Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK PENERAPAN AKUNTABILITAS

TENTANG KASUS PERTANGGUNG JAWABAN

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengertian Akuntabilitas 
Akuntabilitas adalah bentuk kewajiban
pertanggungjawaban seseorang (pimpinan, pejabat
atau pelaksana) atau suatu organisasi kepada pihak
yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta
keterangan terkait kinerja atau tindakan dalam
menjalankan misi dan tujuan organisasi dalam
bentuk pelaporan yang telah ditetapkan secara
periodic
Menurut UNDP (United Nations Development
Program), akuntabilitas adalah evaluasi terhadap
proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi
untuk dapat dipertanggungjawabkan serta sebagai
umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk dapat
lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa
yang akan datang.
Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau
kegagalan atas pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan-tujuan dan sasaran–sasaran yang
telah ditetapkan, melalui suatu media
pertanggungjawaban secara periodik.

Berikut definisi dan pengertian akuntabilitas dari


beberapa sumber buku:

 Menurut Mursyidi (2013), akuntabilitas adalah


mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber
daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik. 
 Menurut Mardiasmo (2006), akuntabilitas adalah
bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media
pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara
periodik. 
 Menurut Sedarmayanti (2003), akuntabilitas
adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau menjawab dan
menerangkan kinerja dan tindakan seseorang atau
suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak
atau berkewenangan untuk meminta keterangan
atau pertanggungjawaban. 
 Menurut Sujarweni (2015), akuntabilitas adalah
bentuk keharusan seorang
(pimpinan/pejabat/pelaksana) untuk menjamin
bahwa tugas dan kewajiban yang diembannya
sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku. 
 Menurut Halim (2012), akuntabilitas adalah
kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban
serta menerangkan kinerja dan tindakan seseorang,
badan hukum atau pimpinan organisasi kepada
pihak yang lain yang memiliki hak dan kewajiban
untuk meminta kewajiban pertanggungjawaban dan
keterangan.

Prinsip dan Dimensi Akuntabilitas 


Menurut LAN dan BPKP (2000), prinsip-prinsip
akuntabilitas adalah sebagai berikut:
1. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh
staf instansi untuk melakukan pengelolaan
pelaksanaan misi agar akuntabel.
2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat
menjamin penggunaan sumber daya secara
konsisten dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi
serta hasil dan manfaat yang diperoleh. 
5. Harus jujur, objektif, transparan dan inovatif
sebagai katalisator perubahan manajemen instansi
pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan
teknik pengukuran kinerja dan penyusunan laporan
akuntabilitas.

Menurut Mahmudi (2013), terdapat lima dimensi


akuntabilitas, yaitu:

1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran


(accountability for probity and legality).
Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah
akuntabilitas lembaga-lembaga publik untuk
berperilaku jujur dalam bekerja dan mentaati
ketentuan hukum yang berlaku. Penggunaan dana
publik harus dilakukan secara benar dan telah
mendapatkan otorisasi. 
2. Akuntabilitas Manajerial (managerial
accountability). Akuntabilitas manajerial adalah
pertanggungjawaban lembaga publik untuk
melakukan pengelolaan organisasi secara efektif
dan efisien. Akuntabilitas dapat juga diartikan
sebagai akuntabilitas kinerja (performance
accountability). Inefisiensi organisasi publik adalah
menjadi tanggung jawab lembaga yang
bersangkutan dan tidak boleh dibebankan kepada
klien atau costumernya. 
3. Akuntabilitas Program (program
accountability). Akuntabilitas program berkaitan
dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah
organisasi telah mempertimbangkan alternatif
program yang memberikan hasil yang optimal
dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga
publik harus mempertanggungjawabkan program
yang telah dibuat sampai pada pelaksanaan
program. Dengan kata lain akuntabilitas program
berarti bahwa program-program organisasi
hendaknya merupakan program yang bermutu yang
mendukung strategi dan pencapaian misi, visi, dan
tujuan organisasi. 
4. Akuntabilitas Kebijakan (policy
accountability). Akuntabilitas kebijakan terkait
dengan pertanggungjawaban lembaga publik atas
kebijakan-kebijakan yang diambil. Lembaga-
lembaga publik hendaknya dapat
mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah
ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak
masa depan. Dalam membuat kebijakan harus
dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut,
mengapa kebijakan itu diambil, siapa sasarannya,
pemangku kepentingan (stakeholders) mana yang
akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan
dampak (negatif) atas kebijakan tersebut. 
5. Akuntabilitas Finansial (financial
accountability). Akuntabilitas finansial adalah
pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk
menggunakan uang publik (money public) secara
ekonomi, efisien dan efektif, tidak ada pemborosan
dan kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas
finansial menekankan pada ukuran anggaran dan
finansial. Akuntabilitas finansial sangat penting
karena pengelolaan keuangan publik akan menjadi
perhatian utama publik.

Jenis-jenis Akuntabilitas 
Menurut Mahmudi (2013), akuntabilias terdiri dari
dua jenis, yaitu:

1. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability).


Akuntabilitas Vertikal adalah akuntabilitas kepada
otoritas yang lebih tinggi, misalnya akuntabilitas
kepala dinas kepada bupati atau walikota, menteri
kepada presiden, kepala unit kepada kepala cabang,
kepala cabang kepada CEO, dan sebagainya. 
2. Akuntabilitas horisontal (horizontal
accountability). Akuntabilitas Horisontal adalah
akuntabilitas kepada publik secara luas atau
terhadap sesama lembaga lainnya yang tidak
memiliki hubungan atasan bawahan.
Menurut Wasistiono (2007), berdasarkan
perspektifnya akuntabilitas dibagi menjadi lima jenis,
yaitu:

1. Akuntabilitas administratif/organisasi.
Pertanggungjawaban antara pejabat yang
berwenang dengan unit bawahannya dalam
hubungan hierarki yang jelas. 
2. Akuntabilitas legal. Akuntabilitas jenis ini
merujuk pada dominan publik dikaitkan dengan
proses legislatif dan yudikatif. Bentuknya dapat
berupa peninjauan kembali kebijakan yang telah
diambil oleh pejabat publik maupun pembatalan
suatu peraturan oleh institusi yudikatif. Ukuran
akuntabilitas legal adalah peraturan perundang-
undangan yang berlaku. 
3. Akuntabilitas politik. Dalam tipe ini terkait
dengan adanya kewenangan pemegang kekuasaan
politik untuk mengatur, menetapkan prioritas dan
pendistribusian sumber-sumber dan menjamin
adanya kepatuhan melaksanakan tanggung jawab
administrasi dan legal. Akuntabilitas ini memusatkan
pada tekanan demokratik yang dinyatakan oleh
administrasi publik.
4. Akuntabilitas profesional. Hal ini berkaitan
dengan pelaksanaan kinerja dan tindakan
berdasarkan tolak ukur yang ditetapkan oleh orang
profesi yang sejenis. Akuntabilitas ini lebih
menekankan pada aspek kualitas kinerja dan
tindakan. 
5. Akuntabilitas moral. Akuntabilitas ini berkaitan
dengan tata nilai yang berlaku di kalangan
masyarakat. Hal ini lebih banyak berbicara tentang
baik atau buruknya suatu kinerja atau tindakan yang
dilakukan oleh seseorang/badan hukum/pimpinan
kolektif berdasarkan ukuran tata nilai yang berlaku
setempat.

Menurut Raba (2006), akuntabilitas dibagi menjadi


empat jenis, yaitu:

1. Akuntabilitas hukum dan peraturan.


Akuntabilitas yang terkait dengan jaminan adanya
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang
diisyaratkan dalam penggunaan sumber dana
publik. Untuk menjamin dijalankannya jenis
akuntabilitas ini perlu dilakukan audit kepatuhan. 
2. Akuntabilitas proses. Akuntabilitas yang terkait
dengan prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas apakah sudah cukup baik.
Jenis akuntabilitas ini dapat diwujudkan melalui
pemberian pelayanan yang cepat, responsif, dan
murah biaya. 
3. Akuntabilitas program. Akuntabilitas yang
terkait dengan perimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai dengan baik, atau apakah
pemerintah daerah telah mempertimbangkan
alternatif program yang dapat memberikan hasil
optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas kebijakan. Akuntabilitas yang
terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah
daerah dalam terhadap DPRD sebagai legislatif dan
masyarakat luas. Ini artinya, perlu adanya
transparansi kebijakan sehingga masyarakat dapat
melakukan penilaian dan pengawasan serta terlibat
dalam pengambilan keputusan.
Jakarta, CNN Indonesia -- 
 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo  pada
Rabu (25/11). Selain Edhy, sedikitnya ada empat
menteri era Presiden Joko Widodo yang pernah
ditangkap KPK maupun terseret kasus korupsi.
Edhy ditangkap setibanya di Bandara Soekarno-Hatta,
Cengkareng, setelah melakukan perjalanan dari
Honolulu, Hawaii.

"Tadi malam Menteri KKP diamankan KPK di Bandara


Soetta saat kembali dari Honolulu [Amerika Serikat],
yang bersangkutan diduga terlibat korupsi dalam
penetapan izin export baby lobster," kata Ketua KPK
Firli Bahuri lewat pesan singkat.

Tak hanya Edhy, ada sejumlah menteri era Presiden


Joko Widodo yang pernah terseret kasus korupsi
di KPK. Pertama, mantan Menteri Sosial Idrus Marham
yang kini menjadi terpidana kasus pembangunan PLTU
MT Riau 1.

Oleh Pengadilan Tipkor, Idrus dijatuhi hukuman tiga


tahun penjara lantaran terbukti berperan dalam
memuluskan Blackgold Natural Resource (BNR)
sebagai pemegang proyek PLTU. Ia juga menerima
dana dari salah satu pemegang saham BNR Johannes
Kontjo.
Kemudian mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam
Nahrawi dalam kasus penyaluran hibah Komite
Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan dijatuhi
hukuman tujuh tahun penjara. Imam disebut sebagai
salah satu penerima suap dengan nilai Rp11,5 miliar.

Suap itu dimaksudkan agar Imam mempercepat proses


persetujuan dan pencairan bantuan dana hibah yang
diajukan KONI kepada Kemenpora RI untuk tahun
kegiatan 2018.

Selain itu ada sejumlah menteri yang namanya turut


terseret dalam kasus korupsi. Salah satunya ialah
mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Ia
disebut menerima uang Rp70 juta dalam kasus jual beli
jabatan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
Jawa Timur (Kanwil Kemenag Jatim).

Nama Lukman dibawa pada kasus jual beli jabatan


Ketua Umum PPP Romahurmuziy (Rommy) yang saat
itu menerima uang Rp 255 juta.

Terakhir ialah mantan Menteri Perdagangan


Enggartiasto Lukita terkait kasus dugaan suap bidang
pelayaran yang menjerat Anggota DPR RI Komisi VI
Bowo Sidik Pangarso.

KPK sempat menggeledah ruang kerja Enggar.


Pengacara Bowo Sidik Saut Edward Rajagukguk
mengatakan salah satu menteri menjadi sumber dari
400 ribu amplop yang akan digunakan untuk serangan
fajar.

Dalam ke-400 ribu amplop tersebut setidaknya berisi


uang berjumlah Rp8 miliar dalam pecahan Rp20 ribu
dan Rp50 ribu dalam 400 ribu amplop tersebut.

Anda mungkin juga menyukai