Anda di halaman 1dari 7

Tugas Etika Keperawatan

Yang dibina oleh ibu Sumirah Budi Pertami, S.Kep. Ns. M.Kep.

Oleh
Nina Fitri Arima Sari (P17220191011)
Tingkat 1-A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D-III KEPERAWATAN LAWANG
Maret 2020
RESUME UNDANG UNDANG KEPERAWATAN

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan


disahkan oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 17 Oktober
2014 dan UU Keperawatan mulai diberlakukan setelah diundangkan oleh Menkumham
Amir Syamsudin di Jakarta dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 307 dan Penjelasan Atas UU 38 tahun 2014 tentang Keperawatan dalam
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612 pada tanggal 17 Oktober
2019
 Undang-Undang Keperawatan terdiri dari 13 bab dan 66 pasal, yaitu :
Bab I terdiri dari 3 pasal (pasal 1-3) yang berisi tentang ketentuan umum
 Pasal 1 ayat (1-22)  Ketentuan umum = keperawatan, perawat,
pelayanan keperawatan, askep, uji kompetensi, sertifikat kompetensi,
sertifikat profesi, registrasi, STR, SIPP, fasilitas pelayanan kesehatan,
perawat WNA, klien, orgnisasi profesi perawat, kolegium keperawatan,
konsil keperawatan, institusi pendidikan, wahana pendidikan keperawatan,
pemerintah pusat, pemerintah daerah, menteri (menkes).
 Pasal 2 (a-g)  7 azas praktik keperawatan = perikemanusiaan, nilai
ilmiah, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, pelindungan, dan
kesehatan dan keselamatan Klien.
 Pasal 3 (a-d)  Tujuan pengaturan keperawatan = meningkatkan mutu
Perawat; meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan; memberikan
pelindungan dan kepastian hokum kepada Perawat dan Klien; dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Bab II terdiri dari 1 pasal (pasal 4) yang berisi tentang jenis perawat
 Perawat profesi  Ners, Ners spesialis
 Perawat vokasi
o Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis Perawat sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Bab III terdiri dari 12 pasal (pasal 5-16) yang berisi tentang pendidikan
tinggi keperawatan
Vokasi  D3 (diploma) keperawatan
Akademik  sarjana, magister, doctor
Profesi  ners, ners spesialis
Institusi harus punya wahana pendidikan (faskes milik sendiri/ kerjasama)
RS/klinik pratama, jejaring/komunitas diwilayah binaanya
(diatur oleh peraturan menteri rispeti dan kemenkes) dan berkoordinasi
dengan organisasi profesi perawat
o Pasal 12  kuota nasional penerimaan mahasiswa diatur dengan Peraturan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan setelah berkoordinasi dengan Menteri.
o Pasal 16  Mahasiswa Keperawatan pada akhir masa pendidikan vokasi
dan profesi harus mengikuti Uji Kompetensi secara nasional dan apabila
sudah lulus maka diberi Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan oleh
perguruan tinggi dan tata cara pelaksanaan Uji Kompetensi diatur dengan
Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan.
Bab IV terdiri dari 11 pasal (pasal 17-27) yang berisi tentang registrasi, izin
praktek, & registrasi ulang
 Pasal 17  Konsil Keperawatan bertugas melakukan pembinaan
dan pengawasan mutu Perawat sesuai dengan kewenangan masing-
masing.
 Pasal 18 Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib
memiliki STR dan STR sendiri diterbitkan oleh konsil keperawatan
 Pasal 19-20  Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib
memiliki izin, Izin yang dimaksud dalam bentuk SIPP
 Pasal 21  Perawat yang menjalankan praktik mandiri harusmmemasang
papan nama Praktik Keperawatan.
 Pasal 22  SIPP tidak berlaku apabila dicabut berdasarkan ketentuan
Perundang-undangan, habis masa berlakunya, atas permintaan Perawat,
Perawat meninggal dunia.
 Pasal 23  izin diatur Menkes
 Pasal 24-27  Perawat WNA dan WNI lulusan luar negeri yang akan
menjalankan praktik di Indonesia harus mengikuti evaluasi kompetensi,
yang sudah mengikuti proses evaluasi kompetensi dan yang akan
melakukan praktik di Indonesia harus memiliki STR Sementara dan SIPP.
Mengenai pendayagunaan dan praktik Perawat Warga Negara Asing diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Bab V terdiri dari 8 pasal (pasal 28-35) yang berisi tentang praktik
keperawatan
o Praktek mandiri atau faskes
o Praktek harus berdasarkan kode etik, standar pelayanan,
standar profesi, SPO
o Praktek sesuai kebutuhan wilayah
o Kebutuhan wilayah ditetapkan peraturan menkes
o Tugas : memberikan askep, penyuluh, pengelola,
peneliti,pelaksana tugas pelimpahan wewenang, tugas
terbatas
o Dalam pemberian obat sesuai resep dokter, atau obat bebas,
dan obat bebas terbatas
o Dalam memberikan askep boleh memberikan keperawatan
o Komplementer dan alternative
Bab VI terdiri dari 5 pasal (pasal 36-40) yang berisi tentang hak dan
kewajiban
Hak perawat :
- memperoleh pelindungan hukum
sepanjangm melaksanakan tugas
- memperoleh informasi yang
benar, jelas, dan jujur dari Klien
dan/alau keluarganya.
- menerima imbalan jasa atas
Pelayanan Keperawatan yang
telah diberikan
- menolak keinginan Klien atau
pihak lain yang bertentangan
dengan kode etik dan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan
- memperoleh fasilitas kerja sesuai
dengan standar.
Kewajiban perawat :
- Melengkapi sarana dan prasarana
Pelayanan Keperawatan
- Memberikan pelayanan keperawatan
sesuai kode etik dan peraturan
perundang-undangan
- Merujuk klien
- Mendokumentasikan asuhan
keperawatan
- memberikan informasi yang lengkap,
jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti
- melaksanakan tindakan pelimpahan
wewenang dari
- tenaga kesehatan lain yang sesuai
dengan kompetensi Perawat
- melaksanakan penugasan khusus yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
Bab VII terdiri dari 3 pasal (pasal 41-43) yang berisi tentang organisasi
perawat
Pasal 41  Organisasi Profesi Perawat dibentuk
sebagai satu wadah yang menghimpun Perawat
secara nasional dan berbadan hukum yang memiliki
tujuan untuk meningkatkan, mempersatukan dan
memberdayakan Perawat dalam rangka menunjang
pembangunan kesehatan.
Pasal 42  Organisasi Profesi Perawat berfungsi
sebagai pemersatu, pembina, pengembang, dan
pengawas Keperawatan di Indonesia.
Pasal 43  Organisasi Profesi Perawat berlokasi di
ibukota negara Republik Indonesia dan dapat
membentuk perwakilan di daerah.
Bab VIII terdiri dari 3 pasal (pasal 44-46) yang berisi tentang kolegium
 Badan otonom didalam PPNI
 Kolegium bertanggung jawab ke PPNI
 Kolegium berfungsi mengembangkan disiplin ilmu
keperawatan dan membuat standar pendidikan tinggi
perawat profesi
Bab IX terdiri dari 6 pasal (pasal 47-52) yang berisi tentang konsil
keperawatan
 Untuk meningkatkan mutu Praktik Keperawatan
dan untuk memberikan pelindungan serta kepastian
hukum kepada Perawal dan masyarakat, dibentuk
Konsil Keperawatan.
 Konsil Keperawatan mempunyai fungsi pengaturan,
penetapan dan pembinaan Perawat dalam
menjalankan Praktik Keperawatan
Bab X terdiri dari 5 pasal (pasal 53-57)yang berisi tentang
pengembangan,pembinaan, & pengawasan
 Pasal 53  Pengembangan Praktik Keperawatan dilakukan
melalui pendidikan formal dan pendidikan nonformal atau
pendidikan berkelanjutan yamg bertujuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan keprofesionalan
Perawat.
 Pasal 54  Pendidikan Keperawatan dibina oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pendidikan dan berkoordinasi dengan
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerinlahan
di bidang kesehatan.
 Pasal 55-56  Pemerintah, Pemerintah Daerah, Konsil
Keperaq'atan, dan Organisasi Profesi membina dan
mengau,asi Praktik Keperawatan sesuai dengan fungsi dan
tugas masing-masing yaitu mrningkatkan, melindungi,
memberikan kepastian hukum bagi Perawat dan
masyarakat.
 Pasal 57  Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan
dan pengawasan Praktik Keperawatan yang dilakr,rkan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Konsil Keperawatan,
dan Organisasi Profesi
Bab XI terdiri dari 1 pasal (pasal 58) yang berisi tentang sanksi administrasi
Melanggar pasal, 18 ayat 1 (STR), 21 (tdk pakai papan nama),
pasal 24 ayat (1) (Perawat Warga Negara Asing yang akan
menjalankan praktik di Indonesia harus mengikuti evaluasi
kompetensi), 27 ayat (1) (perawat lulusan luar negeri) dikenai
sanksi administrasi berupa :
- Teguran tertulis dan tidak tertulis
- Denda administrati dan pencabutan izin.
- Sanksi diatur oleh Peraturan pemerintah
Bab XII terdiri dari 3 pasal (pasal 59-61) yang berisi tentang ketentuan
peralihan
o Pasal 59  STR dan SIPP yang telah dimiliki oleh Perawat sebelum
Undang-Undang ini diundangkan dinyatakan tetap berlaku sampai jangka
waktu STR dan SIPP bcrakhir.
o Pasal 60  Selama Konsil Keperawatan belum terbentuk, permohonan
untuk memperoleh STR yang masih dalam proses diselesaikan dengan
prosedur yang berlaku sebelum Undang-Undang ini diundangkan.
o Pasal 61  Perawat lulusan sekolah perawat kesehatan yang telah
melakukan Praktik Keperawatan sebelum Undang- Undang ini
diundangkan masih diberikan kewenangan melakukan Praktik
Keperawatan untuk jangka waktu 6 (enam) tahun
Bab XIII terdiri dari 5 pasal (pasal 62-66) yang berisi tentang ketentuan
penutup
 Pasal 62  Institusi pendidikan harus menyesuaikan (pasal 9) selama 3
tahun.
 Pasal 63  konsil keperawatan dibentuk dalam 2 tahun.
 Pasal 64  Peraturan Perundang-undangan yang mengatur mengenai
Keperawatan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
atau belum diganti berdasarkan Undang-Undang ini.Semua UU yg lama
masih berlaku asal tdk bertentangan dg UU ini (permenkes tdk berlaku)
Peraturan pelaksanaan UU keperawatan harus ada dalam 2 tahun
 Pasal 65  Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus
ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
 Pasal 66  Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggan Diundangkan

Karena adanya peraturan perundang undangan tentang keperawatan, maka perawat


mendapat perlindungan khusunya dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap klien dan
melakukan tindakan saat tidak ada tenaga medis lainya ditempat klien membutuhkan suatu
tindakan yang darurat tentang keadaanya yang membutuhkan pertolongan dengan cepat maka
kita sebagai seorang perawat akan segera memberi tindakan atau penangan kepada klien dengan
memperhatikan kompetensi perawat untuk menjaga keselamatan klien

Anda mungkin juga menyukai