MA Pesantren Terpadu Al Fauzan Labruk Lor Lumajang
HP/Email : 082323413672/ma@pesteralfauzan.com Pada masa ini banyak sekali masyarakat yang kurang mengenal pahlawannya, padahal pahlawan sendiri merupakan seorang yang memiliki jasa yang sangat besar terhadap sebuah bangsa. Kebanyakan masyarakat hanya mengenal pahlawan yang sering dipublikasikan. Oleh karenanya penting bagi kita untuk mengenalkan pahlawan yang tidak banyak dikenal masyarakat luas. Salah satunya adalah Abul Mahasin Tajul Khalwati Al Makasari Al Bantani atau yang biasa dikenal dengan Syekh Yusuf Tajul khalwati, beliau merupakan seorang pahlawan nasional kelahiran Gowa, Kalimantan Selatan pada tanggal 3 Juli 1626. Beliau mendapat gelar “Tuanta Salamaka Ri Gowa” yang berarti tuan guru penyelamat dari gowa, julukan ini diberikan oleh pendukungnya dari kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Syekh Yusuf Tajul tinggal di Banten selama 5 tahun untuk mendalami ilmu agama dan mengajarkan agama islam juga memotivasi masyarakat agar semangat untuk terbebas dari jeratan bangsa Asing. Namun keinginan beliau untuk menimba ilmu di timur tengah tak dapat dibendung, akhirnya beliau berangkat ke Saudi Arabia dan bermukim disana selama 15 tahun. Saat ilmunya dianggap sudah memadai, nama beliau diabadikan sebagai seorang syekh. Kabar pengabadian nama itu sampai ke telinga seorang Sultan Ageng Tirtayasa dan dipanggilah Syekh Yusuf Tajul ke Banten untuk memperkuat jajaran kepemimpinan dalam usaha melawan invasi kompeni Belanda. Karena rasa cinta Syekh Yusuf Tajul pada negeri akhirnya beliau pulang untuk mengabdi. Disana beliau memupuk semangat berjuang, cita-cita perjuangan mempertahankan negeri dipupuknya melalui jamaah tarekat, tarekat yang dinafasi oleh tauhid bahwasanya “Cinta Tanah Air adalah Sebagian dari Iman” atau yang saat ini biasa disebut dengan “Hubbul Wathon Minal Iman”. Pada bulan Januari 1683 Syekh Yusuf Tajul melakukan perang Gerilya bersama pangeran Purbaya dan pangeran kidul di daerah Tangerang. Militer VOC awalnya mengalami kesulitan melawan Syekh Yusuf Tajul, namun karena pihak VOC berhasil menangkap istri dan Asma, anak beliau akhirnya syekh yusuf tajul lemah dan dijegal perlawanannya. Pengelabuan dilakukan, akhirnya Syekh Yusuf tajul menyerah takluk, dan ia dibawa ke Cirebon. Pada bulan September 1684 Syekh Yusuf dibuang ke Srilangka. Setelah hampir satu dekade tepatnya bulan Juli 1694 beliau dipindahkan ke Cape Town. Pembuangan ini berlangsung hingga maut menjemputnya yakni tepat pada bulan Mei 1699. Selama masa hidupnya Syekh Yusuf Tajul Khalwati memberi banyak jasa dan prestasi untuk negeri ini, beberapa diantaranya adalah sebagai ulama islam yang memiliki keilmuan tinggi, sebagai penasehat raja, inspirator bagi rakyat Afrika dalam melawan Apartheid, disebut sebagai salah seorang putra Afrika terbaik oleh Nelson Mandela, beliau juga merupakan tali penyambung antara Afrika Selatan dengan Indonesia. Karena banyaknya hal yang dilakukan untuk negeri ini, akhirnya pada masa kepresidenan Soeharto beliau dinobatkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Kepres No.071/TK/1995. Sebelum beliau resmi dinobatkan sebagai pahlawan nasional, tepat tahun 1994 makam beliau dipindahkan ke Indonesia tepat di tanah kelahirannya. Hal ini dilakukan atas permintaan raja Gowa, Sultan Abdul Jalil Tumenengan RI Lakiung. Sampai saat ini makam tersebut banyak dikunjungi masyarakat Makassar. Oleh karena itu, kita sebagai anak bangsa patut kiranya mengambil teladan dari seorang Syekh Yusuf Tajul Khalwati ini. Teladan dari beliau yang dapat kita ambil diantaranya adalah jiwa semangat beliau dalam menimba ilmu dan semangat patriotisme. Walaupun beliau telah lama tinggal di negera orang, namun beliau tetap semangat mengabdi untuk negeri. Jika seorang Syekh Yusuf dalam usianya yang tak terbilang muda masih begitu giat menimba ilmu dan membela negara, lalu mengapa kita tidak.