًا ۖ حَّن ۡ ُن نَ ۡر ُزق
ك َوٱلۡ َع ٰـ ِق َب ُة ِللتَّ ۡق َو ٰى
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu.
Dan akibat [yang baik] itu adalah bagi orang yang bertakwa”. (QS. Thaha: 132).
16. Tidak sombong dan tidak berbuat kerusakan
ون عُلُ ۬ ًّوا ىِف ٱَأۡل ۡر ِض َواَل فَ َسا ۬ ًداۚ َوٱلۡ َع ٰـ ِق َب ُة ِللۡ ُمتَّ ِق َني ٱ ٱ
َ ُِتكۡل َ دلَّ ُار َأۡل ِخ َر ُة جَن ۡ َعلُهَا ِلذَّل ِ َين اَل يُ ِريد
10
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri
dan berbuat kerusakan di [muka] bumi. Dan kesudahan [yang baik] itu adalah bagi orang-
orang yang bertakwa”. (QS. Al-Qashash: 83).
17. Muslimah hendaklah menjaga pandangan dan kata-kata dalam berbicara.
ڪَأ َح ۬ ٍد ِ ّم َن ٱل ِن ّ َس ٓا ِ ۚء ِن ٱت َّ َق ۡينُت َّ فَاَل خَت ۡ َض ۡع َن ِب ٱلۡ َق ۡولِ فَ َي ۡط َم َع ٱذَّل ِ ى ىِف قَلۡ ِب ِهۦ َم َر ۬ ٌض َوقُلۡ َن قَ ۡو ۬ ًال
َ َّ ي َ ٰـ ِن َسٓا َء ٱلنَّىِب ِ ّ لَ ۡسنُت
ِإ
َّم ۡع ُرو ۬فًا
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa.
Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya , dan ucapkanlah perkataan yang baik”, (QS. Al-Ahzab: 32).
18. Membawa kebenaran dan membenarkannya.
ٱ ٱ ٱ
َ َو ذَّل ِ ى َجٓا َء ِب ّ ِلصدۡ ِق َو َصدَّ َق ِب ِه ۤ ۙۦ ُأ ْولَ ٰـ ٓ ِِٕٕٮ َك مُه ُ لۡ ُمتَّ ُق
ون
“Dan orang yang membawa kebenaran [Muhammad] dan membenarkannya, mereka itulah
orang-orang yang bertakwa”. (QS. Az-Zumar: 33).
19. Menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji.
ٱ ٱ ٱ ٱ ٱ ٱ
ۡ ون َك َب ٰـٓرِٕٮ َ مۡث ِ َو لۡ َف َوٲ ِح َش ِإ اَّل لل َّ َم َۚم ِإ َّن َرب َّ َك َو ِٲس ُع لۡ َم ۡغ ِف َر ِ ۚة ُه َو َأ ۡعمَل ُ ِبمُك ۡ ِإ ۡذ َأ َنش َأمُك ِ ّم َن َأۡل ۡر ِض َو ۡذ َأنمُت َ ذَّل ِ َين جَي ۡ َت ِن ُب
ِإ ِإۡل
ٱ
ون ُأ َّمهَ ٰـ ِتمُكۡ ۖ فَاَل تُ َزكُّ ٓو ْا َأن ُف َسمُكۡ ۖ ه َُو َأ ۡعمَل ُ ِب َم ِن ت َّ َق ٰ ٓى
ِ َأ ِجن َّ ۬ ٌة ىِف بُ ُط
“[Yaitu] orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-
kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui
[tentang keadaan]mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin
dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling
mengetahui tentang orang yang bertakwa”. (QS. An-Najm: 32)
20. Selalu Mengambil Pelajaran Dari Al-Qur'an.
َو ن َّ ُه ۥ ل َ َت ۡذ ِك َر ۬ ٌة ِل ّلۡ ُمتَّ ِق َني
ِإ
“Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang
bertakwa”. (QS. al-Haaqqa: 48).
13
Hubungan manusia dengan lingkungan dapat dikembangkan antara lain dengan
menyayangi binatang dan tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan udara serta semua alam semesta
yang sengaja diciptakan Allah untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya.
Melihat pola takwa yang dilukiskan dengan mengikuti empat jalur komunikasi manusia
tersebut diatas, jelas kiranya bahwa ruang lingkup takwa kepada Allah menyangkut seluruh jalur
dan aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah, dengan diri sendiri, dengan
manusia lain maupun dengan alam dan lingkungan hidup.
Konsekuensi dari empat pemeliharaan hubungan dalam rangka ketakwaan tersebut adalah
bahwa manusia harus selalu menumbuhkan dan mengembangkan dalam dirinya empat, yakni (1)
tanggung jawab kepada Allah SWT; (2) tanggung jawab kepada hati nurani sendiri; (3) tanggung
jawab kepada manusia lain; (4) tanggung jawab untuk memelihara flora dan fauna, udara, air,
dan tanah serta kekayaan alam ciptaan Allah. Keempat tanggung jawab itu harus dikembangkan
sebaik-baiknya.
17
f. Dan melakukan perbuatan lain yang merendahkan manusia sebagai makhluk yang telah
dimulaiakan allah. Kawajiban terhadap diri sendiri ini adalah fardu’ain bagi setiap
muslim dan muslimat untuk melakukanya.
18
orang yang bertakwa terhadap harta yang dititipkan atau yang diamanatkan Allah
kepadanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taqwa adalah sikap mental seseorang yang senantiasa ingat dan waspada terhadap
sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha melakukan
perbuatan yang baik, dan benar, pantang berbuat salah dan kejahatan terhadap orang lain, diri
sendiri, dan lingkungannya (Gazalba, 1976:46).
Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang aplikasinya
berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial.
Inti takwa kepada Allah adalah melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Segala perintah dan semua larangan Allah ditetapkanNya bukan untuk
19
kepentingan Allah sendiri, tetapi untuk keselamatan manusia. Manusia harus selalu
menumbuhkan dan mengembangkan dalam dirinya empat, yakni
1. Tanggung jawab kepada Allah SWT.
2. Tanggung jawab kepada hati nurani sendiri
3. Tanggung jawab kepada manusia lain
4. Tanggung jawab untuk memelihara flora dan fauna, udara, air, dan tanah serta kekayaan
alam ciptaan Allah.
B. Saran
Kita sebagai insan yang beragama islam harus berusaha meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita sehingga kita menjadi umat islam yang bangga dengan keislaman kita.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar Husein. 2008. Hakikat Islam Sebuah Pengantar Meraih Islam Kaffah.
Pustaka Progresiff.
Syamsul Rizal Hamid. 2010. Buku Pintar Ayat-Ayat Al-Qur’an. Jakarta: Qibla.
http://amgy.wordpress.com/2008/02/22/taqwa-dan-implikasinya-terhadap-pendidikan/
http://dc177.4shared.com/doc/jOClsWu-/preview.html
http://wikipedia.com/taqwa
20
21