IUP TAKARI
OLEH :
1806100033
SEMESTER V
2020
LAPORAN INTERPRETASI DATA GEOLISTRIK DI DAERAH IUP TAKARI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mineral adalah bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari
unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun
mengikuti suatu pola yang sistematis. Mineral dapat kita jumpai disekitar kita, dapat berwujud
sebagai batuan , tanah dan pasir. Mineral ada yang terdapat diatas permukaan bumi dan ada
juga yang terdapat dibawah permukaan bumi. Beberapa daripada mineral tersebut ada yang
mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah besar, sehingga memungkinkan
untuk ditambang seperti emas, mangan, nikel dan lain-lain.
Untuk mengetahui keterdapatan suatu mineral diperlukan beberapa metode pengukuran
salah satunya metode survey geolistrik resistivitas (resistivity). Data geolistrik ini diambil
dari hasil pengukuran di daerah IUP Takari, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang yang
mana telah menemukan indikasi keterdapatan mineral logam emas pada daerah tersebut.
C. Tujuan Laporan
Interpretasi data geolistrik bertujuan untuk memberikan gambaran susunan litologi
bawah permukaan suatu daerah berdasarkan sifat kelistrikan batuan, dimana hasil
pengukurannya dilanjutkan dengan interpretasi. Untuk mengetahui keadaan litologi daerah
IUP Takari maka hasil interpretasi litologi jenis-jenis batuan yang berada pada setiap titik-
titik survey geolistrik dapat didukung dengan keadaan litologi lapangan dan peta geologi
regional.
METODOLOGI
Pengolahan Data
Hasil pengukuran data Geolistrik diproses dengan menggunakan software sederhana yaitu
Program Progress Version 3.0. Berikut merupakan langkah-langkah pemrosesan data Geolistrik ;
1. Buka data sounding yang tersimpan pada file excel.
2. Buka Program Progress yang telah diinstal sebelumnya pada PC/ laptop. Tampilan
progress akan muncul seperti gambar di bawah ini
3. Masukkan semua nilai pada kolom AB/2 (m) pada excel, ke dalam kolom spacing pada
Progress. Setelah itu juga masukkan semua nilai kolom R (Ohm m ) pada excel, ke dalam
kolom observed data pada Progress.
4. Setelah semua data diinput ke dalam kolom spacing dan observed data pada progress, klik
menu FILE > SAVE , save data dengan nama file sesuai sounding.
5. Setelah file tersimpan, langkah selanjutnya adalah KLIK pada menu Forward Modelling.
Tampilan akan berubah menjadi seperti gambar di bawah ini.
6. Lakukan input data pada kolom depth dan nilai resistivity sesuai tren sebaran titik-titik
(berwarna biru) yang terdapat pada curve of apparent resistivity vs electrode spacing.
Klik menu FILE > Save As setelah selesai.
7. Setelah input data pada menu Forward Data selesai dilakukan, KLIK menu INVERS
MODELLING akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini.
8. Klik berulang-ulang pada tanda panah ( INVERS MODELLING ) hingga nilai RMS
menjadi berkurang dan tidak bisa di klik lagi. Klik Menu FILE > SAVE as.
9. Klik menu Intepreted Data kemudian akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini
10. Jika ingin mendapatkan hasil dalam bentuk format file bmp, KLIK menu FILE > PRINT
TO FILE. Akan muncul kotak dialog seperti di bawah ini. Beri nama file seperti pada file
nama sounding .KLIK save.
11. Hasil akhir file .bmp akan muncul seperti pada gambar di bawah ini. Hasil ini sudah bisa
di lakukan interpretasi
Data Geolistrik pada setiap titik di daerah IUP Takari akan dilanjutkan dengan interpretasi
menggunakan Software Progress Version 3.0 untuk menampilkan log resistiviti dan penampang
litologi. Hasil pengukuran log resistivitas serta interpretasi litologi batuan pada daerah IUP Takari
adalah sebagai berikut:
a. RG.3.1
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.1, terdapat nilai resistivitas yang relatif
sedang berkisar 10 – 103 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan ultrabasa seperti
basalt, lerzolit, dan serpentinit. Terdapat juga anomali dengan nilai resistivitas yang kecil
berkisar 0,31 – 0,36 ohm meter dibawah batuan ultrabasa. Anomali ini diinterpretasikan
sebagai mineral logam yang hadir, sebab batuan yang berada diatas merupakan batuan
impermeable sehingga air tidak dapat merembes ke bawah.
b. RG.3.2
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.2, terdapat nilai resistivitas yang relatif
kecil berkisar 1– 100 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan metamorf yang juga
didukung oleh Formasi Geologi setempat yang didominasi oleh batuan ultrabasa seperti
basalt, lerzolit dan serpentinit.
c. RG.3.3
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut :
Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.3, terdapat nilai resistivitas yang relatif
kecil berkisar 1 – 50 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan sedimen lempung yang
juga didukung oleh Formasi geologi setempat yang didominasi oleh batuan komplek seperti
lempung bersisik, batupasir, dan batuan ultrabasa. Terdapat juga anomali dengan nilai
resistivitas yang kecil yaitu 0.08 ohm meter dibawah batuan ultrabasa. Anomali ini
diinterpretasikan sebagai mineral logam yang hadir, sebab batuan yang berada diatas
merupakan batuan impermeable sehingga air tidak dapat merembes ke bawah.
d. RG.3.4
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.4, terdapat nilai resistivitas yang relatif
kecil berkisar 1 – 30 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan sedimen lempung yang
juga didukung oleh Formasi geologi setempat yang didominasi oleh batuan komplek seperti
lempung bersisik, batupasir, dan batuan ultrabasa.
e. RG.3.5
Titik ini berada pada Formasi Maubisse (TRPml) dengan hasil pengukuran log resistivitas dan
interpretasi litologi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.5, terdapat nilai resistivitas yang relatif
tinggi berkisar 30 – 106 ohm meter (dugaan litologi berupa batuan beku ultrabasa), nilai
resistivitas yang relatif sedang berkisar 50 – 400 ohm meter (dugaan litologi berupa batuan
karbonat/gamping) dan nilai resistivitas yang relatif rendah berkisar 0.2 – 1 ohm meter
(dugaan litologi berupa batuan lempung). Terdapat juga anomali dengan nilai resistivitas yang
kecil berkisar 2-5 ohm meter dibawah batuan ultrabasa. Anomali ini diinterpretasikan sebagai
mineral logam yang hadir, sebab batuan yang berada diatas merupakan batuan impermeable
sehingga air tidak dapat merembes ke bawah.
f. RG.3.6
Titik ini berada pada Formasi Maubisse (TRPml) dengan hasil pengukuran log resistivitas dan
interpretasi litologi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.5, terdapat nilai resistivitas yang relatif
tinggi berkisar 20-30 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan karbonat/gamping,
nilai resistivitas yang relatif rendah berkisar 0.4-7 ohm meter dengan dugaan litologi berupa
batuan ultrabasick yang juga didukung oleh Formasi geologi setempat yang didominasi oleh
batuan komplek seperti lempung bersisik dan batupasir.
g. RG.3.7
Titik ini berada pada Formasi Maubisse (TRPml) dengan hasil pengukuran log resistivitas dan
interpretasi litologi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.7, terdapat nilai resistivitas yang relatif
tinggi berkisar 50 – 400 ohm meter (dugaan litologi berupa batuan karbonat/gamping), nilai
resistivitas yang relatif sedang berkisar 10-40 ohm meter (dugaan litologi berupa batuan beku
ultrabasa). Terdapat juga anomali dengan nilai resistivitas yang kecil berkisar 0.81-3 ohm
meter diantara batuan ultrabasa. Anomali ini diinterpretasikan sebagai mineral logam yang
hadir, sebab batuan yang berada diatas merupakan batuan impermeable sehingga air tidak
dapat merembes ke bawah.
h. RG.3.8
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.8, terdapat nilai resistivitas yang relatif
tinggi berkisar 50 – 400 ohm meter (dugaan litologi berupa batuan karbonat/gamping) nilai
resistivitas yang relatif sedang berkisar 30 – 106 ohm meter (dugaan litologi berupa batuan
beku ultrabasa), dan nilai resistivitas yang relatif rendah berkisar 0.5 – 4 ohm meter (dugaan
litologi berupa batuan lempung). Terdapat juga anomali dengan nilai resistivitas yang kecil
berkisar 5.42-6 ohm meter dibawah batuan ultrabasa. Anomali ini diinterpretasikan sebagai
mineral logam yang hadir, sebab batuan yang berada diatas merupakan batuan impermeable
sehingga air tidak dapat merembes ke bawah.
i. RG.3.9
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.9, terdapat nilai resistivitas yang relatif
tinggi berkisar 50-400 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan beku ultrabasa, nilai
resistivitas yang relatif sedang berkisar 1-5 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan
lempung yang juga didukung oleh Formasi geologi setempat yang didominasi oleh batuan
komplek seperti lempung bersisik dan batupasir.
j. RG.3.10
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.10, terdapat nilai resistivitas yang relatif
tinggi berkisar 20-103 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan beku ultrabasa, nilai
resistivitas yang relatif rendah berkisar 0.5-6 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan
lempung yang juga didukung oleh Formasi geologi setempat yang didominasi oleh batuan
komplek seperti batuan beku ultrabasa, lempung bersisik dan batupasir.
ANALISA PROSPEK
Berdasarkan hasil interpretasi data geolistrik di atas diduga adaanya prospek yang
ditunjukan oleh data hasil interpretasi. Dan diduga adanya anomali-anomlali di titik tertentu
dengan nilai resistivitas yang berbeda dan relatif kecil dengan kedalaman tertentu. Anomali
ini diduga adanya mineral logam seperti emas pada lokasi tersebut. Berdasarkan keadaan
litologi daerah IUP Takari dan proses terbentuknya maka kemungkinan bisa menunjukan
adanya mineral yang di target.
Mineral yang ditargetkan kemungkinan ada kaitannya dengan genesa endapan
didaerah IUP Takari. Yang mana berdasarkan keadaan litologinya dan data hasil interpretasi
maka jenis batuan di daerah IUP Takari didominasi oleh batuan lempung dan batuan ultrabasa,
dalam hal ini asosiasi dilakukan kepada mineral Limonit dan Lempung yang mengindikasikan
keberadaan emas epithermal. Limonit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku
Ultrabasa.
Sebaran mineral limonit dan lempung merupakan zona alterasi yang merupakan zona
ubahan mineral pembawa endapan emas sebagai hasil dari pelapukan dalam system
hydrothermal yang dipengaruhi oleh suhu, tekanan, batuan samping, dan permeabilitas.
Asosiasi merupakan hubungan keterkaitan antara satu objek dengan objek lainnya, dalam hal
ini asosiasi dilakukan kepada mineral Limonit dan Lempung yang mengindikasikan
keberadaan emas epithermal. Sehingga kemungkinan mineral logam seperti emas dibawa oleh
mineral-mineral dalam zona alterasi.
Metode geolistrik juga memiliki kekurangan, seperti hasil interpretasi dari stiap orang
tidak sama, membutuhkan data hasil pemboran untuk membuktikan hasil inerpretasi data
geolistrik, dan hasil data interpretasi belum pasti. Metode geolistrik tidak bisa menjangkau
wilaya yang dalam karena jangkauannya berkisar 1000-1500 kaki dibawah permukaan bumi,
tidak efektif untuk pemakaian di kawasan karst, hanya dapat menunjukan jenis batuan dengan
keakuratan yang kecil. Kekurangan dari konfigurasi Schlumberger adalah pembacaan
tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang realatif jauh.
Untuk penelitian selanjutnya harus diperhitungkan dengan waktu yang cukup lama,
karena penelitian harus melakukan pengamatan keadaan geologi seperti keberadaan
singkapan atau bongkahan lepas, dan juga memperhatikan keadaan geologi. Dimana harga
peralatan dan biaya survei metode geolistrik yang relati f murah, maka diperlukan dana yang
cukup besar untuk melakukan kegiatan tambahan yaitu pemboran guna memastikan
keberadaan mineral logam dan keadaan litologi.
Ada beberapa data yang diperlukan untuk menginterpretasikan data Geolistrik yaitu
data pemboran eksplorasi guna memastikan keberadaan mineral logam dan keadaan litologi
di lokasi geolistrik dimana saat melakukan interpretasi data terdapat anomali-anomali, data
pengamatan keadaan geologi seperti keberadaan singkapan atau bongkahan lepas, dan juga
memerhatikan keadaan geologi melalui berbagai macam kepustakaan dan peta-peta.
KESIMPULAN
Interpretasi data Geolistrik untuk mengidentifikasikan jenis batuan dan anomali di daerah
IUP Takari dengan menggunkan software Progress Version 3.0 yang menghasilkan nilai log
resistivitas dan litologinya. Hasil data berupan penampang litologi dan nilai resistivitas yang
berbeda-beda. Kemudian diinterpretasikan berdasarkan nilai tetapan resistivitas batuan dan
mineral, sehingga dapat diidentifikasikan jenis batuan tersebut.
Hasil interpretasi menunjukan bahwa di daerah IUP Takari didominasi oleh batuan
Lempung, batu Gamping, batuan beku Ultrabasadan, adanya anomali-anomali yang memiliki nilai
log resistivitasnya yang relatif kecil dengan kedalaman yang berbeda-beda. Dengan adanya
asosiasi antara batuan lempung dan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku Ultrabasa sehingga
mengindikasikan keberadaan emas di daerah IUP Takari.
DAFTAR PUSTAKA
Adept Talan Titu Eki.2013. Identifikasi Batuan Berdasarkan Hasil Interpretasi Data
Geolistrik Metode Sounding Studi Kasus Pada Wilayah Iup Eksplorasi Emas Pt Intan
Prima Metalindo Desa Fatusuki Kecamatan Amfoang Selatan Dan Desa Tanini
Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal 1-
73.Kupang.
Nauli Fitri, Jone Yohanes, Saldy Gamela Try. 2017. Karakteristik Tahanan Jenis Dan
Interpretasi Satuan Batuan Bawah Permukaan Berdasarkan Pengukuran Geolistrik
Konfigurasi Schlumberger. Upn Veteran Yogyakarta. Yogyakarta.
http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium%202001/2.%20Kupang%20%28Franklin%29.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/15785-ID-analisa-resistivitas-batuan-dengan-
menggunakan-parameter-dar-zarrouk-dan-konsep.pdf