Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ARTRITIS REUMATHOID

KELOMPOK 3 :

1. ANISWAN LAIA (616080716002) 11. NOVIA INRIANI (616080716033)


2. APRIA ZIRANDI (616080716003) 12. NURHANANI A (616080716035)
3. CINDHY DWI SK (616080716005) 13. RAIHAN (616080716044)
4. DWI FADHILLA (616080716008) 14. RANI NUR A (616080716046)
5. FITRIA TAMARA (616080716010) 15. RIAZEKI A (616080716047)
6. GEOVANI AN (616080716013) 16. SAFITRI G
(616080716050)
7. HERNIS ZAGOTO (616080716014) 17. TANIA A (616080716052)
8. LIA VERANICA (616080716021) 18. TARI M (616080716054)
9. LIDYA NANDA S (616080716022) 19. YANTI O (616080716055)
10. MARDALISA H (616080716024)
STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM
TAHUN AJARAN 2016/2017
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. (Chairuddin, 2003).
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh. (Arif Mansjour, 2005).

2. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi
beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor:
a. Mekanisme IMUN (Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC
dan faktor Reumatoid
b. Endokrin
c. Gangguan Metabolisme
d. Genetik
e. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,


namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-
antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati,
Manurung & Raenah, 2008). Adapun Faktor risiko yang akan
meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid adalah;

 Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki.
Perbandingannya adalah 2-3:1.
 Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60
tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan
anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
 Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis
Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
 Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

3. Anatomi Dan Fisiologi

Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon,


fasia, bursae dan persendian :
a. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-
seluler. Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana
melalui proses “osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan
oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang
akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
 Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
 Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan
lunak.
 Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi
dan pergerakan)
 Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema
topoiesis).
 Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan


bentuknya:

 Tulang panjang (femur, humerus) terdiri dari satu batang dan dua
epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis
dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau trabecular)
 Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
 Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang
padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.
 Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
 Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar
tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh
tendon danjaringan fasial,missal patella (kap lutut)
b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk
kontraksi dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau
seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari:
 Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan
berfungsi untuk memberikan pengontrolan pergerakan,
mempertahankan sikap dan menghasilkan panas
 Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan,
saluran perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten
saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
 Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak
dibawah control keinginan.
c. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin
yang kuat. Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular.
Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui
gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang
menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada
kartilago.
d. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal
dimana merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat
suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous
yang membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum
jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya
pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh
membrane synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan
pergerakan tendon.
f. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar
yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau
sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus
fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian
ahair diketahui sebagai fasia dalam.
g. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung
dari suatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak,
misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara
otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang
bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan
kulit.
h. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam
rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya
persendian, tatu letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk
dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe
pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada
jumlah pergerakan yang dilakukan.
Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:
 Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
 Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
 Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)

Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua :

Ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling


mudah mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi
pada masa kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau
perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua.
Perubahan struktur system muskuloskeletal dan fungsinya sangat
bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua.

Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan


suatu kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan.
Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan
jaringan prnyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas dari
jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan.

Perubahan fisiologis yang umum adalah :

 Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm.
pada maturasi usia tua.
 Lebar bahu menurun.
 Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha
4. Patofisiologi
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan
sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
(Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti
edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.
Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada
sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus
masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi
nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidak
mampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi
diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan
ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang
ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan.
Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya
tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif
yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan
terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

Patway

Reaksi faktor R dengan Kekakuan Sendi Hambatan metabolik fisik


antibodi, faktor metabolik,
infeksi dengan
kecenderungan virus
Reaksi peradangan Nyeri

Synovial menebal Pannus Kurang informasi tentang


proses penyakit

Nodul Infiltrasi dalam os. Defisiensi pengetahuan


subcondria

Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada Kartilago nekrosis
kartilago artikularis
Gangguan body image

Kerusakan kartilago dan Erosi kartilago


tulang

Adhesi pada permukaan


Mudah luksasi dan Tendon dan ligament
sendi
subluksasi melemah

Resiko cidera Hilangnya kekuatan otot Ankilosis fibrosa

Keterbatasan gerakan sendi Kekuatan sendi Ankilosis tulang

Defisit perawatan diri Hambatan mobilitas


fisik
5. Manifestasi Klinis
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Rheumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam (pireksia)
g. Anemia
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
l. Pasien tampak anemic

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

a. Gerakan menjadi terbatas


b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
c. Protein C-reaktif : positif selama masa eksaserbasi.
d. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
e. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
f. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
g. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle
Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena
mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan
sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis
yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki
serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan
nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen

7. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
d. Terjadi splenomegali.
Splenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah
putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-
sel darah akan meningkat.

8. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Termoterapi
2) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
3) Pemberian Obat-obatan :
 Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang
diberikan pada dosis yang telah ditentukan.
Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
 Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik,
Anty Inflamatory)
 Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
 Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
 Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
 Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)
b. Keperawatan
1) Pendidikan : Meliputi tentang definisi, patofisiologi, penyebab,
dan prognosis penyakit ini
2) Istirahat : Karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
3) Latihan : Pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi
berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan
fungsi sendi pasien.
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, dll.
b. Keluhan Utama
Pada pasien dengan artritis reumatoid, mengeluh nyeri sendi dan nyeri
tekan disertai dengan kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak
sekitar sendi.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P : Provoking (Sebab Masalah)
Apakah yang menyebabkan klien merasa nyeri pada sendi yang
disertai dengan kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak.
Q : Quality (Kualitas, kuantitas masalah)
Kaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien, apakah nyeri yang
dirasakan :
Ringan : 0 – 3
Sedang : 3 – 7
Berat    : 7 – 10
Dan apakah selama aktivitas dapat melakukan kesehariannya.
R : Reagent (Tempat, area yang dirasakan )
Tanyakan pada pasien, apakah dapat menunjukkan letak lokasi nyeri
yang dirasakan ?
S : Sifikti & Skill (Usaha yang dilakukan)
Tanyakan usaha apakah yang telah dilakukan oleh pasien untuk
mengatasi nyeri ?
T : Time (Waktu)
Berapa lama rasa nyeri yang dialami pasien biasanya ?
(Obat dapat menuntaskan penyakitnya / rasa nyeri hanya dalam jangka
waktu sementara)
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan kepada pasien, apakah mempunyai riwayat penyakit infeksi
lain ? atau gangguan sistem hormonal yang berhubungan dengan
faktor genetika / keturunan ?
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada pasien, apakah ada keluarga yang menderita penyakit
“AR” ?
f. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi
karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek
body image dan harga diri klien.
g. Pola Nutrisi Metabolik
 Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang
banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
 Riwayat gangguan metabolic
h. Pola Eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
i. Pola Aktivitas dan Latihan
 Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
 Jenis aktivitas yang dilakukan
 Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
 Tidak mampu melakukan aktifitas berat
j. Pola Istirahat dan Tidur
 Apakah ada gangguan tidur?
 Kebiasaan tidur sehari
 Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
 Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
k. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
 Bagaimana hubungan dengan keluarga?
 Apakah ada perubahan peran pada klien?
l. Pola Reproduksi Seksualitas
Adakah gangguan seksualitas?
m. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
n. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi dan palpasi untuk masing-masing sendi, amati warna kulit,
ukuran, dan pembengkakan.
2) Lakukan pengukuran ROM pada sendi-sendi synovial:
 Catat jika ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat jika ada krepitus
 Catat jika terjadi nyeri saat sendi digerakkan
3) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot:
 Catat jika ada atrofi
 Catat jika ada tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot

2. Diagnosa
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
tubuh, sendi, bengkok, deformitas
b. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis
reumathoid
c. Resiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa
nyeri
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang, kekakuan sendi
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskoloskeletal
(penurunan kekuatan sendi)
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong pengungkapan mengenai
tubuh keperawatan selama 3x24 masalah tentang proses penyakit,
berhubungan jam diharapkan gangguan harapan masa depan.
dengan citra tubuh berkurang dengan 2. Diskusikan arti dari kehilangan/
perubahan Kriteria Hasil : perubahan pada pasien/orang
penampilan 1. Mengungkapkan terdekat. Memastikan bagaimana
tubuh, sendi, peningkatan rasa percaya pandangaqn pribadi pasien dalam
bengkok, diri dalam kemampuan memfungsikan gaya hidup sehari-
deformitas untuk menghadapi hari, termasuk aspek-aspek
penyakit, perubahan pada seksual.
gaya hidup, dan 3. Diskusikan persepsi
kemungkinan keterbatasan pasienmengenai bagaimana orang
2. Menyusun rencana terdekat menerima keterbatasan.
realistis untuk masa 4. Akui dan terima perasaan
depan. berduka, bermusuhan,
ketergantungan.
5. Perhatikan perilaku menarik diri,
penggunaan menyangkal atau
terlalu memperhatikan perubahan
6. Susun batasan pada perilaku mal
adaptif. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positif
yang dapat membantu koping
7. Ikut sertakan pasien dalam
merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas
8. Bantu dalam kebutuhan
perawatan yang diperlukan
9. Berikan bantuan positif bila
perlu.
10. Kolaborasi: Rujuk pada konseling
psikiatri, mis: perawat spesialis
psikiatri, psikolog.
11. Kolaborasi: Berikan obat-obatan
sesuai petunjuk, mis; anti ansietas
dan obat-obatan peningkat alam
perasaan.
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi
berhubungan keperawatan selama 3x24 dan intensitas (skala 0-10). Catat
dengan jam diharapkan tidak ada faktor-faktor yang mempercepat
perubahan Keluhan nyeri, dengan dan tanda-tanda rasa sakit non
patologis oleh Kriteria Hasil : verbal
artritis 1. Menunjukkan nyeri 2. Berikan matras/ kasur keras,
reumathoid hilang/ terkontrol bantal kecil,. Tinggikan linen
2. Terlihat rileks, dapat tempat tidur sesuai kebutuhan
tidur/beristirahat dan 3. Tempatkan/ pantau penggunaan
berpartisipasi dalam bantl, karung pasir, gulungan
aktivitas sesuai trokhanter, bebat, brace.
kemampuan. 4. Dorong untuk sering mengubah
3. Mengikuti program posisi,. Bantu untuk bergerak di
farmakologis yang tempat tidur, sokong sendi yang
diresepkan sakit di atas dan bawah, hindari
4. Menggabungkan gerakan yang menyentak.
keterampilan relaksasi 5. Anjurkan pasien untuk mandi air
dan aktivitas hiburan ke hangat atau mandi pancuran pada
dalam program kontrol waktu bangun dan/atau pada
nyeri. waktu tidur. Sediakan waslap
hangat untuk mengompres sendi-
sendi yang sakit beberapa kali
sehari. Pantau suhu air kompres,
air mandi, dan sebagainya.
6. Berikan masase yang lembut
7. Ajarkan teknik non farmakologi
(relaksasi, distraksi, relaksasi
progresif)
8. Kolaborasi: Berikan obat-obatan
sesuai petunjuk (mis:asetil
salisilat)
9. Berikan kompres dingin jika
dibutuhkan
Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan yang aman
berhubungan keperawatan selama 3x24 untuk pasien
dengan jam diharapkan 2. Identifikasi kebutuhan keamanan
hilangnya Kriteria Hasil : pasien, sesuai dengan kondisi
kekuatan otot, 1. Klien terbebas dari fisik dan fungsi kognitif pasien
rasa nyeri cedera dan riwayat penyakit terdahulu
2. Klien mampu pasien
menjelaskan cara/metode 3. Menghindari lingkungan yang
untuk mencegah berbahaya (misalnya
injuri/cedera memindahkan perabotan)
3. Klien mampu 4. Memasang side rail tempat tidur
menjelaskan faktor resiko 5. Menyediakan tempat tidur yang
dari lingkungan/perilaku nyaman dan bersih
personal 6. Menempatkan saklar lampu
4. Mampu memodifikasi ditempat yang mudah dijangkau
gaya hidup untuk pasien
mencegah injuri 7. Membatasi pengunjung
5. Menggunakan fasilitas 8. Menganjurkan keluarga untuk
kesehatan yang ada menemani pasien
6. Mampu mengenali 9. Mengontrol lingkungan dari
perubahan status kebisingan
kesehatan 10. Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
11. Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit
Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan
mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 tingkat inflamasi/ rasa sakit pada
berhubungan jam diharapkan mobilitas sendi
dengan fisik baik 2. Pertahankan istirahat tirah baring/
kerusakan Kriteria Hasil : duduk jika diperlukan jadwal
integritas 1. Mempertahankan fungsi aktivitas untuk memberikan
struktur tulang, posisi dengan tidak periode istirahat yang terus
kekakuan sendi hadirnya/ pembatasan menerus dan tidur malam hari
kontraktur. yang tidak terganmggu.
2. Mempertahankan ataupun 3. Bantu dengan rentang gerak
meningkatkan kekuatan aktif/pasif, demikiqan juga
dan fungsi dari dan/ atau latihan resistif dan isometris jika
kompensasi bagian tubuh memungkinkan
3. Mendemonstrasikan 4. Ubah posisi dengan sering
tehnik/ perilaku yang dengan jumlah personel cukup.
memungkinkan Demonstrasikan/ bantu tehnik
melakukan aktivitas pemindahan dan penggunaan
bantuan mobilitas, mis, trapeze
5. Posisikan dengan bantal, kantung
pasir, gulungan trokanter, bebat,
brace
6. Gunakan bantal kecil/tipis di
bawah leher.
7. Dorong pasien mempertahankan
postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan
8. Berikan lingkungan yang aman,
misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga
pada toilet, penggunaan kursi
roda.
9. Kolaborasi: konsul dengan
fisoterapi.
10. Kolaborasi: Berikan matras busa/
pengubah tekanan.
11. Kolaborasi: berikan obat-obatan
sesuai indikasi (steroid).
Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan tingkat fungsi umum
perawatan diri keperawatan selama 3x24 (0-4) sebelum timbul awitan/
berhubungan jam diharapkan klien dapat eksaserbasi penyakit dan
dengan mengatur kegiatan sehari-hari potensial perubahan yang
gangguan Kriteria Hasil: sekarang diantisipasi.
muskoloskeleta 1. Melaksanakan aktivitas 2. Pertahankan mobilitas, kontrol
l (penurunan perawatan diri pada terhadap nyeri dan program
kekuatan sendi) tingkat yang konsisten latihan.
dengan kemampuan 3. Kaji hambatan terhadap
individual partisipasi dalam perawatan diri.
2. Mendemonstrasikan Identifikasi /rencana untuk
perubahan teknik/ gaya modifikasi lingkungan
hidup untuk memenuhi 4. Kolaborasi: Konsul dengan ahli
kebutuhan perawatan diri. terapi okupasi.
3. Mengidentifikasi sumber- 5. Kolaborasi: Atur evaluasi
sumber pribadi/ kesehatan di rumah sebelum
komunitas yang dapat pemulangan dengan evaluasi
memenuhi kebutuhan setelahnya, mis: pelayanan
perawatan diri. perawatan rumah, ahli nutrisi.
Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan keperawatan selama 3x24 pengetahuan pasien tentang
berhubungan jam diharapkan klien dapat proses penyakit yang spesifik
dengan menambah pengetahuan 2. Jelaskan patofisiologi dari
kurangnya tentang penyakit penyakit dan bagaimana hal ini
informasi Kriteria Hasil : berhubungan dengan anatomi dan
1. Pasien dan keluarga fisiologi, dengan cara yang tepat
menyatakan pemahaman 3. Gambarkan tanda dan gejala yang
tentang penyakit, kondisi, biasa muncul pada penyakit,
prognosis, dan program dengan cara yang tepat
pengobatan 4. Gambarkan proses penyakit,
2. Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu melaksanakan 5. Identifikasi kemungkinan
prosedur yang dijelaskan penyebab, dengan cara yang tepat
secara benar 6. Sediakan informasi pada pasien
3. Pasien dan keluarga tentang kondisi, denga cara yang
mampu menjelaskan tepat
kembali apa yang 7. Diskusikan perubahan gaya hidup
dijelaskan perawat/tim yang mungkin diperlukan untuk
kesehatan lainnya mencegah komplikasi
8. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
9. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara
yang tepat

Anda mungkin juga menyukai