Studi ini meneliti prevalensi dan spektrum penyakit kulit pada tentara,
yang mana sudah menjadi perhatian kesehatan penting bagi personil militer
sepanjang sejarah, terutama saat aktif tempur. Selama perang dunia II pasifik dan
perang di Vietnam para militer telah mencari perhatian medis dermatologis.
Beberapa faktor yang memicu penyakit kuliat aalag iklam, efek pakaian
pelindung, kondisi sesak nafas dan tekanan lingkungan. Dalam jurnal ini
menjelaskan perbedaan penelitian ini dengan studi penelitian oleh Selvaag.
Namun juga terdapat persamaan hasil penyakit kulit yang sering muncul seperti
eksim, jerawat, Infeksi jamur superfisial, nevi, kalus, dan penyakit bakteri.
Penyakit kulit yang paling umum adalah infeksi jamur superfisial (51,5%) dalam
penelitian ini.
Adapun secara seksual penyakit kulit menular tidak bisa terdeteksi karena
kurangnya pemeriksaan dan konfirmasi leih lanjut dalam studi observasional pada
penelitian ini. Sedangkan pada tentara Turki frekuensi penyakit menular seksual
dilaporkan menjadi 6,5%. Kudis adalah yang penyakit paling umum ditularkan
secara seksual dalam penelitian. Dalam penelitian ini mengemukakan bahwa suhu
dam iklimpun memengaruhi penyakit kulit pada tentara Turki seperti kombinasi
panas yang ekstrim dan saraf ketegangan yang mungkin penyebab besar kasus
penyakit kulit pada tentara Turki dalam penelitian ini. Faktor predisposisi untuk
intertrigo termasuk pakaian dalam, Pakaian nonabsorben, berkeringat karena
berlebihan dalam pakaian atau selimut, dan kurangnya kebersihan yang layak juga
faktor pendukung lainnya.