Respons Respon
Adaptif Maladaptif
Aktulisasi diri Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasi
positif rendah identitas
Keterangan:
1. Respon Adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu
masalah dapat menyelesaikannya secara baik antara lain:
a. Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi
masalalu akan diri dan perasaannya.
b. Konsep diri positif
Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.
2. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana
individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon maladaptive
gangguan konsep diri adalah:
a. Harga diri rendah
Transisi antara respon konsep diri positif dan mal adaptif.
b. Kekacauan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan
dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri)
d. Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak
mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.
Aktualisasi diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
melatar belakangi pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan citra
tubuh yang positif dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga
diri tinggi, penampilan peran yang memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam
dan rasa identitas yang jelas.
Konsep diri positif merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif
dalam beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan mengungkapkan
keputusan akibat penyakitnya dan mengungkapkan keinginan yang tinggi. Tanda-
tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah: yakin akan
kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai rasa percaya diri
sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak
lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela
atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain. Menerima pujian tanpa
rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah
diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi
meremehkan orang lain. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai
perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai
perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Mampu
memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak
disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya
sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya
menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
Konsep diri negatif ditandai dengan masalah sosial dan ketidakmampuan untuk
melakukan dengan penyesuaian diri (maladjustment). Harga diri adalah penilaian
pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku
memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan
menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering
gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain. Harga diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Biasanya
harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset
ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah.
C. Penyebab
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi
system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C.
1998: 366). Menurut Carpenito, koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam
mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan
sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Harga diri rendah di akibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan
penampilan seseorang yang tidak optimal. Seringkali penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering di salahkan, jarang di beri pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang di
hargai dan tidak di beri kesempatan dan tidak di terima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
1) Kerusakan lobus frontal
2) Kerusakan hipotalamus
3) Kerusakan system limbic
4) Kerusakan neurotransmitter
b. Faktor psikologis
1) Penolakan orang tua
2) Harapan orang tua tidak realistis
3) Orang tua yang tidak percaya pada anak
4) Tekanan teman sebaya
5) Kurang reward system
6) Dampak penyakit kronis
c. Faktor sosial
1) Kemiskinan
2) Terisolasi dari lingkungan
3) Interaksi kurang baik dalam keluarga
d. Faktor cultural
1) Tuntutan peran
2) Perubahan kultur
Faktor Predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor Presipitasi
Adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produkivitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri
harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara
situasional misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus
di operasi, kecelakaan, perkosaan atau di penjara termasuk di rawat di rumah
sakit bisa menyebabkan harga diri, harga diri rendah di sebabkan karena
penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
Penyebab lainnya dalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta
perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga
diri rendah kronik biasanya di rasakan klien sebelum sakit atau sebelum di rawat
klien sudah memilki pikiran negatif dan meningkat saat di rawat. Dipengaruhi
oleh factor Internal dan eksternal.
D. Tanda dan Gejala
Tanda yang menunjukan harga diri rendah menurut Carpenito, L. J. (2003: 352):
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. misalnya: malu dan sedih karena rambut menjadi botak setelah
mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya: ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya: saya tidak bisa,saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tau apa-apa.
4. Percaya diri kurang. Misalnya: klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
5. Ekspresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri.
6. Perasaan tidak mampu.
7. Pandangan hidup yang pesimistis.
8. Tidak berani menatap lawan bicara.
9. Lebih banyak menunduk.
10. Penolakan terhadap kemampuan diri.
11. Kurang memperhatikan perawatan diri (Kuku panjang dan kotor, rambut
panjang dan lusuh, gigi kuning, kulit kotor).
12. Data Obyektif:
a. Produktivitas menurun.
b. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif pada orang lain.
d. Penyalahgunaan zat
e. Menarik diri dari hubungan sosial
f. Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah.
g. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah.
E. Akibat
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal
ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan
seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika seseorang mengalami
harga diri rendah, maka akan berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari
kelompoknya. Dia akan cenderung menyendiri dan menarik diri. (Eko P, 2014)
Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri. Isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah
laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
(DEPKES, 2003)
III. A. POHON MASALAH
No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan TUM: Klien
konsep diri: memiliki konsep
harga diri diri yang positif
rendah.
TUK:
1. Klien dapat
membina 1. Setelah … kali 1. Bina hubungan
hubungan saling interaksi, klien saling percaya
percaya dengan menunjukkan dengan meng-
perawat. eskpresi wajah gunakan prinsip
bersahabat, komunikasi
menun-jukkan terapeutik :
rasa senang, ada
Sapa klien
kontak mata,
dengan ramah
mau berjabat
baik verbal
tangan, mau maupun non
menyebutkan verbal.
nama, mau Perkenalkan
menjawab diri dengan
salam, klien mau sopan.
duduk Tanyakan
berdampingan nama lengkap
dengan perawat, dan nama
mau panggilan yang
mengutarakan disukai klien.
masalah yang Jelaskan tujuan
dihadapi. pertemuan.
Jujur dan
menepati janji.
Tunjukan sikap
empati dan
menerima
klien apa
adanya.
Beri perhatian
dan perhatikan
kebutuhan
dasar klien.
2. Klien dapat 2. Setelah … kali 2.1. Diskusikan dengan
mengidentifikasi interaksi klien klien tentang:
aspek positif menyebutkan:
Aspek positif
dan kemampuan
o Aspek yang dimiliki
yang dimiliki.
positif dan klien, keluarga,
kemampuan lingkungan.
yang Kemampuan
dimiliki yang dimiliki
klien. klien.
o Aspek
positif 2.2 Bersama klien
keluarga. buat daftar tentang:
o Aspek Aspek positif
positif klien, keluarga,
lingkung-an lingkungan.
klien. Kemampuan
yang dimiliki
klien.
2.3. Beri pujian
yang realistis,
hindarkan memberi
penilaian negatif.
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC
Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
3. Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang didapat digunakan
d. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
4. Tindakan Keperawatan:
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
c. Memilih kemampuan yang akan di latih
d. Melatih kemampuan pertama yang dipilih
e. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien
a. ORIENTASI
1. Salam Terapeutik:
“Selamat pagi, perkenalkan saya perawat ..., kalau boleh tau mbak namanya
siapa? Senang di panggil apa?”
2. Evaluasi/ Validasi:
“Bagaimana keadaan mbak… hari ini? Mbak… terlihat segar“.
c. TERMINASI:
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan:
Evaluasi Subyektif (Klien):
“Bagaimana perasaan mbak S setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapihkan tempat tidur?
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan
yang telah dilakukan):
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Mbak Mau berapa kali sehari
merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? Lalu
sehabis istirahat, jam 16.00”