Fenomena Penelitian
Terdapat beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu: yang pertama, diabaikannya definisi
pendapatan dari rencana, yang mengakibatkan keputusan akuntansi tertentu tidak mempengaruhi
bonus; kemudian yang kedua, pengujian sebelumnya menganggap skema kompensasi selalu
mendorong manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan pendapatan. Misalnya,
mereka akan menisihkan dana yang sebagai kompensasi apabila melebihi target yang ditetapkan.
Sehingga jika penghasilannya rendah maka manajer memiliki strategi untuk mengurangi laba saat ini
dengan menunda pendapatan atau mempercepat write-off, di mana strategi ini dikenal sebagai
'taking a bath'. Strategi ini tidak mempengaruhi penghargaan bonus saat ini dan meningkatkan
kemungkinan memenuhi target laba masa depan, Studi terdahulu tidak mengontrol situasi tersebut
dan oleh karena itu mengecilkan hubungan antara insentif kompensasi dan keputusan akuntansi
prosedur.
Fenomena
Peneliti tertarik dalam menguji hipotesis perjanjian hutang. Hal ini karena, dari beberapa hasil studi,
peneliti masih menemukan research gap. Selain itu, beberapa penelitian sebelumnya dianggap
kurang mampu membuktikan hipotesis ini secara langsung. Peneliti ingin membuktikan adanya
perubahan metode akuntansi oleh perusahaan yang melanggar perjanjian hutang dengan metode
yang dianggap lebih baik, yaitu dengan penelitian time series dan analisa perubahan akuntansi
sebelum dan setelah pelanggaran perjanjian kredit.
Research Gap
Untuk mendapatkan hasil studi yang lebih baik, ada 3 (tiga) penelitain terbaru yang menggunakan
metode time series. Namun, hasil dari penelitian – penelitian tersebut tidak seragam. Healy dan
Palepu (1990) mendokumentasikan respon metode akuntansi dan dividen atas keharusan dividen.
Hasilnya, perusahaan memotong dividen tetapi tidak mengubah metode akuntansi lainnya.
DeAngelo, Angelo dan Skinner (1994) menguji pilihan akuntansi dari 75 perusahaan terdaftar di NYSE
yang mengalami kerugian dan pengurangan dividen yang konsisten, dimana perusahaan ini terikat
dengan perjanjian dividen. Hasilnya, mereka menemukan bahwa pilihan akuntansi perusahaan
tersebut merefleksikan pengetahuan akan kesulitan kondisi keuangan perusahaan dibanding dengan
mencoba untuk menaikkan laba yang dilaporkan. Sedangkan, DeFond dan Jiambalvo (1994) menguji
abnormal accruals dari 94 perusahaan yang melaporkan pelanggaran atas perjanjian hutang di
laporan tahunan dan hasilnya menunjukkan bahwa abnormal accrual positif dan signifikan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini menguji perubahan metode akuntansi, biaya dari gagal bayar dan perjanjian hutang
berbasis akuntansi yang dilanggar oleh 130 perusahaan yang mengungkapkan adanya pelanggaran
dalam laporan tahunannya. Secara umum, penelitian ingin menguji salah satu hipotesis akuntansi
positif, yaitu hipotesis perjanjian hutang karena masih adanya research gap dalam penelitian –
penelitian sebelumnya yang menguji hipotesis tersebut.
Secara lebih detail peneliti menjelaskan bahwa penelitiannya mengembangkan beberapa hal dari
penelitian sebelumnya, di antaranya;
Kerangka Konseptual
Debt covenant hypothesis yang disebutkan dalam literature akuntansi, dimana manager cenderung
mengubah kebijakan akuntansinya agar bisa mematuhi aturan – aturan berbasis akuntansi dalam
perjanjian hutang yang dimiliki.
Metode Penelitian
Peneliti menggunakan metode penelitian time series dan menguji hipotesis perjanjian hutang
dengan menganalisa perubahan metode akuntansi daripada abnormal accrual. Peneliti memilih 130
perusahaan yang mengungkapkan adanya pelanggaran dalam perjanjian hutang. Perusahaan yang
dipilih adalah perusahaan yang melanggar perjanjian minimum net worth dan working capital
daripada aturan dividen. Selain itu, peneliti menggunakan dua kelompok yaitu kelompok yang gagal
bayar dan kelompok kontrol.
Metode analisa yang digunakan peneliti adalah dengan melakukan analisa metode akuntansi
sebelum dan sesudah pelanggaran atas perjanjian kredit.
Hasil Penelitian
1. Manager pada perusahaan yang gagal bayar membuat lebih banyak perubahan akuntansi
yang menaikkan laba dibandingkan dengan manajer dari perusahaan di kelompok kontrol.
Dibandingkan dengan manager pada perusahaan di kelompok kontrol, perusahaan yang
gagal bayar membuat lebih banyak perubahan akuntansi yang meningkatkan kas dan
meningkatkan non kas.
2. Dari analisis kasus, peneliti menemukan bahwa manager mempertimbangkan konsekuensi
aliran kas dari perubahan metode akuntansi dibandingkan dengan menunda technical
default. Manager memilih untuk mengganti prosedur akuntansi dan menunda gagal bayar
ketika tidak ada aliran kas negative yang signifikan atas perubahan metode akuntansi
tersebut.
Implikasi Penelitian
Seperti yang telah disebutkan, penelitian ini membuktikan hipotesis perjanjian hutang dan konsisten
dengan hasil penelitian DeFond dan Jiambalvo. Implikasi dari penelitian ini sendiri menurut
kelompok kami adalah pembuktian adanya upaya manajemen laba dengan salah satu faktor
pendorongnya adalah perjanjian hutang sehingga fungsi kontrol seperti audit eksternal sangat
dibutuhkan dalam memastikan kewajaran dari laporan keuangan suatu perusahaan. Laporan
keuangan yang sudah diaudit juga biasanya menjadi salah satu dokumen syarat untuk mengajukan
pinjaman di lembaga resmi.
Seperti yang diungkapkan oleh peneliti bahwa dalam prosedur pemilihan sampel, menggunakan
perusahaan yang sudah melanggar perjanjian hutangnya, sehingga tidak ada dari perusahaan
tersebut yang menghindari pelanggaran secara penuh. Hal ini bias pada hipotesis nul, yaitu manager
mengganti ke prosedur yang meningkatkan laba pada tahun – tahun mendekati gagal bayar.
Judul Artikel 3 : Earnings Management During Import Relief Investigations
Author : Jennifer J. Jones (1991)
Fenomena
Fenomena pada penelitian ini adalah manajemen laba yang biasa dilakukan oleh perusahaan.
Dimana manajemen laba dapat dilakukan salah satunya adalah menurunkan pendapatan dan salah
satu event yang mungkin dimanfaatkan oleh perusahaan adalah kebijakan keringanan impor
(misalnya, kenaikan tarif dan pengurangan kuota). Perusahaan berusaha untuk menurunkan
pendapatan melalui manajemen laba selama investigasi keringanan impor oleh United States
International Trade Commission (ITC). Penetapan keringanan impor yang dilakukan oleh ITC
didasarkan pada beberapa faktor yang ditentukan dalam undang-undang perdagangan federal,
termasuk profitabilitas industri. Penggunaan nomor akuntansi secara eksplisit dalam regulasi
keringanan impor memberikan insentif bagi manajer untuk mengelola pendapatan guna
meningkatkan kemungkinan memperoleh keringanan impor dan / atau meningkatkan jumlah
keringanan yang diberikan
Research Gap
Teori Peltzman berpendapat bahwa regulator tidak akan secara eksklusif melayani satu kepentingan
ekonomi. Dengan demikian, tidak semua industri dalam negeri yang mencari keringanan impor
dapat diharapkan memperoleh keringanan yang diinginkan. Jika semua produsen dalam negeri
diberikan keringanan, mungkin ada insentif yang lebih sedikit bagi mereka untuk meningkatkan
kerugian yang terlihat pada industri.
Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji apakah perusahaan yang akan mendapat manfaat dari keringanan impor
(misalnya, kenaikan tarif dan pengurangan kuota).
2. Untuk menguji apakah menurunkan laba melalui manajemen laba, selama penyelidikan
keringanan impor oleh United States International Trade Comission (ITC).
3. Untuk menguji apakah perkiraan akrual diskresioner (yaitu, residual dari model perkiraan
harapan) cenderung pendapatan menurun selama periode penyelidikan keringanan impor.
4. Untuk menguji apakah perusahaan yang akan mendapat manfaat dari keringanan impor
(misalnya, kenaikan tarif dan pengurangan kuota) berupaya untuk mengurangi laba melalui
manajemen laba selama investigasi keringanan impor oleh United States International Trade
Commission (ITC).
5. Untuk menguji apakah estimasi diskresionari akrual (yaitu, residual dari model perkiraan
ekspektasi) cenderung mengakui pendapataan menurun selama periode investigasi
keringanan impor.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan time series model dengan meggunakan data
sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan. Pengujian penelitian ini juga dapat
dilakukan secara model accrual dengan menggunakan test untuk model yang salah spesifik, analisis
sensitivitas, test alternatif, tet portofolio dan t-test digunakan untuk melihat signifikansi
perubahannya. Uji statistik deskriptif, t-statictic, wilcoxon signed rank tet dan tailed Durbin Watson
serta Z statistic. Dari penelitian ini secara eksplisit tidak disebutkan untuk menentukan teknik
pengumpulan data tersebut tetapi secara implisit teori yang cocok untuk mendasari penelitian ini
yaitu teori atribusi. Dengan asalan yang akurat sesuai dan berkaitan dengan keputusan yang diambil,
karena earning manajemen adalah keputusan manajemen.
Hasil Penelitian
Hasil uji empiris yang dilaporkan pada penelitian Jones mendukung hipotesis manajemen laba yang
menunjukkan bahwa manajer membuat akrual pendapatan menurun selama investigasi keringanan
impor. Akrual diskresionari lebih membuat pendapatan menurun yang dimulai selama tahun ITC
menyelesaikan investigasi.
Implikasi Penelitian
Penelitian ini hanya menggunakan lima industri, diantaranya: kendaraan, baja karbon, stainless steel,
tembaga, dan alas kaki. Industri-industri ini mewakili enam investigasi. Lima dari investigasi dianggap
berdasarkan ketentuan klausa general escape, dan yang lainnya dianggap di bawah ketentuan
antidumping dan ketentuan kewajiban countervailing. Implikasi ini memberikan petunjuk untuk
pemahaman lebih baik tentang manajemen laba. Implikasi kebijakan pada penelitian ini adalah riset
ini memberikan informasi bahwa manajer akan melakukan income decreasing selama periode
investigasi ITC. Model ekspektasian dalam penelitian juga mempertimbangkan kondisi-kondisi
ekonomi yang berdampak pada perusahaan.
Penelitian selanjutnya dapat menggunakan ukuran atau proksi lainnya dari manajemen laba dan
perusahaan yang dijadikan objek penelitian dapat dilakukan pada jenis industri lainnya.