Anda di halaman 1dari 3

Judul Skin Diseases in Turkish Soldiers

Jurnal Dermatology Sinica


Doi doi:10.1016/j.dsi.2011.05.001
Tahun June 2010
Penulis Sezai Sasmaz dan Mustafa Celik
Halaman 44-46
Reviewer Ninda Alza Nur Zahrah
NIM 17107010078

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penyakit kulit di


kalangan tentara yang ditugaskan bertugas di Kahramanmaras, sebuah provinsi di
wilayah Mediterania timur Turki. 188 tentara dinilai untuk penyakit kulit dengan
pemeriksaan dermatologis lengkap dan temuannya dicatat ke formulir. Terlepas
dari jumlah yang rendah yang lebih tua, tentara tersebut berumur 20e22 tahun. Itu
Diagnosis infeksi jamur superfisial dilakukan dengan menggunakan sediaan
kalium hidroksida di Selain tampilan klinis. Di antara tentara yang menderita dari
penyakit kulit, eksim dyshidrotic (18,6%), intertrigo (tidak termasuk intertrigo
candidal) (17%), jerawat (17%), dermatitis seboroik (14,9%), plantar
hyperkeratosis (14,3%), dermatitis kontak (13,8%), dan Folikulitis (12,2%) adalah
dermatosis yang paling sering terjadi. Dermatosis lain yang jarang terjadi adalah
Eksim asteatotik, kalus, onikomikosis, onychodroprofi traumatik, dan sebagainya.
Hanya sedikit penyakit dermatologis yang di laporkan, padahal Penyakit
dermatologis telah menjadi masalah universal di militer penyebaran

Metode yang digunakan adalah dengan cara mengevaluasi 188 tentara


dalam 2 hari,dengan usia 20-31 dan waktu dinas militer 1-24 bulan. Semua
peserta kemudian ditanya tentang kulit apapun masalah yang mungkin mereka
miliki dan selanjutnya semuanya adalah akan diuji oleh dua dermatologis dan
seorang dokter keluarga yang berpengalaman dalam kasus dermatologis terlepas
dari respon mereka. Diagnosa Berbagai kondisi kulit umumnya didasarkan pada
karakteristik Gambaran klinis, namun diagnosis mikosis telah dikonfirmasi
persiapan potasium hidroksida. Semua diagnosa dibuat oleh konsensus komisi,
kemudian data dievaluasi Sebanyak 36 entitas penyakit dermatologis
dikategorikan.
Penyakit kulit yang paling umum membutuhkan terapi medis dan
Prevalensi masingmasing adalah infeksi jamur superfisial (51,5%), keratolisis
padu (34,5%), dan eksim dyshidrotic (18,6%). Intertrigo dan jerawat masing-
masing terlihat pada 32 (17%) pasien, 27 (14,3%) pasien menderita plantar
hyperkeratosis, dan 26 (13,8%) pasien yang terpapar dermatitis kontak ( Tabel 1 ).
Sebanyak 97 tentara menderita infeksi jamur superfisial, kandidiasis oral (55
pasien; 29,2%), tinea pedis (48 pasien; 25,5%), onikomikosis (11 pasien; 5,8%),
dan tinea versikolor (3 pasien; 1,5%). Dermatosis fisik yang paling sering adalah
kalus dalam 15 (7,9%) pasien dan onychodroprofi traumatis pada 9 (4,9%) pasien
( Tabel 2 ). Ekzema yang paling sering terjadi adalah eksim dyshidrotic di 35
(18,6%) pasien, intertrigo pada 32 (17%) pasien, dan seborrheic dermatitis dan
pityriasis capitis simpleks pada 28 (14,9) pasien. Ini jumlah diikuti oleh dermatitis
kontak, eksim asteatotik, dan eksim nummular ( Tabel 3 ). Nevi melanosit
terdeteksi pada 82 (43,6%) tentara. Kondisi lain kulit yang biasa diamati adalah
pola pria kebotakan dan bekas luka ( Tabel 4 ).

Studi ini meneliti prevalensi dan spektrum penyakit kulit pada tentara,
yang mana sudah menjadi perhatian kesehatan penting bagi personil militer
sepanjang sejarah, terutama saat aktif tempur. Selama perang dunia II pasifik dan
perang di Vietnam para militer telah mencari perhatian medis dermatologis.
Beberapa faktor yang memicu penyakit kuliat aalag iklam, efek pakaian
pelindung, kondisi sesak nafas dan tekanan lingkungan. Dalam jurnal ini
menjelaskan perbedaan penelitian ini dengan studi penelitian oleh Selvaag.
Namun juga terdapat persamaan hasil penyakit kulit yang sering muncul seperti
eksim, jerawat, Infeksi jamur superfisial, nevi, kalus, dan penyakit bakteri.
Penyakit kulit yang paling umum adalah infeksi jamur superfisial (51,5%) dalam
penelitian ini.

Adapun secara seksual penyakit kulit menular tidak bisa terdeteksi karena
kurangnya pemeriksaan dan konfirmasi leih lanjut dalam studi observasional pada
penelitian ini. Sedangkan pada tentara Turki frekuensi penyakit menular seksual
dilaporkan menjadi 6,5%. Kudis adalah yang penyakit paling umum ditularkan
secara seksual dalam penelitian. Dalam penelitian ini mengemukakan bahwa suhu
dam iklimpun memengaruhi penyakit kulit pada tentara Turki seperti kombinasi
panas yang ekstrim dan saraf ketegangan yang mungkin penyebab besar kasus
penyakit kulit pada tentara Turki dalam penelitian ini. Faktor predisposisi untuk
intertrigo termasuk pakaian dalam, Pakaian nonabsorben, berkeringat karena
berlebihan dalam pakaian atau selimut, dan kurangnya kebersihan yang layak juga
faktor pendukung lainnya.

Anda mungkin juga menyukai