Anda di halaman 1dari 13

FARMAKOTERAPI INFEKSI DAN TUMOR

( STUDI KASUS DENGAN METODE SOAP )

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Rahadi Distya Arieffiatiratna P

Putu Desy Rikayanti Ni Made Nuratni

Arianti Trisna Dewi Nyoman Wartini

Fatra Wijaya Mardi Raharjo

PROGAM STUDI S1 FARMASI EKSTENSI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU

TAHUN 2020/2021
KASUS 6
Nn I berumur 40 tahun awalnya mengeluh ada benjolan dibawah ketiak dan juga ada
benjolan di payudara sebelah kiri. Tidak ada riwayat keluarga terkena kanker
payudara. Pemeriksaan menunjukkan adanya tumor di payudara. Hasil diagnosanya
adalah breast cancer stadium IIb.
Jelaskan tatalaksana terapi yang tepat pada pasien tersebut!
1. Subject:
- Mengeluh ada benjolan dibawah ketiak
- Mengeluh ada benjolan di payudara sebelah kiri
2. Object :
- Terdiagnosa adanya tumor di payudara
- Terdiagnosa kanker payudara stadium IIb
3. Assessment:
- Nn I belum mendapatkan penanganan medis, bisa saja telat mendapatkan
terapi atau penanganan medis
4. Plan:

Pada kanker payudara stadium 2B, kemungkinan kondisi yang dialami, antara
lain:

 Tumor berukuran antara 2-5 cm dan ditemukan sel kanker berukuran 0,2-2
mm di kelenjar getah bening.
 Tumor berukuran antara 2-5 cm dan sel kanker telah menyebar ke 1-3
kelenjar getah bening di ketiak atau dekat tulang dada.
 Tumor berkuran lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah
bening.

Non farmakologis:

Hal lain yang perlu di edukasi adalah supaya pasien dan keluarga tidak
mencari pengobatan alternatif yang tidak jelas manfaatnya dan malah
berpotens imemperburuk kondisi pasien. Pasien dan keluarga sebaiknya
berdiskusi terlebih dahulu dengan dokter yang merawat pasien sebelum
mencoba terapi alternatif.
Perlu disampaikan bahwa pasien sebaiknya menjaga kesehatan dengan hidup
bersih dan sehat, misalnya:
- Mengatur pola kebutuhan nutrisi
- Makan makanan bergizi,
- Tidak minum minuman ber-alkohol,
- Olahraga secara teratur bila memungkinkan.

Beberapa pilihan pengobatan kanker stadium 2 antara lain :

 Kemoterapi
Jika kanker disertai tumor berukuran besar, dokter mungkin akan
merekomendasikan kemoterapi. Selain menjadi pengobatan utama,
kemoterapi bisa dikombinasikan sebelum dan sesudah operasi. Kemoterapi
bisa berupa pil, cairan yang diminum atau disuntik ke pembuluh darah.

Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah menjadi standar lini pertama


(first line) adalah :
 CMF
Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral) (dapat diganti injeksi
cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 )
Methotrexate 50 mg / m2 IV, hari 1 & 8
5 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8

Interval 3-4 minggu, 6 siklus

 CAF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus

 CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus

Regimen Kemoterapi
 AC
Adriamicin 80 mg/m2, hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2, hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus

 TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)


Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1

Atau
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1

ACT
TC
 Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
 Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus

Pilihan kemoterapi kelompok Her2 negatif


Pilihan yang disukai
•Doxorubicin dan cyclophosphamide diikuti oleh paclitaxel
•Docetaxel dan cyclophosphamide (TC)

Berguna dalam beberapa kasus


•Doxorubicin dengan cyclophosphamide
•Siklofosfamid, metotreksat, dan fluorourasil (CMF)
•Doxorubicin dengan siklofosfamid diikuti oleh Paclitaxel

Rekomendasi lainnya
 Epirubicin dan siklofosfamid (EC)
•Docetaxel, doxorubicin, dan cyclophosphamide (TAC)

Pilihan kemoterapi Her2 positif


pilihan yang paling disukai
•Doxorubicin dan cyclophosphamide diikuti oleh paclitaxel dengan trastuzumab
•Doxorubicin dan cyclophosphamide diikuti oleh paclitaxel dengan trastuzumab
dan pertuzumab
•Paclitaxel dengan trastuzumab
•Docetaxel, carboplatin, dan trastuzumab (TCH)
 Docetaxel, carboplatin, trastuzumab, dan pertuzumab (TCHP)

Berguna dalam beberapa kasus


•Docetaxel dengan cyclophosphamide dan trastuzumab

Rekomendasi lainnya
•Doxorubicin dengan cyclophosphamide diikuti oleh docetaxel dengan
trastuzumab
•Doxorubicin dengan cyclophosphamide diikuti oleh docetaxel dengan
trastuzumab dan pertuzumab

 Lumpectomy atau mastectomy


Ada dua kemungkinan operasi. Pertama, operasi lumpectomy pada kanker
payudara stadium 3 untuk mengangkat tumor dan jaringan di sekitar tumor
payudara. Kedua, mastectomy yang akan mengangkat seluruh payudara
sekaligus bersama dengan kelenjar getah bening.

Perawatan setelah operasi disebut perawatan adjuvant. Ini didasarkan pada


stadium patologis dan histologi tumor. Setelah operasi, ahli patologi akan
memeriksa jaringan yang diangkat dan menentukan stadium patologis. Jika
kanker adalah hormon-positif (ER+ dan/atau PR+) dan HER2-, maka ahli
onkologi juga memperhitungkan jika ada kanker pada kelenjar getah bening
yang disebut node positif (node+).

 Terapi radiasi
Terapi radiasi umumnya disarankan dokter setelah dilakukan operasi kanker
payudara stadium 2 guna menghancurkan sel kanker yang tersisa. Hal ini
bertujuan agar sel kanker tidak kembali lagi. Prosedur ini kemungkinan juga
diperlukan sebelum dilakukan tindakan rekonstruksi payudara.
 Terapi hormon
Terapi ini menggunakan obat-obatan yang mengandung hormon, bertujuan
untuk membantu menghambat perkembangan tumor dan sel kanker dengan
cara menghalangi asupan hormon ke tumor maupun sel kanker. Untuk wanita
yang sudah menopause, ada pilihan untuk mengangkat ovarium sehingga
tidak lagi menghasilkan hormon yang mendukung sel kanker.
 Terapi tambahan
Beberapa jenis terapi tambahan dapat dilakukan untuk membantu mengatasi
kanker payudara stadium 3. Terapi tambahan yang dimaksud misalnya terapi
akupunktur, yoga, ataupun pemijatan.

Kesimpulan
 Pembedahan adalah pengobatan utama untuk kanker payudara invasif.
Terapi radiasi (RT) sering mengikuti operasi. Jika Anda melakukan
kemoterapi, RT diberikan setelah kemoterapi.
 Perawatan setelah operasi disebut pengobatan adjuvant. Ini didasarkan
pada tahap patologis. Selama operasi, tumor Anda diuji untuk menentukan
stadium patologis.
 Terapi sistemik adjuvant diberikan setelah operasi untuk membunuh sel
kanker yang tersisa dan untuk membantu mencegah kembalinya kanker.
 Pengobatan adjuvant didasarkan pada stadium, histologi, dan status
reseptor hormon. Histologi adalah studi tentang anatomi (struktur) sel,
jaringan, dan organ di bawah mikroskop.
 Histologi yang baik adalah yang memiliki prognosis yang baik.
 Pada kanker hormon-positif, estrogen (ER+) dan/atau progesteron reseptor
(PR+) ditemukan.
 Pada kanker payudara triple-negatif (TNBC), reseptor untuk estrogen,
progesteron, dan HER2 tidak ditemukan.
 Penting untuk tetap melakukan kunjungan dan tes lanjutan. Terus minum
semua obat sesuai resep.
Tipe mual muntah akibat kemoterapi
1) Akut
Mual dan muntah yang terjadi kurang dari 24 jam setelah kemoterapi.
Biasanya dipengaruhi oleh umur dan gender, lingkungan dimana kemoterapi
diberikan.
2) Tunda
Mual dan muntah yang terjadi lebih dari 24 jam setelah kemoterapi. Biasanya
terjadi setelah pemakaian cisplatin, karboplatin, siklofosfamid, dan atau tanpa
doksorubisin.
3) Antisipatori
Mual dan muntah yang terjadi sesaat sebelum pemberian kemoterapi
berikutnya. Biasanya dipengaruhi oleh pengalaman buruk dari kemoterapi
sebelumnya.

Terapi farmakologi dengan antiemetik


Antiemetik yang biasa digunakan dalam terapi CINV yaitu :
a) Fenotiazin, digunakan untuk mengobati mual muntah karena kemoterapi
dengan emetogenisitas ringan, misalnya : proklorperazin, klorpromazin.
b) Kortikosteroid, khususnya deksametason digunakan untuk mencegah mual
muntah karena kemoterapi dengan emetogenisitas sedang.
c) Metoklopramid, memblokade reseptor dopaminergik di CTZ.
d) Antagonis reseptor neurokinin, digunakan secara kombinasi dengan SSRI
dan kortikosteroid untuk mencegah mual muntah akut dan tunda, misalnya
: aprepitan.
e) SSRI, memblokade fase CINV akut, sehingga digunakan sebagai terapi
standar CINV, PONV, RINV, misalnya : ondansentron, granisentron,
palonosentron, dolasentron.

CINV (Chemotherapy Induced Nausea and Vomitting) = Mual dan muntah


yang dinduksi kemoterapi
CTZ (Chemoreceptors Trigger Zone) = zona pemicu kemoreseptor
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) = serotonin selektif yang
diserap kembali
PONV (Post Operative Nausea and Vomiting) = mual dan muntah pasca
operasi
RINV (Radiotherapy-induced Nausea and Vomiting) = mual dan muntah
yang diinduksi radioterapi

Jadi tata laksana untuk kanker payudara stadium IIb adalah:

 Pengobatan yang biasanya diberikan, yaitu operasi kanker payudara, baik


lumpektomi, mastektomi, maupun pengangkatan kelenjar getah bening.
Mungkin juga perlu menjalani kemoterapi kanker payudara atau terapi
hormon sebelum operasi dan terapi target (bila positif HER2).

Kasus 3
Ny. Z berumur 21 tahun memiliki berat badan 50 kg, pernah mengalami pemeriksaan
sputum dan hasilnya untuk TB paru (+). Diberikan obat anti tuberkulosis pada saat
itu. Meskipun awalnya dia mengkonsumsi OAT, namun hanya beberapa bulan saja
sehingga kondisinya saat ini memburuk disebabkan telah berhenti minum obat.
Hasil pemeriksaan sputum (+) sekarang menunjukkan tanda positif TB paru. Wanita
ini aktivitasnya sangat terganggu dengan keadaan saat ini.
Bagaimana tata laksana terapi yang tepat pada pasien tersebut!

Jawaban
Analisis SOAP
2. Subjektif
Nama : Ny. Z
Keluhan : kondisi memburuk karena berhenti minum obat

3. Objektif
Umur : 21 tahun
Berat badan : 50 kg
Hasil pemeriksaan : sputum (+) sekarang menunjukkan tanda positif TB paru

4. Assesment
Obat anti tuberculosis

5. Plan
Terapi non farmakologi
Terapi SEFT
SEFT merupakan penggabungan antara spiritualitas melalui doa, keikhlasan, dan
kepasrahan dengan energi psikologi. Teknik ini telah dibuktikan oleh berbagai
macam riset ilmiah (Zainuddin, 2012).
Teori utama yang menjadi acuan dasar dalam SEFT adalah energi psikolog.
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) bekerja dengan prinsip yang
kurang lebih sama dengan akupuntur dan akupressur. Akupuntur dan akupressur
adalah teknik terapi yang menggunakan sistem energi tubuh untuk
menyembuhkan berbagai penyakit fisik. Ketiga teknik ini berusaha merangsang
titik-titik kunci disepanjang 12 jalur energi (energi meridian) tubuh yang sangat
berpengaruh pada kesehatan kita. Terdapat penambahan unsur spiritual dalam
SEFT berupa doa kepada Tuhan. Penambahan unsur spiritual berupa doa tersebut
menghasilkan amplifying effect atau efek pelipatgandaan pada EFT.
Penerapan SEFT meningkatkan kualitas hidup penderita TB paru pada domain
kesehatan fisik, psikologis dan sosial. Namun, penerapan SEFT tidak
berpengaruh terhadap domain lingkungan pada kualitas hidup pasien TB paru.
Secara umum SEFT mampu meningkatkan kualitas hidup responden karena
mampu mengatasi pshycological reversal dan karena pengaruh dari electrical
active cells.

Terapi farmakologi
Pasien TB adalah yang hasil pemeriksaan sediaan dahaknya positif dengan cara
pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan atau tes diagnostik cepat (misalnya
GeneXpert)
TB paru adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau trakeobronkial.
Pasien yang mengalami TB paru dan ekstraparu harus diklasiikasikan sebagai
kasus TB paru.
Kasus setelah putus obat adalah pasien yang pernah menelan OAT 1 bulan atau
lebih dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2 bulan berturut turut atau
dinyatakan tidak dapat dilacak pada akhir pengobatan. (Pada revisi guideline
WHO tahun 2013 klasifikasi ini direvisi menjadi pasien dengan perjalanan
pengobatan tidak dapat dilacak (loss to follow up) yaitu pasien yang pernah
mendapatkan OAT dan dinyatakan tidak dapat dilacak pada akhir pengobatan).
Paduan OAT kategori 2 diberikan selama 8 bulan, dibagi menjadi 2 tahapan yaitu
3 bulan tahap awal dan 5 bulan tahap lanjutan.

PADUAN OAT, DOSIS DAN PERUNTUKANNYA

Kategori -1 Kategori -2

•Pasien TB paru baru BTA positif Pasien dengan riwayat pengobatan


sebelumnya
•Pasien TB paru BTA negatif, foto •Pasien kambuh
toraks gambaran proses spesifik.
•Pasien TB ekstraparu ringan dan berat •Pasien default (lalai)

•Pasien gagal pengobatan


2 RHZE/ 4RH 2 RHZES/ 1 RHZE/ 5 R3H3E3
2 RHZE/ 4 R3H3 2 RHZES/ 1 RHZE/ 5 RHE
Untuk saat ini paduan yang disediakan adalah paduan dengan dosis intermiten.
Sedangkan untuk dosis harian yaitu 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E
Dosis paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3

Berat Badan Tahap Awal tiap hari Tahap Lanjutan 3 kali


selama 56 hari RHZE seminggu selama 16
(150/75/400/275) minggu RH (150/150
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2 HRZE / 4H3R3


Tahap Lama Dosis per hari / kali Jumlah
Pengobata Pengobata hari/kal
n n i
menela
n obat
Tablet Kaplet Tablet Tablet
Isoniasi Rifampisi Pirazinami Etambuto
d @ n @ 450 d @ 500 l @ 250
300 mgr mgr mgr mgr
Awal 2 Bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48

Dosis paduan OAT KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S / (HRZE) /5(HR)3E3


Berat Badan Tahap Awal tiap hari RHZE Tahap Lanjutan 3
(150/75/400/275) + S kali seminggu RH
(150/150) +
E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT + 500 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT + 2
mg Streptomisin tab Etambutol
inj.
38-54 kg 3 tab 4KDT + 750 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT + 3
mg Streptomisin tab Etambutol
inj.
55-70 kg 4 tab 4KDT + 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4
1000 mg tab Etambutol
Streptomisin inj.
≥71 kg 5 tab 4KDT + 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5
1000mg tab Etambutol
Streptomisin inj.
Dosis paduan OAT Kombipak Kat 2: 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3
Tahap Lama Tablet Kaplet Tablet Etambutol Strept Jumlah
Pengobata Peng Isoniasi Rifam Pirazin Table Table o hari/kal
n o d @ p isin a mid t @ t @ misin i
batan 300 @ 450 @ 500 250 400 injeks menela
mgr mgr mgr mgr mgr i n obat
Tahap 2 1 1 3 3 - 0,75 56
Awal bulan gr
(dosis 1 1 1 3 3 - - 28
harian) bulan
Tahap 5 2 1 - 1 2 - 60
Lanjutan bulan
(dosis 3x
semggu)

Tatalaksana kasus mangkir pada pasien TB Sensitif


Tindakan pada pasien yang putus berobat selama kurang dari 1 bulan
• Dilakukan pelacakan pasien
• Diskusikan dengan pasien untuk mencari faktor penyebab putus berobat
• Lanjutkan pengobatan dosis yang tersisa sampai seluruh dosis pengobatan
terpenuhi
Tindakan pada pasien yang putus berobat antara 1 – 2 bulan
Tindakan pertama Tindakan kedua
• Lacak pasien Apabila hasilnya Lanjutkan pengobatan dosis yang
• Diskusikan BTA negatif atau tersisa sampai seluruh dosis pengobatan
dengan pasien pada awal terpenuhi
untuk mencari pengobatan adalah
faktor penyebab pasien TB ekstra
putus berobat paru
• Periksa dahak Apabila salah satu Total dosis Lanjutkan
SPS dan atau lebih hasilnya pengobatan pengobatan dosis
melanjutkan BTA positif sebelumnya ≤ 5 yang tersisa
pengobatan bulan sampai seluruh
sementara dosis pengobatan
menunggu terpenuhi
hasilnya Total dosis • Kategori 1 :
pengobatan 3.Lakukan
sebelumnya ≥ 5 pemeriksaan tes
bulan cepat
4. Berikan
Kategori 2 mulai
dari awal
• Kategori 2 :
Lakukan
pemeriksaan tes
cepat atau dirujuk
ke RS Pusat
Rujukan TB MDR
Tindakan pada pasien yang putus berobat 2 bulan atau lebih (Loss to follow-
up)
• Lacak pasien Apabila hasilnya Keputusan pengobatan selanjutnya
• Diskusikan BTA negatif atau ditetapkan oleh dokter tergantung pada
dengan pasien pada awal kondisi klinis pasien, apabila:
untuk mencari pengobatan adalah 3. sudah ada perbaikan nyata: hentikan
faktor penyebab pasien TB ekstra pengobatan dan pasien tetap
putus berobat paru diobservasi. Apabila kemudian terjadi
• Periksa dahak perburukan kondisi klinis, pasien
SPS dan atau tes diminta untuk periksa kembali
cepat atau
•Hentikan 4. belum ada perbaikan nyata: lanjutkan
pengobatan pengobatan dosis yang tersisa sampai
sementara seluruh dosis pengobatan terpenuhi
menunggu Apabila salah satu Kategori 1
hasilnya atau lebih hasilnya Dosis pengobatan Berikan
BTA positif dan sebelumnya < 1 pengobatan Kat. 1
tidak ada bukti bln mulai dari awal
resistensi Dosis pengobatan Berikan
sebelumnya > 1 pengobatan Kat. 2
bln mulai dari awal
Kategori 2
Dosis pengobatan Berikan
sebelumnya < 1 pengobatan Kat. 2
bln mulai dari awal
Dosis pengobatan Dirujuk ke
sebelumnya > 1 layanan
bln spesialistik untuk
pemeriksaan lebih
lanjut
Apabila salah satu Kategori 1 maupun Kategori 2
atau lebih hasilnya Dirujuk ke RS pusat rujukan TB MDR
BTA positif dan
ada bukti
resistensi

Rekomendasi pengobatan untuk Ny. Z


OAT KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S / (HRZE) /5(HR)3E3
Tahap awal
3 tab 4KDT + 750 mg Streptomisin inj. (Selama 56 hari)
3 tab 4KDT (selama 28 hari)
Tahap lanjutan
3 tab 2KDT + 3 tab Etambutol (selama 20 minggu)
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.alodokter.com/rangkaian-pengobatan-kanker-payudara-stadium-3,
2018, Rangkaian Pengobatan Kanker Payudara Stadium 3

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Panduan Penatalaksanaan Kanker


Payudara

3. Kementerian Kesehatan RI, 2013, Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata


Laksana Tuberkulosis

4. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian


Penyakit, 2017, Pengobatan Pasien Tuberkulosis
5. Dr. dr Erlina Burhan MSc. Sp.P (K), Department of Pulmonology and
Respiratory Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia /
Persahabatan Hospital, Diagnosis dan tatalaksana tuberkulosis

6. https://www.nccn.org/patients/guidelines/content/PDF/breast-invasive-patient.pdf,
2020, Breast Cancer Invasive

7. Kusnanto, http://repository.unair.ac.id/91714/2/Spiritual Emotional Freedom


Technique SEFT terhadap Kualitas Hidup Penderita Tuberkulosis Paru.pdf, 2019,
Spiritual Emotional FreedomTechnique (SEFT) terhadapKualitas Hidup
PenderitaTuberkulosis Paru

8. http://eprints.ums.ac.id/7742/2/K100050088.pdf, 2008, Evaluasi Penggunaan


Antiemetik Dalam Penatalaksanaan Mual Muntah Karena Kemoterapi Pada
Pasien Kanker Payudara Di Rsud Dr Moewardi Surakarta Tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai