Anda di halaman 1dari 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakekat hidup dan kerja

Dalam diri manusia terdapat apa yang disebut dengan nafs sebagai potensi
yang membawa kepada kehidupan. Dalam pandangan Al-Qur’an , nafs
diciptakan Allah dalam keadaan sempurna untuk berfungsi menampung serta
mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan. Allah swt. Katakanlah
dalam surat al-Syams ayat 7-8“Demi Nafs serta penyempurnaan ciptaannya,
Allah mengilhamkan kepadanya kejahatan dan ketaqwaan”. Allah
mengilhamkan, berarti memberi potensi agar manusia melalui nafs dapat
menangkap makna baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk
melakukan kebaikan dan keburukan.

Meskipun nafs berpotensi positif dan negatif, namun diperoleh pula


isyarat bahwa pada hakekatnya potensi positif manusia lebih kuat dari pada
potensi negetifnya. Hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dari daya tarik
kebaikan. Untuk itu manusia dituntut agar memelihara kesucian nafsnya.
Firman Allah dalam surat al-Syams ayat 9-10.”sungguh beruntunglah orang-
orang yang menyucikannya dan merugilah orang-orang yang
mengotorinya”Kecenderungan nafs lebih kuat untuk kebaikan dipahami dari
isyarat ayat, misalnya terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 286 “ Allah tidak
membebani seseorang, tetapi sesuai dengan kesanggupan nya.

Nafs memperoleh ganjaran dari apa yang diusahakannya, dan memperoleh


siksa dari apa yang diusahakannya”Selain nafs, dalam diri manusia juga
terdapat qalb yang sering diterjemahkan hati. Seperti dikemukakan di atas,
bahwa nafs ada dalam diri manusia, qalb pun demikian, hanya saja qalb yang
merupakan wadah dipahami dalam arti alat, sebagaimana firman Allah dalam
surat al-A’raf ayat 179 “mereka mempunyai qalb, tetapi tidak digunakan untuk

Anda mungkin juga menyukai