Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN REVIEW ARTIKEL

Kelompok 3 : Kadek Gita Amdika Putri/2081611019


Ni Putu Eka Kartika Putri/2081611020
Ni Wayan Diah Puspita Sari/2081611024

Judul Artikel 1 : The Effect Of Bonus Schemes On Accounting Decisions


Author : Paul M.Healy (1985)

Fenomena Penelitian
Terdapat beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu: yang pertama, diabaikannya definisi
pendapatan dari rencana, yang mengakibatkan keputusan akuntansi tertentu tidak mempengaruhi
bonus; kemudian yang kedua, pengujian sebelumnya menganggap skema kompensasi selalu
mendorong manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan pendapatan. Misalnya,
mereka akan menisihkan dana yang sebagai kompensasi apabila melebihi target yang ditetapkan.
Sehingga jika penghasilannya rendah maka manajer memiliki strategi untuk mengurangi laba saat ini
dengan menunda pendapatan atau mempercepat write-off, di mana strategi ini dikenal sebagai
'taking a bath'. Strategi ini tidak mempengaruhi penghargaan bonus saat ini dan meningkatkan
kemungkinan memenuhi target laba masa depan, Studi terdahulu tidak mengontrol situasi tersebut
dan oleh karena itu mengecilkan hubungan antara insentif kompensasi dan keputusan akuntansi
prosedur.

Uraian Atas Dukungan Teori dan Research GAP


Penelitian ini sebelumnya diteliti oleh Fox (1980) dimana mereka menyatakan bahwa tahun 1980
90% persen dari 1000 perusahaan terbesar di Amerika Serikat adalah manufaktur yang
menggunakan rencana bonus untuk menggaji manajer, sedangkan sisanya yaitu sebesar 10%
menggunakan rencana kinerja. Bonus penghargaan juga cenderung merupakan proporsi yang lebih
tinggi dari kompensasi eksekutif puncak dari pembayaran kinerja. Pada tahun 1978, misalnya, Fox
melaporkan bahwa untuk sampel yang rasio rata-rata bonus akuntansi untuk gaji pokok adalah 52%.
Rasio rata-rata untuk penghargaan kinerja adalah 34%. Selanjutnya Watt (1977) dan Watts dan
Zimmerman (1978) dimana mereka mendalilkan bahwa skema bonus menciptakan insentif bagi
manajer untuk memilih prosedur akuntansi dan akrual untuk meningkatkan nilai sekarang dari
penghargaan mereka. Makalah ini mengusulkan sebuah teori yang lebih lengkap dari efek akuntansi
skema insentif bonus.
Metode Penelitian
Sampel penelitian adalah perusahaan yang memenuhi kriteria meliputi:
1 Terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2003–2005,
2 Terklasifikasi dalam sektor pemanufakturan,
3 Menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dan memiliki saldo ekuitas bernilai positif,
serta
4 Menggunakan periode laporan keuangan mulai 1 Januari sampai 31 Desember dan Rupiah
sebagai mata uang pelaporan, menerapkan skema bonus dengan motivasi harga saham.
Sedangkan alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian kontinjensi yang terdiri dari uji
chi-square dan uji t statistik.

Hasil Uji Hipotesis


Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini antara lain:
H1 : Kebijakan akrual yang diterapkan manajer berhubungan dengan pelaporan pendapatan insentif
terkait rencana bonus manajer. Untuk menguji H1, peneliti melakukan pengujian kontijensi dan table
hasil uji menunjukkan bahwa decomposed accrual mengidentifikasikan adanya perubahan
persediaan dan piutang dagang sebagai subkomponen akrual sangat berhubungan dengan insentif
rencana bonus manajer. Namun terdapat beberapa keterbatasan dari contingency test ini. Pertama,
metode penugasan observasi portofolio LOW memiliki bias seleksi. Kedua, adanya error dalam
mengukur akrual diskresioner. Ketiga, adanya error dalam mengukur laba sebelum akrual
diskresioner. Pengujian tambahan dilakukan dengan membandingkan akrual bagi perusahaan yang
rencana bonusnya meliputi batas atas dengan perusahaan yang rencana bonusnya tidak memiliki
batas atas. Teori memprediksi bahwa manajaer yang rencana bonusnya memiliki batas atas akan
berinsentif memilih akrual diskresioner income-decresing (penurunan pendapatan) ketika batas
tersebut dicapai. Hasil uji ini ternyata sesuai dengan teori tersebut.
H2 : Perubahan metode akuntansi oleh manajer berhubungan dengan dengan pelaporan
pendapatan insentif terkait rencana bonus manajer. Untuk menguji H2, contingency test direplikasi
dengan menggunakan perubahan prosedur akuntansi pada laba yang tersedia (laba dilaporkan)
untuk bonus sebagai proksi keputusan akuntunsi diskresioner. Hasil uji test tidak mendukung teori
yang ada. Adapun penjelasan yang memungkinkan untuk ini adalah karena 1) mengubah prosedur
akuntansi lebih menghabiskan banyak biaya bagi manajer dibandingkan dengan mengubah akrual,
dan 2) perubahan prosedur akuntansi memengaruhi lana dan rencana bonus saat ini dan yang akan
datang.
Selanjutnya dilalukan uji hubungan perubahan rencana bonus dengan perubahan prosedur
akuntansi. The Sign dan Wilcoxon Signed-Rank signifikan pada angka 0,0730 dan 0,0212, konsisten
dengan hipotesis yang menyatakan bahwa perubahan rencana bonus berhubungan dengan
perubahan pada prosedur akuntansi.

Simpulan Hasil Penelitian


Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa skema bonus dapat menjadi hal
yang efektif untuk mempengaruhi akuntansi akrual dan prosedur keputusan manajerial. Dari
pengujian teori yang dilakukan peneliti, diperoleh hasil bahwa ada perubahan sukarela yang tinggi
dalam prosedur akuntansi selama bertahun-tahun berikut dengan adopsi atau modifikasi rencana
bonus.

Implikasi Penelitian, Kritik dan Saran


Implikasi penelitian ini adalah penelitian ini telah menganalisis format jenis perjanjian bonus dengan
menyediakan karakterisasi yang lebih lengkap dari pengaruh insentif akuntansi mereka daripada
studi sebelumnya sehingga dapat menjadi sarana referensi bagi pihak yang berkepentingan.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang mengapa pemberian reward dalam skema
bonus atas dasar laba, bukan atas harga saham. Selain itu, peneliti selanjutnya juga dapat meneliti
tentang efek lain yang timbul akibat adanya skema bonus dan bentuk kompensasi lainnya.

Judul Artikel 2 : Debt Covenant Violations and Managers Accounting Responses


Author : Amy Patricia Sweeney (1994)

Fenomena

Peneliti tertarik dalam menguji hipotesis perjanjian hutang. Hal ini karena, dari beberapa hasil studi,
peneliti masih menemukan research gap. Selain itu, beberapa penelitian sebelumnya dianggap
kurang mampu membuktikan hipotesis ini secara langsung. Peneliti ingin membuktikan adanya
perubahan metode akuntansi oleh perusahaan yang melanggar perjanjian hutang dengan metode
yang dianggap lebih baik, yaitu dengan penelitian time series dan analisa perubahan akuntansi
sebelum dan setelah pelanggaran perjanjian kredit.

Research Gap

Hipotesis perjanjian utang menyebutkan manajer mengubah kebijakan akuntansinya untuk


mencegah larangan-larangan dalam konteks akuntansi pada perjanjian hutang. Penelitian awal
untuk membuktikan hipotesis ini menggunakan Debt-Equity-Ratio sebagai proksi dalam mewakili
keharusan dalam perjanjian hutang, sehingga metodenya dianggap kurang langsung dalam menguji
hipotesis perjanjian hutang. Beberapa peneliti sebelumnya menggunakan metode penelitian cross
sectional, tetapi metode ini tidak dapat menangkap waktu yang tepat kapan perusahaan mendekati
pelanggaran perjanjian hutang.

Untuk mendapatkan hasil studi yang lebih baik, ada 3 (tiga) penelitain terbaru yang menggunakan
metode time series. Namun, hasil dari penelitian – penelitian tersebut tidak seragam. Healy dan
Palepu (1990) mendokumentasikan respon metode akuntansi dan dividen atas keharusan dividen.
Hasilnya, perusahaan memotong dividen tetapi tidak mengubah metode akuntansi lainnya.
DeAngelo, Angelo dan Skinner (1994) menguji pilihan akuntansi dari 75 perusahaan terdaftar di NYSE
yang mengalami kerugian dan pengurangan dividen yang konsisten, dimana perusahaan ini terikat
dengan perjanjian dividen. Hasilnya, mereka menemukan bahwa pilihan akuntansi perusahaan
tersebut merefleksikan pengetahuan akan kesulitan kondisi keuangan perusahaan dibanding dengan
mencoba untuk menaikkan laba yang dilaporkan. Sedangkan, DeFond dan Jiambalvo (1994) menguji
abnormal accruals dari 94 perusahaan yang melaporkan pelanggaran atas perjanjian hutang di
laporan tahunan dan hasilnya menunjukkan bahwa abnormal accrual positif dan signifikan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini menguji perubahan metode akuntansi, biaya dari gagal bayar dan perjanjian hutang
berbasis akuntansi yang dilanggar oleh 130 perusahaan yang mengungkapkan adanya pelanggaran
dalam laporan tahunannya. Secara umum, penelitian ingin menguji salah satu hipotesis akuntansi
positif, yaitu hipotesis perjanjian hutang karena masih adanya research gap dalam penelitian –
penelitian sebelumnya yang menguji hipotesis tersebut.

Secara lebih detail peneliti menjelaskan bahwa penelitiannya mengembangkan beberapa hal dari
penelitian sebelumnya, di antaranya;

1. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mendokumentasikan perubahan dalam


metode akuntansi yang dibuat oleh manager sebagai respon dari pelanggaran perjanjian
hutang.
2. Penelitain ini mendokumentasikan apakah perubahan akuntansi sebenarnya menunda
pelanggaran perjanjian hutan untuk satu atau lebih periode.
3. Penelitian ini memberikan bukti bahwa respon perubahan akuntansi dari manajer
tergantung pada apakah biaya gagal bayar dikenakan oleh kreditur, apakah manajer
memiliki kemampuan dalam mengubah metode akuntansi dan apakah terdapat biaya pajak
yang signifikan atas perubahan akuntansi tersebut.

Kerangka Konseptual
Debt covenant hypothesis yang disebutkan dalam literature akuntansi, dimana manager cenderung
mengubah kebijakan akuntansinya agar bisa mematuhi aturan – aturan berbasis akuntansi dalam
perjanjian hutang yang dimiliki.

Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian time series dan menguji hipotesis perjanjian hutang
dengan menganalisa perubahan metode akuntansi daripada abnormal accrual. Peneliti memilih 130
perusahaan yang mengungkapkan adanya pelanggaran dalam perjanjian hutang. Perusahaan yang
dipilih adalah perusahaan yang melanggar perjanjian minimum net worth dan working capital
daripada aturan dividen. Selain itu, peneliti menggunakan dua kelompok yaitu kelompok yang gagal
bayar dan kelompok kontrol.

Metode analisa yang digunakan peneliti adalah dengan melakukan analisa metode akuntansi
sebelum dan sesudah pelanggaran atas perjanjian kredit.

Hasil Penelitian

Beberapa hasil dari penelitian ini adalah:

1. Manager pada perusahaan yang gagal bayar membuat lebih banyak perubahan akuntansi
yang menaikkan laba dibandingkan dengan manajer dari perusahaan di kelompok kontrol.
Dibandingkan dengan manager pada perusahaan di kelompok kontrol, perusahaan yang
gagal bayar membuat lebih banyak perubahan akuntansi yang meningkatkan kas dan
meningkatkan non kas.
2. Dari analisis kasus, peneliti menemukan bahwa manager mempertimbangkan konsekuensi
aliran kas dari perubahan metode akuntansi dibandingkan dengan menunda technical
default. Manager memilih untuk mengganti prosedur akuntansi dan menunda gagal bayar
ketika tidak ada aliran kas negative yang signifikan atas perubahan metode akuntansi
tersebut.

Sehingga, secara keseluruhan penelitian ini mendukung hipotesis perjanjian hutang.

Implikasi Penelitian

Seperti yang telah disebutkan, penelitian ini membuktikan hipotesis perjanjian hutang dan konsisten
dengan hasil penelitian DeFond dan Jiambalvo. Implikasi dari penelitian ini sendiri menurut
kelompok kami adalah pembuktian adanya upaya manajemen laba dengan salah satu faktor
pendorongnya adalah perjanjian hutang sehingga fungsi kontrol seperti audit eksternal sangat
dibutuhkan dalam memastikan kewajaran dari laporan keuangan suatu perusahaan. Laporan
keuangan yang sudah diaudit juga biasanya menjadi salah satu dokumen syarat untuk mengajukan
pinjaman di lembaga resmi.

Kritik dan Saran untuk Pengembangan Penelitian

Seperti yang diungkapkan oleh peneliti bahwa dalam prosedur pemilihan sampel, menggunakan
perusahaan yang sudah melanggar perjanjian hutangnya, sehingga tidak ada dari perusahaan
tersebut yang menghindari pelanggaran secara penuh. Hal ini bias pada hipotesis nul, yaitu manager
mengganti ke prosedur yang meningkatkan laba pada tahun – tahun mendekati gagal bayar.
Judul Artikel 3 : Earnings Management During Import Relief Investigations
Author : Jennifer J. Jones (1991)

Fenomena

Fenomena pada penelitian ini adalah manajemen laba yang biasa dilakukan oleh perusahaan.
Dimana manajemen laba dapat dilakukan salah satunya adalah menurunkan pendapatan dan salah
satu event yang mungkin dimanfaatkan oleh perusahaan adalah kebijakan keringanan impor
(misalnya, kenaikan tarif dan pengurangan kuota). Perusahaan berusaha untuk menurunkan
pendapatan melalui manajemen laba selama investigasi keringanan impor oleh United States
International Trade Commission (ITC). Penetapan keringanan impor yang dilakukan oleh ITC
didasarkan pada beberapa faktor yang ditentukan dalam undang-undang perdagangan federal,
termasuk profitabilitas industri. Penggunaan nomor akuntansi secara eksplisit dalam regulasi
keringanan impor memberikan insentif bagi manajer untuk mengelola pendapatan guna
meningkatkan kemungkinan memperoleh keringanan impor dan / atau meningkatkan jumlah
keringanan yang diberikan

Research Gap

Teori Peltzman berpendapat bahwa regulator tidak akan secara eksklusif melayani satu kepentingan
ekonomi. Dengan demikian, tidak semua industri dalam negeri yang mencari keringanan impor
dapat diharapkan memperoleh keringanan yang diinginkan. Jika semua produsen dalam negeri
diberikan keringanan, mungkin ada insentif yang lebih sedikit bagi mereka untuk meningkatkan
kerugian yang terlihat pada industri.

Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji apakah perusahaan yang akan mendapat manfaat dari keringanan impor
(misalnya, kenaikan tarif dan pengurangan kuota).
2. Untuk menguji apakah menurunkan laba melalui manajemen laba, selama penyelidikan
keringanan impor oleh United States International Trade Comission (ITC).
3. Untuk menguji apakah perkiraan akrual diskresioner (yaitu, residual dari model perkiraan
harapan) cenderung pendapatan menurun selama periode penyelidikan keringanan impor.
4. Untuk menguji apakah perusahaan yang akan mendapat manfaat dari keringanan impor
(misalnya, kenaikan tarif dan pengurangan kuota) berupaya untuk mengurangi laba melalui
manajemen laba selama investigasi keringanan impor oleh United States International Trade
Commission (ITC).
5. Untuk menguji apakah estimasi diskresionari akrual (yaitu, residual dari model perkiraan
ekspektasi) cenderung mengakui pendapataan menurun selama periode investigasi
keringanan impor.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan time series model dengan meggunakan data
sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan. Pengujian penelitian ini juga dapat
dilakukan secara model accrual dengan menggunakan test untuk model yang salah spesifik, analisis
sensitivitas, test alternatif, tet portofolio dan t-test digunakan untuk melihat signifikansi
perubahannya. Uji statistik deskriptif, t-statictic, wilcoxon signed rank tet dan tailed Durbin Watson
serta Z statistic. Dari penelitian ini secara eksplisit tidak disebutkan untuk menentukan teknik
pengumpulan data tersebut tetapi secara implisit teori yang cocok untuk mendasari penelitian ini
yaitu teori atribusi. Dengan asalan yang akurat sesuai dan berkaitan dengan keputusan yang diambil,
karena earning manajemen adalah keputusan manajemen.

Hasil Penelitian

Hasil uji empiris yang dilaporkan pada penelitian Jones mendukung hipotesis manajemen laba yang
menunjukkan bahwa manajer membuat akrual pendapatan menurun selama investigasi keringanan
impor. Akrual diskresionari lebih membuat pendapatan menurun yang dimulai selama tahun ITC
menyelesaikan investigasi.

Implikasi Penelitian

Penelitian ini hanya menggunakan lima industri, diantaranya: kendaraan, baja karbon, stainless steel,
tembaga, dan alas kaki. Industri-industri ini mewakili enam investigasi. Lima dari investigasi dianggap
berdasarkan ketentuan klausa general escape, dan yang lainnya dianggap di bawah ketentuan
antidumping dan ketentuan kewajiban countervailing. Implikasi ini memberikan petunjuk untuk
pemahaman lebih baik tentang manajemen laba. Implikasi kebijakan pada penelitian ini adalah riset
ini memberikan informasi bahwa manajer akan melakukan income decreasing selama periode
investigasi ITC. Model ekspektasian dalam penelitian juga mempertimbangkan kondisi-kondisi
ekonomi yang berdampak pada perusahaan.

Kritik dan Saran untuk Pengembangan Penelitian

Penelitian selanjutnya dapat menggunakan ukuran atau proksi lainnya dari manajemen laba dan
perusahaan yang dijadikan objek penelitian dapat dilakukan pada jenis industri lainnya.

Anda mungkin juga menyukai