Anda di halaman 1dari 7

Bioscience

Volume 2 Number 1, 2018, pp. .. BIOSCIENCE


ISSN: Print 1412-9760 – Online 2541-5948 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/bioscience
DOI:

Chromosome Analysis Of Freshwater Fish To Produce Quality Fish


Culture

Avisha Putri Sundapa 1*, Abdul Razak 2, Ramadhan Sumarmin 3

Universitas Negeri Padang, Padang1*


Universitas Negeri Padang, Padang2
Universitas Negeri Padang, Padang3

Email avishamei99@gmail.com

Abstract. Fish that come from different locations have different characters because of their
existence the influence of the interaction between genetics and the environment. Freshwater
fish are fish that spend part or all of their life in fresh water, such as rivers and lakes, with a
salinity of less than 0.05%.In an attempt To get information about this, this research will
focus on discussing the disclosure of chromosome diversity in terms of number, shape, and
karyotype. The results of the chromosome analysis of goldfish (Cyprinus carpio L) showed
the number of chromosomes was 2N = 100, then the chromosomes in Rainbow Fish
(Xlelanotaenia lucustris) were 46 and tilapia (Oreochromis niloticus) had chromosomes with
the number of 44 pairs (2n = 44) after that the number of snakehead fish (Channa Striata)
chromosomes was between 36-42. Gurami fish (Osphronemus gouramy) chromosomes total
48 chromosomes.
Katakunci: Idenification, Chromosomes, Freshwater Fish

This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2017 by author.

1. PENDAHULUAN
Keanekaragaman spesies ikan menjadi bukti bahwa terjadinya adaptasi terhadap
ekologi serta gambaran terdapatnya evolusi spesies oleh lingkungan. Adanya evolusi
spesies pada ikan akan meningkatkan laju lahirnya spesies baru sehingga spesies ikan
bertambah variasinya, sehingga menambah keanekaragaman jenis pada spesies ikan
(Syafei, 2017). Selain adanya evolusi spesies yang dapat menyebabkan
keanekaragaman jenis ikan lingkungan juga mempunyai peranan dalam mempengaruhi
karakter spesies ikan.
Proses perubahan kromosom dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan (fisika
dan kimia) sehingga proses pembelahan sel meiosis dan mitosis akan terganggu bahkan
tidak berjalan dengan semestinya sehingga mengakibatkan adanya perubahan
komposisi gen dari satu kromosom dibandingkan dengan induknya (Saputra, 2014) .

1
Genetik dan lingkungan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
terbentuknya fenotip. Fenotip adalah sifat yang tampak dari luar dan dapat diamati
morfologi, fisiologi dan tingkah lakunya.Fenotip merupakan hasil interaksi antara
lingkungan dengan faktor genotip (Fauziah dkk, 2020). Ikan air tawar merupakan ikan
yang hidup didalam perairan tawar dengan salinity 0.05%. Ikan air tawar memiliki
berbagai variasi seperti ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan gurami (Osphronemus
gouramy), ikan mas (Cyprinus carpio L), ikan pelangi (Xlelanotaenia lucustris).
Ikan mas merupakan jenis ikan air tawar yang banyak di konsumsi dan memiliki
nilai produksi yang tinggi. Ikan mas memiliki beberapa keunggulan yaitu memiliki laju
pertumbuhan yang cepat, tingkat kelangsungan hidup tinggi serta fekunditas jumlah telur
yang menetas tergolonmg tinggi (Purwaningsih, 2013). Oleh karena itu, dengan adanya
ciri morfologi tersebut artikel ini akan menjelaskan tentang kromosom atau genetik pada
ikan air tawar dengan menggunakan metode yang berbeda-beda.
Selain ikan mas, ikan pelangi (Xlelanotaenia lucustris) merupakan salah satu
ikan air tawar yang hidup di danau. Keindahan warna dan bentuk tubuhnya
menyebabkan ikan tersebut (terutama individu jantan) sangat digemari sebagai ikan hias
sehingga memiliki nilai ekonomis. Kondisi demikian menyebabkan ekploitasi
terhadapnya berlangsung terus menerus yang dikhawatirkan akan mengancam
kelestariannya pada habitat alaminya. Untuk menjaga populasinya maka dibutuhkan
budidaya yang baik. salah satu faktor yang mempengaruhi usaha budidaya adalah
tersedianya informasi biologis atau genetic seperti kromosom. Salah satu cara untuk
mengetahui sifat genetic suatu spesies yaitu dengan analisis kromosom. Penggunaan
metode langsung dengan larva karena merupakan salah satu metode relative umum
diterapkan untuk menganalisis kromosom ikan pelangi.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan introduksi yang
sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat. Perkembangan budi daya nila yang pesat
disertai kegiatan pembenihan yang tidak terkontrol mengakibatkan kualitas genetik nila
mengalami penurunan yang ditandai dengan sifat-sifat seperti pertumbuhan lambat,
tingkat kematian tinggi, dan matang kelamin usia dini (Arifin, 2007). Dalam melakukan
program perbaikan genetik, salah satu hal mendasar yang harus terlebih dahulu
diketahui adalah tingkat keragaman dan potensi keragaman genetik. Pada artikel ini
akan menjelaskan proses pengukuran keragaman genetik ikan berdasarkan karakter
fenotif dengan metode statistik deskriptif yang bertujuan untuk mempresentasikan
sebagian besar informasi yang terdapat dalam suatu matriks.
Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan dari famili Channidae yang bernilai
ekonomis tinggi. Spesies ikan gabus banyak ditemukan pada rawa-rawa yang
masingnya memiliki karakter tersendiri. Keragaman suatu spesies dapat dilihat dari

2
fenotipe yaitu dengan melihat morfologinya dan genotipe dilihat dengan cara melihat
kromosomnya. Pada artikel ini akan menjelaskan cara mengetahui kromosom ikan
gabus dengan metode pengukuran langsung.
Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) merupakan sumber daya perairan darat
Indonesia yang sudah diandalkan sebagai komoditas bernilai tinggi. Permasalahan yang
dihadapi dalam membudidayakan ikan Gurami yaitu pertumbuhan yang cukup lambat
dan ketahanan hidup yang rendah (Tanjung dkk, 2013). Agar menghasilkan ikan gurami
yang berkualitas dilakukannya Studi sitogenetika pada ikan berguna untuk memberikan
informasi mengenai evolusi dan taksonomi, selain untuk keperluan perbaikan genetik
stok ikan komersial (Ojima, 1892). Metode yang dipakai untuk mendapatkan karyotipe
ikan Gurami yaitu gabungan metode Denton (Alvarez, 1991) dan metode Arcement and
Rachlin (Mayr, 1963) yang sedikit dimodifikasi.
Keanekaragaman ikan air tawar diatas dapat diketahui dengan melihat fenotipe
pada kromosom ikan air tawar. Dengan melihat kromosom pada ikan air tawar dapat
membantu menghasilkan budidaya ikan yang baik sehingga dapat meningkatkan laju
keanekaragaman spesies ikan air tawar.
2. BAHAN DAN METODE ANALISIS KROMOSOM PADA IKAN
2.1 Analisis Kromosom Pada Ikan Mas(Cyprinus Carpio L.)
Analisis kromosom ikan mas (Cyprinus carpio L.) dilakukan pada Balai Benih
Ikan (BBI) Punten Batu Malang dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusaan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang. Materi
penelitian meliputi bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi
ikan mas Strain Punten (Parent, F1 dan F2 gynogenetik) masing-masing 3 ekor dan
semua bahan-bahan untuk analisa kromosom.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Data
yang diperoleh dianalisa secara deskriptif yang disusun dalam bentuk Tabel dan
Gambar berupa foto-foto. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah analisa
jumlah kromosom dengan teknik preparasi kromosom yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah dengan teknik kultur sel darah putih (leukocyte).
Pada penelitian ini didapatkan hasil analisa kromosom menunjukkan jumlah yang
2N = 100. Analisa kromosom ditunjukkan dengan foto yang menyatakan bahwa ikan
yang digunakan adalah betina (ikan gynogenetik) dan juga mempunyai jumlah 2N = 100.
Hal ini sejalan dengan pendapat Ville and Dethier (1971) dan Yatim (1986) bahwa setiap
spesies mempunyai jumlah kromosom yang sama dan tertentu. Dengan kata lain setiap
anggota dari suatu spesies mempunyai jumlah kromosom yang sama.
2.2 Analisis Kromosom Ikan Pelangi (Xlelanotaenia Lucustris)

3
Analisis kromosom ikan pelangi (Xlelanotaenia lucustris) dilakukan di
Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika lkan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan - Institut Pertanian Bogor. Pembuatan preparat kromosom dilakukan dengan
metode jaringan padat. Larva ikan yang digunakan merupakan hasil tetasan
laboratorium Produktivitas Perairan Darat Pusat Penel itian Limnologi - LIPI.
Sejumlah larva ikan berumur 10 - 30 hari direndam dalam larutan kolkisin lalu
Larva dibiarkan berenang selarna 7,5 - 9,0 jam. Larva kemudian dimatikan dan
dimasukkan dalam larutan hipotonik 0,075M KCI selama 90 - 100 rnenit. Larva
kemudian difiksasi dengan larutan Carnoy selama 2x30 menit. Larva yang telah difiksasi
dikeringkan dengan kain kasa atau kertas tisu kemudian ditempatkan dalam kaca objek
cekung dan ditetesi 3 - 5 tetes asam asetat 50%. Larva diaduk dengan scalpel sampai
terbentuk suspensi. Preparat diwarnai menggunakan Giemsa yang dilarutkan dalam Pho
selama 30 - 60 menit kemudian dicuci dengan air mengalir lalu dikeringanginkan.
Hasilnya diamati di bawah mikroskop pada perbesaran 400 - 1000 kali.
Maka didapatkannya Ikan pelangi memiliki kromosom diploid sebanyak 46,
dengan karyotipenya menunjukkan 46 kromosom yang terdiri atas 9 pasang berbentuk
submetasentrik, lalu 3 pasang subtelosentrik dan 10 pasang telosentrik sehingga dari
hasil tersebut diduga bahwa M. lacustris memiliki kromosom seks. Hal ini sejalan dengan
pendapat said (2001) bahwa jumlah kromosom 2n:48 pada ikan pelangi G. incisus, M.
maccullochi.
2.3 Analisis Kromosom Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Analisis kromosom ikan nila (Oreochromis niloticus) menggunakan metode
penelitian adalah deskriptif yang dibuat dengan mendeskripsikan tentang gambaran
kromosom ikan nila (Oreochromis niloticus). Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain benih ikan nila ukuran 3-5 cm, kolkisin (C22H25NO6), KCL,
etanol (C2H5OH), asam asetat glacial (CH3COOH), giemsa, akuades, oil emersi.
Prosedur yang pertama dalam penelitian ini adalah menggunakan 5 ekor benih
ikan nila dilakukan perendaman dengan kolkisin 0,007% selama 6-7 jam pada akuarium.
Insang yang sudah diambil selanjutnya direndam dalam larutan hipotonik (KCl 0,075 M)
selama 60 menit, kemudian dilanjutkan dengan perendaman ke dalam larutan fiksatif
(larutan Carnoy) selama 60 menit . Insang yang telah difiksasi dikeringkan dengan
kertas tisu lalu object glass direndam dalam larutan alkohol 70% selama lebih kurang 2
jam dahulu sebelum digunakan. Jaringan insang kemudian diletakkan di object glass
cekung dan ditambahkan 3-4 asam asetat 50%, preparat diwarnai dengan larutan
giemsa 20%.Preparat yang telah kering dilakukan pengamatan di bawah mikroskop
dengan perbesaran 100, 400 dan 1000 kali dengan menggunakan oil emersi untuk
dihitung jumlah kromosom serta diamati bentuk dan ukurannya.

4
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran kromosom didapatkan hasil
bahwa terdapat jumlah kromosom ikan nila adalah 44 pasang (2n=44). Bentuk dan
susunan kromosom (karyotipe) ikan nila adalah 4 pasang sub metasentrik, 9 pasang sub
telosentrik dan 9 pasang telosentrik (4SM-9ST-9T).
2.4 Analisis Kromosom Ikan Gabus (Channa Striata)
Analisis kromosom ikan gabus (Channa Striata) dilakukan dengan menggunakan
metode observasi langsung, ikan gabus yang digunakan diambil dari rawa dataran
rendah dan rawa dataran tinggi. Bahan yang digunakan pada penelitian adalah ikan
gabus ukuran 200- 500 g sebanyak 3 ekor untuk masing–masing habitat, benih ikan nila,
larutan stabilizer, larutan hipotonik, larutan fiksatif, asam asetat, entelan, akuadest,
larutan giemsa, alkohol, kalium klorida (KCl), etanol, minyak emersi dan kolkisin.
Sebelum dilakukan penelitian, Pembuatan preparat kromosom dilakukan dengan
metode squashm. Ikan gabus di dimatikan dengan cara menusukkan jarum ke bagian
hipotalamus, selanjutnya ikan dibedah dipotong kecil-kecil lalu dimasukkan ke dalam
tabung mikrotube yang selanjutnya direndam dalam larutan hipotonik (KCl 0,075 M)
selama 60 menit. Jaringan yang telah difiksasi letakkan pada objek gelas direndam di
dalam alkohol 70% selama 2 jam. Kemudian jaringan diletakkan di atas objek gelas
serta ditambahkan 3-4 tetes asam asetat 50%. Selanjutnya digerak-gerakkan secara
perlahan menggunakan tusuk gigi atau ujung pisau bedah agar sel lepas dari jaringan
pengikatnya (Siagian, 2006).
Berdasarkan analisis kromosom pada penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah
kromosom diploid (2n) ikan gabus dari rawa dataran rendah sebanyak berkisar 40-42,
rawa dataran tinggi berkisar 36-40 serta rawa pasang surut berkisar 38-40 sehingga
disimpulkan bahwa jumlah kromosom ikan gabus antara 36-42.
2.5 Analisis Kromosom Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy)
Analisis kromosom Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) metode yang dipakai
untuk mendapatkan karyotipe ikan Gurami yaitu gabungan metode Denton dan metode
Arcement and Rachlin yang sedikit dimodifikasi. Metode ini menggunakan larva sebagai
sumber sel-sel metafase dan dipilih menggantikan metode kultur darah karena lebih
sederhana dengan tetap memberikan hasil yang bagus.
Sebelum dilakukan penelitian membuat preparat dengan cara, melakukan
meletakkan Larva yang telah difiksasi ditempatkan dalam wadah cembung dan
ditambahkan asam asetat 50%. Larva dihancurkan sampai terbentuk suspensi. Suspensi
sel dicuci sebanyak 5-10 kali dalam larutan fiksatif yang baru. Setelah pencucian
terakhir, supernatan dibuang. Sel-sel diaduk perlahan-lahan dan flask dibiarkan selama
10- 20 menit supaya debris sel yang besar mengendap. Sebanyak 100-200 µL suspensi

5
sel teratas dipindahkan ke dalam tabung mikrosentrifugasi yang baru dan digunakan
untuk membuat preparat kromosom.
Analisis sitogenetikyan didapatkan pada penelitian ini adalah semua jenis larva
memperlihatkan bahwa bentuk kromosom ikan Gurami adalah akrosentrik dan berjumlah
48 kromosom. Semua jenis larva yang diamati merupakan spesies Osphronemus
gouramy, sehingga induk dan pejantannya bisa dikawinsilangkan. Larva hitam Masril
yang memiliki 25% sel dengan 46 kromosom mungkin disebabkan adanya polimorfisme
atau kesalahan teknis dalam pengerjaan preparat.

3. KESIMPULAN
Hasil analisis kromosom ikan mas (Cyprinus carpio L.) menunjukkan jumlah yang
2N = 100. Sedangkan pada Ikan pelangi memiliki kromosom diploid sebanyak 46,
dengan karyotipenya menunjukkan 46 kromosom yang terdiri atas 9 pasang berbentuk
submetasentrik, lalu 3 pasang subtelosentrik dan 10 pasang telosentrik sehingga dari
hasil tersebut diduga bahwa memiliki kromosom seks. Pada ikan nila kromosom
didapatkan hasil dengan jumlah 44 pasang (2n=44) dengan bentuk dan susunan
kromosom (karyotipe) ikan nila adalah 4 pasang sub metasentrik, 9 pasang sub
telosentrik dan 9 pasang telosentrik (4SM-9ST-9T). Kromosom ikan gabus dari rawa
dataran rendah dengan jumlah sebanyak berkisar 40-42, rawa dataran tinggi berkisar
36-40 serta rawa pasang surut berkisar 38-40 sehingga disimpulkan bahwa jumlah
kromosom ikan gabus antara 36-42. Sedangkan bentuk kromosom ikan Gurami adalah
akrosentrik dan berjumlah 48 kromosom.

4. PUSTAKA
Alvarez, M.C., Otis, J., Amores, A., Guise, K. 1991. Short-term culture technique for
obtaining chromosomes in marine and freshwater fish. Journal of Fish Biology.
39, 817–824.

Arifin, O. Z., & Kurniasih, T. (2007). Karakterisasi Morfologi Keturunan Pertama Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Get Dan Gift Berdasarkanmetode Truss
Morphometrics. Akuakultur, 2(3).

Fauziah, S., Sulmartiwi, L., & Widjiati. (2020). Identifikasi Kromosom Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Strain Merah Jatimbulan. Journal of Marine and
Coastal Science, 9(2).

Mayr, E. 1963. Animal Species and Evolution. Harvard University Press, Cambridge,
Mass. 797 p.

Ojima, Y. 1982. Methods in fish cytogenetics. Nucleus 25 (1/2), 1–7.

6
Pudjirahaju, A., Rustidja, & Sumitro, S. (2008). Penelusuran Genotipe Ikan Mas
(Cyprinus Carpio L) Strain Punten Gynogenetik. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia, 1(13-19).

Purwaningsih.(2013).Identifikasi Ektoparasit Protozoa Pada Benih Ikan Emas di Unit


Kerja Budidaya Ikan Air Tawar Cangkringan Sleman
DIY.Skripsi.Yogyakarta:Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga.

Said, D., Carman, O., Hidayat, & Abinawanto. (2003). Studi Kromosom Ikan Pelangi
(Xlelanotaenia Lucustris). Jurnal Iktiologi Indonesia, 3(2).

Saputra, W. A., Muslim, & Sasanti, A. D. (2014). Perbedaan Jumlah Kromosom Ikan
Gabus (Channa Striata)Dari Rawa Dataran Rendah, Dataran Tinggi Dan
Pasang Surut. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1).

Syafei, L. (2017). Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Ikan Air Tawar. Jurnal
Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Indonesia, 11(1).

Tanjung, L., Sadi, N., & Djamhuriyah. (2013). Analisis Sitogenetik Berbagai Strain Ikan
Gurami Menunjukkan Kesamaan Spesies Sebagai Osphronemus Gouramy.
Kementerian Riset Dan Teknologi, 1(1).

Ville, C. and V. G. Dethier. 1971. Biological Principles and Process. W.B. Sounders.
Philadelphia. p. 217 - 219.

Anda mungkin juga menyukai