Anda di halaman 1dari 11

ISSN : 1693-9883

REVIEW ARTIKEL Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.1, April 2005, 1 - 11

PENDEKATAN FARMAKOGENOMIK
DALAM PENGEMBANGAN OBAT BARU
Maksum Radji
Departemen Farmasi FMIPA-UI, Universitas Indonesia, Depok.

ABSTRACT
The human population is heterogeneous and consists of populations of immense
ethnic diversity. There are considerable allelic differences between human popula-
tions as well as individuals within each ethnic group as a result of molecular hetero-
geneity of the genome. This, in turn, is responsible for differential allelic expression
of genes endowing them with polymorphic characters. The molecular diversity within
genes is responsible amongst others, of disease resistance or susceptibility or for that
matter drug response. Pharmacogenomics is the key to the understanding of differ-
ential drug response in different patients in relation to genetic constitution. The
revelation of such information at the molecular level would assist the pharmaceuti-
cal industry to address a therapy directed to each individual. The objective of this
article is to understand the nuances of the genetic repertoire and correlate it with
disease gene identification, genes that have been or can be used as drug targets,
identify candidate genes for drug development and recent trends in drug discovery.

PENDAHULUAN tersebut (Owen, S and King,M.C.


Berdasarkan perbedaan sifat- 1999). Perbedaan warna kulit misal-
sifat fisiknya, secara antropologis nya, disebabkan oleh perbedaan atau
manusia digolongkan dalam berba- diferensiasi ekspresi dari gen multi-
gai suku dan ras. Penggolongan ini allelic melanocortin stimulating hormone
didasarkan atas perbedaan parame- receptor-1 (MCIR) yang dipengaruhi
ter morfologis yang antara lain ter- oleh adaptasinya terhadap paparan
diri dari warna kulit, warna dan sinar matahari (Palmer,J.S, et al.,
tekstur rambut, tinggi badan, bentuk 2000). Munculnya beberapa jenis al-
raut muka, bentuk hidung, dan seba- lele dan haplotip tersebut disebabkan
gainya, yang membedakan suku- karena terjadinya beberapa mutasi
suku tertentu dengan suku lainnya. yang terjadi pada sel reproduksi dari
Dalam pendekatan secara genomik, masing-masing individu (Brown,
perbedaan-perbedaan morfologis T.A., 1999).
tersebut ternyata disebabkan oleh Perbedaan allele dan polimor-
adanya beberapa gen yang bertang- fisme dalam individu disebabkan
gung jawab terhadap perbedaan oleh terjadinya perubahan susunan
fenotipe dari masing-masing etnik basa-basa DNA seperti perubahan
Corresponding author : E-mail : maksum@makara.cso.ui.ac.id

Vol. II, No.1, April 2005 1


REVIEW ARTIKEL

salah satu basa DNA, delesi ataupun tentang hubungan antara respon obat
rearrangement DNA dalam salah satu dengan heterogenisitas genom ma-
lokus kromosomnya. Ekspresi dari nusia agar dapat digunakan dalam
allele tertentu tergantung dari struk- mengidentifikasi target kerja obat
tur dan sekuen regulatornya se- secara molekuler sehingga dapat me-
hingga kadang kala epksresinya ningkatkan penemuan dan pengem-
sangat tinggi sedangkan yang lainnya bangan obat serta terapi berdasarkan
mungkin mengalami represi. Berda- pendekatan genetik.
sarkan asumsi bahwa sedemikian
besarnya variasi ekspresi dan variasi
yang terdapat dalam genom setiap HETEROGENISITAS GENOM
individu maka bisa diperkirakan MANUSIA
betapa besarnya diversitas allele yang DNA atau genom merupakan
terjadi dalam populasi manusia. materi genetik yang amat penting
Keterlibatan gen dan protein di dalam sistem biologis termasuk pada
dalam perjalanan penyakit dan res- manusia. Informasi genetik yang
pon tubuh terhadap obat telah lama disandi oleh DNA ini diturunkan
menjadi perhatian para praktisi baik dari setiap generasi ke generasi beri-
dalam bidang kedokteran maupun kutnya mengalami proses mutasi dan
dalam bidang farmasi. Farmako- seleksi (Sander,C., 2000). Proyek
genomik merupakan salah satu pemetaan genom manusia telah ber-
bidang ilmu yang diyakini dapat hasil dilakukan. Dalam laporannya
menjelaskan bahwa adanya per- The International Human Genome Se-
bedaan respon dari setiap individu quencing Consortium memperkirakan
terhadap obat yang diberikan sangat bahwa dari 3 milyar pasang basa
erat kaitannya dengan perbedaan genom manusia, terdapat sekitar
genetik dari masing-masing individu 30.000 – 35.000 gen fungsional yang
tersebut. Semakin banyak informasi menyandi sintesis berbagai jenis pro-
yang diketahui tentang peranan tein (Lander E.S. et al. 2001, Venter,
genetik dalam respon obat khusus- J.C. et al. 2001). Tingginya frekuensi
nya pada tingkat molekuler akan mutasi dan seleksi dari genom ter-
membantu para peneliti dalam sebut menyebabkan meningkatnya
pengembangan obat. Untuk itu di- variasi genetik pada populasi ma-
butuhkan suatu perangkat yang nusia.
mampu mengidentifikasi suatu marker Varian DNA pertama yang di-
tertentu yang dapat memperkirakan identifikasi adalah berdasarkan
terjadinya respon negatif atau respon perbedaan panjang fragmen DNA
positif dalam pengembangan obat yang terpotong oleh enzim endo-
yang didasarkan pada pendekatan nuklease restriksi disebut dengan re-
teknologi genom tersebut. striction fragment length polymorphisms
Dalam artikel ini akan diuraikan (RFLPs), yang kemudian disusul

2 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

dengan ditemukannya variable num- bahan pada sekuen asam aminonya


ber of tandem repeats (VNTRs). Per- dan menyebabkan perubahan yang
bedaan dalam varian DNA inilah nyata pada struktur dan fungsi pro-
yang kemudian banyak digunakan tein yang dihasilkan. Beberapa SNPs
dalam penentuan sidik jari DNA yang berada pada lokasi non-coding
dalam bidang forensik. regions ternyata juga dapat mempe-
Varian DNA baru yang saat ini ngaruhi stabilitas mRNA dan kece-
lebih banyak dipakai sebagai penan- patan transkripsinya. Perbedaan
da (marker) adalah apa yang disebut sekecil apapun dapat mempengaruhi
sebagai single nucleotide polymorphisms fungsinya oleh sebab itu dapat di-
(SNPs). SNP terjadi bila satu jenis duga bahwa perubahan dalam struk-
nukleotida dalam posisi tertentu tur dan fungsi protein yang menjadi
tersubstitusi dengan jenis nukleotida target kerja obat akan dapat mem-
lainnya pada individu lain. SNPs pengruhi respon obat dalam tubuh
merupakan penanda utama dalam (Rothberg, B.E.G., 2001).
variasi genom antar individu manusia Beberapa gen yang bertanggung
(Campbell,D.A. et al. 2000). Di dalam jawab terhadap metabolisme obat
3 milyar pasang basa DNA dari ge- adalah gen P450, yang menyandi
nom manusia diperkirakan terdapat ekspresi dari enzim-enzim metabo-
sekitar 1.6 juta – 3,2 juta SNPs. lisme obat yaitu CYP2C19, CYPIA1,
Sebagian besar perbedaan manusia CYP206, CYP2C9, CYP2E1. Variasi
dipengaruhi oleh adanya perbedaan struktur dan fungsi dari enzim-enzim
SNPs yang terjadi pada genomnya, tersebut dapat menyebabkan me-
dan hal ini seringkali dihubungkan ningkatnya efek samping dari ber-
dengan adanya perbedaan dalam bagai jenis obat termasuk anti-
predisposisinya dalam jenis penyakit depresan, amfetamin, dan beberapa
tertentu ataupun respon tubuhnya obat golongan beta-adreno receptor.
terhadap penggunaan obat (Stone- Variasi allele pada enzim metabolisme
king, M. 2001). SNPs yang lokasinya obat lainnya yaitu thiopurine methyl
terletak pada coding regions disebut transferase (TPMT), dapat menyebab-
cSNPs. Dampak cSNPs ini terhadap kan efek samping yang tidak diingin-
ekspresi protein yang disintesis ada- kan. Polimorfisme pada enzim sering
lah : (i) Substitusi basa DNA tersebut kali juga dapat meningkatkan efek
tidak menimbulkan perbedaan pada toksik dari obat dibandingkan de-
sekuen asam aminonya. (ii) Substitusi ngan individu normal.
basa DNA dapat menyebabkan peru- Penyakit-penyakit kelainan ge-
bahan dalam sekuen asam aminonya netik telah diketahui antara lain di-
akan tetapi efeknya tidak menye- sebabkan oleh terjadinya mutasi
babkan perubahan yang berarti pada DNA, dan polimorfisme. Mutasi dan
struktur dan fungsi dari protein yang polimorfisme ini dapat terjadi pada
dihasilkan. (iii) Menimbulkan peru- coding regions dari gen, pada promo-

Vol. II, No.1, April 2005 3


REVIEW ARTIKEL

tor gen ataupun pada sekuen regula- tukan cara yang dipilih untuk inter-
tor. Ekspansi dari trinukleotida vensi penyakit tersebut dengan obat
berulang (trinucleotide repeat) dike- yang akan dikembangkannya.
tahui merupakan modulator penting Saat ini terdapat dua cara yang
dalam ekspresi gen, disamping digunakan untuk penemuan bahan
dinukleotida berulang ataupun simple obat baru. Yang pertama adalah skri-
tandom repeats (STRs). Penyakit frag- ning secara acak. Cara ini biasanya
ile X syndrome, merupakan salah satu lamban dan memerlukan proses yang
contoh sindroma yang disebabkan panjang. Akan tetapi teknologinya
oleh terjadinya mutasi dari CCG tri- saat ini telah berkembang, dan dila-
nukleotida berulang pada gen FMR1. kukan secara otomatis menggunakan
Beberapa jenis kelainan neurologik teknologi combinatorial chemistry dan
seperti myotonic distrophy, spinobulbar high throughput screening (HTS). Yang
muscular atrophy, Huntington’s disease kedua adalah dengan menggunakan
dan spinocerebellar atrophy, diketahui perdekatan struktur molekul obat
disebabkan oleh adanya AGC tri- disesuaikan dengan struktur target.
nucleotide repeat. Variasi mutasi Struktur target merupakan suatu pro-
dalam suatu gen dapat menyebabkan tein baik berupa reseptor atau enzim
beberapa kelainan. Berbagai jenis ataupun DNA yang dapat ditentukan
penyakit diketahui berhubungan dan dapat diidentifikasi meng-
dengan terjadinya berbagai mutasi gunakan perangkat bioinformatik
DNA. Saat ini diperkirakan sekitar atau aktivitas farmakologiknya. Jika
1500 jenis penyakit yang berkaitan struktur dari target telah diketahui
dengan kelainan genetik. (Peltonen, misalnya ditentukan dengan cara X-
L. and McKusick, V.A. 2001). ray crystallography atau spektroskopi
NMR, maka akan dapat ditentukan
molekul obat yang dapat secara tepat
STRATEGI PENEMUAN OBAT masuk ke dalam binding sites dari tar-
Berbagai bidang ilmu berperan get, sehingga kita mampu melakukan
penting dalam pengembangan dan simulasi untuk membuktikan adanya
penemuan obat antara lain ilmu interaksi antara obat dengan target-
kimia, farmasetika, farmakologi, nya. Suatu perangkat lunak untuk
mikrobiologi, biokimia, dan tekno- melakukan simulasi interaksi obat
logi farmasi. Disamping itu peranan dengan targetnya ini telah banyak
biologi molekuler dalam pengem- dikembangkan diantaranya adalah
bangan obat baru diyakini tidak saja Tripos SYBYL program, MSI’s Cerius
mampu mempercepat penemuan dan Insight II molecular modeling soft-
obat, akan tetapi juga mampu men- ware (Doughty,S. 2000).
jelaskan proses-proses perkembang- Suatu target obat yang baik
an penyakit pada tingkat molekuler adalah target yang dapat atau mampu
dan genetik, sehingga dapat diten- menyeleksi beberapa calon molekul

4 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

obat yang secara aktif dapat berin- pada suatu penyakit tertentu. Misal-
teraksi dengan target sehingga dapat nya microarry yang menggunakan
digunakan sebagai obat yang efektif. sekitar 100 gen yang berperan dalam
Beberapa langkah yang ditempuh proses inflamasi digunakan untuk
untuk pengembangan obat adalah : menguji jaringan rematoid. Hasil
analisis menunjukkan bahwa gen
1. Identifikasi target yang menyandi interleukin 6 dan
Target yang harus didentifikasi beberapa matrix metallo proteinases
adalah suatu daerah tertentu didalam memegang peranan penting dalam
genom yang erat hubungannya inflamasi rematoid. Dalam berbagai
dengan manifestasi dan predisposisi percobaan teknik microarrays ini akan
penyakit. Salah satu contoh target terus memberikan kontribusi yang
yang telah diidentifikasi adalah di- penting dalam pemahaman kita ter-
temukannya apolipoprotein E4 sebagai dapat respon tubuh pada pengobatan
faktor penting dalam penyakit (Lennon,G.L. 2000).
Alzheimer.
3. Validasi target
2. Karakterisasi target Tahapan ini adalah untuk me-
Karakterisasi target adalah suatu nentukan atau pemilihan obat atau
cara untuk mengidentifikasi adanya golongan obat yang akan digunakan
varian-varian dari gen yang terpilih. untuk pengobatan jenis penyakit
Cara modern yang digunakan dalam tertentu.
pengembangan obat adalah dengan
high throughput screening (HTS) dari 4. Sifat farmakogenetik dari molekul
sejumlah besar bahan kimia yang Enzim spesifik atau reseptor
diproduksi menggunakan teknologi yang berhubungan dengan meta-
combinatorial chemistry. Dalam hal ini bolisme obat dapat dijadikan target.
sangatlah penting jika kita mampu Fungsi dan peranan dari gen target
menemukan varian-varian gen yang dan kerentanan varian gen dalam
mempengaruhi struktur asam amino mekanisme seluler yang tepat adalah
dan fungsi protein yang diekspresi. hal yang sangat penting (Roses,A.D.
Sebagai contoh adalah reseptor 2000). Dalam perancangan sebuah
dipomin D5 manusia. Dalam bebe- obat, industri farmasi dihadapkan
rapa penelitian terbukti bahwa kepada sejumlah besar sel target
substitusi dari asparagin dengan obat. Genom manusia diperkirakan
asam aspartat dapat meningkatkan mengandung 35.000 jenis gen
afinitas reseptor terhadap dopamin. (Lander, E.S. et al. 2001; Lawrence,
Belakangan ini teknik DNA micro- R.2001), dan diperkirakan terdapat
arrays juga digunakan untuk mem- kira-kira 3 juta single nucleotide poly-
pelajari informasi bagaimana bebe- morphisms (SNPs) di dalam genom
rapa gen diregulasi secara abnormal manusia yang erat kaitannya dengan

Vol. II, No.1, April 2005 5


REVIEW ARTIKEL

kondisi penyakit atau berpengaruh mutasi gen yang menyebabkan ber-


pada profil farmakokinetik dari bagai kondisi penyakit sudah ter-
penggunaan obat, memberikan identifikasi ( Majumdar,P.P. 1998).
pengaruh yang amat besar terhadap Terbatasnya pengetahuan akan
keberagaman sel target obat. Pene- target obat yang ada pada saat ini
litian tentang target melekuler ini sangat mempengaruhi industri far-
akan berkembang dengan pesat dan masi dalam mengembangkan terapi
diperkirakan akan meningkat dari baru. Sekitar 500-an jenis target obat
sekitar 1000 target obat molekuler telah dipublikasi untuk jenis obat
dewasa ini, menjadi sekitar 10.000 yang telah dipasarkan (Drew,J. 1999;
target (Dean,P.M. 2001). Struktur tiga Drew,J. 2000). Pengetahuan yang
demensi dari enzim protease pada lengkap akan gen dan protein ma-
Human Immunodeficiency virus (HIV), nusia akan mempercepat penemuan
yang merupakan enzim penting da- obat yang sesuai dengan profil tar-
lam replikasi virus HIV, memberikan get yang diinginkan. Diperkirakan
gambaran yang lebih jelas bagi para bahwa pola penemuan obat di masa
peneliti untuk mengetahui konfi- mendatang akan dilakukan melalui
gurasi molekuler dari protein virus penelitian yang berbasis genomik.
HIV. Para peneliti menggunakan hal Selama ini diperkirakan bahwa
ini untuk medesain suatu obat yang perbedaan dalam kapasitas meta-
dapat menginaktifkan enzim pro- bolisme obat masing-masing indi-
tease tersebut (Servior,R.F. 2000). vidu disebabkan oleh perbedaan
Pendekatan seperti itulah yang saat struktur gen tunggal (monogenic),
ini lebih dikembangkan dalam pene- dan efek farmakokinetik dari obat.
muan obat baru ketimbang mela- Namun demikian, secara keselu-
kukan penelitian yang kurang terarah ruhan efek farmakologik suatu
(trial and error). pengobatan tidaklah bersifat mono-
genic, akan tetapi lebih merupakan
efek gabungan dari beberapa gen
KANDIDAT GEN DAN yang menyandi protein atau enzim-
PENGEMBANGAN OBAT enzim yang bertanggung jawab
Dalam praktek kedokteran saat terhadap jalur metabolisme obat,
ini sebagian besar lebih difokuskan disposisi, dan responnya. Beberapa
kepada “pengobatan setelah timbulnya penyebab lain seperti patogenisitas,
penyakit”, sedangkan pendekatan far- keparahan penyakit, interaksi obat,
makogenomik lebih ditekankan pada umur, status gisi, fungsi ginjal dan
“pencegahan sebelum munculnya suatu hati, juga menjadi faktor berbagai
penyakit”. Dewasa ini berbagai gen perbedaan dalam efek dan respon
yang bertanggungjawab terhadap obat. Berbagai faktor tersebut diatas,
munculnya penyakit telah dipetakan seperti kelainan bawaan yang me-
di dalam kromosom, dan beberapa nyebabkan perbedaan dalam respon

6 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

obat, dan perbedaan polimorfisme dikembangkan. Diharapkan melalui


secara genetik dalam target obat pendekatan ini dapat ditingkatkan
(reseptor obat), telah diketahui dapat pemahaman kita dalam penemuan
berpengaruh besar terhadap hasil kandidat gen yang dapat dikem-
pengobatan dan toksisitas obat bangkan sebagai target obat. Sebagai
(Evans,W.E. and Relling,M.V. 1999). contoh, varian dari allele enzim
Salah satu contoh adalah dalam thiopurine methyltransferase (TPMT),
pengobatan dengan isoniazid, ter- ternyata erat kaitannya dengan
dapat perbedaan respon dari bebe- terjadinya reaksi obat yang tidak di-
rapa individu berupa perbedaan inginkan (adverse drug reactions, ADR).
dalam kecepatan proses asetilasinya Sedangkan varian dari target obat
terhadap obat tersebut (Weber,W.W. lain yaitu enzim 5 lipoxigenase
1997). Profil asetilasi terhadap iso- (ALOX5), yang erat hubungannya
niazid yang merupakan obat anti dengan fenotipe penyakit asma, juga
tuberkulosis ini digolongkan dalam dapat mempengaruhi respon pengo-
inaktivator cepat dan lambat. Indi- batan (Drazen,J.M. et.al. 1999), dan
vidu yang tergolong dalam inakti- varian dari gen apolipoprotein E
vator lambat ternyata aktivitas enzim (APOE) erat kaitannya dengan in-
N-acetyltransferase-nya sangat lambat. hibisi terhadap enzim kolinesterase
Perbedaan tersebut ternyata disebab- pada penderita Alzheimer.
kan oleh adanya variasi genetik gari Respon penggunaan 5-fluorouracil
gen yang menyandi ekspresi dari (5-FU) sebagai kemoterapi untuk
enzim N-acetyltransferase. Bagi indi- kanker kolon ternyata sangat ber-
vidu yang mempunyai kelainan yang variasi. Target enzim untuk 5-FU ini
disebabkan oleh autosomal recessive adalah thymidilate synthetase. Per-
allele, berupa variasi polimorfik maka bedaan respon ini berkaitan erat
aktivitas enzim N-acetyltransferase dengan adanya polimorfisme gen
menjadi lambat. Aktivitas enzim N- yang bertanggungjawab terhadap
acetyltransferase ini sangat bervariasi ekspresi enzim thymidilate synthetase
untuk setiap suku atau ras. Bagi (TS). Enzim ini sangat penting dalam
orang barat (Amerika dan Eropa) sintesis DNA yaitu merubah deok-
50% dari penduduknya ternyata siuridilat menjadi deoksitimidilat.
tergolong inaktivator lambat, se- Diketahui bahwa sekuen promoter
dangkan untuk orang Jepang seba- dari gen thymidilate synthetase ber-
gian besar tergolong inaktivator variasi pada setiap individu. Ekspresi
cepat (Mueller,R.F. and Young,I.D. yang rendah dari mRNA TS ber-
2001). hubungan dengan meningkatnya
Telaah genetik untuk mempe- kemungkinan sembuh dari penderita
lajari hubungan antara variasi poli- kanker yang diobati dengan 5-FU.
morfisme di dalam struktur gen Sedangkan penderita yang ekspresi
dengan efeknya dalam klinik terus mRNA TS tinggi ternyata tidak mem-

Vol. II, No.1, April 2005 7


REVIEW ARTIKEL

perlihatkan respon pengobatan bervariasi antar individu. Peng-


dengan kemoterapi ini (Leichman et gunaan walfarin yang tidak tepat
al. 1997,). Hasil penelitian serupa dosis seringkali menyebabkan
ditunjukkan pula pada uji klinik perdarahan serius. Perbedaan respon
penggunaan 5-FU ini terhadap pen- terhadap warfarin yang dimeta-
derita kanker lambung (Lenz,H.J et bolisme oleh enzim sitokrom P450
al. 1996). Genotipe dari gen TYMS, yaitu CYP2C9, CYP3A5, sangat
yang menyandi ekspresi enzim thy- tergantung pada peran P-gliko-
midilate synthetase, ditentukan dengan protein yang ekspresinya disandi
mengamplifikasi gen/DNA dengan oleh gen adenosine triphosphate-bind-
teknik polymerase chain reaction (PCR) ing cassette, ABCB1 atau juga disebut
yang diisolasi dari 90 penderita dengan multi dug resistance gene 1,
kanker kolon yang mendapatkan MDR1. Variasi genetik dari gen
pengobatan 5-FU. Hasilnya menun- ABCB1 yang dianalisis dengan teknik
jukkan bahwa gen TYMS ternyata minisequencing terhadap 210 pende-
bersifat polimorfisme, mempunyai rita, menunjukkan bahwa pemilihan
double (2R) atau triple(3R) tandem re- dosis yang tepat untuk masing-
peats pada 28-bp promoter gen, dan masing varian genetik sangat penting
terdapat variasi 6-bp pada 3’-un- untuk mendapatkan respon obat
translated region (3’-UTR). Hasil ini yang diinginkan (Wadelius, M, et al.
menunjukkan betapa pentingnya 2004).
melakukan pemetaan genotipe dari Berbagai hasil penelitian tentang
gen TYMS dari penderita kanker farmakogenetik dan farmako-
yang akan diobati dengan 5-fluorou- genomik ini dapat dilihat dalam
racil. Hal ini diperlukan untuk mem- website The Pharmacogenetics and
prediksi respon obat dan efek toksik Pharmacogenomics Knowledge Base:
yang tidak diinginkan akibat peng- PharmGKB, http://www.pharmgkb.
gunaan 5-FU. (Lecomte, T, et al. 2004, org yang memberikan informasi
Pullarkat, S.T, et al. 2001). Pemetaan tentang data-data farmokogenetik.
genotipe sangat membantu dalam Website ini dikelola oleh Stanford Uni-
penentuan dosis obat yang diberikan, versity yang didanai oleh National In-
memprediksi kemungkinan muncul- stitute of Health, NIH, USA). Data
nya efek toksik suatu pengobatan, penting yang dapat diakses dari si-
dan memungkinkan untuk melaku- tus ini antara lain adalah: (1) variasi
kan pengobatan secara individual manifestasi klinis, (2) variasi far-
berdasarkan sifat genotipe sese- makodinamik dan respon obat,
orang. (3) variasi sifat farmakokinetik,
Contoh penelitian lainnya adalah (4) variasi selular maupun molekuler,
perbedaan respon penggunaan wal- dan (5) variasi dalam sekuen genetik.
farin sebagai antikoagulan. Respon Dalam situs ini juga dapat kita da-
terhadap warfarin ternyata sangat patkan informasi tentang hubungan

