Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS HARGA DIRI


I. KASUS (MASALAH UTAMA)
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis,
tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000). Gangguan harga diri adalah
evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Harga diri rendah adalah
evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative dan
dipertahankan dalam waktu yang lama.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena karena
tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri (Keliat, 2001). Harga diri rendah
adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative dan
dipertahankan dalam waktu yang lama. Jadi harga diri rendah adalah suatu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat
bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
B. Rentang Respon
Individu dengan kepribadian sehat akan terdapat citra tubuh yang
positif/sesuai, ideal diri yang realistik, konsep diri positif, harga diri tinggi,
penampilan peran yang memuaskan dan identitas yang jelas. Respon konsep diri
sepanjang rentang sehat – sakit berkisar dari status aktualisasi diri (paling adaptif)
sampai pada keracunan identitas atau depersonalisasi (maladaptif) yang
digambarkan sebagai berikut:

Respons Respon
Adaptif Maladaptif
Aktulisasi diri Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasi
positif rendah identitas

Keterangan:
1. Respon Adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu
masalah dapat menyelesaikannya secara baik antara lain:
a. Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi
masalalu akan diri dan perasaannya.
b. Konsep diri positif
Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.
2. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana
individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon maladaptive
gangguan konsep diri adalah:
a. Harga diri rendah
Transisi antara respon konsep diri positif dan mal adaptif.
b. Kekacauan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan
dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri)
d. Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak
mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.
Aktualisasi diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
melatar belakangi pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan citra
tubuh yang positif dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga
diri tinggi, penampilan peran yang memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam
dan rasa identitas yang jelas.
Konsep diri positif merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif
dalam beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan mengungkapkan
keputusan akibat penyakitnya dan mengungkapkan keinginan yang tinggi. Tanda-
tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah: yakin akan
kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai rasa percaya diri
sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak
lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela
atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain. Menerima pujian tanpa
rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah
diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi
meremehkan orang lain. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai
perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai
perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Mampu
memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak
disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya
sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya
menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
Konsep diri negatif ditandai dengan masalah sosial dan ketidakmampuan untuk
melakukan dengan penyesuaian diri (maladjustment). Harga diri adalah penilaian
pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku
memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan
menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering
gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain. Harga diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Biasanya
harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset
ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah.

C. Penyebab
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi
system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C.
1998: 366). Menurut Carpenito, koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam
mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan
sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Harga diri rendah di akibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan
penampilan seseorang yang tidak optimal. Seringkali penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering di salahkan, jarang di beri pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang di
hargai dan tidak di beri kesempatan dan tidak di terima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
1) Kerusakan lobus frontal
2) Kerusakan hipotalamus
3) Kerusakan system limbic
4) Kerusakan neurotransmitter
b. Faktor psikologis
1) Penolakan orang tua
2) Harapan orang tua tidak realistis
3) Orang tua yang tidak percaya pada anak
4) Tekanan teman sebaya
5) Kurang reward system
6) Dampak penyakit kronis
c. Faktor sosial
1) Kemiskinan
2) Terisolasi dari lingkungan
3) Interaksi kurang baik dalam keluarga
d. Faktor cultural
1) Tuntutan peran
2) Perubahan kultur
Faktor Predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

2. Faktor Presipitasi
Adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produkivitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri
harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara
situasional misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus
di operasi, kecelakaan, perkosaan atau di penjara termasuk di rawat di rumah
sakit bisa menyebabkan harga diri, harga diri rendah di sebabkan karena
penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
Penyebab lainnya dalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta
perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga
diri rendah kronik biasanya di rasakan klien sebelum sakit atau sebelum di rawat
klien sudah memilki pikiran negatif dan meningkat saat di rawat. Dipengaruhi
oleh factor Internal dan eksternal.
D. Tanda dan Gejala
Tanda yang menunjukan harga diri rendah menurut Carpenito, L. J. (2003: 352):
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. misalnya: malu dan sedih karena rambut menjadi botak setelah
mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya: ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya: saya tidak bisa,saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tau apa-apa.
4. Percaya diri kurang. Misalnya: klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
5. Ekspresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri.
6. Perasaan tidak mampu.
7. Pandangan hidup yang pesimistis.
8. Tidak berani menatap lawan bicara.
9. Lebih banyak menunduk.
10. Penolakan terhadap kemampuan diri.
11. Kurang memperhatikan perawatan diri (Kuku panjang dan kotor, rambut
panjang dan lusuh, gigi kuning, kulit kotor).
12. Data Obyektif:
a. Produktivitas menurun.
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif pada orang lain.
d. Penyalahgunaan zat
e. Menarik diri dari hubungan sosial
f. Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah.
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah.
E. Akibat
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal
ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan
seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika seseorang mengalami
harga diri rendah, maka akan berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari
kelompoknya. Dia akan cenderung menyendiri dan menarik diri. (Eko P, 2014)
Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri. Isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah
laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
(DEPKES, 2003)
III. A. POHON MASALAH

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Tidak efektifnya koping individu

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Isolasi sosial: menarik diri
Data subjektif : Mengatakan malas berinteraksi, mengatakan orang lain tidak
mau menerima dirinya, merasa orang lain tidak selevel
Data objektif : Menyendiri, mengurung diri, tidak mau bercakap-cakap
dengan orang lain
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Data subjektif : Mengatakan saya tidak mampu, tidak tahu apa-apa,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri
Data objektif : Terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif, ingin menciderai diri atau mengakhiri hidup
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada pasien dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah, antara lain:
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial: menarik diri
V. RENCANA KEPERAWATAN

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan TUM: Klien
konsep diri: memiliki konsep
harga diri diri yang positif
rendah.

TUK:
1. Klien dapat
membina 1. Setelah … kali 1. Bina hubungan
hubungan saling interaksi, klien saling percaya
percaya dengan menunjukkan dengan meng-
perawat. eskpresi wajah gunakan prinsip
bersahabat, komunikasi
menun-jukkan terapeutik :
rasa senang, ada
 Sapa klien
kontak mata,
dengan ramah
mau berjabat
baik verbal
tangan, mau maupun non
menyebutkan verbal.
nama, mau  Perkenalkan
menjawab diri dengan
salam, klien mau sopan.
duduk  Tanyakan
berdampingan nama lengkap
dengan perawat, dan nama
mau panggilan yang
mengutarakan disukai klien.
masalah yang  Jelaskan tujuan
dihadapi. pertemuan.
 Jujur dan
menepati janji.
 Tunjukan sikap
empati dan
menerima
klien apa
adanya.
 Beri perhatian
dan perhatikan
kebutuhan
dasar klien.
2. Klien dapat 2. Setelah … kali 2.1. Diskusikan dengan
mengidentifikasi interaksi klien klien tentang:
aspek positif menyebutkan:
 Aspek positif
dan kemampuan
o Aspek yang dimiliki
yang dimiliki.
positif dan klien, keluarga,
kemampuan lingkungan.
yang  Kemampuan
dimiliki yang dimiliki
klien. klien.
o Aspek
positif 2.2 Bersama klien
keluarga. buat daftar tentang:
o Aspek  Aspek positif
positif klien, keluarga,
lingkung-an lingkungan.
klien.  Kemampuan
yang dimiliki
klien.
2.3. Beri pujian
yang realistis,
hindarkan memberi
penilaian negatif.

3. Klien dapat me- 3. Setelah … kali 3.1. Diskusikan


nilai interaksi klien dengan klien
kemampuan menyebutkan kemampuan yang
yang dimiliki kemampuan dapat
un-tuk yang dapat dilaksanakan.
dilaksanakan dilaksanakan. 3.2. Diskusikan
kemampuan yang
dapat dilanjutkan
pelaksanaannya.

4. Klien dapat 4. Setelah … kali 4.1. Rencanakan


merencanakan interaksi klien bersama klien
kegiatan sesuai membuat aktivitas yang
dengan rencana kegiatan dapat dilakukan
kemampuan harian setiap hari sesuai
yang dimiliki kemampuan klien:
 kegiatan
mandiri.
 kegiatan dengan
bantuan.
4.2. Tingkatkan
kegiatan sesuai
kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara
pelaksanaan
kegiatan yang
dapat klien
lakukan.
5. Klien dapat 5. Setelah … kali 5.1. Anjurkan klien
melakukan interaksi klien untuk
kegiatan sesuai melakukan melaksanakan
rencana yang kegiatan sesuai kegiatan yang telah
dibuat. jadual yang direncanakan.
dibuat. 5.2. Pantau kegiatan
yang dilaksanakan
klien.
5.3. Beri pujian atas
usaha yang
dilakukan klien.
5.4. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
kegiatan setelah
pulang.
6. Klien dapat 6. Setelah … kali 6.1. Beri pendidikan
memanfaatkan interaksi klien kesehatan pada
sistem pendu- memanfaatkan keluarga tentang
kung yang ada. sistem cara merawat klien
pendukung yang dengan harga diri
ada di keluarga. rendah.
6.2. Bantu keluarga
memberikan
dukungan selama
klien di rawat.
6.3. Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M., Zainuri, I., Akbar, A. 2016. Teori dan Aplikasi Praktik Klinik - Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa (Edisi Pertama). Yogyakarta: Indomedia Pustaka

Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC

Prabowo, E. (2014. Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta:


Nuhamedika.

Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari :…. Tanggal:….


Interaksi ke: 1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
Klien terlihat murung, banyak menunduk dan pesimis, nada suara lemah, mengatakan
malu bertemu dengan orang.

2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

3. Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang didapat digunakan
d. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

4. Tindakan Keperawatan:
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
c. Memilih kemampuan yang akan di latih
d. Melatih kemampuan pertama yang dipilih
e. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/ menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
harian.

a. ORIENTASI

1. Salam Terapeutik:
“Selamat pagi, perkenalkan saya perawat ..., kalau boleh tau mbak namanya
siapa? Senang di panggil apa?”

2. Evaluasi/ Validasi:
“Bagaimana keadaan mbak… hari ini? Mbak… terlihat segar“.

3. Kontrak: (Topik, waktu, dan tempat)


Topik : “Bagaimana kita bercakap-cakap tentang hobi atau kegiatan yang
mbak sukai dirumah. Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang
masih dapat mbak lakukan di rumah sakit lalu kita nilai, kita
akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
Waktu : “Berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit mbak?”
Tempat : “Dimana kita duduk? bagaimana kalau di ruang tamu?”

b. KERJA: Langkah-Langkah Tindakan keperawatan


“kegiatan apa yg mbak sukai dirumah? keinginan apa yg mbak ingin lakukan? apa
saja kemampuan yang mbak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa
pula kegiatan rumah tangga yang biasa mbak lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu? Mencuci piring, dst.”.
“Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang mbak miliki “.
“nah mbak, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua sampai
5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang
masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba mbak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini. O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur mbak. Mari kita lihat tempat tidur
mbak. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus!
“Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang
lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan
masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan”.
“Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat
selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
”mbak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“Coba mbak lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau S lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak)
melakukan.

c. TERMINASI:
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan:
Evaluasi Subyektif (Klien):
“Bagaimana perasaan mbak S setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapihkan tempat tidur?

Evaluasi Obyektif (Perawat):


“mbak masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.”
“Ya, mbak S ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di
rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah mbak
praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di
rumah setelah pulang.”

2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan
yang telah dilakukan):
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Mbak Mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? Lalu
sehabis istirahat, jam 16.00”

3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat):


Topik : “Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua yaitu latihan
cuci piring ya mbak.”
Waktu : “Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 8 pagi setelah makan
pagi?”
Tempat : “Di dapur ruangan ini ya. Sampai jumpa.”

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

1. Fase Prainteraksi Kondisi: Klien sudah mampu menjelaskan hobi dan


kemampuan yang dimiliki yaitu 5 kemampuan dan sudah berlatih
merapikan tempat tidur. Klien masih sering menunduk dan nada suara
pelan.
2. Diagnosa Kep: Gangguan konsep diri; Harga diri rendah
3. Tujuan Khusus: TUK 3, 4, 5
4. Intervensi: SP 2 Pasien 2. Fase Orientasi: “ Selamat pagi, bagaimana
perasaan S pagi ini? Wah, tampak cerah ” ”Bagaimana S, sudah dicoba
merapikan tempat tidur sore kemarin/Tadi pag? Bagus (kalau sudah
dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu S?” ”Ya benar, kita
akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini” ”Waktunya sekitar 15
menit. Mari kita ke dapur!”. 3. Fase Kerja: “ Mbak S, sebelum kita
mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/
tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring,
dan air untuk membilas., S bisa menggunakan air yang mengalir dari
kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang
sisa-makanan. “Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya” “Setelah
semuanya perlengkapan tersedia, S ambil satu piring kotor, lalu buang
dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian S bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes
yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni,
bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring
tersebut. Setelah itu S bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi
di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai… “Sekarang coba S yang
melakukan…” “Bagus sekali, S dapat mempraktekkan cuci pring dengan
baik. Sekarang dilap tangannya. 4. Fase Terminasi: ”Bagaimana perasaan
S setelah latihan cuci piring?” “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini
dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari S. Mau berapa kali S mencuci
piring? Bagus sekali S mencuci piring tiga kali setelah makan.” ”Besok
kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita
akan latihan mengepel” ”Mau jam berapa? Sama dengan sekarang?
Sampai jumpa ”

Anda mungkin juga menyukai