Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERSENTASI PERALATAN TEGANGAN TINGGI

PEMBANGKIT TEGANGAN TINGGI SEARAH

DI SUSUN KELOMPOK 6

ANDRI PERSDANTA SEMBIRING MELIALA ( 5172230004 )

CANRIKO INDRI JHON GULTOM ( 5173230004 )

WINIKO REBERTO SIMANJUNTAK ( 5173230015 )

PRODI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perkembangan sistem tenaga listrik yang pesat membutuhkan transmisi tegangan tinggi.
Lingkup studi tegangan tinggi sangat luas, antara lain meliputi fenomena tegangan tinggi, seperti
perhitungan medan listrik, gejala tembus listrik dielektrik, dan lain-lain. Pembangkitan tegangan
tinggi terbagi menjadi pembangkitan tegangan tinggi bolak-balik, pembangkitan tegangan tinggi
searah, dan pembangkitan tegangan tinggi impuls.
Yang dimaksud dengan tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik (elektrik power
engineering) adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi sehingga diperlukan pengujian
dan pengukuran tegangan tinggi yang semuanya bersifat khusus dan memerlukan teknik-teknik
tertentu (sujektif), atau dimana gejala-gejala tegangan tinggi mulai terjadi (objektif). Batas yang
menyatakan kapan suatu tegangan dapat dikatakan tinggi H.V (high Voltage), dan kapan sudah
ahrus dsebut tinggi sekali E.H.V (Extra High Voltage) serta Ultra tinggi U.H.V (Ultra High
Voltage).
Tegangan ini berbeda-beda untuk setiap negara atau perusahaan tenaga listrik dinegara-
negara tersebut, dan biasanya tergantung kepada kemajuan tekniknya masing-masinng. Salah
satu faktor yang menentukan ialah tingginya tegangan transmisi yang dipakai. Sebagimana
diketahui, ini tegantung kepada besarnya tenaga yang harus disalurkan dari pusat-pusat listrik
kepusat beban (load centres) dan jarak yang harus ditempuh untuk memindahkan tenaga tersebut
secara ekonomis. Dinegara –negara yang sudah maju H.V. dianggap mulai pada tegangan 20-30
kV, E.H.V pada tegangan 220 kV, sedangkan U.H.V pada tegangan 765 kV. Tentu saja harga-
harga tersebut dapat berubah menurut keadaan setempat dan kemajuan –kemajuan yang tercapai.

I.2 Rumusan Masalah

Pada penulisan makalah ini perumusan masalah antara lain :

1. Berasal dari manakan sumber-sumber dari pembangkit tegangan searah ?


2. Bagaimana proses pembangkit tegangan searah ini terjadi ?
3. Bagaimana proses penyaluran tegangan searah hingga nyampai kebeban ?

I.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui apa itu pembangkit tegangan searah


2. Memberikan informasi kepada membaca
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembangkit Tegangan Tinggi Searah


Sebelum adanya diode penyearah tegangan tinggi, maka orang menggunakan generator
searah. Sekarang telah ditemukan diode tegangan tinggi sehingga orang dengan mudah untuk
menggunakan dan memperoleh tegangan tinggi searah.
Pembangkitan tegangan tinggi searah di laboratorium umumnya menggunakan diode
semi konduktor yang terpasang seri pada kutup tabung hampa seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diode tegangan tinggi

Untuk mendapatkan tegangan tinggi searah biasanya dilakukan dengan cara


menyearahkan tegangan bolak balik melaui suatu penyearah (biasanya digunakan diode
semikonduktor). Untuk mempertinggi nilai tegangan searah digunakan suatu rangkaian
pengganda tegangan searah

Gambar 2.2 Penyearah semikonduktor

Untuk membangkitkan tegangan tinggi DC kita membutuhkan dioda banyak yang


dihubungkan seri karena sebuah dioda hanya digunakan pada tegangan rendah. Hubungan dioda
ini dimasukkan ke dalam tabung dan diisolasi oleh minyak sebagai pendingin. Dari kedua tipe
diatas mempunyai perbedaan yaitu : Pada dioda terjadi drop tegangan yang realtif besar di
bandingkan tabung. Keuntungan dioda adalah tidak perlu pemanasan dan langsung di
operasikan. Kemudian pada dioda arus balik masih ada atau sangat kecil sedangkan pada tabung
arus balik nol.

Rangkaian paling sederhana untuk membangkitkan tegangan tinggi searah adalah dengan
menggunakan penyearah setengah gelombang (half wave rectifier). RL adalah resistansi beban
dan C adalah kapasitor untuk meratakan tegangan keluaran DC

Jika kapasitor tidak terhubung tegangan terminal keluaran dc masih bergelombang.


Dengan adanya kapasitor akan meratakan tegangan keluaran sehingga hasil tegangan keluaran
mendekati tegangan dc murni. Gambar a menunjukkan rangkaian penyearah setengah
gelombang, gambar b menunjukan tegangan keluaran sebelum diberikan kapasitor sebagai perata
tegangan keluaran,sedangkan gambar c menunjukan tegangan keluaran setelah diberikan
kapasitor perata.

Tegangan output V tidak lagi konstan jika rangkaian dibebani, dalam satu periode T = 1/f
dari tegangan A.C tegangan muatan Q ditransfer ke beban RL yang dapat direpresentasikan
dalam persamaan :

I adalah nilai rata rata dari tegangan output dc iL(t) dan V(t)  yang diikuti dengan ripple
seperti gambar berikut :
Perubahan muatan pada kapasitor perata selama periode padam didapatkan dari
persamaan

Dengan demikian ripel dapat dikurangi dengan memperbesar kapasitas kapasitor perata
atau dengan mempertinggi frekuensi

Untuk membangkitkan tegangan tinggi searah ada beberapa metode yaitu :


a. Rangkaian Villard
Rangkaian ini merupakan rangkaian pengganda, tegangan yang paling sederhana
Kapasitor C dimuati hingga tegangan puncak −U T sehingga meningkatkan potensial
terminal keluaran tegangan tinggi terhadap trafo sebesar tegangan tersebut. Untuk kondisi
tanpa beban berlaku persamaan berikut:

Rangkaian villard dapat dilihat pada gambar berikut ;


Gambar 2.5. Rangkaian Villard diagram rangkaian, (b) kurva tegangan

b. Rangkain Pengganda Grainacher

Gambar 2.6. Rangkaian pongganda Greinacher (a) diagram rangkaian, (b)


kurva tegangan

Rangkaian Pengganda Greinacher Dalam gambar 4. 5 ditunjukkan perluasan rangkaian


Villard dengan penyearah V2 yang memungkinkan pemasangan kapasitor perata C2.
Untuk kondisi tanpa beban berlaku persamaan berikut:

Jumlah tegangan balik dari penyearah dalam rangkaian ini sama dengan-dua kali
tegangan keluaran U yang juga berlaku untuk setiap rangkaian penyearah yang memuat
komponen perata tegangan searah.

c. Rangkaian Zimmermansi-Wittka

Gambar 2.7 Rangkaian Zimmermansi-Wittka (kondisi tanpa beban) (a)


diagram rangkaian, (b) kurva tegangan
Rangkaian ini merupakan penggabungan dua rangkaian Villard yang dihubungkan
berhadapan pada terminal keluaran dengan nilai puncak sebesar tiga kali tegangan trafo
dan tegangan rata-rata pada kondisi tanpa beban sebesar U = 2 U T. Rangkaian ini dapat
dibumikan pada sebarang titik asalkan
isolasi belitan trafo mencukupi; hal ini juga berlaku untuk rangkaian lain.

d. Rangkaian Kaskade Grainacher

Gambar 2.8 Rangkaian Kaskade Greinacher (kondisi tanpa beban)

Rangkaian ini dikemukakan H. Greinacher pada tahun 1927. rangkaian tersebut


merupakan rangkaian tiga tingkat untuk mendapatkan jatuh tegangan yang lebih merata
maka dipilih kapasitansi Co = 2C1. C1 berfungsi sebagai kapasitor perata. Kaskade
grainacher dibuat untuk tegangan 5 mV dengan kapasitas arus rangkaian uji sekitar
10mA.
Contoh lain rangkaian kaskade dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.9 Contoh rangkaian penyearah (kondisi tanpa beban)

Gambar diatas digunakan untuk arus keluaran yang cukup besar (100 mA) maka masukan
arus bolak-balik untuk masing-masing rangkaian harus diberikan pada potensial yang
tinggi dan ini dapat dilakukan dengan menggunakan trafo-trafo pemisah atau alternator-
altemator yang saling terpisah.
Prinsip Tegangan Doubler

      Gambar 2.1 menampilkan skema setengah gelombang tegangan doubler . Pada


kenyataannya, doubler yang ditampilkan terbuat dari dua setengah gelombang penyearah
tegangan, dimana C1, D1 membuat satu setengah gelombang penyearah dan C2, D2 membuat
penyearah yang lainnya.

  Skema dari penyerah setengah gelombang ditunjukkan oleh garis arah panah pada Gambar 2
Sedangkan garis putus-putus mempresentasikan penyearah setengah gelombang yang lain.
Catatan bahwa C1dan D1 bekerja seperti penyearah setengah gelombang. Selama siklus positif
dari input pada Gambar 2, polaritas yang melalui lilitan sekunder dari transformer ditampilkan.
Catatan bahwa puncak dari sekunder adalah negatif. Pada saat itu D1 dibias maju (katoda negatif
sama dengan anoda)
 Bias maju menyebabkan D1 berfungsi seperti sakelar tertutup, contohnya rangkaian hubung
singkat dan mengijinkan arus mengikuti jalur yang ditunjukkan dengan arah panah. Pada saat itu,
C1diisi sampai puncak dari tegangan input sebesar 220 volt, dengan polaritas yang ditunjukkan
sebagai arah tegangan. Itu artinya bahwa arah tegangan negatif menjadi arah positif. 

     Selama periode ini, ketika siklus masukan adalah negatif, seperti ditampilkan pada Gambar 3,
polaritas yang melalui transformer sekunder adalah terbalik. Catatan bahwa puncak dari lilitan
sekunder sekarang menjadi positif.

 Pada kondisi sekarang D2 dibias maju dan D1dibias mundur. Sebuah rangkaian seri sekarang
terdiri dari C1,D2,C2dan transformer sekunder. Aliran arus ditunjukkan oleh arah panah seperti
pada Gambar 3 Tegangan sekunder dari transformer sekarang melalui C1. 

     Hasilnya meningkatnya tegangan 440 volt. Akhirnya efek arah penggandaan tegangan akan
menjadi positif ke negatif seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3

Prinsip Tegangan Tripling

     Gambar 4 mengilustrasikan setengah gelombang tegangan triplier


 Gambar 5 menampilkan skema siklus positif untuk tegangan triplier. Selama periode siklus
positif, polaritas yang melewati lilitan sekunder dari transformer seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 5 Catatan bahwa puncak dari secondarynya adalah negatif. Pada saat dioda D3 dibias
maju (katoda negatif sama dengan anoda) dan berfungsi seperti saklar tertutup. Dengan ini
mengizinkan C3 diisi sampai teganggan puncak 220 volt dan pada saat yang sama C1 juga
mengisi 220 volt.

 Gambar 6 menampilkan periode ketika siklus masukannya negatif. Disini C2 diisi dua kali dari
tegangan input atau 440 volt, sebagai hasil tegangan doubling dari transformer dan C1. Pada saat
itu, C2 dan C3 digunakan sebagai perangkat seri dan output tegangan meningkat menjadi 660
volt. R1dan R2adalah berbanding lurus berdasarkan tegangan yang melalui C2dan C3

Sumber-Sumber Harmonisa
     IEC61000 (Standar Internasional Harmonisa) mengidentifikasi sumber utama dari harmonisa
pada sistem tenaga adalah meliputi konverter daya, busur peleburan, statik VAR kompensator,
inverters, kendali phasa elektronika daya, cycloconverters, power supply DC dan PWM. 

     Beban non linier umumnya merupakan peralatan elektronik yang di dalamnya banyak
terdapat komponen semi konduktor seperti switching power supplies, UPS, komputer, printer,
LHE, DC drive, AC drive, welding arc, battery charger, dll. Proses kerja peralatan atau beban
non linier ini akan menghasilkan gangguan atau distorsi gelombang arus yang tidak sinusoidal.

Perhitungan Harmonisa

     Harmonisa diproduksi oleh beberapa beban non linier atau alat yang mengakibatkan arus
tidak sinusoidal. Untuk menentukan besar Total Distortation Harmonic (THD) dari perumusan
analisa deret fourier untuk tegangan dan arus dalam fungsi waktu yaitu

Batasan Harmonisa

     Untuk mengurangi harmoisa pada suatu sistem secara umum tidaklah harus mengeliminasi
semua harmonisa yang ada tetapi cukup dengan mereduksi sebagian harmonisa tersebut sehingga
diperoleh nilai dibawah standar yang diizinkan. Hal ini berkaitan dengan analisa secara teknis
dan ekonomis dimana dalam mereduksi harmonisa secara teknis dibawah standar yang diizinkan
sementara dari sisi ekonomis tidak membutuhkan biaya yang besar. Standar sebagai batasan
harmonisa adalah yang dikeluarkan oleh International Electrotechnical Commission (IEC) yang
mengatur batasan harmonisa pada beban beban kecil satu phasa ataupun tiga phasa. Untuk beban
tersebut umumnya digunakan standar IEC 61000-3-2. Hal ini disebabkan karena belum adanya
standar baku yang dihasilkan IEEE. 

Filter Harmonisa
     Tujuan utama dari filter harmonisa adalah untuk mengurangi amplitudo satu frekuensi
tertentu dari sebuah tegangan dan arus. Dengan penambahan filter harmonisa pada suatu sistem
tenaga listrik yang mengandung sumber-sumber harmonisa maka penyebaran arus harmonisa
keseluruh jaringan dapat ditekan sekecil mungkin. Selain itu filter harmonisa pada frekuensi
fundamental dapat mengkompensasi daya reaktif dan dipergunakan untuk memperbaiki faktor
daya sistem. Banyak sekali cara yang digunakan untuk memperbaiki sistem khususnya meredam
harmonisa yang sudah dikembangkan saat ini. Secara garis besar ada beberapa cara untuk
meredam harmonisa yang ditimbulkan oleh beban non linier yaitu diantaranya:

1. Penggunaan filter pasif pada tempat yang tepat terutama pada daerah yang dekat dengan
sumber pembangkit harmonisa sehingga arus harmonisa terjerat disumber dan mengurangi
penyebaran arusnya.

2. Penggunaan filter aktif.

3. Kombinasi filter aktif dan pasif.

4. Konverter dengan reaktor antar phasa dan lain-lain.

     Disamping sistem diatas dapat bertindak sebagai peredam harmonisa tetapi juga dapat
memperbaiki faktor daya yang rendah pada sistem. Jika perbaikan faktor daya langsung dipasang
kapasitor terhadap sistem yang mengandung harmonisa, maka akan menyebabkan amplitudo
pada harmonisa tertentu akan membesar, proses ini menyebabkan terjadinya resonansi antara
kapasitor yang dipasang dengan induktor sistem.

1. Filter pasif

    Filter pasif dipasang pada sistem dengan tujuan utama untuk meredam harmonik dan tujuan
lain yaitu untuk memperbaiki faktor daya, berupa komponen L, C yang dapat ditala untuk satu
atau dua frekuensi. Filter dengan penalaan tunggal ditala pada salah satu orde harmonisa
(biasanya pada orde harmonisa rendah). Dalam beberapa kasus, reaktor saja tidak akan mampu
untuk mengurangi distorsi harmonisa arus ke tingkat yang diinginkan. Dalam kasus ini sangat
diperlukan filter yang lebih baik
Filter pasif terdiri dari kapasitor dan induktor Gambar 8 yang dituning pada frekuensi harmonisa
tunggal dan mempunyai impedansi sangat rendah. Jika filter harmonik dituning sebagai teknik
peredaman harmonisa, maka kita perlu memberikan filter ganda untuk memenuhi batas distorsi
yang ditentukan. Saat menggunakan filter harmonisa, selanjutnya kita juga perlu menggambil
tindakan pencegahan khusus untuk mencegah interferensi antara filter dan sistem tenaga. Sebuah
filter harmonisa dengan impedansi rendah untuk frekuensi harmonisa tentu terlepas dari
sumbernya. Oleh karena itu, peredam harmonisa mencoba untuk menyerap semua harmonisa
yang mungkin ada dari semua sumber gabungan (beban non linier) pada sistem. Saat filter
harmonisa jenis shunt dihubungkan dengan sistem daya, mereka menyebabkan pergeseran
frekuensi resonansi alami pada sistem tenaga. Jika frekuensi baru ini di dekat frekuensi
harmonisa, maka kemungkinan untuk mengalami suatu kondisi resonansi yang merugikan yang
dapat mengakibatkan amplifikasi harmonisa dan kegagalan kapasitor atau induktor.
2.2 Pengukuran Tegangan Tinggi DC
Tegangan tinggi arus searah dapat diukur dengan berbagai cara :
a. Pengukuran dengan resistor tegangan tinggi.
Arus yang digunakan untuk pengukuran ini harus sangat kecil yaitu berkisar 1 mA,
dikarenakan batas pembebanan pada sumber tegangan serta pemanasan pada resistor
ukur. Akan tetapi arus yang kecil mudah terganggu oleh arus – arus galat berupa arus –
arus bocor dalam bahan isolasi dan permukaan isolasi serta berupa peluahan korona.
Konstruksi resistor tegangan tinggi dibentuk dengan menhubungkan elemen – elemen
resistor secara seri.

b. Pengukuran dengan menghubung seri mikroammeter dengan resistor.


Tegangan tinggi DC biasanya diukur dengan menghubungkan tahanan yang sangat tinggi
(beberapa ratus megaohm) terhubung seri dengan microammeter, sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 2.
Arus I yang mengalir  melalui resistansi R diukur oleh moving coil
microammeter. Besar tegangan sumber adalah :
            V = I R
Dalam hal ini drop tegangan dalam meter diabaikan, oleh karena impedansi meter
sangat kecil dibanding dengan resistansi seri R. Peralatan proteksi seperti paper gap, neon
glow tube atau zener diode, merupakan media proteksi bagi microammeter terhadap
tegangan tinggi, ketika R mengalami kegagalan atau flash over.

c. Pengukuran dengan Pemakaian Pembagi Tegangan


Untuk mengukur tegangan arus searah yang tinggi dibutuhkan pembagi tegangan. Alat ini
dipakai untuk menurunkan tegangan yang tinggi menjadi tegangan yang rendah sehinga
dapat disambungkan ke meter atau CRO. Nilai tegangan ini cukup besar sehingga tidak
akan membahayakan alat ukur itu sendiri atau pemakai. Berdasarkan elemen-elemen
yang dipakai, pembagi tegangan ini dapat dibedakan menjadi :

1. Pembagi tegangan resistif, berisi elemen tahanan.


2. Pembagi tegangan kapasitif, berisi elemen kapasitor.
3. Pembagi tahanan campuran antara resistor dan kapasitor.

Jenis pembagi tegangan Z1 dan Z2 dapat berupa tahanan, kapasitor atau campuran
RC. Elemen tahanan dan kapasitor bila diterapkan pada tegangan tinggi selalu terdapat
pengaruh tahanan dan kapassitansi. Selain itu tahanan yang dipakai harus mempunyai
induktansi yang kecil.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebelum adanya diode penyearah tegangan tinggi, maka orang menggunakan generator
searah. Sekarang telah ditemukan diode tegangan tinggi sehingga orang dengan mudah untuk
menggunakan dan memperoleh tegangan tinggi searah. Pembangkitan tegangan tinggi searah di
laboratorium umumnya menggunakan diode semi konduktor yang terpasang seri pada kutup
tabung hampa
Untuk mendapatkan tegangan tinggi searah biasanya dilakukan dengan cara
menyearahkan tegangan bolak balik melali suatu penyearah (biasanya digunakan diode
semikonduktor). Jika kapasitor tidak terhubung tegangan terminal keluaran dc masih
bergelombang. Dengan adanya kapasitor akan meratakan tegangan keluaran sehingga hasil
tegangan keluaran mendekati tegangan dc murni.

2.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari ada banyak kekurangan. Untuk itu
saran dan bimbingan sangat diperlukan untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/99376

pembengkit+tegangan+searah&safe=strict&sxsrf=ALeKk025hgdVaZkAd3BlWQMFwNj7zoURf
w:1604155156871&ei=FHedX_zaNNTb9QPQrYfQBQ

Anda mungkin juga menyukai