8 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

antara struktur gen, respon obat, DAFTAR PUSTAKA


menifestasi penyakit, data tentang
polimorfisme yang diidentifikasi Brown, T.A. (1999) Molecular Phy-
dari berbagai suku dan ras, serta logenetics in Genomes. John
koleksi dari gen target yang erat Wiley & Sons, Singapore, pp 408.
kaitannya dengan genotip beberapa Campbell, D.A.; Valdes, A.M. and
jenis gen yang sangat penting dalam Spurr, N. (2000). Making Drug
aspek farmakogenetik, dan pengem- Discovery a SN(i)P. Drug Discov.
bangan obat baru (Klein, T.E. and Today 5, 388-396.
Altman, R.B. 2004).
Dean, P.M.; Zanders, E.D. and
Bailey, D.S. (2001). Industrial-
KESIMPULAN scale, Genomics-based Drug De-
Pemahaman tentang interaksi sign and discovery. Trends in
antara mekanisme kerja obat dengan Biotech. 19(8), 288-292.
gen atau reseptor obat sangat penting Doughty,S. (2000). Lab Plus Interna-
dalam rangka memberikan pengo- tional. 14(4), 17-18.
batan yang optimal. Tersedia sistem
Drew, J. (1999). Basic Science and
bioinformatik yang merangkum
Pharmaceutical Innovation. Nat.
informasi secara komprehensif data
Biotechnology 17, 406.
hasil penelitan farmakogenetik dan
farmakogenomik yang memberikan Drew J. (2000). Drug Discovery: A
informasi adanya varian genotip, Historical Perspective. Science
polimorfisme antar individu ataupun 287, 1960-1964.
antar suku dan ras tertentu dapat Drazen, J.M.; Delisle, M.; Quirion, R.;
membantu para peneliti untuk me- Aubert, I; Farlow M. and Lahiri,
nemukan hubungan antara variasi D, (1999). Pharmacogenetic asso-
genetik dengan respon obat yang ciation between ALOX5 pro-
berbeda. Farmakogenomik dapat moter genotype and the response
memberikan metode yang akurat to anti-asthma treatment Nat.
dalam menentukan dosis obat yang Genet. 22, 168-170.
tepat berdasarkan sifat genetik dari
seseorang. Di masa yang akan datang Klein, T.E. and Altman, R.B. (2004).
tenaga kesehatan akan dapat meng- PharmGKB: the pharmacoge-
analisis profil genetik dari penderita netics and pharmacogenomics
dan menetapkan terapi obat yang knowledge base. Pharmacogeno-
tepat. Sedangkan industri farmasi mics J. 4 (1), 1-1.
diharapkan dapat menemukan terapi Lander,E.S., Linton, L.M. Birren,B.
yang potential dengan lebih tepat et al (2001). Initial Sequencing
dan terarah melalui pendekatan and Analysis of the Human Ge-
genomik. nome. Nature 409, 860-921.

Vol. II, No.1, April 2005 9


REVIEW ARTIKEL

Lawrence, R. (2001). Life after the fusion fluorouracil and weekly


Human Genome Project. Drug leucovorin. J.Clin.Oncol. 15,
Discov. Today 6, 10-12. 3223–3229.
Lecomte, T. Ferraz, J.M. Zinzindo- Majumdar, P.P. (1998). People of In-
houe, F. Loriot, M.A. Tregouet, dia: Biological diversity and Af-
D.A. Landi, B. Berger, A. Cug- finities. Evolutionary Anthropology
nenc, P.H. Jian, R. Beaune, P. and 6, 100-110.
Laurent-Puig, P. (2004). Mueller,R.F. and Young,I.D. (2001).
Thymidylate Synthase Gene Poly- Emery’s Elements of Medical
morphism Predicts Toxicity in genetics. Eleventh Edition,
Colorectal Cancer Patients Re- Churchill Livengstone, London.
ceiving 5-Fluorouracil-based pp. 169-175.
Chemotherapy Clin. Cancer Res., Owen, S and King, M.C. (1999). Ge-
10,(17): 5880 – 5885. nomic Views of Human History.
Lennon, G.L. (2000). High-through- Science 286, 451-453.
put gene expression analysis for Palmer, J.S. Duffy, D.L. Box,
drug discovery. Drug Discov. To- N.F. Aitken, J.F, O’Gorman, L.E.
day 5 (2), 59-65. Green,AC Hayward, N.K. Mar-
Lenz, H.J. Leichman,C.G. Danen- tin, N.G. and Sturm, R.A. (2000).
berg, K.D. Danenberg, P.V. Melanocortin-1 Receptor Poly-
Groshen, S. Cohen, H. Laine, L. morphisms and Risk of Melanoma:
Crookes, P. Silberman, H. Ba- Is the Association Explained Solely
randa, J. Garcia, Y. Li,J and by Pigmentation Phenotype? Am.
Leichman, L. (1996). Thymidy- J. Hum. Genet., 66:176-186
late synthase mRNA level in ad- Peltonen, L. and McKusick, V.A.
enocarcinoma of the stomach: a (2001). Genomics and medicine:
predictor for primary tumor re- Dissecting Human Disease in the
sponse and overall survival. Postgenomic Era. Science 291,
J.Clin.Oncol. 1(1): 176–182. 1224-1229.
Leichman, C.G. Lenz, H.J. Leichman, Pullarkat, S.T.; Stoehmacher, J.;
L. Danenberg, K. Baranda, J. Ghaderi, V.; Xiong, Y-P; Ingles,
Groshen, S. Boswell, W. Metzger, S.A.; Sherrod, A; Warren, R.;
R. Tan, M. and Danenberg, P.V. Tsao-Wei, D.; Groshen, S. and
(1997). Quantitation of intra- Lenz, H-J. (2001). Thymidilate
tumoral thymidylate synthase Synthetase gene Polymorphysm
expression predicts for dissemi- Determines respone and toxicity
nated colorectal cancer response of 5-FU Chemotherapy. The
and resistance to protracted-in- Pharmacogenomics J. 1, 65-70.

10 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


REVIEW ARTIKEL

Rothberg, B.E.G. (2001). Mapping a Venter, J.C.; Adams, M.D.; Myers,


Role for SNPs in Drug Develop- et.al. (2001). The Sequence of
ment. Nat. Biotech. 19, 209-211. Human Genome. Science 291,
1304-1351.
Roses, A.D. (2000). Pharmacogenet-
ics and the Practice of Medicine. Wadelius, M. Sörlin, K. Wallerman,
Nature 405(6788), 857-865. O. Karlsson, J. Yue, Q-Y.
Magnusson, P K E Wadelius, C
Sander, C. (2000). Genomic Medicine
and Melhus, H. (2004). Warfarin
and the Future of Health Care.
sensitivity related to CYP2C9,
Science 287, 1977-1978.
CYP3A5, ABCB1 (MDR1) and
Servior, R.F. (2000). Strctural Geno- other factors. Pharmacogenomics J.
mics Offers High-Speed Look at 4 (1), 40-48.
Proteins. Science 287, 1954-1956.
Weber, W.W. (1997) Pharmacogenet-
Stoneking, M (2001). Single Nucle- ics, Oxford University Press,
otide polimorphysms: From the New York, pp62.
Evalotionary past. Nature 409
(6822), 821-822.

Vol. II, No.1, April 2005 11

Anda mungkin juga menyukai