1)
Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Brawijaya University
Jalan Veteran, Malang 65145, Jawa Timur
2)
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
Jalan Raya Karangploso Km. 4, Karangploso, Malang 65152, Jawa Timur
*) E-Mail: fajarsworld@gmail.com
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat untuk mencapai target tersebut adalah
(Balittas), Karangploso, Malang in April - rehabilitasi tanaman tebu dan penataan
June 2018. Observations were made by varietas. Agar produktifitas tebu dan
simple random sampling and repeated 4 produksi gula senantiasa dapat
times. The data obtained were analyzed dioptimalkan, maka varietas tebu unggul
using the SPSS 11.5 program with two juga selalu diganti secara periodik dengan
stages, namely the main component varietas yang baru.
analysis and cluster analysis. The clustering Sebelum varietas tanaman tebu
method used is the agglomerative method dilepas maka ada klon – klon yang masih
and the size of the dissimilarity used is the dalam tahap penelitian yang perlu untuk
Euclidean distance. Based on the results of diamati, diteliti dan didokumentasi. Hal ini
the study, there were 3 clustering groups, berhubungan dengan pemberdayaan
cluster 1 consisted of MLG - 26, BL, MLG - koleksi plasma nutfah tebu yang hanya bisa
23. Cluster 2 consisted of MLG - 38 and dilakukan apabila tersedia informasi yang
MLG - 45 while klater 3 contained Kentung cukup tentang potensi sifat-sifat yang
clones. dimilikinya. Salah satu upaya penggalian
informasi tentang sifat-sifat tebu tersebut,
Keywords: Brix, Characteristic, Clones, yaitu dengan mengkarakterisasi penanda
Grouping, Sugar Cane. morfologi dan fisiologinya. Data morfologi
yang dapat digunakan adalah semua bagian
PENDAHULUAN tubuh tumbuhan yang meliputi habitus, akar,
daun, bunga, dan buah. Dengan
Tebu (Saccharum officinarum L.) diketahuinya karakter morfologi dan fisiologi,
merupakan bahan baku utama gula yang maka varietas tebu yang ideal atau unggul
menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian dapat diklasifikasikan. Munculnya berbagai
besar masyarakat dan sumber kalori yang klon atau varietas tebu harus diimbangi
relatif murah. Hal ini mendukung terjadinya dengan berbagai informasi ilmiah mengenai
peningkatan konsumsi gula di Indonesia dari karakter dan karakteristik masing-masing
tahun ke tahun. Data dari Kementrian varietas tersebut. Sehingga selain dapat
Perindustrian tahun 2015, menerangkan digunakan sebagai dasar untuk
bahwa kebutuhan gula nasional adalah meningkatkan kualitas maupun kuantitas
sebesar 5,7 juta ton, dimana 2,8 juta ton produksi gula, data yang didapat juga dapat
merupakan Gula Kristal Putih (GKP) dan 2,9 digunakan untuk bukti taksonomi yang
juta ton merupakan Gula Kristal Rafinasi memperkaya keanekaragaman hayati di
(GKR). Sedangkan data dari Direktorat Indonesia. Maka akan dilakukan penelitian
Jendral Perkebunan, Kementrian Pertanian mengenai Pengelompokan 6 Klon Tanaman
tahun 2016, menyatakan bahwa produksi Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Fase
GKP tahun 2015 adalah 2,5 juta ton. Hal ini Vegetatif Berdasarkan Karakter Morfologi
berarti jumlah produksi gula di dalam negeri dan Fisiologi.
saat ini dirasakan belum mampu memenuhi
kebutuhan gula di Indonesia. Permasalahan BAHAN DAN METODE PENELITIAN
yang sering mucul pada rendahnya produksi
gula antara lain dari segi budidaya tebu, Penelitian ini dilaksanakan pada
yaitu penyiapan bibit, kualitas bibit dan bulan April sampai Juni 2018 dan dilakukan
varietas yang digunakan (Adinugraha et al., di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan
2016). Serat (Balittas), Jl. Raya Ngijo Karangploso
Salah satu faktor penentu dalam No. 25, Malang, Jawa Timur. Alat yang
produktivitas tanaman tebu adalah digunakan pada penelitian ini adalah
penggunaan varietas unggul yang meteran, Leaf Area Meter (LAM), chlorophyll
diimplementasikan dalam program penataan meter, handrefracto meter, oven, timbangan
varietas berdasarkan kesesuaian tipologi analitik, mikroskop, cangkul, kamera, alat
lahan, sifat kemasakan, masa tanam, dan tulis, kalkulator, laptop. Sedangkan bahan
masa tebang.Upaya yang harus dilakukan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1619
tanah, cat kuku transparan dan bibit tebu pengklasteran yang digunakan adalah
klon MLG – 26, MLG – 38, Kentung, MLG – metode aglomeratif dan ukuran
23, MLG – 45, BL. ketidakmiripan yang digunakan adalah jarak
Penelitian ini menggunakan metode Euclidean.
survei terhadap 6 klon tanaman tebu.
Pengamatan dilakukan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
pengambilan sampel acak sederhana dan
diulang 4 kali. Tanaman Tebu telah ditanam Berikut merupakan perbedaan klon
sejak akhir bulan Oktober 2017 dan dilihat dari urutan hasil pengamatan di tiap
merupakan tebu keprasan. Lahan penelitian varietas. Urutan hasil pengamatan dapat
bersifat homogen dikarenakan tidak ada dilihat pada tabel 1.
naungan atau aliran sungai di sekitar lahan.
Tebu tidak diberi perlakukan penyiraman Klon MLG - 26
dan hanya mengandalkan air hujan, Pada umur 21 mst dilihat dari
pemberian pupuk dilakukan 2 kali yaitu pada morfologi tanaman, Klon MLG – 26 memiliki
saat tanaman berumur 1 bulan tinggi tanaman lebih rendah dibanding BL,
menggunakan pupuk Phonska sebanyak MLG – 38, Kentung dan MLG – 45, tetapi
400 kg ha-1 serta pada umur 3 bulan lebih tinggi dari klon MLG – 23 yaitu 208.42
diberikan pupuk ZA sebanyak 600 kg ha-1. cm. Sedangkan luas daun menempati
Pengamatan dilakukan pada umur tanaman urutan terendah dibanding klon lainnya yaitu
6 sampai 8 bulan setelah tanam (BST) yaitu 4366.70 cm2. Untuk diameter batang, MLG
pada bulan April sampai Juni 2018, dengan – 26 memiliki tingkat tertinggi ke dua setelah
interval pengamatan satu bulan sekali. Kentung yaitu 3.38 cm sedangkan terendah
Jumlah tanaman per klon adalah 144 adalah klon MLG – 23 dan MLG – 45. Tiap –
tanaman yang terdiri dari 8 juring, tiap juring tiap klon memiliki perbedaan ukuran
terdapat 18 tanaman. Pengambilan sampel diameter. Diameter batang tebu
dalam satu kali pengamatan menggunakan dipengaruhi oleh varietas tanaman yang
3 rumpun non – destruktif dan 2 rumpun digunakan (Gomathi et al., 2013),. Hal ini
destruktif. senada dengan penelitian Ahmed et al
Parameter pengamatan yang akan (2014) yang menunjukkan bahwa,
dilakukan dibedakan menjadi 2 karakter perbedaan varietas tebu yang digunakan
yaitu karakter morfologi dan karakter menghasilkan perbedaan diameter batang
fisiologi. Karakter morfologi terdiri dari tinggi yang dihasilkan. Diameter batang klon ini
tanaman (cm tanaman-1), luas daun (cm2 memiliki keunikan yaitu batang bawah lebih
tanaman-1), diameter batang (cm tanaman- kecil dibanding batang tengah dan akan
1
), panjang ruas (cm), jumlah anakan. mengecil kembali di batang bagian atas
Karakter Fisiologi terdiri dari jumlah klorofil tanaman. Sedangkan secara fisiologi,
daun (satuan), laju pertumbuhan relatif jumlah klorofil klon ini memiliki urutan ke tiga
tanaman atau relative growth rate (RGR) (g tertinggi setelah MLG – 23 dan MLG – 45,
g-1 bulan-1), kerapatan stomata (mm-2), berat sebesar 35.45. Pada laju pertumbuhan
basah (g), berat kering (g), briks (%) relatif terakhir, klon MLG – 26 menempati
Data yang diperoleh dianalisis tempat kedua tertinggi setelah Kentung,
menggunakan program SPSS 11.5 dengan dengan nilai 0.10 gg-1minggu-1. Kerapatan
dua tahap yaitu: stomata memiliki nilai terendah kedua
1. Analisis komponen utama dilakukan sebelum klon Kentung sebesar 40.04 mm-2.
setelah data kuantitatif distandardisasi Selain itu, klon ini memiliki berat basah
melalui Z-Scores, agar berada dalam terkecil dibanding klon lainnya yaitu 4233.88
rentang yang sepadan, sehingga antar g sedangka berat kering 1787.33 g dengan
peubah bebas tidak saling urutan nomor 3 terkecil. Untuk briks, klon ini
mempengaruhi. memiliki nilai terkecil dibanding klon lainnya
2. Analisis klaster dilakukan berdasarkan dengan nilai pada batang atas 24.55 %,
peubah yang telah direduksi dari hasl batang tengah 25.35 % dan batang bawah
analisis komponen utama. Metode 25.43 %. Klon ini cenderung memiliki nilai
1620
Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Morfologi dan Fisiologi 6 Klon Tanaman Tebu pada Fase
Vegetatif Umur 21 Mst.
Morfologi Fisiologi
No TT LD D PR JA JK LPR KS BB BK Briks
BB BK
1. M23 M26 M23 M23 M26 M38 M23 BL K M26 BL M26
2. M26 K M45 M26 M23 K M45 M38 M26 M23 M23 BL
3. BL M45 M38 BL M45 BL K M45 M23 M38 M26 M23
4. M38 M23 BL M38 K M26 M26 M23 M38 BL M45 M45
5. K BL M26 K BL M45 BL M26 BL M45 M38 K
6. M45 M38 K M45 M38 M23 M38 K M45 K K M38
Keterangan: Urutan dari terkecil ke terbesar. MST: minggu setelah tanam; M: MLG; K: Kentung; BL: Buluh
Lawang TT: Tinggi Tanaman; LD: Luas Daun; D: Diameter; PR: Panjang Ruas; JA: Jumlah
Anakan; JK: Jumlah Klorofil; LPR: Laju Pertumbuhan Relatif; KS: Kerapatan Stomata; BB:
Berat Basah; BK: Berat Kering.
rendah pada berbagai indikator setelah MLG – 23, MLG – 45, MLG 26 dan
pengamatan, yaitu pada tinggi tanaman, lebih tinggi dari MLG – 38. Untuk berat
luas daun, jumlah anakan, berat basah dan basah klon ini menempati nilai tertinggi yaitu
briks. 7765.63 g. Berat segar mencerminkan
kandungan air jaringan dan besarnya
Klon MLG - 38 dipengaruhi oleh keadaan iklim yang
Pada klon MLG – 38, dilihat dari ditentukan oleh waktu ketika sampel diambil
morfologi tinggi tanaman memiliki angka dari tanaman. Hal ini berbanding lurus
tertinggi ketiga setelah MLG – 45 dan dengan berat kering yaitu menempati nilai
Kentung yaitu 238.75 cm. Sedangkan luas tertinggi dibanding klon lainnya yaitu
daunnya memiliki nilai tertinggi sebesar 2745.23 g. Biomassa ialah bahan hidup
23443.82 cm2. Proses pertumbuhan luas yang dihasilkan tanaman yang bebas dari
daun terjadi karena adanya faktor genetik. pengaruh gravitasi, sehingga bersifat
Faktor genetik sendiri bukan klon tetapi konstan tidak seperti berat yang tergantung
faktor genetik yang terjadi karena adanya pada tempat penimbangan yang
hormon yang dihasilkan oleh tumbuhan berhubungan dengan gravitasi.
sendiri (hormon endogen) auksin yang Pembentukan biomassa tebu dimulai pada
dapat mempercepat pemanjangan sel umur 3 – 5 bulan sejak tebu ditanam. Pada
pertumbuhan luas daun. Selain itu, tebu klon ini, tinggi tanaman, diameter, panjang
memiliki sifat daun kering di setiap ruas, laju pertumbuhan berat kering, berat
pertumbuhan batang dan biasanya dibuang basah, berat kering dan briks. Menurut
untuk membersihkan daun kering dan Riajaya (2016), semakin tinggi diameter
mengoptimalkan daun muda. Hal inilah yang batang, maka semakin tinggi pula bobot
juga dapat mempengaruhi luas daun pada batang. Dengan mengetahui diameter
tiap klon tebu. Klon ini memiliki nilai tertinggi batang akan diperoleh bobot batang tebu,
pada indikator pengamatan luas daun, hal ini bermanfaat dalam membuat taksasi
jumlah anakan, laju pertumbuhan relatif, dan produktivitas tebu tanpa melakukan
briks. destruktif tanaman. Hal ini sesuai dengan
penelitian dimana diameter berbanding lurus
Kentung dengan berat basah. Adinugraha (2016)
Kentung memiliki tinggi tanaman lebih menyatakan bahwa berat segar dan berat
tinggi dari MLG – 38, BL, MLG – 26 dan kering berbanding lurus, jika nilai bobot
MLG – 23 tetapi lebih rendah dari MLG – 45 segar tinggi maka nilai bobot kering akan
yaitu 246.42 cm. Pada jumlah klorofil tinggi pula.
Kentung berada di urutan ke dua terendah
1621
dibanding klon lainnya dengan nilai 50.45 Batang tebu berfungsi sebagai sink dari
mm-2 dimana selanjutnya ada klon BL, MLG hasil fotosintesis sehingga jumlah batang
– 38, MLG – 23, MLG – 26 dan Kentung. tebu merupakan faktor penentu utama
Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel dalam keberhasilan tanaman tebu.
penutup yang dikelilingi oleh beberapa sel Meskipun klon ini tidak memiliki nilai
tetangga. Mekanisme menutup dan tertinggi dibanding klon Kentung dan MLG –
membukanya stomata tergantung dari 38, tetepi masih memiliki nilai tinggi pada
tekanan turgor sel tanaman, atau karena luas daun, diameter, jumlah anakan, laju
perubahan konsentrasi karbondioksida, pertumbuhan relatif pada berat basah,
berkurangnya cahaya dan hormon asam kerapatan stomata dan berat basah. Hal ini
absisat. Pada Indikator berat basah klon ini berbeda dengan data yang didapatkan,
menempati urutan tertinggi kedua setelah dimana meskipun jumlah anakan atau
Kentung dengan nilai 6710.38 g dengan batang tinggi, diameter juga masih tinggi
berat kering 1923.88 g yang berada di dan berbanding lurus dengan berat basah.
urutan ketiga tertinggi dari Kentung dan Dimana peninggkatan produktivitas tebu
MLG – 38. Briks klon ini menempati posisi dapat dilakukan dengan meningkatkan
ketiga tertinggi yaitu 26.25 % pada batang jumlah batang dengan mengurangi tingkat
atas, 26.38 % pada batang tengah dan pada kematian anakan akibat kompetisi.
batang bawah 26.85 %. Jadi pada klon ini
memiliki nilai tinggi pada indikator tinggi Analisis Komponen Utama
tanaman, panjang ruas, jumlah klorofil, Pada tabel 2 merupakan hasil analisis
jumlah stomata dan berat basah. Dimana komponen utama, analisis ini muncul
tinggi tanaman, panjang ruas, jumlah klorofil setelah data melalu proses standarisasi
dan jumlah stomata berbanding lurus atau transformasi. Komponen utama muncul
dengan berat basah. Semakin tinggi karena adanya kedekatan karakter dan
pertumbuhan batang tebu maka semakin akhirnya membentuk sebuah gerombol.
sedikit jumlah anakannya, hal ini benar Pengelompokan yang dilakukan
terjadi karena jumlah anakan yang tinggi menghasilkan 3 klaster, dimana tiap klaster
menjadikan tinggi tanaman tidak optimal, terbentuk atas dasar persamaan karakter
pada klon ini jumlah anakan memiliki nilai antar klon. Karakter tersebut dapat dilihat
rendah. dari angka yang muncul. Apabila angka ≥
0.75 maka pengaruh sangat kuat dalam
Buluh Lawang pengelompokan klaster, angka 0.5 ≤ x <
Buluh Lawang memiliki nilai tinggi 0.75 cukup mempunyai pengaruh, < 0.5
tanaman tertinggi keempat setelah MLG – kurang berpengaruh dalam pengelompokan.
