Dr. Anita.,M.Kep.Sp.Mat
DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
POSTPARTUM
Menurut Saleha (2009) periode masa postpartum (puerperium)
adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan.
Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Padila (2014),
Postpartum atau masa postpartum adalah masa sesudahnya
persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya
kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil dan lamanya
mas postpartum kurang lebih 6 minggu.
Diagnosa keperawatan
• Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume secara aktif
akibat perdarahan.
• Ganguan rasa aman nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kerusakan jaringan , infiltrasi)
• Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan
tubuh, penurunan Hb,
• Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan proses penyakit.
A S U H A N
KEPERAWATAN
P O S T P A R T U M B L U E S
Post partum blues merupakan sebagai bentuk gejala ringan atau depresi
sementara dengan durasi 3-7 hari pasca melahirkan. Gale & Harlow, (2003).
Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan
tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah
persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun
dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan,
terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan
estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental
dan emosional Ibu.
Etiologi
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.
Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues,
antara lain:
• Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek
supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.
• Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
• Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
• Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial
ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan
teman). Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues menurut Marilynn E.Doenges (
2001 ) Adalah :
• Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis edema /
pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
• Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan pengaruh
komplikasi fisik dan emosional.
• Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu.
• Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis (sangat
gembira, ansietas, kegirangan), nyeri / ketidaknyamanan, proses persalinan dan
kelahiran melelahkan.
A S U H A N
KEPERAWATAN
P O S T PA R T U M S E C T I O C A E S A R I A
Sectio caesarea adalah suatu persalianan buatan di mana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta
berat badan di atas 500 gram. (Mitayani, 2009).Seksio sesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut; seksio sesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim. (Amru sofian, 2011).
Etiologi
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut (Mochtar R, 2002)
adalah sebagai berikut:
1) Infeksi puerperal (nifas).
• Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
• Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung.
• Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
2) Perdarahan
3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonealisasi terlalu tinggi.
4) Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.
Diagnosa Keperawatan
• Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologis
• Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi
• Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
tentang perawatan melahirkan caesarea
Asuhan keperawatan secara rinci dapat dibaca pada makalah
NAMAKELOMPOK2 :
1. ANNISA AZZAHRA PUTRI 1914401068
2. AULIYAH NABIILAH 1914401069
3. RESTI WAFIQA MUSBA 1914401070
4. ISMI APRILIA 1914401071
5. RISKA AYU FITRIANI 1914401072
6. A RIZQI OKTARIDHO 1914401073
7. CINDY RATNA DELLA 1914401074
8. DESMA INDRIYANTI 1914401075
9. ANGGUN CITRA NINGSIH 1914401076
10. FARHAN TAUFIK ISMAIL 1914401078
11. PUTRI TALITA SALSABILA 1914401079
12. SHANTI MAREZA 1914401080
13. DESI ROSIANA 1914401081
14. OCTA SELVIA RAHMA 1914401082
15. SASTRA WIJAYA 1914401083
16. EZRA HERDANI 1914401084
17. KARISMA INDAH PERMATA HATI 1914401085
PERAWATANPAYUDARA
Merawat Payudara Ketika Menyusui
Agar Anda dan Si Kecil dapat menikmati masa menyusui, rawat payudara Anda dengan
langkah-langkah seperti berikut ini:
1. Pelajari bagaimana memosisikan Si Kecil dan mulutnya dengan benar ketika menyusui
2. Cobalah posisi menyusui yang berbeda. Ada beberapa posisi menyusui yang dapat Anda coba
3. Cegah Si Kecil agar tidak menggigit puting. Pada usia 3-4 bulan, gigi pada bayi mungkin
sedang mulai tumbuh
4. Menyusui Si Kecil secara teratur, setiap 2-3 jam. Anda mungkin perlu membangunkan Si Kecil
pada malamhari untuk memberinya ASI
5. Untuk melancarkan aliran ASI, bunda dapat mencoba memberipijaatan payudara atau
kompres hangat pada payudara untuk membuka saluran-saluran kelenjar ASI.
PIJATOXITOCYN
Pijat oksitosinadalahpijatanyang dilakukandi punggung, tepatnya di sepanjang
tulangbelakangsebagaiupaya melancarkankeluarnya ASIdari payudara ibu menyusui.
Manfaat utama dari pijat oksitosinyakni:
1. Melancarkanhormonoksitosindan prolaktin
2. MelancarkanASImelaluilet-down reflex
3. Membuat tubuh rileks
KONSULTASI ASI
Konsultanlaktasi memiliki peran yang amat beragam, mulai dari
mengarahkanibu menyusui denganbenar hingga menangani keluhanterkait
menyusui. Berikut ini adalahbeberapa perankonsultanlaktasi:
CARAPEMBERIANASI
TERIMAKASI
KELOMPOK
3
ASUHAN KEPERAWATAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL
NAMA KELOMPOK
ETIOLOGI
Penyebab anemia diantaranya adalah :
1. Kekurangan gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diet
3. Mal absorpsi
4. Kehilangan darah banyak, persalinan yang lalu, dan Iain-
lain.
5. Penyakit-penyakit kronik : TBC, Paru, cacing usus,
malaria, dan Iain-lain.
6. Dua penyebab yang paling sering ditemukan adalah
anemia akibat defisiensi besi dan perdarahan
Faktor penyebab defisiensi zat besi adalah :
• Pendarahan
1. Pendarahan dari uterus (menstruasi, persalinan, kelainan
ginekologis).
2. Gastrointestinal dapat menghambat suplai makanan dalam
lambung sehingga kadar zat besi yang dikandung didalam
makanan tidak dapat diserap dengan baik oleh tubuh.
• Kebutuhan meningkat
1. Prematuritas
2. Pertumbuhan
3. Kehamilan
• Mal absorbs
PATOFISIOLOGI
Kebutuhan darah bertambah banyak dalam kehamilan yang
lazim disebut hidremia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah
kurang dibanding dengan bertambahnya plasma, sehingga
terjadi pengenceran darah. Pengenceran darah dianggap sebagai
penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan
bermanfaat bagi wanita. Pengenceran meringankan kerja jantung
yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, sebagai akibat
hidremia cardiac output meningkat. Akibat defisiensi Fe sehingga
unsur-unsur dalam sirkulasi darah berkurang, jumlah Hb dalam
tubuh berkurang dan kekurangan ini terutama terjadi di hati,
limfa, dan sumsum tulang sehingga menyebabkan anemia
ringan.
KRITERIA ANEMIA
PENGARUH ANEMIA
INTERVENSI KEPERAWATAN :
• Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk
aktivitas sehari-hari.
• Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat
badan stabil dengan nilai laboratorium normal.
• Mengidentifikasi perilaku untuk
mencegah/menurunkan resiko infeksi
• Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus
EVALUASI
1. Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi,
pernapasan, dan TD masih dalamrentang normal pasien.
2. Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi.
3. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang
sesuai.
4. Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat
diidentifikasi
5. Fungsi usus mulai kembali normal
AS UHAN KEPERAWATAN
PADA IBU HAMIL INTRANATAL
BERES IKO KETUBAN PECAH
DINI (KPD)
KELOMPOK 4
Arfina Fadila
Kadek Shinta Putri
Tomi Apriyani
Hertika
Luthvia Haminda A
Anggun Citra Ningsih
Ade Vika Sari
Rachmat Griya P
Dicky Wahyu Muhtarom
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan Rahim berlebihan : kehamilan ganda , hidroamnion
3. Kelainan letak janin dalam Rahim : letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP
5. Selaput bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput
ketuban sehingga memudahkan ketuban pecah
7. Sebab primer : adanya pertumbuhan amnion yang kurang baik
8. Sebab skunder : misalnya pada ketuban pecah dini (PROM : premature
of the membrane)
MANIFESTASI KLINIS
PATOGENESIS
Pada kehamilan trimester III selaput ketuban amnion terdiri dari sel selapis,
sedangkan selaput korion lebih tebal dari 4-6 sel,lapisan basal diantaranya
selaput amnion dengan korion. Makin tua usia kehamilan semakin besar
tekanan pada selaput ketuban, tekanan pada permukaan janin besar daripada
tekanan pada permukaan uterus. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat
kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi, bila pembukaan serviks,maka
selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin, dan
persalinan prematuritas.
Dengan perkiraan janin yang sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam
waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
Pada umum kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu di
pertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan dengan kemungkinan janin tidak dapat di selamatkan
Pemeriksaan yang penting dilakukan USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu melakukan
aspirasi air ketuban untuk melakukan, pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan L/S.
Pengkajian
Tanggal masuk : 6 november 2012
Tanggal pengkajian : 6 November 2012
Jam masuk : 03.00
Ruangan/kelas : VK
Diagnose medis : Ketuban Pecah Dini
a. Biodata
b. Riwayat kesehatan
4) Riwayat haid
Menarche pada umum 14 tahun, siklus haid 28 hari, teratur lamanya 7 hari, keluar darah haid, sebanyak 3-4 kali ganti
pembalut sehari, keluhan waktu haid : nyeri dan mulas – mulas. HPHT 16-03-2012
5) Riwayat kontasepsi
Klien mengatakn belum pernah mengguankan alat kontrasepsi sebelum nya.
6) Riwayat kehamilan
Usia kehamilan ± 9 bulan ( 36 – 37 minggu)
Gravida: 1 partus : 0 abortus :0
c. Keadaan umum
Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis
Tanda – tanda vital : tekanan darah : 120/90 mmHg, nadi 84x/I,
pernapasan 20x/I, suhu 36 °C
d. Pemeriksaan fisik
Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik dan kekenyalan kulit baik.
Rambut
Rambut merta, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut, tidak berketombe.
Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Mata
Konjungtiva warna merah, an anemia, sclera an ikterik.
Dada Leopold I :
Simetris kiri , tidak sesak napas Tinggi fundus Uteri ¾ antara pusat dengan procesus
xypodseus atau 32 cm dari simpisis pubis sampai
Payudara procesus xypoideus.
Bentuk payudara simetris, konsitensi kenyal, ada
pembesaran, putting susu menonjol, tidak ada Leopold II : Letak janin punggung kanan
pelebaran vena sekitar payudara, colostrum ada, (PUKA)
aerola berwarna kehitaman.colostrum keluar Leopold III : Bagian terbawah janin adalah
sejak usia kehamilan 8 bulan. letak kepala
Leopold IV : Janin belum masuk pintu atas
Ekstremitas atas dan bawah panggul (konvergen) atau hanya sebagian kecil dari
Ekstremitas atas pada tangan kiri terpasang infus kepala turun kedalam rongga panggul.
Dextrose + ½ amp piton gtt: 8 tetes/menit
sedangkan ekstremitas bawah varises oedema •Auskultasi
tidak ada. Dengan mwenggunakan dopler vetal terdengar
denyut jantung janin (136 / menit teratur )
Abdomen
•Inspeksi Genetalia
Bentuk perut bundar, posisi menonjol kedepan Pada vulva terdapat oedema, tidak terdapat varises serta
•Palpasi tidak ditemukan tanda tanda infeksi tapi keluar cairan
Pada pemeriksaan secara leopold ditemukan: pervaginam berwarna putih keabu - abuan.
e. Data biologis
3) Pola eliminasi
• BAB
Frekuensi BAB 1x/hari, konsitensi lunak, warna kuning kecoklatan
• BAK
Frekuensi BAK 6-7 kali/hari
3) Seksual
Selama klien hamil tua sampai saat ini klien tidak pernah melakukan hubungan seksual.
f. Data psikologis g. Data penunjang
h. Analisa Data
3 Ds : - klien mengatakan tidak dapat turun dari tempat tidur Rasa nyeri Intoleransi aktifitas
-klien mengatakan tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
-klien merasa nyeri yang hilang timbul
Do : -aktifitas kebutuhan sehari-hari ibantu orang lain
-klien tidak dapat melakukan aktifitas tanpa bantuan orang lain.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan
pervagina ± 18 jam, keadaan umum lemah, klien hamil ± 9 bulan, pada pemeriksaan dalam ketuban sudah tidak
ada, pembukaan 3-4 cm dengan cara tusse.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan klien menyatakan nyeri
pada bagian perut, ekpresi wajah meringis, klien menahan sakit, keadaan umum lemah.
c. Inroleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik di tandai dengan klien mengatakan
tidak dapat turun dari tempat tidur, klien mengatakan tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, aktivitas
kebutuhan sehari-hari di bantu orang lain, klien tidak dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain, klien
merasakan nyeri yang hilang timbul, air masih keluar.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah realisasi dari rencana tindakan. Tidak semua rencana dapat dilakukan karena
keterbatasan sumber-sumber, sarana, prasarana, tingkat kemampuan klien sendiri.
Adapun pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah sebagai berikut :
a. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Pelaksanaannya adalah melakukan cuci tangan
sebellum dan sesudah melakukan tindakan, periksa dalam dengan memakai hand scone yang steril, mengganti perban
dibawah bokong setiap dua jam sekali, memantau vital sign, tindakan tersebut sesuai dengan konsep teoritis yang ada
dan pelaksanaannya tidak ada hambatan,
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. Pelaksanaan tindakannya adalah
menganjurkan dan bantu klien untuk melakukan teknik relaksasi, mengobservasi vital sign, memberikan analgetik
jika dibutuhkan sesuai rasa yang dirasakan, tindakan ini susuai dengan konsep dasar teoritis yang ada. Dalam
melaksanakan penulis menemui hambatan, karena tindakan tersebut mandiri dari perawat serta tidak tergantung alat-
alat.
c. Intoleransi aktifitas berhubungn dengan keterbatasan mobilitas fisik. Pelaksanaannya adalah mengobservasi
tingkat kemampuan mobilitas, membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, memotifasi keluarga untuk
selalu membantu dalam pemenuhan kebutuhan klien.
Evaluasi
Langkah terakhir dari proses keperawatan adalah mengadakan evaluasi atau tindakan
yang telah dilakukan berikut ini hasil evaluasi untuk masing-masing diagnose:
TERIMAKASIH!
AS KEP
MAS ALAH
KES EHATAN
REP RODUKS I
KEPERAWATAN MATERNITAS
PENGERTIAN
Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim,
berlangsung secara teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik
(Yanto Kadarusman,2000).
2. Disminorea
Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan
harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Dikenal
adanya disminore primer dan sekunder.
PENYAKIT REPRODUKSI
1. Sindrom Prahaid (PMS), sekelompok gejala yang terjadi pada wanita, biasanya
antara ovulasi dan menstruasi. Penyebabnya belum diketahui pasti, tetapi
mungkin melibatkan perubahan hormon selama menstruasi.
2. Infeksi, Suatu infeksi yang menyerang organ genital seperti HIV, Trikomoniasis,
Gonore, dan lain-lain.
4. Kanker Reproduksi, atau kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel
dileher rahim.
THANK
S!
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Titi Astuti, M.Kep., Sp.Mat
DISUSUN OLEH :
Kelompok 6
1. Fitri Dwi Lestari 1914401052
2. Nur Tsalsabilla Moely 1914401056
3. Dimas Adi Pratama F. 1914401067
4. Riska Ayu Fitriyani 1914401072
5. A Rizqi Oktaridho 1914401073
6. Cindy Ratna Della 1914401074
7. Putri Talita Salsabila 1914401079
8. Desi Rosiana 1914401081
9. Ayu Anggraeni 1914401098
DISTOSIA
Definisi Distosia
Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan (Rustam Mukhtar, 1994). Persalinan
abnormal yang erat kaitannya dengan kelainan pada 4P (pelvis, passenger, power, dan
plasenta) dan ditandai dengan adanya hambatan kemajuan dalam persalinan.
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai
kondisi (Bobak, 2004 : 784).
Prolaksus funikuli
INERSIA UTERI
Definisi Inersia Uteri
Pemanjangan fase laten atau fase aktif atau kedua – duanya dari kala
pembukaan. Pemanjangan fase laten dapat disebabkan oleh serviks yang
belum matang atau karena penggunaan analhetik yang terlalu dini.
Pemanjangan fase deselerasi ditemukan pada disproporsi sefalopevik atau
kelainan anak
Contoh Kasus :
KEPERAWATAN
mmHg, Nadi 80x/menit,
pembukaan 3 cm, klien
sudah tampak keletihan,
kurang energi, fase laten
IBU DENGAN RESIKO DISTOSIA memanjang 14 jam,
kontraksi setiap 7 menit,
serviks kaku.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus, kontraksi tidak efektif
2. Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) berhubungan dengan penurunan tonus otot/pola
kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
3. Cedera resiko tinggi terhadap janin berhubungan dengan persalinan lama, malpresentasi janin,
hipoksia/ asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.
4. Keletihan berhubungan dengan faktor fisiologis ; kehamilan
5. Ansietas berhubungan dengan persalinan dan kurang informasi.
ANALISIS
D A T A
No Data Fokus Masalah Keperawatan
1 DS : Resiko tinggi cedera maternal (ibu) b/d
- Pasien mengeluh merasakan kenceng-kenceng pola kontraksi otot, keletihan maternal.
- Pasien mengeluh keletihan
- Pasien mengeluh pusing
DO :
- Fase laten memanjang sampai 14 jam pada kala 1
- Kontraksi setiap 7 menit selama 32 detik
- Serviks kaku disertai pengeluaran lendir campur darah
- Hb rendah 9,5 gr
- Konjungtiva pucat, kuku agak pucat
- TD tinggi 140/100 mmHg
INTERVENSI
KEPERAWATAN
No Diagno Tujuan Intervensi Rasional
1. Resiko
sa Setelah - Tinjau ulang riwayat persalinan,awitan dan durasi - Membantu dalam mengidentifikasi
tinggi dilakukan - Catat waktu/jenis obat, hindari pemberian narkotik dan anastesi blok kemungkinan penyebab, kebutuhan
cedera tindakan epidural sampai serviks dilatasi 4 cm pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang
maternal keperawat - Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan tepat.
(ibu) an selama istirahat, sebelum awitan persalinan - Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan
berhubun 3 jam - Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan disfungsi sekunder, atau mungkin akibat dari
gan diharapkan istirahat, sebelum awitan persalinan persalinan lama
dengan resiko - Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik - Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan
pola cereda - Catat kondisi serviks, pantau tanda amnionitis, catat peningkatan disfungsi sekunder, atau mungkin akibat dari
kontraksi pada suhu atau jumlah sel darah putih, catat bau dan rabas vagina persalinan lama
otot, pasien - Catat penonjolan, posisi janin dan presentase janin - Disfungsi kontraksi dapat memperlama
keletihan berkurang. - Anjurkan klien berkemih setiap1-2 jam, kaji terhadap penuhan persalinan,meningkakan resiko komplikasi
maternal. kandung kemih diatas simfisis pubis maternal/ janin
- Tempatkan klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah - Serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi,
baring atau ambulasi sesuai toleransi menghambat penurunan janin/kemajuan
- Bantu dengan persiapan seksio sesaria sesuai indikasi untuk persalinan. terjadi amniositis secara langsung
malposisi, dihubungkan dengan lamanya persalinan
- Siapkan untuk melahirkan dengan forsep (bila perlu) sehingga melahirkan harus terjadi dalam 24 jam
setelah pecah ketuban
IMPLEMENTASI
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Ttd
Cedera,resiko 1. Meninjau ulang riwayat persalinan,awitan dan durasi
tinggi terhadap 2. Mencatat waktu/jenis obat, hindari pemberian narkotik dan anastesi blok
maternal(ibu) b/d epidural sampai serviks dilatasi 4 cm
penurunan tonus 3. Mengevaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat,
otot/poa kontraksi sebelum awitan persalinan
4. Mengkaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
5. Mencatat kondisi serviks, pantau tanda amnionitis, catat peningkatan suhu
atau jumlah sel darah putih, catat bau dan rabas vagina
6. Mencatat penonjolan,posisi janin dan presentase janin
7. Menganjurkan klien berkemih setiap1-2 jam, kaji terhadap penuhan kandung
kemih diatas simfisis pubis
8. Menempatkan klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring
atau ambulasi sesuai toleransi
9. Membantu dengan persiapan seksio sesaria sesuai indikasi untuk malposisi.
10. Menyiapkan untuk melahirkan dengan forsep (bila perlu)
EVALUASI
No Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Ttd
1. Cedera,resiko S : pasien mengatakan lemas dan tidak mempu mengejan dengan
tinggi terhadap tenaga penuh
maternal(ibu) O : pasien terlihat pucat
b/d penurunan A : masalah belum teratasi
tonus otot/poa P : akan dilakukan tindakan secio caesaria atau persalinan dengan
kontraksi forsep