Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PEMBUMIAN SISTEM TENAGA LISTRIK

PENTANAHAN DENGAN KUMPARAN PETERSEN


Ir.Mustamam M.T

Kelompok 7 :

 Abdurahman (5173530001)
 Arianto Nixon Transferando Tambunan (5173230004)
 Jekin Eglianta Tarigan (5173530015)

PRODI TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini . Tujuan penulisan
makalah ini yaitu untuk membiasakan dan melatih dalam membuat makalah
sekaligus unntuk memenuhi tugas mata kuliah ini.

Kami berterima kasih kepada teman-teman dan dosen pengampu mata


kuliah ini yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan oleh karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan dan kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan makalah saya ini.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga penulisan makalah ini


bermanfaat dan bisa menambah ilmu maupun pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Oktober 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sampai kira-kira tahun 1910, system-sistem tenaga listrik tidak


diketanahkan. Hal itu dapat dimengerti karena pada waktu itu system-sistem
tenaga listrik masih kecil jadi bila ada gangguan fasa ke tanah arus gangguan
masih kecil, dan biasannya masih kurang dari 5 amper. Pada umumnya bila arus
gangguan itu sebesar 5 amper atau lebih kecil, busur listrik yang timbul pada
kontak-kontak antara kawat yang terganggu dan tanah masih padam sendiri.
Tetapi system sistem tenaga itu makin lama makin besar baik panjangnya maupun
tegangannya.

Oleh karena itu mulai tahun 1910-an pada saat mana system-sistem tenaga
relative mulai besar, system-sistem itu tidak lagi dibiarkan terapung yang
dinamakan system delta, tetapi titik netral system itu diketanahkan melalui
tahanan atau reaktansi. Pengetahanan itu umumnya dilakukan dengan
menghubungkan netral transformator daya ke tanah.

Metode-metode pengetanahan netral dari system-sistem tenaga adalah:

a) Pengetanahan melalui tahanan (ressistance grounding)


b) Pengetanahan melalui reactor (reactor grounding)
c) Pengetanahan tanpa impedansi (soild grounding)
d) Pengetanahan efektif (effective grounding)
e) Pengetanahan dengan reactor yang impedansinya dapat berubah-ubah
(resonant grounding) atau pengetanahan dengan kumparan Petersen.

Istilah kumparan Petersen ini berasal dari nama orang yang pertama-tama
menciptakan alat itu, yaitu W. Petersen. Petersen mendapatkan cara ini pada tahun
1916. Di Negara-negara AngloSaxon nama alat itu sering juga disebut “Ground
Fault Neutralizer” atau “Arc Suppression Coil”. Umumnya kita di Indonesia
mengenalnya sebagai kumparan Petersen adau “Petersen spoel”. Perlu dicatat di
sini bahwa analisa serta perbaikan kumparan Petersen dibuat oleh JONAS mulai
tahun 1920.
Sekalipun penggunaan kumparan Petersen itu sudah mulai berkurang tetapi
system 30 dan 70 KV yang ada di Jawa masih diketanahkan dengan kumparan
Petersen. Disamping itu, akhir-akhir ini semakin banyak generator yang terhubung
dengan transformator (unit connected generator) diketanahkan dengan kumparan
Petersen.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana pengaruh tahanan kontak?


 Apa keuntungan dan kerugian kumparan Petersen?
 Bagaimana persamaan dan diagram lingkaran Jonas?

1.3 Tujuan dan Manfaat

 Mengetahui pengaruh tahanan kontak


 Mengetahui keuntungan dan kerugian kumparan Petersen
 Mengetahui persamaan dan diagram lingkaran Jonas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Tahanan Kontak
Pengaruh dari tahanan kontak ini paling terasa pada saluran transmisi yang
menggunakan tiang-tiang kayu.

Gambar 2.1 Sistem 69 KV dengan tiang kayu δ = 0, r = tahanan tiang kayu,

R =Rugi-rugi sistem

Kita menginginkan supaya sebagian besar tegangan berada pada R.


gambar 2.1. untuk mengindarkan loncatan api samping (side flash over).

Tegangan pada kumparan Petersen adalah :

Jadi supaya tegangan EN besar , r/R harus diusahakan kecil.


Contoh .

Misalkan suatu system besar 69 KV, dengan tiang kayu, dan diketanahkan dengan
kumparan Petersen.

R = 10 % r = 250 ohm. Panjang seluruhnya 1.030 Kms

Maka,

= = 27,3 Amp

= 10 % = 27,3 Amp

Jadi,

R= = 1459 ohm.

Maka,

= = 0,171

= = 34,02 KV ( = 85 % )

Dan

= - 34,02 = 5,82 KV ( = 15 % )

Bila system tersebut tidak diketanahkan maka diagram ekivalennya diberikan


dalam gambar 2.2 . ( rugi-rugi system R kecil terhadap I / wC, karena itu
diabaikan).

Arus kapasitif = 273 Amp., jadi = = 146 ohm.


Jadi,
√ √
Maka,

Gambar 2.2 Diagram ekivalen tanpa kumparan petersen

2.2 Keuntungan dan Kerugian kumparan Petersen


Keuntungan paling utama dari metode pengetanahan system dengan
kumparan Petersen antara lain :

1. Arus gangguan satu fasa ke tanah dapat dibuat kecil sekali, dengan
demikian gangguan tanah itu menjadi tidak berbahaya lagi terhadap
system dan gangguan dapat hilang sendiri (self-clearing), tanpa operasi
pemutus daya.
2. Hilangnya gejala busur tanah yang sangat berbahaya terhadap system
(karena tegangan lebih yang di hasilkannya), sehingga dengan demikian
terhindar kerusakan pada peralatan system, terutama pada titik gangguan.
3. Suplai daya menjadi tak terganggu dan dapat berlangsung terus walaupun
gangguan belum dihilangkan sama sekali ; artinya system dapat beroperasi
terus dalam gannuan tanah.
4. Tegangan lebih transien yang terlampubesar dapat dikurangi dibandingkan
pada system yang tersolir.
5. Efek-efek terhadap gangguan komunikasi dapat di perkecil.
6. Mengurani kejutan pada system yang disebabkan gangguan tanah itu.

Kerugian dan kelemahan-kelemahan dari metode pengetanahan dengan


kumparan Petersen ini antara lain:
1. Kumparan Petersen tidak dapat mengkompensir terhadap ganguan dua
fasa ke tanah.
2. Kumparan Petersen tidak dapat menghilankan gangguan satu fasa yang
menetap (substained grount fault) pada system.
3. Kumparan Petersen tidak dapat mengkompersir rugi-rugi daya dari system
(wattcomponent) dan harmonisa-harmonisa, sehingga pemakaiannya
terbatas pada system dengan tegangan sanpai 110 KV. Pada sisitem-sistem
yang mempunyai tegangan sangat tinggi rugi-rugi daya (termasuk
kerugian korona) besar kecil.
4. Kumparan Petersen tidak dapat mencegah tegangan lebih secara
keseluruhan., hanya membatasi sampai keadaan tertentu sehingga
memerlukan peralatan yang mampu menaggulangi tegangan lebih tersebut.

2.3 Persamaan dan diagram Lingkaran Jonas

Dalam pasal 4 telah diterangkan bahwa pada hakekatnya penalaran


sempurna itu tidak perlu, malahan selalu dinasehatkan supaya jangan dilakukan
penalaan sempurna. Untuk menerangkan hal ini marilah kita tinjau dua macam
keadaan, yaitu system dalam keadaan tidak ada ganguan, dan system dalam
keadaan gangguan tanah-kawat.

2.3.1 System Pada Keadaan Tidak Ada Gangguan


Gambar 2.3 menggambarkan suatu system yang di ketanahakan dengan
kumparan Petersen dalam keadan tidak ada ganguan.

Gambar 2.3. Sistem yang diketanahkan dengan kumparan Petersen, tidak ada
gangguan
Persamaan arus.

(4.19)
atau

(4.19)
Persamaan (4.19) dapat di tulis sebagai:

( ) ( )

(4.20)
atau

(4.21)
tetapi dari persaman (2.8)

jadi persamaan (4.21) dapat ditulis:

(4.22)
atau

(4.23)
pada persamaan di atas :
EN = tegangan kumparan Petersen, yaitu tegangan antara titik
netral dan tanah
pada system yang di ketanahkan dangan kumoaran Petersen.
ENG = tegangan netral ke tanah pada system delta.

Mulai sekarang tegangan ketidakseimbangan E NG kita sebut tegangan urutan


nol, EO, jadi persaman (4.23) menjadi :

(4.24)

Gambar 2.4. Gambar ekivalen dari system yang diketanahkan dengan


Kumparan Petersen dan tidak ada gangguan
Gambar ekivalen dari persamaan (4.24) diberikan oleh gambar 2.4 yaitu satu
rangkaian tertutup yang diberikan oleh impedansi kumparan Petersen Z P, dan
impedansi ekivalen kapasitif system terhadap tanah, ZG terhubung seri, dan
tegangan ketidak seimbangan atau tegangan urutan nol, E O.
Jadi pada persamaan (4.24) dan Gambar 2.4 jelas kelihatan bila kumparan
Petersen itu ditala semparna (resonasi seri) harga ZP + ZG akan sangat kecil
(hanya tahanan rugi-rugi Rse), jadi persamaan (4.24) menadi :

dan teganagan kumparan Petersen akan maksimum, EN, maks dan ini relatif
sangat besar, yaitu 10-15 kali sebesar tegangan ketidak seimbangan E O. Ini berarti
kalau ada tegangan ketidak seimbangan EO , maka dalam keadaan kerja normal
pergeseran titik netral system (neutral displacement) menjadi sangat besar. Jadi
jelaslah sekarang bahwa penalaan tidak sempurna itu sangat efektif bila ada
ketidak seimbangan kapasitif pada system itu. Tetapi janganlah simpangan tala ini
ditunjukan untuk membatasi pergaseran netral yang besa, tetapi lakukanlah
dengan transposisi.

Gambar 2.5 . Karakteristik kumparan Petersen

Untuk menjaga supaya tegangan kumparan Petersen (tegangan netral) jangan


terlalu besar, impedansi kumparan Petersen itu dibuat tidak konstan, yaitu pada
arus yang lebih besar impedansinya berkurang. Gambar 2.5(lihat juga gambar
2.7).

2.6.1. Sistem Dalam Keadaan Gangguan Tanah


Pada keadaan gangguan tanah dan terhubung parallel, gambar 2.6
Gambar 2.6 .Gambar ekivalen system dengan kumparan Petersen dalam
keadaan gangguan tanah.

Telah diterangkan di atas bahwa kumparan Petersen itu tidak ditala sempurna.
Jadi arus kumparan Petersen tidak menetralisir seluruh arus kapasitif. Selisih arus
ini disebut arus residu, .

Besar arus residu ,

(4.25)

Subtitusi persamaan–persamaan (2.10) dan (2.24) dalam persamaan (4.25)


diperoleh :

(4.26)

Persamaan (4.26) ini mula–mula diberi oleh Jonas, dan persamaan tersebut
dinamakan persamaan junas.

Dalam keadaan resonansi (resonansi paralel) tegangan kumparan. Petersen, ,


akan maksimum dan

Yaitu komponen watt dari arus residu,

Jadi tegangan maksimum kumparan Petersen itu menjadi :

(4.27)
Dari contoh dibawah ini dapat kitalihat berapa besarnya pergeseran netral
(tegangan kumparan persen) bila ditala sempurna.
Contoh :

Suatu system besar 23 KV.Tegangan ketidak seimbangan E NG = EO


dimisalkan 3% dari tegangan fasa, dan rugi – rugi system 10 % ( = 10% dari
), maka :

Jadi disini kita lihat EN = 3% maka EN, maks = 30% dan yang terakhir ini sudat
“sangat besar”.

2.6.3 Diagram lingkaran Jonas

Dari gambar 2.5 dapat dilihat bahwa impedansi kumparan Petersen itu
konstan sampai = , dan di atas titik impedansi itu makin berkurang
sehingga tegangan kumparan Petersen itu agak konstan.

Gambar 2.7, konstruksi dasar kumparan Petersen.

Karena pada umumnya tegangan yang mungkin timbul pada kumparan


Petersen itu jarang diatas maka kita cukup meninjau daerah sampai saja.
Kumparan Petersen itu mempunyai sadapan–sadapan, Gambar 2.7, dan impedansi
itu berubah secara linear dengan perubahan sadapan.

Misalkan impedansi kumparan Petersen itu,


( )
(4.28)

Dimana k konstan tergantung dari kedudukan sadapan.

Impedansi ekivalen kapasitif, dari system itu adalah konstan. Sekarang


akan kita lihat bagaimana kedudukan yaitu tegangan pada kumparan Petersen.
Rangkaian ekivalen dalam keadaan tidak adagangguan diberikan oleh Gambar
2.4. Dalam gambar 2.4, dan tetap besarnya, sedangkan dapat diatur,
yaitu dengan merubah sadapannya.

Karena merupakan tegangan yang tetap yang dimasukkan pada dua


impedansi dalam seri, satu diantaranya yang tetap, sedang yang lain
berubah secara linear. Maka tempat kedudukan untuk berbagai–bagai
kedudukan sadapan merupakan sebuah lingkaran, gambar 2.8.

Lingkaran gambar 2.8, merupakan tempat kedudukan (tegangan) tanah.


Harga maksimum dari yaitu ialah diameter dari lingkaran itu
( ), hal manater jadi pada keadaan resonansi.

Jadi jelas kelihatan dari gambar 2.4, bahwa pada penalaan sempurna
pergeseran netral sangat besar pada kerja normal bila ada ketidak seimbangan
kapasitif ( ). Sebabitulah Jonas mengatakan, bila ada ketidak seimbangan
kapasitif system janganlah ditala sempurna.
Gambar 2.8 pergeseran netral pada system dengan kumparan petrsen.
Dalam gambar 2.8
N = titiknetral
= system delta ( )
= kompensasi kurang ( )
= ditalsempurna ( )
= kompensasi kurang ( )
= tegangan kumparan Petersen atau tegangan netral ketanah.
Cara yang paling mudah untuk memperoleh data untuk melukiskan
diagram lingkaran itu ialah dengan cara pengukuran. Untuk tiap kedudukan
sedapan dari kumparan Petersen itu diukur tegangan–tegangan fasa ketanah
dan tegangan – tegangan jala-jala . Pengukuran itu
dilakukan dengan bantuan transformator tegangan tiga fasa dengan netralnya
diketanahkan, gambar 2.9.
Gambar 2.9, pengukuaran-pengukuran tegangan dengan transformator tegangan
guna melukiskan diagram lingkaran Jonas.

Supaya lebih jelas di bawah ini diberikan contoh suatu system 115 KV.
Hasil–hasil pengukuran tegangan dikumpulkan dalam tabel 4.4 .

Prosedur untuk melukiskan diagram lingkaran Jonas adalah sebagai berikut :

1. Dari hasil – hasil pengukuran tegangan–tegangan fasa ke tanah (kolom 3,


4, dan 5) dan tegangan jala–jala (kolom6, 7, dan 8), diambil harga rata-
rata tegangan jala-jala (kolm 10) ,dan tegangan-tegangan fasa tanah
dikoreksi ketegangan jala-jala ini. Misalnya untuk baris pertama Tabel 2.1
dalam kolom 11 diperoleh sebagai berikut :

Tabel 2.1 Hasil-hasil pengukuran tegangan dari suatu system 115 kv yang
dilengkapi dengan kumparan Petersen
Kumparan Tegangan Ke Tegangan Jala-Jala Tegangan di atas 115
Petersen tanah (KV) KV
(KV)
Possisi Amp EA EB EC EAB EBC ECA EA EB EC
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Off 0 67,0 64,3 67,0 115,2 115,2 115,0 50 115,1 67,0 64,2 66,9
1 0,5 67,8 63,0 68,0 115,1 115,1 114,9 50 115,0 67,8 63,0 68,0
2 1,5 70,0 55,1 75,2 115,0 115,0 114,9 50 115,0 70,0 55,1 75,2
3 3,8 48,0 81,2 73,5 115,5 115,1 115,1 50 115,2 47,8 81,0 73,0
4 1,3 62,4 71,5 64,8 115,2 115,0 115,0 50 115,1 62,3 71,3 64,7

Dengan jalan ini diperoleh harga-harga dari tegangan fasa tanah yang telah diatur
(kolom 11,12 dan 13).

2 Untuk tiap kedudukan sadapan dari kumparan Petersen, dengan ketiga


tegangan fasa-tanah yang telah diatur sebagai radius dilukiskan
lingkaran.Melalui ketiga titik perpotongan dari ketiga lingkaran itu
dilukiskan segitiga. Titik berat segitiga itu menyatakan titik kedudukan
dari sadapan pada lingkaran jonas.
3 Dengan jalan yang sama seperti langkah 2 diatas dilakukan untuk semua
sadapan dari kumparan Petersen, termaksud kedudukan “off”.
4 Melalui titk-titik yang diperoleh pada langkah 2 dan 3 dilukiskan
lingkaran, yaitu lingkaran jonas, gambar 2.10.
Gambar 2.10. Segitiga tegangan dan diagram lingkaran Jonas untuk system pada
Tabel 4.4.

Lingkaran itu mempunyai radius sebesar 15 KV, atau diameter lingkaran 30


KV.

Jadi pada keadaan resonansi, dalam keadaan kerja normal (tidak ada
gangguan), pergeseran titk netral ialah 30 KV atau kira-kira 43,5% dari tegangan
fasa.

Hasil dari pengukuran untuk system lain diberikan dalam Gambar 4.20.
Dalam segitiga tegangan ada dua lingkaran, yang pertama kecil dan yang kedua
besar. Lingkaran kecil adalah lingkaran yang sebenarnya, sedang yang besar
diperoleh dengan melepaskan dua fasa. Hal itu dilakukan karena system agak
seimbang (fairly balanced), jadi lingkaran itu terlalu kecil untuk dipelajari.
Dengan melepaskan dua fasa diperoleh ketidakseimbangan yang besar dan
lingkaran jonas yang besar pula.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan-kesimpulan Pengetanahan dengan kumparan Petersen


yaitu:

1) Pengetahanan dengan kumparan petersenan sangat efektif untuk


memadamkan gangguan hubung tanah (ground fault) yang berupa
transien maupun gangguan yang berlangsung terus.
2) Kumparan petersenan mencegah timbulnya arus gangguan yang besar.
3) Kompensasi yang tepat terhadap arus kapasitif pada gangguan satu
fasa ketanah menyebabkan arus gangguan itu kecil sekali, sehingga
memungkinkan system itu dapat bekerja terus dengan satu fasa
terhubung ketanah sampai ada saat yang baik untuk melakukan
lokalisasi gangguan. Sementara itu baik disis generator disentral
maupun disisi pihak konsumen tak merasai gangguan tersebut.
4) Pengurangan arus gangguan sampai harga minimumnya yang tidak
lagi membahayakan konduktor maupun isolator-isolator akan
mengurangi pemeliharaan terhadap saluran-saluran transmisi, isolator-
isolator, dan sekaligus mengurangi operasi daripada pemutus daya.
5) Busur tanah dapat dihindarkan.
6) Kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan tanah
diperkecil.
7) Terhadap gangguan satu fasa ketanah yang temporer, kumparan
Petersen tidak hanya menyebabkan arus gangguan itu kecil tetapi juga
memperlambat kenaikan tegangan pulih system dank arena itu busur
listrik mudah hilang sendiri, jadi system kembali normal tanpa
bekerjanya pemutus daya.
8) Kumparan Petersen sangat sensitive terhadap ketidakseimbangan da
dalam sistemnya.
9) Kumparan Petersen selalu siap setiap saat untuk menetralisir arus
gangguan hubung tanah maupun hubung tanah berurutan.
10) Kumparan Petersen paling baik digunakan pada system radial baik
yang melalui terdiri dari penghantar kawat udara atau campuran
hantaran udara dan kabel tanah dengan tegangan kerja dari 2,4 KV
sampai dengan 110 KV.
11) Kumparan Petersen praktis tidak membutuhkan pemeliharaan yang
berarti.
12) Karena arus gangguan tanah yang timbul selain kecil juga
distribusinya tidak tergantung kepada letak gangguan, maka arus itu
tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk rele ganggua tanah yang selektif
harus dengan cara-cara yang istimewa atau khusus.
13) Mengingat bahwa terhadap gangguan satu fasa ke tanah yang
permanen pemutusan pemutus daya dapat ditangguhkan, maka rela
gangguan tanah yang selektif bukan suatu keharusan.
14) Pemasangan “wattmeter type carth leakage relay” dapat menunjukkan
dengan tepat letak gangguan, sehingga dapat diadakan tindakan
pengisolasian bagian system yang mengalami gangguan itu.
15) Mengingat bahwa kumparan Petersen itu hanya berjasa terhadap
gangguan suatu fasa ketanah, maka system haruslah diusahakan
sedemikian rupa sehingga gangguan-gangguan satu fasa ketanah saja.
Untuk ini tahanan-tahanan kaki tiang harus diusahakan serendah
mungkin.
16) Karena pada waktu gangguaan satu fasa ketanah menyebabkan
tegangan fasa lainya naik menjadi √3. atau tegangan jala-jala,
maka pengenal tegangan arrestnya haruslah berdasarkan tegangan jala-
jala.
17) System dapat bekerja pada simpangan tala tertentu tanpa
mempengaruhi karateristik proteksinya terhadap system, sehingga
pada perluasan system tidak menunjukkan adanya pembatasan
pemakaian kumparan Petersen ini.
18) Untuk membatasi pergeseran netral akibat resonansi maka salah satu
atau beberapa kumparan Petersen dipasang pada sadapan maksimum.

Anda mungkin juga menyukai