7697 15209 1 PB
7697 15209 1 PB
Oleh :
Bakhtiar
( Alumni Univ. Khairun Ternate / Mahasiswa Prodi Arsitektur Pascasarjana Univ. Sam Ratulangi, btiar69@yahoo.co.id )
Judy O. Waani
( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik / Prodi Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi )
Joseph Rengkung
( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi )
Abstrak
Arsitektur dan manusia adalah timbal-balik dalam hubungannya. Ini berarti dapat dikatakan bahwa
arsitektur itu bergantung pada sebagai manusia penghadir arsitektur. Arsitektur Nusantara yang hadir
merupakan hasil cipta dan rasa (nuansa) dari pengetahuan kelisanan anak bangsa Nusantara. Konsep-
konsep geoklimatologi, kebaharian, perwujudan dari pengetahuan kelisanan yang terdiri dari aspek-aspek
tan-ragawi (gagasan, norma, status maupun nilai perlambangan) dimanifestasikan ke dalam bentukan
arsitektural (baik berupa persolekan / dekorasi-ornamnetasi, maupun warna). Di sini, pengetahuan tan-
ragawi (esensi) maupun ragawi (bentuk) menjadi suatu rekaman-rekaman pengetahuan Arsitektur Nusantara
yang sudah ditumbuhkembangkan sejak sebelum republik ini dibentuk. Mengutip pernyataan Prijotomo
(2004) bahwa, “... Arsitektur Nusantara dibangun sebagai sebuah pengetahuan yang berlandaskan dan
dipangkalkan dari filsafat, ilmu dan pengetahuan arsitektur…”.
Studi ini mengkaji tentang pola pemikiran Josef Prijotomo terhadap Arsitektur Nusantara yang
kemudian membentuk teori dan metoda perancangan. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif
dengan pendekatan teori kritis. Pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling. Tulisan-tulisan
diposisikan sebagai sumber data. Analisis data menggunakan pendekatan induktif. Pendekatan induktif
memungkinkan temuan-temuan penelitian muncul dari keadaan umum yang dibentuk dari satuan (unit)
informasi, kategorisasi dan merumuskan pernyataan proporsional yang masih terkait dengan data (teori
substantif) atau disebut dengan tema atau hipotesis kerja. Tujuan penelitian adalah mengungkapkan teori
dan metoda perancangan Arsitektur Nusantara seperti apa yang tersampaikan pada pemikiran-pemikiran
Josef Prijotomo yang membentuk teori substantif.
Hasil analisis pola pemikiran Prijotomo membentuk kerangka temuan (pola pemikiran), yakni
bangunan teori Arsitektur Nusantara meliputi: filsafat, landasan dan ideologi, pengetahuan tradisi tanpa
tulisan (struktur dan tektonika bangunan), bentuk dan fungsi ruang (interior). sedangkan metoda
perancangan Arsitektur Nusantara (konsep pengkinian) meliputi: interpretasi (penafsiran) dan transformasi
(stilisasi/peniruan, mimesis/asimilasi dan hibrida/pencampuran).
sebagai kelas kedua dari arsitektur Vitruvian. yang telah diserukan oleh Pangarsa (2012),
Kini, arsitektur bukan lagi dikaji dalam ranah bahwa “para arsitek seharusnya berterima
pengetahuan arsitektur, tetapi lebih kepada kasih kepada Josef Prijotomo, karena telah
kajian disiplin ilmu kebudayaan. Kebudayaan mempopulerkan kembali konsep arsitektur
telah menjadi latar depan (foreground) dan pernaungan (Arsitektur Nusantara)”,
menjadi “payung” bagi arsitektur, dan kemudian dengan mengutip pernyataan
meletakkan arsitektur sebagai “cermin Prijtomo bahwa “Arsitektur Nusantara
budaya”. Sebutan ini menunjukkan sebuah berlandasakan atas filsafat, ilmu dan
malapetaka dan matinya arsitektur daerah- pengetahuan arsitektur dan mampu setara
daerah, terkotak-kotak dalam lingkup dengan arsitektur Vitruvian (Barat).” Dengan
fanatisme kedaerahan. Ini adalah alasan beranjak dari pernyataan ini, maka kegiatan
pertama. Yang kedua adalah, sebuah sebuah pengungkapan pengetahuan Arsitektur
peta mental telah terpatrikan di benak para Nusantara ini menjadi fokus utama dalam
penghadir bangunan (arsitek), di mana pengkajian penelitian ini.
mereka mengatakan bahwa “inilah zaman
B. Rumusan Penelitian
modern, dan zaman untuk melokal, sudah
lewat”. Alasan lain juga yang mereka Dengan merujuk pada permasalahan
lontarkan yaitu “dalam merancang arsitektur penelitian, ada dua bagian pertanyaan
yang Indonesia, belum ada sebuah patokan penelitian yang perlu disampaikan disini,
(referensi, buku-buku teori) atau acuan yaitu:
perancangan yang Nusantara / Indonesiawi”. 1. Bagaimana pola pemikiran Prijotomo,
Kedua alasan ini mereka segaja lontarkan terhadap pengetahaun Arsitektur
guna mempertahankan peta mental Nusantara?
pengetahuan Vitruvian yang telah berakar di 2. Bagaimana bentuk teori dan metoda
pikiran. perancangan arsitektur yang me-
Ada seorang arsitek sekaligus peneliti Nusantara?
dan kritikus Indonesia yang mengambil
2. METODOLOGI
bagian dalam menyanggah kedua alasan di
atas sekaligus melakukan pembenaran- Penelitian ini menggunakan jenis
pembenaran terhadap arsitektur Nusantara. peneltian kualitatif dengan pendekatan teori
Dia itu adalah Josef Prijotomo. Prijotomo, kritis. Secara ontologi teori kritis (critical
telah melakukan berbagai penelitian yang theory), penelitian dengan menggunakan
sudah dimulainya di tahun 1980-an dengan transkrip yang melibatkan teks tulisan
awal mengeluarkan pengetahuan masyarakat (diganti dengan tulisan / pernyataan
Jawa tentang bangunan. Hingga saat ini Prijotomo) dipandang sebagai objek kajian
(kurang lebih dua dekade) kegiatan penelitian yang memiliki titik berangkat realitas
masih tetap dilakukan dalam mengungkap “semu/maya”. Dalam mengungkapkan makna
pengetahuan arsitektur Nusantara seperti atau isi pesan dalam tulisan, perlu pembacaan
dan telaah yang secara eksiologik melibatkan jalan mereduksi data menjadi satuan
pembaca sebagai interpreter. Tulisan-tulisan terkecil (pernyataan-pernyataan Prijotomo).
atau pernyataan Prijotomo tidak lagi Setiap pernyataan dibuat koding
dipandang sebagai sebuah karangan penulis, (pengkodean sebagai sumber kutipan
tetapi sebuah teks. pemikiran) supaya tetap dapat ditelusuri
“pemikiran” berasal dari sumber mana.
pada Tulisan 1 [UI.1a, UI.1b,UI.1d], Tulisan Tulisan 3 [UI.3c, UI.3o, UI.3q, UI.3r],
2 [UI.2f, UI.2h,UI.2i, UI.2j, UI.2k], Tulisan 5 Tulisan 5 [UI.5d, UI.5e, UI.5f, UI.5g] dan
[UI.5a], Tulisan 13 [UI.13g], dan Tulisan 21 Tulisan 39 [UI.39l].
[UI.21h].
f. Kategori 6: Pengetahuan Masyarakat
Lisan
b. Kategori 2: Ke-Bhineka Tunggal Ika-an
Arsitektur Nusantara
Pemikiran Prijotomo tentang
Penjelasan tentang ke-Bhineka pengetahuan masyarakat Lisan, terdapat pada
Tunggal Ika-an terdapat pada Tulisan 1 Tulisan 5 [UI.5b, UI.5c] dan memiliki
[UI.1c], Tulisan 13 [UI.13b], Tulisan 22 hubungan dengan Tulisan 16 [UI.16e],
[U.22a], Tulisan 25 [UI.25a], Tulisan … Tulisan 18 [UI.18c, UI.18d], Tulisan 23
[UI.31a, UI.31b, UI.31p], dan Tulisan 42 [UI.23q, UI.23r], Tulisan 24 [UI.24i, UI.24j],
[UI.42b]. Tulisan 25 [UI.25d, UI.25e, UI.25f, UI.25g,
UI.25h], Tulisan 26 [UI.26e, UI.26f, UI.26g,
c. Kategori 3: Sebutan “Arsitektur
UI.26h], Tulisan 33 [UI.33a], Tulisan 34
Tradisional Indonesia”
[UI.34e, UI.34m UI.34 n], Tulisan 38
Pemikiran Prijotomo tentang arsitektur
[UI.38a], dan Tulisan 49 [UI.49a, UI.49b].
tradisional dapat ditemui pada Tulisan 2
[UI.2a, UI.2b, UI.2d, UI.2e], Tulisan 19 g. Kategori 7: Hibrida
[UI.19c, UI.19d], Tulisan 23 [UI.23g, UI.23j],
Pemikiran Prijotomo tentang
Tulisan 24 [UI.24b, UI.24k], Tulisan …
pemaduan (hibrida) unsur luar dan unsur
[UI.24m], Tulisan 27 [UI.27c, UI.27d],
dalam, dapat dijumpai pada Tulisan 3 [UI.3p]
Tulisan 33 [UI.33b], Tulisan 34 [UI.34a,
dan berhubungan dengan Tulisan 6 [UI.6b,
UI.34b], dan Tulisan 50 [UI.50a, UI.50b].
UI.6c] dan Tulisan 7 [UI.7].
beragam tetapi satu, yaitu Nusantara pelataran yang diapit oleh gugus-gugus
(Indonesia). bangunan (berderat tunggal atau ganda), yang
disebut dengan pola linier. Pada pemukiman
a.2. Filsafat kearsitekturan Nusantara
etnik di darat, pola linier dalam tata
Sama halnya dengan ideologi, bahwa
lingkungan, tidak lagi meletakkan titik pusat
filsafat kearsitekturan Nusantara ini
(suci) pada bagian tengah, dan bisa saja
bersumber dan berakar dari Arsitektur Klasik
diletakkan dibagian terdalam dari arah masuk,
Nusantara, yakni arsitektur percandian dan
misalnya Toraja, Madura, percandian Jawa
arsitektur tradisonal etnik Nusantara.
Timur maupun di Sumba.
Berbeda dengan tata lingkungan di
a.3. Landasan pengetahuan Arsitektur
perairan misalnya di Biak, penempatan titik
Nusantara
pusat (Rum Sram) diletakkan pada bagian
Ditegaskan oleh Prijotomo, bahwa
terdepan dari akses jalan dari laut, dan
pengetahuan arsitektur Nusantara itu berada
menjadi titik suci terdalam jika akses dari
dalam disiplin arsitektur (Theory in).
darat (menuju laut). Pola linier pada
Arsitektur Nusantara bukanlah sinonim
pemukiman perairan ini berbeda dengan pola
dengan arsitektur tradisional, sebab
linier di daratan. Pola yang terbentuk tidak
pengetahuan (Theory about) arsitektur
harus membentuk sebuah garis geometrik
tradisional ini telah berada dalam lingkaran
yang lurus.
disiplin kebudayaan. Sehingga pakem /
kelompok yang non-arsitektural harus
b.2. Pola tatanan Radial (Symmetris)
ditempatkan sebagai pengetahuan sekunder
Percandian Jawa Tengah masih
atau tersier. Arsitektur Nusantara
berbentuk candi tunggal, dan bangunan-
mendasarkan pemahaman terhadap
bangunan di kompleks percandian
kebaharian dan pernaungan. Atap dan
mengelilingi candi sebagai titik suci. Tatanan
geladak adalah konsekuensi dari
suci yang berbentuk lingkaran ini, juga
pendayaagunaan lingkungan yang menjadi
dijumpai pada lingkung-bina Nias.
tempat munculnya arsitektur.
Berbeda dengan pola tatanan
percandian di Jawa Timur yang tidak lagi
b. Tema 2: Bentuk dan fungsi ruang
arsitektur Nusantara menggunakan pola radial, tetapi
menggunakan kembali pola prasejarah, yaitu
Penjelasan umum tentang bentuk dan
pola Cluster. Titik suci tidak lagi berada di
ruang arsitektur Nusantara, dapat dijumpai
tengah-tengah (setangkup-simmetris), tetapi
pada Kategori [4, 10, 11, 12, dan 23].
di bagian terdalam dari arah masuk kompleks
Penjelasan tentang bagian ini, dapat dilihat
percandian. Disebut sebagai pola simmetris-
sebagai berikut:
assimetris, maksudnya pola yang berbentuk
b.1. Bentuk Lingkung-Bina etnik simetris tidak sepenuhnya.
Bentuk atau pola lingkung-bina etnik
Nusantara pada umumnya dijumpai berupa
berupa temuan teoritis, dan belum dilakukan • Prijotomo, Josef, (1988), Pasang Surut
Arsitektur di Indonesia, CV. Ardjun,
peninjaun lanjut misalnya pencocokan Surabaya.
(matching) di lapangan, dalam menguji • ----------.(1988b), Ideas and Forms of
kebenaran-kebenaran di dalam penelitian ini. Javanesse Architecture, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Untuk itu disarankan adanya suatu penelitian
• ----------.(1990), Complexity of a
lanjutan (tesis ilmiah) atau perancangan (tesis Traditional Dwelling Design in Indonesia,
terapan) sebagai langkah yang harus International Symposium on Traditional
Dwellings and Settlement (TDSR),
dilakukan ke depan untuk memperdalam dan IASTE 90 Conference, University of
memperkaya pengetahuan atau karya California, Berkeley.
arsitektur secara umum dan lebih khusnya • ----------.(1995), Petungan: Sistem
Ukuran Dalam Arsitektur Jawa. Gadjah
tentang Arsitektur Nusantara.
Mada University Press, Yogyakarta.
• ----------.(1995a), Griya dan Omah:
DAFTAR PUSTAKA Penelusuran Makna dan Signifikasi di
Arsitektur Jawa, Prosiding Seminar :
Nusantarian Architecture, Change and
• Adiyanto, Johannes, (2011), Local
Continuity, Lustrum IV, Jurusan Teknik
Wisdom vs Genius Loci vs Cerlang Tara
Arsitektur. Fakultas Teknik Sipil dan
(kajian penggunaan istilah arsitektural
Perencanaan (FTSP), Institut Teknologi
dan konsekuensinya), dalam Antariksa
Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.
dkk (penyunting), Proseding Seminar
Nasional : The Local Tripod, ISBN: 978- • ----------.(1995b), Kajian Morpologi
979-15557-1-5, Jurusan Arsitektur. Arsitektur Bali: Sebuah Dekonstruksi?
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Prosiding Seminar : Nusantarian
Malang. Architecture, Change and Continuity,
Lustrum IV, Jurusan Teknik Arsitektur.
• Hidayatun Maria I, (2003), Belajar
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Arsitektur Nusantara dari Gereja
(FTSP), Institut Teknologi Sepuluh
Puhsarang Kediri - Tinjauan ke-Bineka
Nopember (ITS), Surabaya.
Tunggal Ika-an, Simposium Internasional
Jelajah Arsitektur Nusantara (SI-JAN) • ----------.(1995c), Arsitektur Biak.
dan Lokakarya Nasional, Medan. Prosiding Seminar : Nusantarian
Architecture, Change and Continuity,
• Pangarsa, Galih W, (2008), Arsitektur
Lustrum IV, Jurusan Teknik Arsitektur.
untuk Kemanusiaan: Teropong Visual
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Culture atas Karya-karya Eko Prawoto.