Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“LK ARTRITIS REUMATOID”

Di Susun Oleh :

Sun Devi Lianti

20200305024

PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA BARAT

2020
I. Pengertian

Reumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun sistemik yang


menyebabkan inflamasi jaringan ikat, terutama di sendi. Rangkaian dan
keparahan beragam, dan rentang manifestasi luas. Manifestasi RA mungkin
minimal dengan inflamasi ringan hanya beberapa sendi dan sedikit kerusakan
struktural, atau sedikit progresi, dengan sendi multifel yang mengalami
inflamasi dan deformitas nyata. Sebagian besar pasien menunjukan pola
keterlibatan simetrik sendi perifer multipel dan periode remisi dan eksaserbasi
(Priscella , 2016). AR merupakan gangguan autoimun sistemik kronik dengan
tanda inflamasi erosife, kronis dan simetris pada jaringan sendi sinovial sendi.
Tingkat keparahan penyakit sendi dapat berfluktuasi sepanjang waktu, namun
pertambahan derajat kerusakan sendi, deformitas dan kecacatan merupakan hasil
akhir umum dari penyakit yang menetap ( Black, 2014 )

II. Etiologi
Menurut (Sya'diyah, 2018):206 dan (Asikin, 2013) :36

a. Faktor kerentanan genetik.

b. Reaksi imunologi.

c. Usia lebih dari 40 tahun

d. Jenis kelamin wanita lebih sering

e. Reaksi inflamasi pada sendi dan tendon.

f. Proses inflamasi yang berkepanjangan.

g. Kepadatan tulang
III. Patofisiologi

Sistem imun merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat membedakan komponen
self dan non-self. Pada kasus rheumatoid arthritis system imun tidak mampu lagi
membedakan keduanya dan menyerang jaringan synovial serta jaringan penyokong
lain. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen
sehingga terjadi edema, proliferasi membrane synovial dan akhirnya pembentukan
pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan
degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
(Aspiani, 2014).

Imflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial seperti edema, kongesti vascular,


eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, synovial menjadi
menebal, terutama pada sendi articular kartilago dari sendi. Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuler, sehingga kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari
kartilago menentukan ketidakmampuan sendi.Bila kerusakan kartilago sangat luas maka
terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Keadaan seperti
ini akan mengakibatkan terjadinya nekrosis (rusaknya jaringan sendi), nyeri hebat dan
deformitas (Aspiani, 2014).
IV. Pathway

V. Penatalaksanaan
Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik serta ketaatan pasien untuk tetap
berobat dalam jangka waktu yang lama (Aspiani, 2014).

OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid ) diberikan sejak dini untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang diberikan
yaitu aspirin, pasien dibawah umur 65 tahun dapat dimulai dengan dosis 3-4 x
1g/hari, kemudian dinaikkan 0,3-0,6 perminggu sampai terjadi perbaikan atau gejala
toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl. Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak dan
sebagainya (Aspiani, 2014).

DMARD (Disease Modifying Antirheumatoid Drugs) digunakan unuk melindungi


rawan sendi dan tulang dari proes destruksi akibat rheumatoid arthritis. Keputusan
penggunaannya bergantung pada pertimbangan risiko manfaat oleh dokter. Umumnya
segera diberikan setelah diagnosis rheumatoid arthritis diegakkan, atau bila respon
OAINS tidak ada. DMARD yang diberikan: (Aspiani, 2014)

a. Klorokuin fosfat 250 mg/hari atau hidroksiklorokuin 400 mg/hari


b. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalu enteric, digunakan dalam dosis 1 x 500
mg/hari, ditinggikan 500 mg/minggu, sampai mencapai dosis 4 x 500 mg.
c. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan dalam
dosis 250-300 mg/ hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar
250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4 x 20-300 mg/hari.
d. Garam emas adalah gold standart bagi DMARD.
e. Obat imunosupresif atau imonoregulator; metotreksat dosis dimulai 5-7, mg
setiap minggu. Bila dalam 4 bulan idak menunjukkan perbaikan, dosis harus
ditingkatkan.
f. Korikosteroid, hanya dipakai untuk pengobatan Rheumatoid arthritis dengan
komplikasi berat dan mengancam jiwa seperti vasculitis, karena obat ini
memiliki efek samping yang sangat berat.
Rehabilitasi bertujuan meningkatkan kualitas harapan hidup pasien. Caranya
antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan, pemanasan dan
sebagannya. Fisioterapi dimulai segera setelah rasa sakit pada sendi berkurang. Bila
tidak juga behasil, diperlukan pertimbangan untuk pertimbangan operatif. Sering juga
diperlukan alat-alat seperti pemakaian alat bidai, tongkat penyangga, kursi roda, terapi
mekanik, pemanasan baik hidroterapi maupun elekroterapi, occupational therapy
(Aspiani, 2014).

Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat
alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan tindakan pembedahan. Jenis pengobatan ini
pada pasien rheumatoid arthritis umunya bersifat orthopedic, misalnya sinovektomi,
artrodesis, memperbaiki deviasi ulnar (Aspiani, 2014).

Kompres jahe hangat dapat menurunkan nyeri rheumatoid arthritis. Kompres jahe
merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternative untuk mengurangi nyeri
rheumatoid arthritis. Kompres jahe hangat memiliki kandungan enzim siklo-oksigenasi
yang dapat mengurangi peradangan pada penderita rheumatoid arthritis, selain itu jahe
juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas, dimana rasa panas ini dapat
meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh
darah, mamfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit sesudah
pengaplikasian (Agustin, 2015).

VI. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang pada pasien rheumatoid arthritis menurut (Asikin,
2013):40

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Laju endap darah meningkat

2) Protein c-reaktif meningkat

3) Terjadi anemia dan leukositosis

4) Tes serologi faktor reumatoid positif (80% penderita )

b. Aspirasi cairan sinovial

Menunjukkan adanya proses inflamasi ( jumlah sel darah putih


>2000µL). Pemeriksaan cairan sendi meliputi pewarnaan garam, pemeriksaan
jumlah sel darah, kultur,gambaran makroskopis.

c. Pemeriksaan radiologi

Menunjukkan adanya pembengkakan jaringan lunak ,erosi sendi, dan osteoporosis


tulang yang berdekatan.

VII. Asuhan Keperawatan


Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus Rheumatoid Arthritis

1. Pengkajian

menurut (Istianah, 2017): 100 dan (Lukman & Ningsih, 2013): 223

i. Biodata

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan,


alamat.

ii. Riwayat keperawatan

Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada


tangan atau kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan sendi.

iii. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya


kemerahan, pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan
bentuk (deformitas).

2. Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat jika


terjadi keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika terjadi
nyeri saat sendi digerakkan.
3. Ukur kekuatan otot

4. Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.


iv. Riwayat psikososial

Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa khawatir mengalami


deformitas pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada fungsi tubuh dan perubahan pada
kegiatan sehari-hari.

v. Aktivitas/ Istirahat

Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada


pagi hari. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya

hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah


keletihan dan kelelahan yang hebat.

f. Kardiovaskuler

Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal

g. Integritas Ego

Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan,


ketidakmampuan,keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman
konsep diri, citra diri, perubahan bentuk badan

h. Makanan / cairan

Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makan/cairan yang adekuat:


mual, anoreksia. Menghindari makanan yang tinggi purin seperti:
kacang-kacangan, daun singkong, jeroan. Menghindari minum kopi

i. Higiene

Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi


secara mandiri. Ketergantungan pada orang lain
j. Neurosensori

Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada jari
tangan, pembengkakan sendi simetris.

k. Nyeri /kenyamanan

Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan


lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada pagi hari.

l. Keamanan

Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani


tugas/pemeliharaan rumah tangga,kekeringan pada mata dan
membran mukosa.

m. Interaksi sosial

Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain ,perubahan peran.

g. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada penderita penyakit


Rheumatoid Arthritis, (Istianah, 2017) : 101 adalah sebagai berikut.

1. Nyeri akut b.d proses inflamasi akumulasi cairan, destruksi sendi.

2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri atau rasa tidak nyaman,


deformitas skeletal,penurunan kekuatan otot

3. Risiko cidera b.d kelemahan otot

4. Gangguan pola tidur b.d nyeri, fibrosistis

5. Gangguan citra tubuh b.d perubahan kemampuan


melaksanakaan aktivitas sehari-hari, peningkatan penggunaan
energi atau ketidakseimbangan mobilitas
d. Implementasi

Merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan dengan


tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independent), saling ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan
rujukan/ ketergantungan ( dependent). (Tartowo & Wartonah , 2015)

e. Evaluasi

Menurut (Tartowo & Wartonah , 2015) Adalah proses keperawatan


dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi
untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan.

Untuk mempermudah mengevaluasi/memantau perkembangan


pasien digunakan komponen SOAP adalah sebagai berikut:

S : Data subjektif

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan


setelah dilakukan tindakan keperawatan

O : Data objektif

Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat


secara langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien
setelah dilakukan tindakan keperawatan
A : Analisa

Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih


terjadi, atau juga dapat dituliskan suatu masalah/ diagnosis baru
yang terjadi akibat perubahan status kesehatan pasien yang telah
teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif

P : Planning

Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan,


dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan
keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya, tindakan yang
telah menunjukkan hasil yang memuaskan data tidak
memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai