Anda di halaman 1dari 23

Penyakit Paru

Obstruktif Kronis
(PPOK)
Melindah, dr.SpPD
2020
PPOK: Diagnosis dan Pengobatan
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
adalah (GOLD 2020) :
• penyakit yang umum dapat dicegah dan
diobati
• ditandai dengan gejala respirasi yang
Definisi PPOK persisten dan obstruksi SN
• disebabkan karena kelainan pada SN
dan/atau alveolar yang biasanya akibat
dari pajanan partikel atau gas
berbahaya

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease


Diagnosis PPOK
GEJALA FAKTOR RISIKO

Sesak napas Faktor host


Tembakau
Batuk kronis Pekerjaan
Produksi sputum Polusi dalam/luar ruangan

SPIROMETRI: menegakkan diagnosis

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease


Alat penilaian ABCD

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease


Tujuan Tatalaksana PPOK

Mengurangi gejala
Memperbaiki gejala
Meningkatkan toleransi aktivitas fisik
Meningkatkan status kesehatan

Mengurangi risiko
Mencegah dan mengobati eksaserbasi
Mencegah perkembangan penyakit
Mengurangi mortalitas

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease


Pengobatan inisial PPOK
Grup C Grup D
≥ 2 eksaserbasi atau LAMA atau
LAMA LAMA/LABA* atau
≥ 1 eksaserbasi yang
ICS/LABA**
memerlukan rawat inap *Pertimbangkan jika sangat bergejala ( contoh: CAT>20)
** Pertimbangkan jika eosinophil darah ≥ 300

Grup A Grup B
0 atau 1 eksaserbasi Bronkodilator kerja
(tidak memerlukan rawat Bronkodilator Panjang (LAMA atau
inap) LABA)

mMRC 0-1 CAT< 10 mMRC ≥ 2 CAT> 10

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease


© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
Follow up
JIKA PASIEN RESPON TERHADAP PENGOBATAN INISIAL,
PERTAHANKAN PENGOBATAN
Jika tidak:
Pertimbangkan perubahan terapi berdasarkan target (gejala atau eksaserbasi)
Tempatkan pasien pada kotak sesuai dengan pengobatan saat ini
Amati Respon, Sesuaikan (adjust) dan periksa respon (Review)
Rekomendasi ini tidak mengacu pada pengelompokan ABCD pada saat
diagnosis

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease


Perubahan terapi berdasarkan target

• SESAK NAPAS • • EKSASERBASI •

LABA atau LAMA LAMA atau LABA

LABA + LAMA LABA + ICS LAMA + LABA LABA + ICS


Pertimbangkan
jika eos <100 Pertimbangkan
jika eos ≥100

• Pertimbangkan LABA + LAMA + ICS LABA + LAMA + ICS


merubah alat inhalasi
atau molekul
• Amat (dan obati)
Pada mantan perokok
penyebab lain
terjadinya gejala Roflumilast Azithromycin
Jika FEV1< 50% & bronchitis kronik

Eos= kadar eosinophil darah (sel/mcL)


* Pertimbangkan jika eos ≥ 300 atau eos ≥ 100 DAN ≥ 2 eksaserbasi sedang/ 1 rawat inap
** Pertimbangkan de-eskalasi ICS jika terjadi pneumonia, penggunaan tidak tepat atau tidak responsive terhadap ICS

© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease


Contoh Kasus
• Pasien (Usia 68 tahun) saat ini mengalami
kondisi perburukan batuk, dispnea dan
mengi
• Gejala-gejala ini berulang pasien dirawat di
RS dengan 'infeksi paru' pada tahun lalu
• Baru-baru ini, dispnea telah mengganggu
kehidupannya dalam berkeluarga (dia tidak
bisa merawat cucu-cucunya)
• Masih merokok meski diberi terapi untuk
menghentikan merokok

Pasien dengan PPOK sedang


dengan eksaserbasi berulang
This is a hypothetical case study reflective of real world experience.
Pasien dengan PPOK
sedang dengan
eksaserbasi berulang
• Sudah melakukan vaksinasi flu tahunan
tetapi tidak dapat mengingat apakah dia
telah melakukan vaksinasi pneumokokus
• Berdasarkan riwayatnya, gejala dan hasil
FEV1, dokter mencurigai PPOK dan
mengatakan kepadanya bahwa infeksi paru
nya sebenarnya adalah eksaserbasi terkait
PPOK.
• Pemeriksaan memperlihatkan penurunan
pada suara napas, mengi yang luas dan
sianosis.
• Saturasi oksigen(SPO2): 84–85%

This is a hypothetical case study reflective of real world experience.


• Di rumah sakit,
diresepkan :
• Pengobatan SABA
dengan nebuliser
• Prednisolone Oral
• Antibiotik
(berdasarkan
pedoman lokal ;
berdasarkan produksi
batuk dengan sputum
purulen, c-reactive
protein yang tinggi
and Demam)
• Pemberian oksigen 2
Pasien dirawat karena L/menit dengan nasal
kanul
eksaserbasi PPOK
This is a hypothetical case study reflective of real world experience.
Pilihan terapi saat ini

• Pasien mengalami 2 kali eksaserbasi dalam


setahun terakhir yang mengakibatkan rawat
inap, dan ini membuatnya masuk ke dalam
kategori GOLD D

• Pilihan pengobatan untuk pasien harus


mencakup bronkodilator kerja panjang (untuk
memperbaiki gejala) dan ICS (untuk mencegah
eksaserbasi lebih lanjut)

This is a hypothetical case study reflective of real world experience.


ICS / LABA secara
bermakna
mengurangi
eksaserbasi *
selama 3 tahun

Efek Pengobatan P-value 95% CI


SFC dibanding plasebo 25% <0.001 0.69–0.81
SFC dibanding SAL 12% 0.002 0.81–0.95
SFC dibanding FP 9% 0.02 0.84–0.99

Hasil yang sama pertama kali dipublikasikan dalam Calverley PM, et al. N Engl J Med.
2007;356:775–89. Grafik ini telah dibuat secara mandiri oleh GSK dari aslinya.
0.5 0.2

-0.5

Perubahan rata-rata yang disesuaikan


-1 -0.8

dari skor total baseline SGRQ


ICS/LABA -1.5

meningkatkan -2 -1.8

kualitas hidup -2.5

secara -3
-3.0

signifikan -3.5
Placebo SAL 50 FP 500 SFC 50/500
-4

Perbedaan pengobatan P-value (95% CI)


SFC 50/500 vs Plasebo −3.1 <0.001 (-4.1, -2.1)
SFC 50/500 vs SAL 50 −2.2 <0.001 (-3.1, -1.2)
SFC 50/500 vs FP 500 −1.2 0.017 (-2.1, -0.2)
Untuk SGRQ perbedaan klinis yang penting minimal −4 unit

Hasil yang sama pertama kali dipublikasikan dalam Calverley PM, et al. N Engl J Med. 2007;356:775–89. Grafik ini telah dibuat secara mandiri oleh GSK dari aslinya.
Tidak ditemukan adanya peningkatan efek
samping kardiovaskular pada penggunaan
kombinasi Salmeterol Flutikason
Efek samping pada semua penyakit Efek samping kardiovaskular iskemik
kardiovaskular
30 30

Probabilitas efek samping selama


Probabilitas efek samping selama

24.2 24.3 25
25 22.7
20.8
20 20
3 tahun (%)

3 tahun (%)
14.6 13.8
15 15 13.4
11.3

10 10

5 5

0 0

PLA Sal 50 FP 500 SFC 50/500 PLA Sal 50 FP 500 SFC 50/500

Hasil yang sama pertama kali dipublikasikan dalam Calverley PM, et al. . Thorax 2010; 65: 719–25. Grafik ini telah dibuat secara mandiri oleh GSK dari aslinya.
2.5
2
Exacerbation rate

1.5 SFC 50/500


1
0.5
n=263 n=287 n=371 n=348
0
EOS < 2% EOS ≥ 2%
Blood eosinophil level
n=263

Pasien dengan eos ≥2% lebih memberikan respon


terhadap SFC dibandingkan TIO
Pavord et al, Thorax: 2016;71:118-125
• Pasien diresepkan obat baru yaitu ICS/LABA (satu puff sebanyak
dua kali sehari)
• Pasien dianjurkan untuk vaksinasi pneumokokus
• Pasien sangat dianjurkan untuk berhenti merokok
• Pasien dianjurkan untuk mendaftar kelas rehabilitasi paru
• Pertemuan rutin untuk meninjau rencana pengobatan juga
dianjurkan
• Observasi dua bulan: Pasien merasa lebih baik dan sesak napas
berkurang. Dia telah berhenti merokok selama 2 minggu, dan
berharap kedepannya dapat menghabiskan lebih banyak waktu
bersama cucu-cucunya

Pasien sekarang memiliki ICS/LABA untuk


mengendalikan PPOKnya
This is a hypothetical case study reflective of real world experience.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai