Kelompok 7 :
Abdurahman (5173530001)
Arianto Nixon Transferando Tambunan (5173230004)
Jekin Eglianta Tarigan (5173530015)
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini . Tujuan penulisan
makalah ini yaitu untuk membiasakan dan melatih dalam membuat makalah
sekaligus unntuk memenuhi tugas mata kuliah ini.
Kami juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan oleh karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan dan kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan makalah saya ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oleh karena itu mulai tahun 1910-an pada saat mana system-sistem tenaga
relative mulai besar, system-sistem itu tidak lagi dibiarkan terapung yang
dinamakan system delta, tetapi titik netral system itu diketanahkan melalui
tahanan atau reaktansi. Pengetahanan itu umumnya dilakukan dengan
menghubungkan netral transformator daya ke tanah.
Istilah kumparan Petersen ini berasal dari nama orang yang pertama-tama
menciptakan alat itu, yaitu W. Petersen. Petersen mendapatkan cara ini pada tahun
1916. Di Negara-negara AngloSaxon nama alat itu sering juga disebut “Ground
Fault Neutralizer” atau “Arc Suppression Coil”. Umumnya kita di Indonesia
mengenalnya sebagai kumparan Petersen adau “Petersen spoel”. Perlu dicatat di
sini bahwa analisa serta perbaikan kumparan Petersen dibuat oleh JONAS mulai
tahun 1920.
Sekalipun penggunaan kumparan Petersen itu sudah mulai berkurang tetapi
system 30 dan 70 KV yang ada di Jawa masih diketanahkan dengan kumparan
Petersen. Disamping itu, akhir-akhir ini semakin banyak generator yang terhubung
dengan transformator (unit connected generator) diketanahkan dengan kumparan
Petersen.
R =Rugi-rugi sistem
Misalkan suatu system besar 69 KV, dengan tiang kayu, dan diketanahkan dengan
kumparan Petersen.
Maka,
= = 27,3 Amp
= 10 % = 27,3 Amp
Jadi,
R= = 1459 ohm.
√
Maka,
= = 0,171
= = 34,02 KV ( = 85 % )
√
Dan
= - 34,02 = 5,82 KV ( = 15 % )
√
Jadi,
√ √
Maka,
1. Arus gangguan satu fasa ke tanah dapat dibuat kecil sekali, dengan
demikian gangguan tanah itu menjadi tidak berbahaya lagi terhadap
system dan gangguan dapat hilang sendiri (self-clearing), tanpa operasi
pemutus daya.
2. Hilangnya gejala busur tanah yang sangat berbahaya terhadap system
(karena tegangan lebih yang di hasilkannya), sehingga dengan demikian
terhindar kerusakan pada peralatan system, terutama pada titik gangguan.
3. Suplai daya menjadi tak terganggu dan dapat berlangsung terus walaupun
gangguan belum dihilangkan sama sekali ; artinya system dapat beroperasi
terus dalam gannuan tanah.
4. Tegangan lebih transien yang terlampubesar dapat dikurangi dibandingkan
pada system yang tersolir.
5. Efek-efek terhadap gangguan komunikasi dapat di perkecil.
6. Mengurani kejutan pada system yang disebabkan gangguan tanah itu.
Gambar 2.3. Sistem yang diketanahkan dengan kumparan Petersen, tidak ada
gangguan
Persamaan arus.
(4.19)
atau
(4.19)
Persamaan (4.19) dapat di tulis sebagai:
( ) ( )
(4.20)
atau
(4.21)
tetapi dari persaman (2.8)
(4.22)
atau
(4.23)
pada persamaan di atas :
EN = tegangan kumparan Petersen, yaitu tegangan antara titik
netral dan tanah
pada system yang di ketanahkan dangan kumoaran Petersen.
ENG = tegangan netral ke tanah pada system delta.
(4.24)
dan teganagan kumparan Petersen akan maksimum, EN, maks dan ini relatif
sangat besar, yaitu 10-15 kali sebesar tegangan ketidak seimbangan E O. Ini berarti
kalau ada tegangan ketidak seimbangan EO , maka dalam keadaan kerja normal
pergeseran titik netral system (neutral displacement) menjadi sangat besar. Jadi
jelaslah sekarang bahwa penalaan tidak sempurna itu sangat efektif bila ada
ketidak seimbangan kapasitif pada system itu. Tetapi janganlah simpangan tala ini
ditunjukan untuk membatasi pergaseran netral yang besa, tetapi lakukanlah
dengan transposisi.
Telah diterangkan di atas bahwa kumparan Petersen itu tidak ditala sempurna.
Jadi arus kumparan Petersen tidak menetralisir seluruh arus kapasitif. Selisih arus
ini disebut arus residu, .
(4.25)
(4.26)
Persamaan (4.26) ini mula–mula diberi oleh Jonas, dan persamaan tersebut
dinamakan persamaan junas.
(4.27)
Dari contoh dibawah ini dapat kitalihat berapa besarnya pergeseran netral
(tegangan kumparan persen) bila ditala sempurna.
Contoh :
Jadi disini kita lihat EN = 3% maka EN, maks = 30% dan yang terakhir ini sudat
“sangat besar”.
Dari gambar 2.5 dapat dilihat bahwa impedansi kumparan Petersen itu
konstan sampai = , dan di atas titik impedansi itu makin berkurang
sehingga tegangan kumparan Petersen itu agak konstan.
Jadi jelas kelihatan dari gambar 2.4, bahwa pada penalaan sempurna
pergeseran netral sangat besar pada kerja normal bila ada ketidak seimbangan
kapasitif ( ). Sebabitulah Jonas mengatakan, bila ada ketidak seimbangan
kapasitif system janganlah ditala sempurna.
Gambar 2.8 pergeseran netral pada system dengan kumparan petrsen.
Dalam gambar 2.8
N = titiknetral
= system delta ( )
= kompensasi kurang ( )
= ditalsempurna ( )
= kompensasi kurang ( )
= tegangan kumparan Petersen atau tegangan netral ketanah.
Cara yang paling mudah untuk memperoleh data untuk melukiskan
diagram lingkaran itu ialah dengan cara pengukuran. Untuk tiap kedudukan
sedapan dari kumparan Petersen itu diukur tegangan–tegangan fasa ketanah
dan tegangan – tegangan jala-jala . Pengukuran itu
dilakukan dengan bantuan transformator tegangan tiga fasa dengan netralnya
diketanahkan, gambar 2.9.
Gambar 2.9, pengukuaran-pengukuran tegangan dengan transformator tegangan
guna melukiskan diagram lingkaran Jonas.
Supaya lebih jelas di bawah ini diberikan contoh suatu system 115 KV.
Hasil–hasil pengukuran tegangan dikumpulkan dalam tabel 4.4 .
Tabel 2.1 Hasil-hasil pengukuran tegangan dari suatu system 115 kv yang
dilengkapi dengan kumparan Petersen
Kumparan Tegangan Ke Tegangan Jala-Jala Tegangan di atas 115
Petersen tanah (KV) KV
(KV)
Possisi Amp EA EB EC EAB EBC ECA EA EB EC
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Off 0 67,0 64,3 67,0 115,2 115,2 115,0 50 115,1 67,0 64,2 66,9
1 0,5 67,8 63,0 68,0 115,1 115,1 114,9 50 115,0 67,8 63,0 68,0
2 1,5 70,0 55,1 75,2 115,0 115,0 114,9 50 115,0 70,0 55,1 75,2
3 3,8 48,0 81,2 73,5 115,5 115,1 115,1 50 115,2 47,8 81,0 73,0
4 1,3 62,4 71,5 64,8 115,2 115,0 115,0 50 115,1 62,3 71,3 64,7
Dengan jalan ini diperoleh harga-harga dari tegangan fasa tanah yang telah diatur
(kolom 11,12 dan 13).
Jadi pada keadaan resonansi, dalam keadaan kerja normal (tidak ada
gangguan), pergeseran titk netral ialah 30 KV atau kira-kira 43,5% dari tegangan
fasa.
Hasil dari pengukuran untuk system lain diberikan dalam Gambar 4.20.
Dalam segitiga tegangan ada dua lingkaran, yang pertama kecil dan yang kedua
besar. Lingkaran kecil adalah lingkaran yang sebenarnya, sedang yang besar
diperoleh dengan melepaskan dua fasa. Hal itu dilakukan karena system agak
seimbang (fairly balanced), jadi lingkaran itu terlalu kecil untuk dipelajari.
Dengan melepaskan dua fasa diperoleh ketidakseimbangan yang besar dan
lingkaran jonas yang besar pula.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan