LP Artritis Reumathoid Bu Devi
LP Artritis Reumathoid Bu Devi
ARTRITIS REUMATHOID
KELOMPOK 3 :
2. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi
beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor:
a. Mekanisme IMUN (Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC
dan faktor Reumatoid
b. Endokrin
c. Gangguan Metabolisme
d. Genetik
e. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki.
Perbandingannya adalah 2-3:1.
Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60
tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan
anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis
Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
Tulang panjang (femur, humerus) terdiri dari satu batang dan dua
epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis
dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau trabecular)
Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang
padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.
Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar
tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh
tendon danjaringan fasial,missal patella (kap lutut)
b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk
kontraksi dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau
seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari:
Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan
berfungsi untuk memberikan pengontrolan pergerakan,
mempertahankan sikap dan menghasilkan panas
Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan,
saluran perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten
saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak
dibawah control keinginan.
c. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin
yang kuat. Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular.
Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui
gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang
menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada
kartilago.
d. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal
dimana merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat
suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous
yang membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum
jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya
pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh
membrane synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan
pergerakan tendon.
f. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar
yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau
sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus
fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian
ahair diketahui sebagai fasia dalam.
g. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung
dari suatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak,
misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara
otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang
bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan
kulit.
h. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam
rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya
persendian, tatu letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk
dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe
pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada
jumlah pergerakan yang dilakukan.
Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:
Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)
Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm.
pada maturasi usia tua.
Lebar bahu menurun.
Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha
4. Patofisiologi
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan
sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
(Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti
edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.
Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada
sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus
masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi
nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidak
mampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi
diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan
ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang
ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan.
Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya
tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif
yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan
terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
Patway
Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada Kartilago nekrosis
kartilago artikularis
Gangguan body image
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
c. Protein C-reaktif : positif selama masa eksaserbasi.
d. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
e. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
f. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
g. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle
Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena
mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan
sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis
yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki
serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan
nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen
7. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
d. Terjadi splenomegali.
Splenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah
putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-
sel darah akan meningkat.
8. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Termoterapi
2) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
3) Pemberian Obat-obatan :
Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang
diberikan pada dosis yang telah ditentukan.
Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik,
Anty Inflamatory)
Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)
b. Keperawatan
1) Pendidikan : Meliputi tentang definisi, patofisiologi, penyebab,
dan prognosis penyakit ini
2) Istirahat : Karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
3) Latihan : Pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi
berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan
fungsi sendi pasien.
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, dll.
b. Keluhan Utama
Pada pasien dengan artritis reumatoid, mengeluh nyeri sendi dan nyeri
tekan disertai dengan kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak
sekitar sendi.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P : Provoking (Sebab Masalah)
Apakah yang menyebabkan klien merasa nyeri pada sendi yang
disertai dengan kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak.
Q : Quality (Kualitas, kuantitas masalah)
Kaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien, apakah nyeri yang
dirasakan :
Ringan : 0 – 3
Sedang : 3 – 7
Berat : 7 – 10
Dan apakah selama aktivitas dapat melakukan kesehariannya.
R : Reagent (Tempat, area yang dirasakan )
Tanyakan pada pasien, apakah dapat menunjukkan letak lokasi nyeri
yang dirasakan ?
S : Sifikti & Skill (Usaha yang dilakukan)
Tanyakan usaha apakah yang telah dilakukan oleh pasien untuk
mengatasi nyeri ?
T : Time (Waktu)
Berapa lama rasa nyeri yang dialami pasien biasanya ?
(Obat dapat menuntaskan penyakitnya / rasa nyeri hanya dalam jangka
waktu sementara)
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan kepada pasien, apakah mempunyai riwayat penyakit infeksi
lain ? atau gangguan sistem hormonal yang berhubungan dengan
faktor genetika / keturunan ?
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada pasien, apakah ada keluarga yang menderita penyakit
“AR” ?
f. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi
karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek
body image dan harga diri klien.
g. Pola Nutrisi Metabolik
Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang
banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
Riwayat gangguan metabolic
h. Pola Eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
i. Pola Aktivitas dan Latihan
Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
Jenis aktivitas yang dilakukan
Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
Tidak mampu melakukan aktifitas berat
j. Pola Istirahat dan Tidur
Apakah ada gangguan tidur?
Kebiasaan tidur sehari
Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
k. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
Bagaimana hubungan dengan keluarga?
Apakah ada perubahan peran pada klien?
l. Pola Reproduksi Seksualitas
Adakah gangguan seksualitas?
m. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
n. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi dan palpasi untuk masing-masing sendi, amati warna kulit,
ukuran, dan pembengkakan.
2) Lakukan pengukuran ROM pada sendi-sendi synovial:
Catat jika ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
Catat jika ada krepitus
Catat jika terjadi nyeri saat sendi digerakkan
3) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot:
Catat jika ada atrofi
Catat jika ada tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
2. Diagnosa
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
tubuh, sendi, bengkok, deformitas
b. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis
reumathoid
c. Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa
nyeri
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang, kekakuan sendi
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskoloskeletal
(penurunan kekuatan sendi)
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
3. Intervensi Keperawatan