45, Kentung dan MLG – 38 yaitu 219.25. Angka yang dipertebal merupakan yang
Pada luas daun, klon ini berada di urutan berpengaruh kuat dan memiliki kedekatan
kedua tertinggi dengan nilai 9011.84 cm2. dalam pengelompokan klaster. Pada klaster
Jumlah anakan ini berawal dari proses 1, terdapat karakter tinggi tanaman, panjang
perbanyakan tunas tebu yang disebut ruas, briks batang atas tengah dan bawah
tillering atau perbanyakan anakan dan yang memiliki kesamaan antar klon dan rata
berlangsung pada saat umur tebu 3 - 4 – rata memiliki nilai karakteristik rendah.
tetapi pada pengamatan yang dilakukan Sedangkan pada klaster 2, terdapat tinggi
yaitu pada umur tanaman 6 – 8 bulan dan tanaman, luas daun, panjang ruas dan
masih berlangsung pertambahan dan kerapatan stomata yang memiliki kesamaan
pengurangan jumlah anakan dengan jumlah antar klon dalam satu klaster serta memiliki
anakan tertinggi adalah pada klon MLG – 38 nilai karakteristik yang sedang. Pada klaster
dan BL klon sedangkan yang terendah 3, karakter yang berpengaruh sangat kuat
adalah klon MLG – 23 dan MLG – 26 hal ini adalah diameter atas, tengah dan bawah,
juga dibuktikan oleh penelitian Adinugraha jumlah klorofil, kerapatan stomata, berat
(2016), dimana jumlah anakan tertinggi
dibanding klon yang memiliki ciri sama
dengan klon MLG – 26 dan Kentung.
1623
12,5 %
basah dan kering serta briks pada batang karakteristik, selain itu juga dapat dilihat dari
atas, tengah dan bawah dan memiliki nilai panjang – pendeknya garis yang terhubung
karakteristik tinggi. satu sama lain untuk mengetahui kedekatan
klon, jadi semakin pendek garis
Analisis Klaster penghubung maka semakin banyak
Pengklasteran individu berdasarkan persamaan antar klon dan semakin ke
karakter morfologi telah membawa banyak kanan semakin banyak perbedaan
manfaat dalam pemuliaan tanaman, membentuk klaster. Skala yang digunakan
khususnya untuk melihat variasi plasma bukan koefisien tetapi menggunakan proses
nutfah dan hubungan antar genotipe atau skala ulang (rescale) dengan batasan 0 – 25
aksesi dari koleksi plasma nutfah. %. Jumlah klaster yang terbentuk dapat
Pengklasteran ini tidak hanya pada karakter dilihat dari skala tertinggi dikurangi skala
morfologi tetapi juga dapat dilakukan pada terendah lalu dibagi 2, dan hasilnya adalah
karakter fisiologi tanaman tebu. 12,5 %. Pada perpotongan tersebut terlihat
Pada gambar 1. terlihat adanya garis adanya 3 klaster yang terbentuk.
terhubung antar klon yang mengartikan Pada klon MLG – 26 dan BL memiliki
adanya perbedaan dan persamaan kedekatan yang sangat dekat dilihat dari
1624
garis yang berhubungan sangat pendek didapatkan di lapang yang lebih tinggi
dengan kemungkinan hampir 0 dibanding klon lainnya.
perbedaanya. Sedangkan MLG – 26 dengan
MLG – 23 berjarak 10% dan membentuk KESIMPULAN
satu klaster. Persamaan ini terletak pada
karakteristik tinggi tanaman, panjang ruas Didapatkan fenotip berbeda pada
dan briks batang atas tengah dan bawah. karakter 6 klon tanaman tebu yang diamati.
Pada tinggi tanaman dari kedua klon adalah Melalui analisis klaster, didapatkan
208.42 cm dan 174.50 cm tidak memiliki pengelompokan berjumlah 3 klaster
perbedaan yang sangat jauh dibanding klon berdasarkan kemiripan karakter morfologi
lainnya, sedangkan dengan BL yang dan fisiologi. Klaster 1 memiliki tingkat
memiliki tinggi tanaman 219.25 cm juga kemiripan pada 5 karakter yaitu tinggi
tidak terlalu jauh, untuk panjang ruas dari tanaman, panjang ruas, briks batang atas
ketiga klon diketahui adalah 9.31 cm pada dan batang bawah, klaster ini terdiri dari
MLG – 23, 10.45 cm pada MLG - 26 dan klon MLG – 26, BL dan MLG – 23. Pada
11.05 cm pada BL, dibandingkan dengan klaster 2 terdiri dari klon MLG – 38 dan MLG
klon lainnya ketiga klon ini memiliki nilai – 45 dengan kemiripan pada 4 karakter
rendah, hal ini juga terjadi pada briks ketiga yaitu tinggi tanaman, luas daun, panjang
batang. Apabila dihubungkan dengan tabel ruas dan kerapatan stomata. Sedangkan
maka sepantasnya ketiga klon ini menjadi pada klaster 3 terdapat klon Kentung,
satu klon dengan membentuk klon 1. dengan ciri karakter yang menonjol adalah
Sedangkan klon MLG – 38 berdekatan pada karakter diameter batang atas, tengah
dengan klon MLG – 45 dengan skala 6 % dan bawah, jumlah klorofil, kerapatan
dan membentuk klaster tersendiri, bila stomata, berat basah, berat kering serta
dihubungkan dengan karakteristik, briks batang atas, tengah dan bawah.
persamaan tersebut terletak pada tinggi
tanaman, luas daun, panjang ruas dan DAFTAR PUSTAKA
kerapatan stomata. Pada tinggi tanaman,
kedua klon ini memiliki tinggi 238.75 cm dan Adinugraha. I, A. Nugroho dan K. P.
257.25 cm terlihat jelas bahwa tinggi Wicaksono. 2016. Pengaruh asal
tanama ini berbeda jaun dengan klaster bibit bud chip terhadap vase vegetatif
sebelumnya, sedangkan luas daun 3 varietas tanaman tebu (Saccharum
meskipun berbeda jauh tetapi dibandingkan officinarum L.). Jurnal Produksi
klon lainnya karakter inilah yang mendekati Tanaman. 4(6): 468-477.
kesamaan karakteristik kedua klon yaitu Ahmed, M., Baiyeri K. P., and Echezona
2344367.82 cm2 pada klon MLG -38 dan B. C. 2014. Evaluation of Organic
8190.02 cm2. Sedangkan pada panjang Mulch on the growth and yield of
ruas, nilai yang didapatkan memiliki nilai sugarcane (Saccharum officinarum
lebih tinggi dibanding klon pada klaster 1 L.) in a Southern Guinea Savannah of
dan memiliki kedekatan angka yaitu 12.04 Nigeria. The Journal of Animal &
cm pada klon MLG – 28 dan 13.36 cm pada Plant Sciences. 24(1): 329 – 335.
klon MLG – 45 tetapi tidak lebih tinggi Diana, N. E.., Supriyadi, Djumali. 2016.
dibanding klon Kentung, selain itu ada pula Pertumbuhan, Produktivitas dan
karakter yang menonjol yaitu kerapatan Rendemen Pertanaman Tebu
stomata, kedekatan inilah yang akhirnya Pertama (Plant can) pada berbagai
membentuk klaster 2. Berbeda dengan klon paket Pemupukan. Jurnal Ilmu
lainnya Kentung memiliki klaster tersendiri Pertanian Indonesia (JIPI). 21(3): 159
dengan skala 19 % dan memiliki ciri khas – 166.
pada karakteristik diameter atas, tengah dan Endres, L., Silvia, J. V., Ferreira, V. M.
bawah, jumlah klorofil, kerapatan stomata, and Barbosa. 2010. Photosynthesis
berat basah dan kering serta briks pada and Water Relations in Brizilian
batang atas, tengah dan bawah dan bawah. Sugarcane. The Open Agriculture
Hal ini sangat terlihat jelas dari angka yang Journal. 4(1): 31 – 37.
1625