Anda di halaman 1dari 8

Kemoterapi 

merupakan penggunaan obat untuk mengobati penyakit apapun. Tapi banyak orang
berasumsi bahwa kata kemoterapi berarti pengobatan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit
kanker, pemberian obat kemoterapi dilakukan melalui infus.

Pembedahan dan terapi radiasi bertujuan untuk menghilangkan, membunuh, atau bahkan merusak sel
kanker di daerah tertentu pada bagian tubuh penderita kanker, namun pada kenyataannya kemoterapi
dapat bekerja di seluruh tubuh. hal Ini berarti kemoterapi bisa membunuh sel kanker yang telah
menyebar (bermetastasis) ke bagian tubuh yang jauh dari tumor aslinya (primer). Jika dokter anda
merekomendasikan pengobatan kemoterapi untuk penyakit kanker anda, penting untuk memahami
tujuan kemoterapi saat membuat keputusan ini. Ada tiga tujuan utama kemoterapi (kemo) dalam
pengobatan kanker yaitu:

 Menyembuhkan
Jika memungkinkan, kemoterapi digunakan untuk proses penyembuhkan kanker, yang berarti bahwa
sel kanker tersebut hancur, hilang dan tidak kembali tumbuh. Namun kebanyakan dokter tidak pernah
menggunakan kata “penyembuhan” kecuali sebagai kemungkinan atau niat. Jadi, saat memberi
keputusan pasien untuk menjalankan pengobatan kemoterapi, dokter mungkin menjelaskannya
sebagai pengobatan dengan maksud kuratif.

Tidak ada jaminan seseorang yang menjalani proses kemoterapi akan sembuh secara total, meskipun
maksud tujuan dilakukan kemoterapi adalah untuk menyembuhkan, namun pada kenyataannya tidak
selalu demikian. seringkali dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengetahui apakah kanker
seseorang benar-benar sembuh maka itu perlu dilakukan pengecekan bertahap mulai dari bulanan, per
3 bulan, per 6 bulan, per 1 tahun dan per 5 tahun. hal ini untuk memastikan apakah sel kanker benar-
benar sudah hilang.

 Kontrol
Jika penyembuhan kanker tidak memungkinkan, tujuannya kemoterapi mungkin untuk
mengendalikan penyakitnya seperti mengecilkan tumor atau menghentikan kanker tumbuh dan
menyebar. Hal ini bisa membantu penderita kanker merasa lebih baik dan hidup lebih lama.
Dalam banyak kasus kanker tidak sepenuhnya hilang, namun dikendalikan dan dikelola sebagai
penyakit kronis, seperti halnya penyakit jantung atau diabetes. Dalam kasus lain juga, kanker bahkan
terlihat hilang, tapi diprediksi akan akan tumbuh kembali, oleh karena itu diperlukan kemoterapi lagi.

 Meringankan
Kemoterapi kanker juga bisa digunakan untuk meredakan gejala yang disebabkan oleh kanker. Ini
disebut kemoterapi paliatif atau meringankan. Bila penderita kanker stadium lanjut yang sel
kankernya tidak terkendali dan telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, tujuan kemoterapi adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup atau membantu orang tersebut merasa lebih baik. Misalnya,
digunakan untuk membantu mengecilkan tumor yang menyebabkan rasa sakit atau tekanan.

Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan saat memilih obat yang akan digunakan antara lain :
 Jenis kankernya
 Tahapan kanker (seberapa jauh sudah menyebar)
 Usia pasien
 Kesehatan pasien secara keseluruhan
 Masalah kesehatan serius lainnya (seperti penyakit jantung, hati, atau ginjal)
 Jenis perawatan kanker yang diberikan di masa lalu
Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-modaliti terapi). Kenyataanya pada
saat pemilihan terapi, sering bukan hanya diharapkan pada jenis histologis, derajat dan tampilan
penderita saja tetapi juga kondisi non-medisseperti fasiliti yang dimilikirumah sakit dan ekonomi
penderita juga merupakan faktor yang amat menentukan.

Pembedahan

Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dan II. Pembedahan juga
merupakan bagian dari “combine modality therapy”, misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk
KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi bedah,
seperti kanker paru dengan sindroma vena kava superiror berat.

Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap berikut jaringan KGB
intrapulmoner, dengan lobektomi maupun pneumonektomi. Segmentektomi atau reseksi baji hanya
dikerjakan jika faal paru tidak cukup untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku
untuk memastikan bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum diambil dengan
diseksi sistematis, serta diperiksa secara patologi anatomis.
Hal penting lain yang penting dingat sebelum melakukan tindakan bedah adalah mengetahui toleransi
penderita terhadap jenis tindakan bedah yang akan dilakukan. Toleransi penderita yang akan dibedah
dapat diukur dengan nilai uji faal paru dan jika tidak memungkin dapat dinilai dari hasil analisis gas
darah (AGD)

Radioterapi

Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi kuratif, radioterapi
menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk KPKBSK stadium IIIA. Pada kondisi tertentu,
radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif. Radiasi sering merupakan tindakan
darurat yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava
superiror, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau otak.
Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa faktor : Staging penyakit, Status
tampilan, Fungsi paru. Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :
1 Hb > 10 g%
2 Trombosit > 100.000/mm3
3 Leukosit > 3000/dl
Radiasi paliatif diberikan pada unfavourable group, yakni :
1 PS < 70.
2 Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan.
3 Fungsi paru buruk.

Kemoterapi

Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama harus ditentukan jenis
histologis tumor dan tampilan (performance status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau
2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker
dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker
dapat dilakukan. Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi
adalah:
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. Respons obyektif satu obat antikanker s 15%
3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO
4. harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 sikius pada penilaian terjadi tumor
progresif.

Syarat standar yang harus dipenuhi sebe/um kemoterapi

1. Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat diberikan obat
antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual tertentu.
2. Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski Hb < 10 g% tidak
pertu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai dengan penyebab anemia.
3. Granulosit > 1500/mm3
4. Trombosit > 100.000/mm3
5. Fungsi hati baik
6. Fungsi ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit)

Pengobatan Paliatif

Hal yang perlu ditekankan dalam terapi paliatif adalah tujuannya untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita sebaik mungkin. Gejala dan tanda karsinoma bronkogenik dapat
dikelompokkan pada gejala bronkopulmoner, ekstrapulmoner intratorasik, ekstratoraksik non
metastasis dan ekstratorasik metastasis. Sedangkan keluhan yang sering dijumpai adalah
batuk, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada. Pengobatan paliatif untuk kanker paru
meliputi radioterapi, kemoterapi, medikamentosa, fisioterapi, dan psikososial. Pada beberapa
keadaan intervensi bedah, pemasangan stent dan cryotherapy dapat dilakukan.

Rehabilitasi Medik

Pada penderita kanker paru dapat terjadi gangguan muskuloskeletal terutama akibat
metastasis ke tulang. Manifestasinya dapat berupa inviltrasi ke vetebra atau pendesakan
syaraf. Gejala yang tirnbul berupa kesemutan, baal, nyeri dan bahkan dapat terjadi paresis
sampai paralisis otot, dengan akibat akhir terjadinya gangguan mobilisasi/ambulasi.

Upaya rehabilitasi medik tergantung pada kasus, apakah operabel atau tidak.

 Bila operabel tindakan rehabilitasi medik adalah preventif dan restoratif.


 Bila non-operabel tindakan rehabilitasi medik adalah suportif dan paliatif.

Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan rehabilitasi medik prabedah
dan pascabedah, yang bertujuan membantu memperoleh hasil optimal tindakan bedah,
terutama untuk mencegah komplikasi pascabedah (misalnya: retensi sputum, paru tidak
mengembang) dan mempercepat mobilisasi. Tujuan program rehabilitasi medik untuk kasus
yang nonoperabel adalah untuk memperbaiki dan mempertahankan kemampuan fungsional
penderita yang dinilai berdasarkan skala Karnofsky. Upaya ini juga termasuk penanganan
paliatif penderita kanker paru dan layanan hospis (dirumah sakit atau dirumah).
Kanker Payudara

Imunoterapi Hingga saat ini terdapat berbagai metode yang digunakan sebagai terapi pada
kasus kanker payudara, mulai dari tumorektomi, radioterapi, kemoterapi, hingga terapi
hormon seperti hormone replacement therapy. Walaupun demikian, metode-metode ini
terbukti tidak efektif pada pasien dengan stadium lanjut yang telah mengalami metastasis.
Penelitan beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa imunoterapi tampaknya terbukti
efektif dalam mengobati pasien pada stadium lanjut ini. Beberapa imunoterapi tersebut
diantaranya terapi antibodi, vaksinasi, adoptive T cell transfer dan T cell receptor gene
transfer.

1. Imunoterapi Berbasis Terapi antibodi


Terapi antibodi yang digunakan pada kanker payudara yaitu penggunaaan antibodi
monoklonal yang akan berikatan secara spesifik pada sel kanker dan menginduksi
terjadinya respon imun dan apoptosis pada sel kanker tersebut. Terdapat beberapa
antibodi monoklonal yang telah disetujui penggunaannya oleh food and drug
administration (FDA) sebagai terapi pada kanker. Antibodi monoklonal tersebut antara
lain epidermal growth factor receptor (cetuximab, Erbitux), vascular endothelial growth
factor (VEGF) (bevacizumab, Avastin), dan epidermal growth factor receptor
(panitumumab, Vectibix).
Sekitar 20-30% pasien dengan kanker payudara diperkirakan memiliki ekspresi
berlebih pada epidermal growth factor (HER-2). HER-2 ini dihubungkan dengan fenotif
tumor yang ganas dan prognosis yang buruk. Antibodi monoklonal anti-HER-2/neu,
trastuzumab (Harceptin) telah disetujui penggunaanya di Amerika Serikat pada tahun
1998. Trastuzumab ini akan berikatan dengan domain ekstraseluler dari protein HER-2.
Hasil uji klinis menunjukkan bahwa trastuzumab dapat meningkatkan angka harapan
bebas penyakit pada pasien kanker payudara yang telah metastasis. selain menujukkan
efikasi pada kanker payudara dengan metastasis juga menujukkan efikasi pada kanker
payudara tahap awal yan positif mengekspresikan protein HER-2. Trastuzumab
dikombinasi dengan kemoterapi paclitaxel dapat meningkatkan 25% angka harapan
hidup dibandingkan dengan hanya menggunakan kemoterapi.
Anti-carcinoembryonic antigen (CEA) merupakan marker tumor yang meningkat
sebesar 30-50% pada pasien kanker payudara yang telah metastasis. Walaupun demikian
belum terdapat data uji klinis penggunaannya sebagai imunoterapi. Imunoterapi yang
berbasi terapi antibodi merupakan metode yang menjanjikan dalam mengefektifkan
terapi kanker, walaupun efikasinya sejauh ini belum terlau memuaskan.
2. Imunoterapi Berbasis Sel Limfosit T
Imunoterapi ini menggunakan antitumor sel limfosit T sitotoksik untuk membunuh sel
tumor. Imunoterapi ini mencakup vaksinasi, adoptive T cell transfer, dan T cell receptor
gene transfer.
Vaksinasi
Vaksin kanker menggunakan antigen tumor spesifik yang didapat dari peptida,
protein, dan DNA. Vaksin ini kemudian disuntikkan secara subkutan kepada pasien agar
dipresentasikan pada sel dendritik dan makropag yang merupakan antigen precenting cell
(APC). Tujuannya yaitu untuk menimbulkan respon imun berupa pembentukan anti-
tumor limfosit yang selanjutnya akan bermigrasi ke lokasi tumor dan membunuh sel
tumor tersebut. Antigen tumor yang berhasil teridentifikasi pada kanker payudara yaitu
HER-2/neu, MUC-1, dan NY-ESO-1. MUC-1 tampaknya vaksin kanker paling
menjanjikan terhadap pasien kanker payudara. Pemberian berulang TG1031 (vaksin
rekombinan yang mengandung urutan koding MUC-1 dan IL-2) pada pasien kanker
payudara yang positif mengekspresikan MUC1, menghasilkan regresi parsial pada 2 dari
28 pasien.
3. Imunoterapi dgn Pemberian Sel T Adaptif
- Mekanismenya adl jaringn tumor primer diambil dari penderita kanker melalui
pembedahan.
- Anti tumor ini kemudian diinkubasi bersama sel T scra in vitro agar terjadi
pertumbuhan anti tumor limfosit.
- Sel T adaptif ini kemudian ditransfer ke penderita kanker  Anti tumor T cells
selanjutny menyerang tumor & membunuhny.

Imunoterapi
Imunoterapi merupakan terapi untuk menaikkan kekebalan tubuh terhadap kanker.
Pada penderita kanker, kekebalan alamiahnya tertekan sehingga pada saat kanker itu
manifestasi klinik, kemampuan tubuh untuk membunuh sel-sel kanker telah dilampaui.
Imunoterapi kanker berupaya membuat sistem kekebalan tubuh mampu mengalahkan
keganasan sel-sel kanker, dengan cara meningkatkan atau mengarahkan reaksi kekebalan
tubuh terhadap sel kanker, atau mengembalikan kemampuan tubuh dalam menaklukkan
kanker (body response modifiers).
Indikasi Imunoterapi
Indikasi yang pasti pemberian imunoterapi untuk kanker belum jelas, namun
umumnya imunoterapi diberikan sebagai terapi tambahan untuk menaikkan daya tahan
tubuh, mendorong maturasi atau diferensiasi sel, menghambat pertumbuhan sel kanker.
Imunoterapi pada kanker diperlukan karena sistem immune tubuh yang kurang merespon
terhadap antigen kanker.
Terapi kanker secara konvensional, dengan operasi, radiasi dan obat anti kanker
mempunyai efek sampingan, yaitu immunosupresif atau menurunkan kekebalan tubuh.
Ini dapat menimbulkan sisa-sisa sel kanker yang masih ada dan yang tidak mati dapat
tumbuh lagi dengan cepat. Karena itu imunoterapi yang menaikkan kekebalan tubuh
dapat membantu mengatasi masalah ini.
Fungsi Imunoterapi
Untuk memperbaiki kemampuan sistem kekebalan dalam menemukan dan
menghancurkan kanker, para peneliti telah menciptakan pengubah respon biologis
(biologic response modifiers). Bahan tersebut digunakan untuk fungsi-fungsi berikut :
1. Merangsang respon anti-tumor tubuh dengan meningkatkan jumlah sel pembunuh
tumor atau menghasilkan 1 atau lebih bahan kimia pembawa pesan (mediator)
2. Secara langsung berfungsi sebagai agen pembunuh tumor atau bahan kimia pembawa
pesan
3. Mengurangi mekanisme tubuh yang normal dalam menekan respon kekebalan
4. Mengubah sel-sel tumor untuk meningkatkan kemungkinan mereka memicu suatu
respon kekebalan atau membuat sel-sel tumor lebih mungkin dirusak oleh sistem
kekebalan
5. Memperbaiki toleransi tubuh terhadap terapi penyinaran atau bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam kemoterapi.
Cara Pemberian Imunoterapi
Pemberian imunoterapi ialah dengan cara memanipulasi mekanisme kendali immunitas
tubuh dengan suatu biologic response modifiers. Adapun cara pemberian imunoterapi
meliputi :
1. Non spesifik
Vaksin
Saat ini penggunaan vaksin kanker baru saja dimulai. Sebagian besar masih dalam tahap
penelitian dan uji klinis, sehingga belum bisa digunakan secara umum. Berbeda dengan
vaksin pada umumnya yang diberikan sebagai pencegahan pada orang yang sehat, pada
penderita kanker vaksin digunakan sebagai pengobatan. Vaksin tersebut merangsang
sistem kekebalan tubuh manusia untuk mampu mengenali sel-sel kanker, menghentikan
pertumbuhannya, mencegah kekambuhannya, dan membersihkan sisa-sisa kanker dari
pengobatan operasi, kemoterapi, atau radiasi. Jika diberikan dalam tahap dini, vaksin
kanker dapat membuatnya sembuh secara total. Sedang vaksin yang difungsikan sebagai
pencegah kanker, sebenarnya adalah vaksin untuk melawan virus penyebab penyakit
yang dapat menjurus ke kanker, misalnya vaksin hepatitis B (kanker hati) dan vaksin
human papilloma virus (kanker leher rahim). Contoh vaksin lainnya adalah BCG
(Bacille Calmette Guérin). Vaksin TBC yang biasa diberikan pada bayi baru lahir ini
bukan golongan vaksin kanker, tetapi merupakan salah satu perintis imunoterapi untuk
kanker. Biasanya diberikan bersama-sama dengan kemoterapi, radiasi, atau imunoterapi
jenis lain. Fungsi utamanya meningkatkan kekebalan tubuh, tetapi dapat juga
menyembuhkan kanker kandung kemih.
Interferon (IFN)
Interferon adalah suatu protein yang dihasilkan oleh sel imun akibat respon terhadap
infeksi virus atau stimulasi akibat suatu DNA rantai ganda, antigen ataupun mitogen.
Ada 3 macam interferon : IFN-, IFN- dan IFN-. Interferon memiliki berbagai fungsi
biologis: sebagai imunomodulator, antiviral, mengganggu proliferasi sel, inhibisi
angiogenesis, regulasi dari diferensiasi, meningkatkan ekspresi berbagai antigen
permukaan sel, dan yang paling penting sebagai efek antitumornya adalah kemampuan
antiproliferatif dari interferon. Interferon, khususnya interferon alfa, adalah obat
imunoterapi pertama yang digunakan untuk mengobati kanker. Sitokin ini sebenarnya
juga diproduksi dalam tubuh, tetapi jumlahnya kecil. Selain langsung menyerang sel
kanker, interferon-α juga dapat menghentikan pertumbuhan kanker atau mengubahnya
menjadi sel normal. Diduga interferon juga merangsang kerja sel NK, sel T, dan
makrofag; serta mengurangi suplai darah ke sel kanker.
IFN memiliki kemampuan antitumor untuk: hairy cell leukemia, chronic myelogenous
leukemia, cutaneous T-cell lymphoma, dan Kaposi's sarcoma, non-Hodgkin’s
Lymphoma, kanker ovarium, kanker ginjal dan kanker buli. Dosis maksimal yang dapat
ditoleransi berada diantara 10-20/m2 per-hari atau 50/m2 per-dua-hari untuk periode
minggu sampai bulan.
Interleukin-2
Ada beberapa tipe interleukin, dalam pengobatan kanker yang telah dicobakan adalah IL-
2, yang juga disebut dengan T-cell growth factor karena mampu mempertahankan
petumbuhan sel-T yang telah diberi antigen dalam kultur, IL-2 merangsang pertumbuhan
sel-T, menaikkan aktivitas NK sel, memulihkan supresi imun karena glikokortikosteroid
dan sekresi antibodi oleh sel-T.
Interleukin-2 tidak memiliki efek langsung terhadap sel kanker, namun efeknya
dihasilkan dari kemampuan IL-2 untuk menstimulasi reaksi imun. IL-2 sekarang banyak
digunakan untuk pengobatan pasien melanoma dan kanker ginjal yang telah
bermetastase. Pemberian dosis tinggi yang digunakan adalah dengan bolus intravena IL-
2 dosis tinggi yaitu 720.000 IU/kg setiap 8 jam, baik IL-2 saja atau dikombinasi dengan
terapi lain.
2. Spesifik
Antigen sel tumor
Immunoerapi spesifik diberikan dengan menggunakan antigen sel tumor, yaitu sel tumor
yang dimatikan atau dilemahkan daya tumbuhnya lebih dulu degan radiasi atau
sitostatika.
Antibodi monoklonal
Antibodi monoklonal dibuat di laboratorium khusus untuk melawan antigen
tertentu. Antibodi monoklonal dibuat dengan rekayasa genetika, yaitu dengan teknik
hibridoma Karena tiap jenis kanker mengeluarkan antigen yang berbeda, maka berbeda
pula antibodi yang digunakan.
Antibodi monoklonal juga dapat mempengaruhi cell growth factors, karenanya dapat
digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel-sel tumor. Jika dipadu dengan
radioisotop, obat kemoterapi, atau imunotoksin, antibody monokonal ini merpakan
“magic bullet” atau “peluru ajaib” yang mencari sel kanker dimanapun ia berada dan
membunuhnya tanpa menimbulkan kerusakan pada sel normal. Beberapa jenis antibodi
monoklonal yang banyak dipergunakan antara lain rituximab (untuk Non Hodgkin
Malignant lymphoma), trastuzumab (kanker payudara yang sudah menyebar),
alemtuzumab (leukemia limfositik kronis),bevacizumab (kanker usus besar), cetuximab
(kanker usus besar), gemtuzumab ozogamicin (leukemia myelogenik akut). Antibodi
monoklonal untuk berbagai jenis kanker lainnya sedang dalam tahap uji klinis.

Efek Samping Imunoterapi


Efek samping yang sering terjadi pada pemberian imunoterapi adalah berupa menggigil,
demam, mual, muntah dan penurunan nafsu makan. Efek samping lainnya bisa
menyebabkan hipotensi, diare, gejala neuropsikiatrik, sepsis dan komplikasi pulmonal.

Pembedahan Kanker Servik


Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker serviks sampai stadium II A dan dengan
hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi mempunyai keunggulan meninggalkan ovarium
pada pasien usia pramenopause. Kanker serviks dengan diameter lebih dari 4 cm menurut
beberapa peneliti lebih baik diobati dengan kemoradiasi daripada operasi. Hsisterektomi
radikal mempunyai nmortalitas kurang dari 1%. Morbiditas termasuk kejadian fistel (1%
sampai 2%), kehilangan darah, atonia kandung kemih yang membutuhkan kateterisasi
intermitten, antikolinergik, atau alfa antagonis.

Indikasi radioterapi pada kanker serviks


Radioterapi kuratif, diberikan kepada:
 Stadium IA, IB-IIA yang tidak dioperasi karena ada kontraindikasi operasi (indeks
operasi > 0,65, umur tua > 60 tahun, kontaindikasi anastesi), lesi besar > 4 cm
(bulky) dan/atau pasien menolak operasi.
 Stadium II B sampai IIIB
 Stadium IVA yang menunjukkan respon radiasi yang baik pada evaluasi awal
(setelah mendapat radiasi 30-40 Gy/3-4 minggu ).
Radioterapi paliatif, diberikan kepada:
 Stadium IVA yang tidak memberikan respon radiasi yang baik (menghilangkan
infiltrat tumor di daerah buli-buli yang dibuktikan dengan pemeriksaan ulang
sistoskopi dan biopsi)
 Stadium IVB
 Pasien residitif dengan metastasis jauh di luar daerah radiasi pertama.
Radioterapi adjuvan pasca operasi, diberikan kepada:
 Operasi yang tidak adekuat (bukan histerektomi radikal dengan limpadenektomi).
 Pascahisterektomi radikal dengan limfadenektomi, tetapi ditemukan faktor-faktor
resiko tinggi yang meningkatkan kemungkinan rekurensi di kemudian hari.
 Residiflokal dan/atau residitif regional pasca operasi.
Efek Samping Radioterapi pada Kanker Serviks
Pemberian terapi kombinasi kemoradiasi dapat menimbulkan anemia. Selain itu, pasien juga
sering mengalami gangguan elektrolit (hipokalemia, hipomagnesemia, hipokalsemiaa). Efek
samping atau komplikasi lambat yang terjadi muncul pada 5-15 % penderita dan
berhubungan dengan dosis per fraksi, total dosis yang diberikan, dan volume yang diradiasi.
Bentuk komplikasi dapat berupa hematuria, fibrosis, kontaktur, dan fistula.

Anda mungkin juga menyukai