Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN INTERPRETASI DATA GEOLISTRIK DI DAERAH

IUP TAKARI

OLEH :

FAWZI RAHMAN SAID

1806100033

SEMESTER V

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2020
LAPORAN INTERPRETASI DATA GEOLISTRIK DI DAERAH IUP TAKARI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mineral adalah bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari
unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun
mengikuti suatu pola yang sistematis. Mineral dapat kita jumpai disekitar kita, dapat berwujud
sebagai batuan , tanah dan pasir. Mineral ada yang terdapat diatas permukaan bumi dan ada
juga yang terdapat dibawah permukaan bumi. Beberapa daripada mineral tersebut ada yang
mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah besar, sehingga memungkinkan
untuk ditambang seperti emas, mangan, nikel dan lain-lain.
Untuk mengetahui keterdapatan suatu mineral diperlukan beberapa metode pengukuran
salah satunya metode survey geolistrik resistivitas (resistivity). Data geolistrik ini diambil
dari hasil pengukuran di daerah IUP Takari, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang yang
mana telah menemukan indikasi keterdapatan mineral logam emas pada daerah tersebut.

B. Keadaan Geologi Daerah IUP


Dari segi fisiografi maka daerah IUP Takari termasuk dalam satuan fisiografi
pegunungan bergelombang. Sebagian besar pulau Timor ditempati oleh satuan ini. Fisiografi
ini terdiri dari rangkaian pegunungan berlereng landai sampai agak terjal, tersusun dan batuan
yang bersifat lempungan dan tidak padat. Sesuai dengan sifat batuannya maka gejala rayapan
maupun longsoran tanah sering terjadi. Daerah IUP Takari mayoritas terdiri atas Komplek
Bobonaro (Tb) dalam satuan Alokton, serta sebagian kecil sisanya terdiri atas Formasi
Maubisse/Batugamping (TRPml), Formasi Maubisse/Lava Bantal berkomposisi basa
(TRPmv), Formasi Ultrabasa (Ub), 17 Formasi Cablac (Tmc), Formasi Noil Toko (Tmn), serta
Komplek Mutis (pPm).
Geologi di daerah IUP Takari menunjukan bahwa adanya proses perkembangan
tektonik Pulau Timor terjadi sejak Kapur Akhir-Eosen. Pada selang waktu tersebut terjadi
pembentukan antara busur kepulauan “Paleo Timor” dengan kerak Samudera Hindia sebagai
akibat dari pergerakan benua Australia ke Utara. Pada waktu proses benturan atau tektonik
yang cukup kuat inilah terjadi proses pengendapan formasi-formasi yang berbeda di pulau
Timor yang umumnya bersentuhan secara struktur (Rosidi, dkk. 1981).

C. Tujuan Laporan
Interpretasi data geolistrik bertujuan untuk memberikan gambaran susunan litologi
bawah permukaan suatu daerah berdasarkan sifat kelistrikan batuan, dimana hasil
pengukurannya dilanjutkan dengan interpretasi. Untuk mengetahui keadaan litologi daerah
IUP Takari maka hasil interpretasi litologi jenis-jenis batuan yang berada pada setiap titik-
titik survey geolistrik dapat didukung dengan keadaan litologi lapangan dan peta geologi
regional.

METODOLOGI

Hasil pengukuran data Geolistrik kemudian diproses dengan menggunakan software


sederhana yaitu Program Progress Version 3.0 dengan metode geolistrik Konfigurasi
Schlumberger. Jenis data yang digunakan dari hasil pengukuran geolistrik yaitu kombinasi dari
jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta tegangan listrik yang terjadi
akan didapat suatu harga tahanan jenis semu (Apparent Resistivity). Disebut tahanan jenis semu
karena tahanan jenis yang terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di
bawah permukaan yang dilalui arus listrik. Dan data yang digunakan untuk diolah dengan dengan
menggunakan software Progress yaitu data jarak AB/2 dan tahanan jenis semu (Apparent
Resistivity).

Pengolahan Data

Hasil pengukuran data Geolistrik diproses dengan menggunakan software sederhana yaitu
Program Progress Version 3.0. Berikut merupakan langkah-langkah pemrosesan data Geolistrik ;
1. Buka data sounding yang tersimpan pada file excel.

2. Buka Program Progress yang telah diinstal sebelumnya pada PC/ laptop. Tampilan
progress akan muncul seperti gambar di bawah ini
3. Masukkan semua nilai pada kolom AB/2 (m) pada excel, ke dalam kolom spacing pada
Progress. Setelah itu juga masukkan semua nilai kolom R (Ohm m ) pada excel, ke dalam
kolom observed data pada Progress.

4. Setelah semua data diinput ke dalam kolom spacing dan observed data pada progress, klik
menu FILE > SAVE , save data dengan nama file sesuai sounding.
5. Setelah file tersimpan, langkah selanjutnya adalah KLIK pada menu Forward Modelling.
Tampilan akan berubah menjadi seperti gambar di bawah ini.

6. Lakukan input data pada kolom depth dan nilai resistivity sesuai tren sebaran titik-titik
(berwarna biru) yang terdapat pada curve of apparent resistivity vs electrode spacing.
Klik menu FILE > Save As setelah selesai.
7. Setelah input data pada menu Forward Data selesai dilakukan, KLIK menu INVERS
MODELLING akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini.

8. Klik berulang-ulang pada tanda panah ( INVERS MODELLING ) hingga nilai RMS
menjadi berkurang dan tidak bisa di klik lagi. Klik Menu FILE > SAVE as.
9. Klik menu Intepreted Data kemudian akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini

10. Jika ingin mendapatkan hasil dalam bentuk format file bmp, KLIK menu FILE > PRINT
TO FILE. Akan muncul kotak dialog seperti di bawah ini. Beri nama file seperti pada file
nama sounding .KLIK save.
11. Hasil akhir file .bmp akan muncul seperti pada gambar di bawah ini. Hasil ini sudah bisa
di lakukan interpretasi

12. Interpretasi data geolistrik:


a. Metode GEOLISTRIK merupakan metode geofisika yang relatif murah, mudah,
jangkauan daerah luas, dapat membedakan macam-macam batuan tanpa melakukan
pemboran terlebih dahulu, akan tetapi sifatnya dangkal (<200 m).
b. Harga Tahanan jenis bukanlah suatu besaran yang pasti. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan hal tersebut harus dipelajari sebelum melakukan interpretasi,
sehingga dilakukan data pendukung lainnya.
c. Persoalan pokok di dalam interpretasi: tahanan jenis batuan dan kedalaman bidang
batas batuan.
d. Diperlukan pemahaman konsep-konsep dasar geologi dan data pendukung seperti
memahami kondisi geologi regional, stratigrafi regional, struktur regional, data-data
singkapan, dan sebagainya.
Contoh interpretasi Batubara :
HASIL PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

Data Geolistrik pada setiap titik di daerah IUP Takari akan dilanjutkan dengan interpretasi
menggunakan Software Progress Version 3.0 untuk menampilkan log resistiviti dan penampang
litologi. Hasil pengukuran log resistivitas serta interpretasi litologi batuan pada daerah IUP Takari
adalah sebagai berikut:

a. RG.3.1
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut:

Gambar.1. Hasil Interpretasi titik RG.3.1

Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.1, terdapat nilai resistivitas yang relatif
sedang berkisar 10 – 103 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan ultrabasa seperti
basalt, lerzolit, dan serpentinit. Terdapat juga anomali dengan nilai resistivitas yang kecil
berkisar 0,31 – 0,36 ohm meter dibawah batuan ultrabasa. Anomali ini diinterpretasikan
sebagai mineral logam yang hadir, sebab batuan yang berada diatas merupakan batuan
impermeable sehingga air tidak dapat merembes ke bawah.
b. RG.3.2
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut:

Gambar.2. Hasil Interpretasi titik RG.3.2

Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.2, terdapat nilai resistivitas yang relatif
kecil berkisar 1– 100 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan metamorf yang juga
didukung oleh Formasi Geologi setempat yang didominasi oleh batuan ultrabasa seperti
basalt, lerzolit dan serpentinit.
c. RG.3.3
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut :

Gambar.3. Hasil Interpretasi titik RG.3.3

Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.3, terdapat nilai resistivitas yang relatif
kecil berkisar 1 – 50 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan sedimen lempung yang
juga didukung oleh Formasi geologi setempat yang didominasi oleh batuan komplek seperti
lempung bersisik, batupasir, dan batuan ultrabasa. Terdapat juga anomali dengan nilai
resistivitas yang kecil yaitu 0.08 ohm meter dibawah batuan ultrabasa. Anomali ini
diinterpretasikan sebagai mineral logam yang hadir, sebab batuan yang berada diatas
merupakan batuan impermeable sehingga air tidak dapat merembes ke bawah.
d. RG.3.4
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut:

Gambar.4. Hasil Interpretasi titik RG.3.4

Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.4, terdapat nilai resistivitas yang relatif
kecil berkisar 1 – 30 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan sedimen lempung yang
juga didukung oleh Formasi geologi setempat yang didominasi oleh batuan komplek seperti
lempung bersisik, batupasir, dan batuan ultrabasa.
e. RG.3.5
Titik ini berada pada Formasi Maubisse (TRPml) dengan hasil pengukuran log resistivitas dan
interpretasi litologi sebagai berikut:

Gambar.5. Hasil Interpretasi titik RG.3.5

Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.5, terdapat nilai resistivitas yang relatif
tinggi berkisar 30 – 106 ohm meter (dugaan litologi berupa batuan beku ultrabasa), nilai
resistivitas yang relatif sedang berkisar 50 – 400 ohm meter (dugaan litologi berupa batuan
karbonat/gamping) dan nilai resistivitas yang relatif rendah berkisar 0.2 – 1 ohm meter
(dugaan litologi berupa batuan lempung). Terdapat juga anomali dengan nilai resistivitas yang
kecil berkisar 2-5 ohm meter dibawah batuan ultrabasa. Anomali ini diinterpretasikan sebagai
mineral logam yang hadir, sebab batuan yang berada diatas merupakan batuan impermeable
sehingga air tidak dapat merembes ke bawah.
f. RG.3.6
Titik ini berada pada Formasi Maubisse (TRPml) dengan hasil pengukuran log resistivitas dan
interpretasi litologi sebagai berikut:

Gambar.6. Hasil Interpretasi titik RG.3.6

Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.5, terdapat nilai resistivitas yang relatif
tinggi berkisar 20-30 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan karbonat/gamping,
nilai resistivitas yang relatif rendah berkisar 0.4-7 ohm meter dengan dugaan litologi berupa
batuan ultrabasick yang juga didukung oleh Formasi geologi setempat yang didominasi oleh
batuan komplek seperti lempung bersisik dan batupasir.
g. RG.3.7
Titik ini berada pada Formasi Maubisse (TRPml) dengan hasil pengukuran log resistivitas dan
interpretasi litologi sebagai berikut:

Gambar.7. Hasil Interpretasi titik RG.3.7

Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.7, terdapat nilai resistivitas yang relatif
tinggi berkisar 50 – 400 ohm meter (dugaan litologi berupa batuan karbonat/gamping), nilai
resistivitas yang relatif sedang berkisar 10-40 ohm meter (dugaan litologi berupa batuan beku
ultrabasa). Terdapat juga anomali dengan nilai resistivitas yang kecil berkisar 0.81-3 ohm
meter diantara batuan ultrabasa. Anomali ini diinterpretasikan sebagai mineral logam yang
hadir, sebab batuan yang berada diatas merupakan batuan impermeable sehingga air tidak
dapat merembes ke bawah.
h. RG.3.8
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut:

Gambar.8. Hasil Interpretasi titik RG.3.8

Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.8, terdapat nilai resistivitas yang relatif
tinggi berkisar 50 – 400 ohm meter (dugaan litologi berupa batuan karbonat/gamping) nilai
resistivitas yang relatif sedang berkisar 30 – 106 ohm meter (dugaan litologi berupa batuan
beku ultrabasa), dan nilai resistivitas yang relatif rendah berkisar 0.5 – 4 ohm meter (dugaan
litologi berupa batuan lempung). Terdapat juga anomali dengan nilai resistivitas yang kecil
berkisar 5.42-6 ohm meter dibawah batuan ultrabasa. Anomali ini diinterpretasikan sebagai
mineral logam yang hadir, sebab batuan yang berada diatas merupakan batuan impermeable
sehingga air tidak dapat merembes ke bawah.
i. RG.3.9
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut:

Gambar.9. Hasil Interpretasi titik RG.3.9

Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.9, terdapat nilai resistivitas yang relatif
tinggi berkisar 50-400 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan beku ultrabasa, nilai
resistivitas yang relatif sedang berkisar 1-5 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan
lempung yang juga didukung oleh Formasi geologi setempat yang didominasi oleh batuan
komplek seperti lempung bersisik dan batupasir.
j. RG.3.10
Titik ini berada pada Formasi Batuan Bobonaro (Tmb) dengan hasil pengukuran log
resistivitas dan interpretasi litologi sebagai berikut:

Gambar.10. Hasil Interpretasi titik RG.3.9

Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik di titik RG.3.10, terdapat nilai resistivitas yang relatif
tinggi berkisar 20-103 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan beku ultrabasa, nilai
resistivitas yang relatif rendah berkisar 0.5-6 ohm meter dengan dugaan litologi berupa batuan
lempung yang juga didukung oleh Formasi geologi setempat yang didominasi oleh batuan
komplek seperti batuan beku ultrabasa, lempung bersisik dan batupasir.
ANALISA PROSPEK

Berdasarkan hasil interpretasi data geolistrik di atas diduga adaanya prospek yang
ditunjukan oleh data hasil interpretasi. Dan diduga adanya anomali-anomlali di titik tertentu
dengan nilai resistivitas yang berbeda dan relatif kecil dengan kedalaman tertentu. Anomali
ini diduga adanya mineral logam seperti emas pada lokasi tersebut. Berdasarkan keadaan
litologi daerah IUP Takari dan proses terbentuknya maka kemungkinan bisa menunjukan
adanya mineral yang di target.
Mineral yang ditargetkan kemungkinan ada kaitannya dengan genesa endapan
didaerah IUP Takari. Yang mana berdasarkan keadaan litologinya dan data hasil interpretasi
maka jenis batuan di daerah IUP Takari didominasi oleh batuan lempung dan batuan ultrabasa,
dalam hal ini asosiasi dilakukan kepada mineral Limonit dan Lempung yang mengindikasikan
keberadaan emas epithermal. Limonit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku
Ultrabasa.
Sebaran mineral limonit dan lempung merupakan zona alterasi yang merupakan zona
ubahan mineral pembawa endapan emas sebagai hasil dari pelapukan dalam system
hydrothermal yang dipengaruhi oleh suhu, tekanan, batuan samping, dan permeabilitas.
Asosiasi merupakan hubungan keterkaitan antara satu objek dengan objek lainnya, dalam hal
ini asosiasi dilakukan kepada mineral Limonit dan Lempung yang mengindikasikan
keberadaan emas epithermal. Sehingga kemungkinan mineral logam seperti emas dibawa oleh
mineral-mineral dalam zona alterasi.
Metode geolistrik juga memiliki kekurangan, seperti hasil interpretasi dari stiap orang
tidak sama, membutuhkan data hasil pemboran untuk membuktikan hasil inerpretasi data
geolistrik, dan hasil data interpretasi belum pasti. Metode geolistrik tidak bisa menjangkau
wilaya yang dalam karena jangkauannya berkisar 1000-1500 kaki dibawah permukaan bumi,
tidak efektif untuk pemakaian di kawasan karst, hanya dapat menunjukan jenis batuan dengan
keakuratan yang kecil. Kekurangan dari konfigurasi Schlumberger adalah pembacaan
tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang realatif jauh.
Untuk penelitian selanjutnya harus diperhitungkan dengan waktu yang cukup lama,
karena penelitian harus melakukan pengamatan keadaan geologi seperti keberadaan
singkapan atau bongkahan lepas, dan juga memperhatikan keadaan geologi. Dimana harga
peralatan dan biaya survei metode geolistrik yang relati f murah, maka diperlukan dana yang
cukup besar untuk melakukan kegiatan tambahan yaitu pemboran guna memastikan
keberadaan mineral logam dan keadaan litologi.
Ada beberapa data yang diperlukan untuk menginterpretasikan data Geolistrik yaitu
data pemboran eksplorasi guna memastikan keberadaan mineral logam dan keadaan litologi
di lokasi geolistrik dimana saat melakukan interpretasi data terdapat anomali-anomali, data
pengamatan keadaan geologi seperti keberadaan singkapan atau bongkahan lepas, dan juga
memerhatikan keadaan geologi melalui berbagai macam kepustakaan dan peta-peta.

KESIMPULAN

Interpretasi data Geolistrik untuk mengidentifikasikan jenis batuan dan anomali di daerah
IUP Takari dengan menggunkan software Progress Version 3.0 yang menghasilkan nilai log
resistivitas dan litologinya. Hasil data berupan penampang litologi dan nilai resistivitas yang
berbeda-beda. Kemudian diinterpretasikan berdasarkan nilai tetapan resistivitas batuan dan
mineral, sehingga dapat diidentifikasikan jenis batuan tersebut.

Hasil interpretasi menunjukan bahwa di daerah IUP Takari didominasi oleh batuan
Lempung, batu Gamping, batuan beku Ultrabasadan, adanya anomali-anomali yang memiliki nilai
log resistivitasnya yang relatif kecil dengan kedalaman yang berbeda-beda. Dengan adanya
asosiasi antara batuan lempung dan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku Ultrabasa sehingga
mengindikasikan keberadaan emas di daerah IUP Takari.

DAFTAR PUSTAKA

Adept Talan Titu Eki.2013. Identifikasi Batuan Berdasarkan Hasil Interpretasi Data
Geolistrik Metode Sounding Studi Kasus Pada Wilayah Iup Eksplorasi Emas Pt Intan
Prima Metalindo Desa Fatusuki Kecamatan Amfoang Selatan Dan Desa Tanini
Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal 1-
73.Kupang.

Nauli Fitri, Jone Yohanes, Saldy Gamela Try. 2017. Karakteristik Tahanan Jenis Dan
Interpretasi Satuan Batuan Bawah Permukaan Berdasarkan Pengukuran Geolistrik
Konfigurasi Schlumberger. Upn Veteran Yogyakarta. Yogyakarta.

http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium%202001/2.%20Kupang%20%28Franklin%29.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/15785-ID-analisa-resistivitas-batuan-dengan-
menggunakan-parameter-dar-zarrouk-dan-konsep.pdf

Anda mungkin juga menyukai