Anda di halaman 1dari 11

Ni'matuI Huda. Kedudukan Peraturan Daerah Dalam Hierarki...

Kedudukan Peraturan Daerah Dalam


Hierarki Peraturan Perundang-undangan

Ni'matuI Huda

Abstrak
The mechanism procedure of establishing bylaws is the same with Act and the posisition
ofbylaw isequal with the Act, in the sense, that bylaws and Act are legislative products.
However, the contain of bylaws is different with the Act The implementation of bylaws is
limited to a certain region, otherwise the Act isimplementedin the national level. Thus, the
hierarchy ofbylaw is lower thantheAct.

Pendahuluan tersebut ditegaskan bahwa peraturan daerah


Beberapa seat yang lalu berbagai media merupakan peraturah untuk melaksanakan
celak memberitakan adanya sejumlah aturan hukum di atasnya dan menampung
Peraturan Daerah dan beberapa peraturan kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan.
perundang-undangan di daerah dari berbagai Kemudian daiam Pasal 4 ayat (1) dinyatakan,
pelosok tanah air yang akan dibatalkan oieh sesuai dengan tata urutan peraturan
Pemerintah karena bertentangan dengan perundang-undangan ini, maka setiap aturan
peraturan perundang-undangan yang iebih hukum yang leblh rendah tidak boleh
tinggi. Dan lidak sedikit produk Perda yang bertentangan dengan aturan hukum yang iebih
ditolak oleh masyarakat karena Perdatersebut tinggi.
justru memberatkan masyarakat di daerah Sejak otonomi daerah diguiirkan tahun
yang bersangkutan, entah karena alasan 1999, sudah ribuan Perda diproduksi oieh
memberatkan usaha petani dan pengusaha sejumlah daerah di Indonesia tetapi kesadaran
di daerah atau karena dipandang membatasi pemerintah daerah untuk melaporkan
ruang gerak masyarakat untuk beraktifitas. peraturan-peraturan daerah yang sudah
Sejak tahun 2000, melalui Ketetapan MPR dikeluarkan kepada pemerintah pusat masih
No. lll/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan rendah. Dari totai peraturan daerah yang
Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan, diterbitkan sekitar 13.520 peraturan, hanya 5.054
jenis peraturan daerah (perda) sudah secara peraturan yang telah dilaporkan kepada
resmi menjadi sumber hukum dan masuk Departemerr Daiam Negeri, sehingga
dalam tata urutan peraturan perundang- Pemerintah sulit untuk bisa memantau secara
undangan. Di dalam Pasal 3 ayat (7) Tap langsung Perda-perda yang ada di seluruh Indo
nesia. Menurut Sekretaris Jenderal Departemen

27
Dalam Negeri Progo Nurdjaman, dari 5.054 perundang-undangan ^tersebut juga cukup
perda yang mengatur pajak dan retribusi yang. menyulitkan pejabat daerah untuk
diterima oleh Departemen Dalam Negeri sejak memahaminya. Apakah peraturan-peraturan
tahun 2000, diantaranya sebanyak 930 Perda tersebut kedudukannya lebih tinggi dari
layak dibatalkan dan 3.966 lainnya layak peraturan- daerah? Bagaimana ' kedudukan
dilaksanakan.^ perda dalam hierarki peraturan perundang-
Penyusunan perda sebenarnya harus undangan? Apa yang harus dilakukan
memenuhi liga aspek, yakni yuridis, filosofis, pemerintah agar pejabat daerah tidak terus
dan soslologis. Seringkall penyusunan perda menerus ' melakukan kesalahan dalam
mengabaikan aspek soslologis, yakni hukum memahami hierarki peraturan perundang-
yang beriaku di masyarakat, dan karena fa'dak undangan dan membuat peraturan daerah.
melihat potensi dan karakteristik masyarakat, Sejumiah permasalahan ini layak untuk
implementasi perda banyak terganggu. Di dikemukakan karena pemahaman masyarakat
samping Itu, sebagian besar perda yang terhadap otonomi daerah sangat beragam,
bermasalah umumnya bertentangan dengan sehingga perlu ditegaskan koridor otonomi'
aturan yang lebih tinggi, juga terjadi tumpang daerah dalam bingkai yang jelas agar tidak
tindih antara kebijakan pusat dan daerah serta keluar jauh dari rel yang sudah disepakati
. tumpang tindih antara pajak dan retrlbusi. bersama dan membahayakan eksistensi
Sebagian^besar pejabat di daerah yang tidak Negara Kesatuan Republik Indonesia.
memahami undang-undang memaksakan
perda yang berorientasi kepada keuntungan
Hierarki Norma Hukum
jangka pendek tanpa memikirkan akibat jangka
panjangnya. Tidak ada suatu sistem hukum positif di
Ada sejumiah kalangah masyarakat yang dunia ini yang secara khusus mengatur tata
mempertanyakan apa maksud dari ketentuan urutan peraturan perundang-undangan.
yang menyatakan "setiap aturan hukum yang Kalaupun ada pengaturan hanya terbatas pada
lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan asas yang menyebulkan misalnya: "Peraturan
aturan hukum yang lebih tinggi." Dalam praktek Daerah tidak boleh bertentangan dengan
di lapangan seringkall dijumpai berbagai jenis peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
peraturan perundang-undangan yang dulu tingkatannya" atau dalam hal UUD adaungkapan
dikenal dengan nama keputusan menteri, "the supreme law of the land." Mengapa tidak
peraturan atau keputusan MA, BPK, Bl dan diatur? Antara lain karena tata urutan itu
seterusnya.^ Beragamnya peraturan mempunyai konsekuensi, bahkan setiap

' Kbmpas, Sabtu, 1April 2006, him. 34.


2Lihat Penjelasan Pasal 7ayat (4) UU No. 10Tahun 2004 tenlang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan. Jenis peraturan perundang-undangan selain yang telah diatur dalam hierarki Pasal 7ayat (1),
antara lain, peraturan yang dikeluarkan oleh MPRdan DPR, DPD, MA. MK, BPK, Bl, Menteri, kepala badan,
lembaga, atau komisi, DPRD Provinsi, Gubemur, DPRD Kabupaten/Kqta, BupatiA/Valikota, Kepala Desa atau
yangsetingkat

28 JURNAL HUKUM NO. 1 VOL 13JANUARI2006; 1-26


N'l'matul Huda. Kedudukan Peraturan Daerah Dalam Hierarki...

peraturan pemndang-undangan harus memiliki menguji peraturan pemndaiig-undangan atau


dasar hukum pada peraturan perundang- sebaliknya, walaupun tidak bertalian dengan
undangan yang lebih tinggi tingkatannya. tata umtan peraturan pemndang-undangan. Di
Peraturan perundang-undangan tingkatan lebih Inggris, peraturan perundang-undangan di
rendah tldak boleh bertentangan dengan bawah undang-undang (delegated legislation)
peraturan perundang-undangan yang lebih dapat diuji terhadap common lawdan prinsip-
tinggi. Apabila ternyata peraturan perundang- prinsip umum seperti prinsip "bias, ultra vires"
undangan yang lebih rendah tingkatannya dan Iain-Iain. Di Belanda, peraturan atau
bertentangan dengan peraturan perundang- keputusan administrasi negara dapat diuji
undangan yang lebih tinggi, peraturan terhadap asas-asas umum penyelenggaraan
perundang-undangan tingkatan lebih rendah administrasi negara yangbaik(beginselen van
dapat dituntut untuk dibatalkan bahkanbataldemi behoorlijk bestuui).
hukum (van rechtswege nietig). Konsekuensi ini. Secara teoritik, tata urutan peraturan
telah dianggap ada walaupun tidak diatur, kecuali pemndang-undangan dapat dikaitkan dengan
ada ketentuan yang sebaliknya, misalnya dalam ajaran Hans Kelsen mengenai Sfufenbai/ des
UUD (seperti DUDS 1950 dan KRIS) disebutkan Rechta\an The hierarchy oflawyang berintikan
"undang-undang tidak dapat diganggu gugat". baliwa kaidah hukum merupakan suatu
Di sini prinsip lata unitan tidak berlaku. Undang- susunan berjenjang dan setiap kaidah hukum
undang (formal) akan tetap berlaku dan harus yang lebih rendah bersumberdari kaidah yang
diterapkan walaupun bertentangan dengan lebih tinggi. Untuk lebih memahami teori
UUD sebagai peraturan perundang-undangan Stufenbau des Recht, harus dihubungkan
yang lebih tinggi tingkatannya. Prinsip atau dengan ajaran Kelsen yang lain yaitu Reine
ketentuan yang menyebutkan: "undang- Rechtslehre atau The pure theory oflaw(teori
undang tidak dapat diganggu gugat" bertalian mumi tentang hukum) dan bahwa hukum itu
dengan ajaran "supremasi parlemen". Di sini, tidak lain "command of the sovereign" -
UUD lebih dipandang sebagai "asas-asas kehendak yang berkuasa.^
umum" daripada sebagai kaidah hukum.^ Hans Kelsen mengatakan bahwa hukum
Faktor lain yang menyebabkan tidak ada termasuk dalam sistem norma yang dinamik
kelaziman mengatur tata urutan peraturan (nomodynamics) karena hukum itu selalu
perundang-undangan, karena sistem hukum dibentuk dan dihapus oteh lembaga-lembaga
positif tidak hanyaberupa peraturan pemndang- atau otoritas-otoritas yang berwenang
undangan, melainkan meliputi juga hukum- membentuknya, sehingga dalam hal ini tidak
hukum tidak tertulis (yurispmdensi, hukum adat, kita iihat dari segi isi norma tersebut, tetapi
atau hukum kebiasaan). Kaidah-kaidah hukum dari segi berlakunya atau pembentukannya.^
tidak tertulis ini dapat juga dipergunakan untuk Hukum itu adalah sah (valid) apabila

' BagirManan, Teoridan PolitikKonstitusi, Cetakan Kedua, (FH UII Press, Yogyakarta, 2004), him. 201-202.
^/f)/£/.,hlm.203.
®Hans Kelsen, General TheoryofLaw andState, (Translate byAnders Wedberg, Russell &Russell, New
York, 1973), him. 112-113.

29
dibuat oleh lembaga atau otoritas yang tinggi tingkatannya. Jadi menurut Hans Kelsen
berwenang membentuknya dan berdasarkan urutan norma itu dimulai dari Gmndnorm atau
norma yang lebih tinggi sehingga dalam hal ini Ursprungsnorm ke Generallenorm, kemudian
norma yang lebih rendah {inferioi) dapat dibentuk diposllifkan. Sesudah itu akan menjadi norma
oleh norma yang lebih tinggi {superior), dan nyata {Concretenorm). Norma nyata lebih
hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis- bersifat individual. Oleh karena norma positif
lapis membentuk hierarki, di mana suatu merupakan "perantara" dari norma dasar
norma yang lebih rendah berlaku, bersumfaer, dengan norma individual, maka disebut Juga
dan berdasar pada norma yang lebih tinggi, nonna antara (Tussennorm).
norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber Lebih lanjut Kelsen mengatakan, norma
dan berdasar pada norma yang lebih tinggi hukum {legal norm) dapat dibedakan antara
lagi, demikian seterusnya sampai pada suatu general norm dan individual norm. Termasuk
norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dalam general norm adalah custom dan legis
dan bersifat hipotetis dan fiktif, yaitu norma lation. Hukum yang diciptakan oleh custom
dasar {grundnorm). disebut customarylav\r, sedangkan hukum yang
Tata urutan atau hierarki peraturan diciptakan oleh badan leglslatif {law created
perundang-undangan dalam suatu tata hukum by legislative) disebut sfafute. Kemudian,
itu oleh Hans Kelsen disebut hierarchi of norm norma-norma individual meliputi "putusan
(strufenbau des recht). ®Setiap tata kaidah badan administrasi" disebut "administrative
hukum merupakan suatu susunan daripada acts", dan "transaksi hukum' atau "legal trans
kaidah-kaidah. Dalam stufentheorie-nya Hans action" yaitu berupa contract dan treaty."^
Kelsen mengemukakan bahwa dipuncak Dalam hubungannya dengan Undang-
"stufenbaif terdapat kaidah dasardari suatutata Undang Dasar (UUD) atau konstitusi, Kelsen
hukum nasional yang merupakan suatu kaidah menyatakan bahwa UUD menduduki tempat
fundamental. Kaidah dasar-tersebut disebut. tertinggi dalam hukum nasional, sebab itu
"gmndnorm" atau "ursprungnomf. Grundnorm merupakan landasan bagi sistem hukum
merupakan asas-asas hukum yang bersifat nasional. Undang-Undang Dasar merupakan
abstrak, bersifat umum, atau hipotetis. fundamental law. Untuk itu Hans Kelsen
SIstem hukum suatu negara merupakan menunjuk hak menguji sebagai mekanlsme
suatu proses yang terus menerus, dimulai dari "guarantees of tee constitution."^ Jadi dapat
yang abstrak, menuju ke hukum yang positif, dikatakan bahwa hak menguji merupakan
'dan seterusnya sampai menjadi nyata. Semua konsekuensi dari konstitusi tertulis, atau yang
norma merupakan satu kesatuan dengan oleh Kelsen disebut konstitusi dalam arti for
struktur piramida. Dasar keabsahan suatu mal, atau konstitusi dalam arti sempit.^
norma ditentukan oleh norma yang paling Teori Hans Kelsen tersebut kemudian

®/b/d.. him. 114-115.


''Ibid.
®/Wd..hlm.124.
9
K.C. Wheare, Modem Constitution, (Oxford University Press, London, 1971), him. 2.

30 JURNAL HUKUM NO. 1 VOL. 13JANUARI2006; 27-37


Ni'matuI Huda. Kedudukan Peraturan Daerah Dalam Hierarki...

dikembangkan oleh Hans Nawiasky. Nawiasky Lebih lanjut Nawiasky mengatakan, isi
dalam teorinya mengenal Die Stufenaufbau staatsfundamentalnorm iaiah norma yang
der Rechtsordnung atau Die Stufenordnung merupakan dasar bagi pembentukan
der Rechtsnormen, mengemukakan tlga lapis konstitusi atau undang-undang dasar suatu
norma-norma hukum, yaknl Grundnorm negara (staatsverfassung), termasuk norma
(Norma dasar). Grundgesetze {Aturan-aturan pengubahannya. Hakikat hukum suatu
Dasar), dan formelle Gesetze (Peraturan staatsfundamentalnorm iaIah syarat bagi
Perundang-undangan) berikut Verordnungen berlakunya suatu konstitusi atau undang-
serta autonome Satzungen yang dapat undang dasar. la ada terlebih dahulu sebelum
digolongkan ke dalam peraturan-peraturan adanya konstitusi atau undang-undang dasar.
pelaksanaan. Selainitu"Norma Dasar" {grundnorm atau
Menurut Nawiasky, norma-norma hukum disebut juga ursprungsnorm atau urnorm)
tersebut selain berlapis-lapis juga Stufenformig sebagaimana yang disebutkan bersifat pre
(berbentuk kerucut atauseperti stupa). Diantara supposed6an tidak dapat ditelusuri lebih lanjut
lapis-Iapis tersebut dapat saja ada lapis-lapis dasar berlakunya, sehingga tidak perlu
lain yang merupakan bagian-bagiannya, yang menerimanya sebagal sesuatu yang tidak
disebutnya Zwischenstufe (stupa antara). Sudah dapat diperdebatkan lagi, sebagai suatu
tentu tiap lapisan stupa tersebut berisi norma- hipotesis, sesuatu yang fildif, suatu aksloma.
norma hukum yang bersifat umum {genereile Ini diperiukan untuk tidak menggoyahkan la
Normen), mengingat suatu norma hukum pada pis-lapis bangunan tata hukum yang pada
dasamya berlaku umum, elgemeen. Norma akhimya menggantungkan atau mendasarkan
fundamental negara yang merupakan norma dill kepadanya. Di dalam suatu negara norma
tertinggi dalam suatu negara in! adalah norma dasar ini disebut juga staatsfundamentalnorm.
yang tidak dibentuk olehsuatu norma yang lebih Staatsfundamentalnorm suatu negara
tlnggi tetapi presupposed atau ditetapkan merupakan landasan dasar filosofisnya yang
terlebih dahulu oleh masyarakat dalam suatu mengandung kaidah-kaldah dasar bagi
negara dan merupakan suatu norma yang pengaturan negara lebih lanjut.^^
menjadi tempat bergantungnya norma-norma Aturan dasar (Gnindgesetze) merupakan
hukum di bawahnya. DIkatakan bahwa norma aturan-aturan yang masih bersifat pokok,
yang tertinggi in! tidak dibentuk oleh norma yang bersifat dasar, dan biasanya merupakan
lebih tinggi lagi karena kalau norma yang landasan luas bag! tata hukum yang lebih
tertinggi itu dibentuk oleh nornia yang iebih tinggi terperinci lagi.
lagi, ia bukan merupakan norma yang Sebagai norma dasar suatu negara
tertinggi.^® {Staatsfundamentalnorm) memberikan

"A.Hamid S.Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Rldalam Penyelenggaraan Pemen'nfahan Negara


(Suatu StudiAnalisis MengenalKeputusan Presiden yang BerfungsiPengaturan dalam Kumn Waktu Pelita I
- Pelita VI), Disertasi Doktor, (Pascasarjana Unlversitas Indonesia, Jakarta, 1990), him. 359 dst.
" A. HamId 8. Attamimi, "UUD 1945-TAP MPR-UNDANG-UNDANG", dalam Padmo Wahjono
(Penghimpun), MasalahKetatanegaraanDewasaIni, (Ghalia Indonesia, 1984), him. 125-126.

31
landasan bagj aturan dasar yang merupakan label 1
tatanan suatu negara dalam bentuk Undang- Hierarki Peraturan Perundang-
Undang Dasar atau konstitusi (tertulis) maka undangan
aturan dasar tersebut pada gilirannya Menurut TAP MPRS No. XX/MPRS/1966
merupakan landasan bag! hukum perundang-
UUD 1945,
undangan {Gesetzesrecht) yang berlaku dalam
Ketetapan MPRS/MPR,
negara. Biasanyaaturan-aturan dasar tersebut
UU/Perppu,
apablla dituangkan dalam suatu dokumen
Peraturan Pemerintah,
negaradisebut Vervassung, dan apabila dalam
Keputusan Presiden,
beberapa dokumen atau tersebar-sebar
Peraturan-peraturan pelaksanaan lalnnya
disebut Grundgessetze. Isi penting bagi aturan
seperti:
dasar selain garis-garls besar atau pokok-
1. Peraturan Menteri,
pokok kebijaksanaan negara juga terutama
2. Instruksl Menteri, dan lain-lainnya.
aturan-aturan untuk memperlakukan dan
memberlkan kekuatan mengikat kepada Tata urutan di atas menunjukkan tingkat-
norma-norma hukum peraturan perundang- tingkat daripada masing-masing bentuk yang
undangan, atau dengan perkataan lain bersangkutan dl mana yang disebut leblh
menggariskan tata cara membentuk peraturan dahulu mempunyal kedudukan leblh tinggi
perundang-undangan yang mengikat umum. daripada bentuk-bentuk yang tersebut
belakangnya (di bawahnya). Di samping itu,
Hierarki Peraturan Perundang-undangan tata urutan dl atas mengandung konsekuensi
Rl hukum bentuk peraturan atau ketetapan yang
tingkatannya leblh rendah tidak boleh
Menurut sistem hukum Indonesia, mengandung materl yang bertentangan
peraturan perundang-undangan (hukum dengan materi yang dimuat di dalam suatu
tertulis) disusun dalam suatu tingkatan yang peraturan yang bentuknya leblh tinggi, terlepas
disebut hierarki peraturan perundang- dari soal siapakah yang berwenang
undangan. Di dalam Memorandum DPR-GR memberlkan penilaian terhadap materl
tertanggal 9 Juni 1996 yang telah dikukuhkan peraturan serta bagaimana nanti konsekuensi
oleh MPRS dengan Ketetapan MPRS No. XX/ apablla suatu peraturan Itu materinya dinilal
MPRS/1966 dan juga oleh MPR dengan bertentangan dengan materi peraturan yang
Ketetapan MPR No. V/MPR/1973, Lampiran II lebih tlnggi.^2
tentang "Tata Urutan Peraturan Perundang- Melalui Sidang Tahunan MPR Rl tanggal
undangan Republik Indonesia Menurut DUD 7-18 Agustus 2000, MPR telah mengeiuarkan
1945" dalam huruf A, disebutkan tata urutan Ketetapan MPR No. lll/MPR/2000 tentang
bentuk-bentuk peraturan perundang- Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
undangan Republik Indonesia iaiah sebagai Perundang-undangan. Menurut Ketetapan
berikut;

Ni'matuI Huda, Negara Hukum, Demokrasi dan Judicial Review, (Ull Press, Yogyakarta, 2005).

32 JURNAL HUKUM NO. 1 VOL 13 JANUARI2006; 27-37


Ni'matuI Huda. Kedudukan Peraturan Daerah Dalam Hierarki...

MPR No. lll/IVIPR/2000, peraturan perundangr materi yang sama, maka peraturan yang
undangan yang tersusun secara hierarkis terbaru harus diberlakukan, walaupun
tersebut mengandung konsekuensi bahwa tidak dengan secara tegas dinyatakan
suatu peraturan perundang-undangan yang bahwa peraturan yang lama itu dicabut.
lebih rendah tingkatannya tidak boleh Selain itu. peraturan yangmengatur materi
berlentangan dengan peraturan perundang- yang lebih khusus harus diutamakan dari
undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Hal peraturan perundang-undangan yang
ini seiaras dengan asas hukum lex superior lebih umum.
derogat inferior! (hukum yang lebih tinggi Konsekuensi pentlng dari prinsip-prinsip
mengalahkan hukum yang tingkatannya di di atas, harus diadakan mekanisme yang
bawahnya). Hal ini dimaksudkan agar tercipta menjaga dan menjamin agar prinsip tersebut
kepastian hukum dalam sistem peraturan tidak disimpangi atau dilanggar.
perundang-undangan. Mekanismenya yaitu ada sistem pengujian
Ajaran tentang tata urutan peraturan secara yudlsial atas setiap peraturan
perundang-undangan demiklan mengandung perundang-undangan, atau kebijakan maupun
beberapa prinslp:^^ tindakan pemerintahan lainnya, terhadap
1. Peraturan perundang-undangan yang lebih p^aturan perundang-undangan yang lebih
tinggi kedudukannya dapat dijadikan tinggi tingkatannya atau tingkat tertinggi yaitu
landasan atau dasarhukum bag! peraturan UUD. Tanpa konsekuensi tersebut, tata unitan"
perundang-undangan yang lebih rendah tidak akan berarti. Suatuperaturan perundang-
atau berada di bawahnya. undangan tingkat lebih rendah dapat tetap
2. Peraturan perundang-undangan tingkat beriaku walaupun bertentangan dengan
lebih rendah harus bersumber atau memiliki peraturan perundang-undangan tingkat lebih
dasar hukum darl suatu peraturan tinggi.
perundang-undangan tingkat lebih tinggi. Pada tangga! 24 Mei 2004 DPR dan
3. Isi atau muatan peraturan perundang- Pemerintah telah menyetujui Rancangan
undangan yang lebih rendah tidak boleh Undang-undang tentang Pembentukan
menyimpangi atau berlentangan dengan Peraturan Perundang-undangan menjadi
peraturan perundang-undangan yang lebih Undang (UU No. 10 Tahun 2004). Undang-
tinggi tingkatannya. undang ini menegaskan bahwa Pancasiia
4. Suatu peraturan perundang-undangan merupakan sumber dari segala sumber
hanya dapat dicabut atau diganti atau hukum negara. UUD Negara Repubiik Indo
diubah dengan peraturan perundang- nesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar
undangan yang lebih tinggi atau paling tidak dalam peraturan perundang-undangan.
dengan yang sederajat. Mengenai jenis dan hierarki peraturan
5. Peraturan-peraturan perundang- perundang-undangan diatur dalam Pasal 7
undangan yang sejenis apabila mengatur UU tersebut adalah sebagai berikut;

"Bagir Manan, Teoridan..., Op.Cit., him. 133. Uhatjuga dalam Rosjldi Ranggawidjaja, Pedoman Teknik
Perancangan Peraturan Perundang-undangan, (CitaBhaktiAkademika, Bandung, 1996), him. 19.

33
label 2 nama iainnya bersama dengan kepala
desa atau nama Iainnya.
HIERARKIMENURUT UU NO. 10 TH 2004
ketentuan lebih lanjut mengenai tata
a. UUD Negara R1 Tahun 1945 cara pembuatan Peraturan Desa/peraturan
b. Undang-Undang/Perpu yang setingkat diatur dengan peraturan daerah
c. Peraturan Pemerintah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
d. Peraturan Presiden
Kemudian daiam Pasal 12 ditegaskan,
6. Peraturan Daerah:
bahwa mated muatan Peraturan Daerah
1. Perda Provinsi
adalah seluruh mated muatan dalam rangka
2. Perda Kabupaten/Kota
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
3. Perdes/Peraturan yang Setingkat
pembantuan, dan menampung kondisi khusus
daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan
Jenis peraturan perundang-undangan perundang-undangan yang lebih tinggi.
selain yang telah disebutkan diatas (lihat tabel Di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang
2), diakui keberadaannya dan mempunyai Pemerintahan Daerah Pasal 136 ditegaskan
kekuatan hukum mengikat sepanjang Perda ditetapkan oleh kepala daerah setelah
diperintahkan oleh peraturan perundang- mendapat persetujuan bersama DPRD. Perda
undangan yang lebih tinggi, antara lain: dibentuk daiam rangka penyelenggaraan
peraturan yang dike[uarkan oleh MPR dan otonomi daerah provinsi/kabupaten/kota dan
DPR, DPD, MA, MK, BPK, Bank Indonesia, tugas pembantuan. Perda merupakan
Menteri, Kepala Badan, Lembaga atau Komisi penjabaran lebih lanjut dad peraturan
yang setingkat yang dibentuk oleh undang- perundang-undangan yang lebih tinggi dengan
undang atau pemerintah atas perintah memperhatikan ciri khas masing-masing
undang-undang, DPRD Provinsi, Gubernur, daerah. Perda dilarang bertentangan dengan
DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/Waiikota, kepentingan umum dan/alau peraturan
Kepala Desa atau yang setingkat. perundang-undangan yang lebih tinggi. Materi
muatan Peraturan Desa/yang setingkat adalah
Peraturan Daerah seluruh materi daiam rangka penyelenggaraan
urusan desa atau yang setingkat serta
Berkaitan dengan Peraturan Daerah, penjabaran lebih ianjut peraturan perundang-
Pasal 7 ayat (2) UU No. 10 Tahun 2004 undangan yang lebih tinggi. Materi muatan
menegaskan sebagai berikut: mengenai ketentuan pidana hanya dapat
a. Perda provinsi dibuat oieh Dewan dimuat daiam Undang-Undang dan Peraturan
Perwakiian Rakyat Daerah provinsi Daerah.
bersama dengan gubernur. UU No. 32 Tahun 2004 ternyata
b. Perda kabupaten/kota dibuat oleh Dewan memberikan mang lingkup urusan pemerintahan
Perwakiian Rakyat Daerah Kabupaten/kota yang sangat luas (kewenangan) kepada daerah
bersama dengan bupati/walikota. untuk diatur dalam peraturan daerah. Ketentuan
c. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, tersebut mengharuskan para pejabat di
dibuat oleh Badan Perwakiian Desa atau iingkungan pemerintah daerah yang ditugaskan

34 JURNAL HUKUM NO. 1 VOL 13 JANUARI2006; 27-37


Ni'matuI Huda. Kedudukan Peraturan Daerah Dalam Hierarki...

untuk merancang sebuah peraturan daerah eksekutif, legislatif dan judikatif dalam naskah
untuk mengetahui dan mempelajari berbagai Perubahan Pertama UUD 1945 maka produk
peraturan perundang-undangan yang lebih legislatif daerah ini dapat saja bertentangan
tinggi yang terkait dengan substansi rancangan dengan produk eksekutif di tingkat pusat.
peraturan daerah. Penelitian dan kajian yang Misalnya, apabila suatu materi Perda propinsi
mendalam terhadap substansi peraturan yang ataupun Perda kabupaten/kota yang telah
lebih tinggi sangat membantu DPRD dan ditetapkan secara sah temyata bertentangan
gubernur/bupati/walikota dalam menetapkan isinya dengan materi Peraturan Menteri di
peraturan daerah dengan kualitas yang balk tingkat pusat, maka pengadilan haruslah
dan sekaligus menghindari kemungkinan menentukan bahwa Perda itulah yang berlaku
"pembatalan Perda" oleh Pemerintah dan sepanjang untuk daerahnya.''®
merepotkan DPRD dan Kepala Daerah untuk Menurut Baglr Manan, mengingat bahwa
menetapkan Perda tentang pencabutan Perda. Perda (termasuk Peraturan Desa) dibuat oleh
Bagaimana kedudukan Peraturan satuan pemerintahan yang mandlrl (otonom),
Daerah dalam hierarki perundang-undangan? dengan lingkungan wewenang yang mandiri
Dari segi pembuatannya, sudah semestinya pula, maka dalam pengujiannya terhadap
kedudukan Perda ini, balk Perda Propinsi peraturan perundang-undangan yang lebih
maupun Perda Kabupaten atau Kota, dapat tinggi tidak boleh semata-mata berdasarkan
dilihat setara dengan Undang-Undang dalam "pertingkatan", melainkan juga pada
arti semata-mata merupakan produk hukum lingkungan wewenangnya". Suatu Perda yang
lembaga ieglslatif. Namun demikian, darl segi bertentangan dengan suatu peraturan
isinya sudah seharusnya, kedudukan peraturan perundang-undangan tingkat lebih tinggi
yang mengatur materi dalam ruang llngkup. (kecuali UUD) belum tentu salah, kalau
daerah berlaku yang lebih sempit dianggap ternyata peraturan perundang-undangan
mempunyai kedudukan lebih rendah tingkat tinggi yang melanggar hak dan
dibandingkan peraturan dengan ruang llngkup kewajiban daerah yang dijamin UUD atau UU
wilayah berlaku yang lebih luas. Dengan Pemerintahan Daerah.^®
demikian, Undang-Undang lebih tinggi Dalam rangka pengawasan terhadap
kedudukannya darlpada Perda Propinsi, dan Raperda dan Peraturan Kepala Daerah tentang
Perda Kabupaten atau Perda Kota. Karena itu, APBD, perubahan APBD dan pertanggung-
sesuai prinsip hierarki peraturan perundang- jawaban pelaksanaan APBD, Penjelasan Umum
undangan, peraturan yang lebih rendah itu angka 9 UU No. 32 Tahun 2004 menegaskan,
tidak boleh bertentangan dengan peraturan dalam hal pengawasan terhadap rancangan
yang derajatnya lebih tinggi.^^ Perda dan Perda, Pemerintah melakukan dengan
Akan tetapi, sebagai konsekuensi 2 (dua) carasebagai berikut:
dipertegasnya prinsip pemisahan kekuasaan 1. Pengawasan terhadap rancangan

" Ni'matuI Huda, Otonomi Daerah, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005), him. 239.
" Bagir Manan, Teori..., Op.Cit., him. 279-280.
//)/(/., him. 142.

35
peraturan daerah (RAPERDA), yaitu Mengingat tugas pemerintah daerah
terhadap rancangan peraturan daerah dalam rangka otonomi daerah semakin berat,
yang mengatur pajak daerah, retribusi maka pembentukan Perda, peraturan kepala
daerah, APBD, dan RUTR sebelum daerah dan keputusan kepala daerah
disahkan oleh kepala daerah terlebih memerlukan perhatian yang serius. Proses
dahulu dievaluasi oleh Menteri Dalam harmonisasi, pembulatan dan pemantapan
Negeri untuk Raperda provinsi, dan oleh konsep rancangan Perdamerupakan ha! yang
Gubemur terhadap Raperda kabupaten/ harus ditempuh. Pengharmonisan adalah
kota. Mekanlsme Ini dilakukan agar merupakan upaya untuk menyelaraskan
pengaturan tentanghai-hai tersebut dapat sesuatu, dalam hal ini Perda sebagai salah
mencapai daya guna yang optimal. satu jenis peraturan perundang-undangan
2. Pengawasan terhadap semua peraturan yang tersusun secara sistematis dalam suatu
daerah di luar yang termasuk dalam angka hierarki maupun dengan asas peraturan
1, yaitu setiap peraturan daerah wajib perundang-undangan agar tergambar dengan
disampaikan kepada Menteri Dalam Jelas dalam pemikiran atau pengeit'an bahwa
Negeri untuk provinsi dan Gubemur untuk Perda merupakan bagian integral yang utuh
kabupaten/kota untuk memperoleh darikeseluruhan sistemperaturan perundang-
klarifikasi. Terhadap peraturan daerah yang undangan. Pengharmonisan dilakukan untuk
bertentangan dengan kepentingan umum menjaga keselarasan, kebulatan konsepsi
dan peraturan yang lebih tinggi dapat peraturan perundang-undangan sebagai
dibatalkan sesuaimekanisme yang beriaku. sistem agar peraturan perundang-undangan
Pengaturan di atas merupakan koreksi berfungsl secara efektif.^^ Di samping itu,
terhadap sistem pengawasan represif yang pengharmonisan peraturan pemndang-undangan
dijalankan oleh UU No. 22 Tahun 1999. Di sangatstrategis fungsinya sebagai upaya preventif
samping itu, karenabanyak Perdayangselama untuk mencegah adanya pembatalan oleh
Ini bertentangan dengan kepentingan umum pemerintah atau pun diajukannya permohonan
atau peraturan yanglebih tinggi. Langkah yang pengujian peraturan perundang-undangan
ditempuh Pemerintah sebelum melaksanakan kepada Kekuasaan Kehakiman yang kompeten.
pengawasan represifmemang sebaiknyajuga Pengharmonisasian akan menjamin proses
melakukan pembinaan (evaluasi) kepada pembentukan rancangan peraturan daerah
daerah, khususnya dalam pembuatan Perda dilakukan secara taat asas demi kepastian
secara berkelanjutan, Raperda yang kurang hukum. Adapun aspek-aspekapa yang perlu
tepat segera dikembalikan untuk direvisi. diharmonisasikan, setidaknya ada dua aspek
Sehingga kemungkinan adanya kesalahan yaitu yang berkaitan dengan konsepsi materi
dalam pembuatan Perda dapat diminimalisir muatan dan teknik penyusunannya.
sejauh mungkin.

AA.Oka Mahendra, Harmonisasi danSinkronisasi RUU dalam Rangka Pemantapan danPembulatan


Konsepsi, makalah 'Workshop Pemahaman UU No. 10Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan", Yogyakarta, Oktober 2005.

36 JURNAL HUKUM NO, 1 VOL 13 JANUARI2006 ; 27-37


Ni'matuI Huda. Kedudukan Peraturan Daerah Dalam Hierarki...

Simpulan Pemahaman UU No. lO.Tahun 2004

Dari uraian di atas dapat disimpulkan tentang Pembentukan Peraturan


bahwa dari segi pembuatannya, sudah Perundang-Undangan", Yogyakarta,
Oktober 2005.
semestlnya kedudukan Perda ini, balk Perda
ProplnsI maupun Perda Kabupaten atau Kota, A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan
dapat dilihat setara dengan Undang-Undang Presiden Ri dalam Penyelenggaraan
dalam art! semata-mata merupakan produk Pemerintahan Negara (Suatu Stud!
hukum lembaga legislatif. Namun demikian, Analisis Mengenai Keputusan Presiden
yang Berfungsi Pengaturandalam Kurun
darisegi islnya sudah seharusnya, kedudukan
Waktu Peiita 1 - Pelita Vi), Disertasi
peraturan yang mengatur materi dalam ruang
lingkup daerah berlaku yang lebih sempit Doktor, Pascasarjana Universitas Indo
nesia, Jakarta, 1990.
dianggap mempunyai kedudukan lebih
Bagir Manan, Teoiidan PoiltikKonstitusi, Cetakan
rendah dibandingkan peraturan dengan ruang
lingkup wilayah berlaku yang lebih luas. Kedua, FH Uil Press,Yogyakarta, 2004
Dengan demikian, Undang-Undang lebih Hans Kelsen, General Theory ofLaw and State,
tinggi kedudukannya daripada Perda Propinsi, Translate byAnders Wedberg, Russell &
Russell, New York, 1973.
dan Perda Kabupaten atau Perda Kota.
K.C. Wheare, Modem Constitution, Oxford Uni
Dalam pengujiannya terhadap peraturan
versity Press, London, 1971.
perundang-undangan yang lebih tinggi tidak
Ni'matuI Huda, Negara Hukum, Demokrasi dan
boleh semata-mata berdasarkan "pertingkatan",
melainkan juga pada "lingkungan Judicial Review, Ull Press, Yogyakarta,
2005.
wewenangnya". Suatu Perda yang bertentangan
dengan suatu peraturan perundang-undangan , Otonomi Daerah, Pustaka Pelajar,
tingkat lebih tinggi (kecuali UUD) belum tentu Yogyakarta, 2005.
Padmo Wahjono (Penghimpun), Masaiah
salah, kalau ternyata peraturan perundang-
Ketatanegaraan Dewasa Ini, Ghalia In
undangan tingkat tinggi yangmelanggar hakdan
donesia, 1984.
kewajiban daerah yang dijamin UUD atau UU
Pemerintahan Daerah.
Rosjidi Ranggawidjaja, Pedoman Teknik
Perancangan Peraturan Perundang-
- undangan, Cita Bhakti Akademika,
Daftar Pustaka Bandung, 1996.
A.A. Oka Mahendra, Harmonisasi dan UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Sinkronisasi RUU dalam Rangka Peraturan Perundang-Undangan.
Pemantapan dan Pembulatan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
Konsepsi, makalah "Workshop

37

Anda mungkin juga menyukai