Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian

besar disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri atau virus dan sebagian

kecil disebabkan oleh hal lain seperti aspirasi, radiasi dan lain-lain(Rahajoe,

Supriyanto, & Setyanto, 2010). Dan seperti yang dikemukakan Hasan & Alatas,

(2000) berdasarkan anatomis lokasi lesi di paru, pneumonia dibagi menjadi

penumonia lobaris, penumonia lobularis (bronkopneumonia) dan penumonia

interstitialis (bronkiolitis)

Bronkopneumonia merupakan inflamasi paru yang terfokus pada inflamasi

paru pada area bronkiolus dan memicu produksi eksudat mukopurulen yang dapat

mengakibakan obstruksi saluran respiratori berkaliber kecil yang menyebabkan

konsolidasi yang merata ke lobulus yang berdekatan(Marcdante, Kliegman,

Jenson, & Behrman, 2014)

Sedangkan Alexander & Anggraeni, (2017) mengatakan bahwa

Bronkopneumonia adalah radang paru-paru pada bagian loburalis yang ditandai

dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh agen infeksius seperti

bakteri, virus, jamur dan benda asing, yang ditandai dengan gejala demam tinggi,

gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal (terdengar adanya ronki basah), muntah,

diare, batuk kering dan produktif.


Proses peradangan dari proses penyakit bronkopneumonia mengakibatkan

produksi sekret meningkat sampai menimbulakan manifestasi klinis yang ada

sehingga muncul masalah dan salah satu masalah tersebut adalah ketidakefektifan

bersihan jalan napas. Ketidakefektifan bersihan jalan napas merupakan keadaan

dimana individu tidak mampu mengeluarkan sekret dari saluran napas untuk

mempertahankan kepatenan jalan napas. Karakteristik dari ketidakefektifan

bersihan jalan napas adalah batuk dengan akumulasi sputum, sesak, suara napas

abnormal atau ronchi (Amelia, Oktorina, & Astuti, 2018)

Di indonesia balita yang menderita penyakit pneumonia sebanyak 56.51%

dari jumlah balita yang ada diindonesia. Pada tahun 2018 angka kematian akibat

pneumonia pada balita sebesar 0.08%. Angka kematian akibat pneumonia pada

kelompok bayi lebih tinggi yaitu sebesar 0,16% dibandingkan pada kelompok

anak umur 1-4 tahun sebesar 0,05%

Realisasi penemuan penderita pneumonia balita pada tahun 2018, di jawa

tengah anak dengan umur < 1 tahun yang menderita pneumonia sebanyak 14.784

dan dengan umur 1-4 tahun yang menderita pneumonia sebanyak 33.605.

sedangkan yang menderita pneumonia berat dengan umur < 1 tahun sebanyak

1.500 dan dengan umur 1-4 tahun yang menderita pneumonia berat sebanyak

2.145. sehingga jika dijumlah pada tahun 2018 anak dengan umur < 1 tahun yang

menderita pneumonia maupun pneumonia berat sejumlah 16.283 sedangkan yang

berumur 1-4 tahun sejumlah 35.749.


Berbagai intervensi dilakukan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan

bersihan jalan napas pada bronkopneumonia, salah satunya adalah dengan

menggunakan aromaterapi. Aromaterapi merupakan salah satu terapi non

farmakologi atau komplementer untuk mengatasi bersihan jalan nafas.

Aromaterapi merupakan tindakan terapautik dengan menggunakan minyak

esensial yang bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologi

sehingga menjadi lebih baik. Ketika esensial dihirup, maka molekul akan masuk

ke rongga hidurng dan meransang sistem limbik adalah daerah yang

mempengarahi emosi dan memori serta secara langsung terkait dengan adrenal,

kelenjar hipofisis, hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang mengatur denyut

jantung, tekanan darah, stress memori, keseimbangan hormon, dan

pernafasan(Runiari, 2010) .

Pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi suatu

aksi dengan pelepasan substansi neurokimia berupa perasaan senang, tenang atau

terangsang. Melalui penghirupan, sebagian molekul akan masuk ke dalam paru-

paru. Molekul aromatik akan diserap oleh lapisan mukosa pada saluran

pernafasan, baik pada bronkus maupun pada cabang halusnya (bronkioli). Pada

saat terjadi pertukaran gas di dalam alveoli, molekus tersebut akan diangkut oleh

sirkulasi darah di dalam paru-paru. Pernafasan yang dalam akan meningkatkan

jumlah bahan aromatik ke dalam tubuh. (Koensoemardiyah, 2009)

Aromaterapi yang sering digunakan yaitu peppermint (mentha pipperita).

Peppermint digunakan untuk tujuan kesehatan selam ribuan tahun. Unsur utama

dari daun peppermint adalah minyak atsiri (0.5-4%), yang mengandung mentol
(30-55%) dan menthone (14-32%). Metol terjadi kebanyakan dalam bentu bebas

alcohol, dengan jumlah antara (3-5%) asetat dan valerat ester. Monoterpen lain

yang hadir termasuk isomenthone (2-10%), 1,8-cineole (6-14%), a-pinene (1,0-

1,5%), b-pinene (1-2%), limonene (1-5%), neomenthol (2,5-3,5%), dan

methofuran (1-9%) Daun peppermint (Mentha piperita L) mempunyai aroma

wangi dan cita rasa dingin menyegarkan. Aroma wangi daun mint disebabkan

kandungan minyak atsiri berupa minyak menthol. Daun peppermint mengandung

vitamin c, provitamin A, fosfor, zat besi, kalsium dan potassium. Serat, klorofil

dan fitonutrien juga banyak terkandung didalam daun peppermint. Daun

peppermint dipercaya dapat memulihkan stamina tubuh, meredakan sakit kepala,

mencegah demam, mempunyai sifat antioksidan pencegah kanker dan menjaga

kesehatan mata.

Bahan aktif dalam peppermint adalah menthol, yang merupakan senyawa

organik yang menghasilkan sensasi dingin ketika diterapkan pada mulut atau

kulit. Menthol sebagai bahan aktif utama yang terdapat dalam peppermint dapat

membantu melegakan hidung sehingga membuat napas menjadi lebih mudah.

Menthol juga dapat berfungsi sebagai anestesi ringan yang bersifat sementara.

Peppermint juga mengandung vitamin A dan C serta beberapa mineral.

Peppermint sering digunakan untuk membantu mengobati flu dan menenangkan

peradangan (Koensoemardiyah, 2009)

Dengan demikian penggunaan armateraapi pappermint untuk

ketidakefektifan bersihan jalan napas anak dengan bronkopneumonia merupakan

salah satu tindakan non farmakologi yang dapat diintervensikan pada anak dengan
bronkopneumonia. Dengan kandungan menthol yang ada di dalam aromaterapi

pappermint dapat membantu melegakan hidung sehingga membuat napas menjadi

lebih mudah. Aromaterapi pappermint terebut dapat diberikan dengan cara

mencampurkan minyak pappermint ke dalam air panas, kemudian uap dari air

panas tersebut dapat dihirup oleh anak dengan bronkopneumonia. Sehingga

kandungan-kandungan yang ada di dalam aromaterapi pappermint tersebut

terutama menthol akan masuk ke saluran pernapasan. Dengan masuknya

kandungan-kandungan dari aromaterapi pappermint ke dalam saluran pernapasan

dapat membantu melegkan napas pada ketidakefektifan bersihan jalan napas anak

dengan bronkopneumonia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini “Adakah Pengaruh Aroma Terapi Pappermint Terhadap

Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Anak Dengan

Bronkopneumonia?”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui pengaruh intervensi pemberian aroma terapi

pappermint terhadap masalah keperawatan ketidakefektifan

bersihan jalan napas anak dengan bronkopneumonia.

2. Tujuan khusus
a. untuk mengetahui pengaruh intervensi pemberian aroma terapi

pappermint terhadap ketidakefektifan bersihan jalan napas anak

dengan bronkopneumonia.

b. untuk mengetahui keberhasilan dalam studi kasus intervensi

pemberian aroma terapi pappermint terhadap ketidakefektifan

bersihan jalan napas anak dengan bronkopneumonia.

D. Manfaat

1. Manfaat bagi tempat studi kasus

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi rumah

sakit untuk meningkatkan pelayanan pada anak dengan metode baru

terutama pada anak dengan Bronkopneumonia.

2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan kajian

untuk pemberian intervensi pada anak dengan bronkopneumonia dengan

cara pemberian aroma terapi pappermint sehingga mahasiswa dapat

memperkaya intervensi pada anak dengan bronkopneumonia.

3. Manfaat bagi pembaca

Diharapkan dengan adanya studi kasus mengenai pengaruh

pemberian aroma terapi pappermint terhadap ketidakefektifan bersihan

jalan napas anak dengan Bronkopneumonia dapat menambah wawasan

pembaca.

4. Manfaat bagi penulis


Dengan adanya studi kasus pengaruh pemberian aroma terapi

pappermint terhadap ketidakefektifan bersihan jalan napas anak dengan

bronkopneumonia dapat manambah wawasan dan meningkatkan

pelayanan pada anak dengan bronkopneumonia.


DAFTAR PUSTAKA

Alexander, D. K. N., & Anggraeni, J. W. (2017). Tatalaksana Terkini

Bronkopneumonia pada Anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek. J Medula

Unila, 7(2), 6–12.

Hasan, R., & Alatas, H. (2000). Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

Koensoemardiyah. (2009). A-Z Aromaterapi Untuk Kesehatan, Kebugaran, dan

Kecantikan. Yogyakarta: Andi Publisher.

Marcdante, K., Kliegman, R., Jenson, H., & Behrman, R. (2014). Nelson Ilmu

Kesehatan Anak Esensial (keenam). Jakarta: EGC.

Rahajoe, N., Supriyanto, B., & Setyanto, D. (2010). Buku Ajar Respirologi Anak.

Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Runiari, N. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Hiperemesis

Gravidarum: Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai