Kanker ovarium ialah sel-sel abnormal yang tumbuh tidak terkontrol terbentuk di sel indung telur (pada satu atau kedua bagian indung telur), atau pada area tuba fallopi dan peritoneum. Sebagian besar kanker ovarium adalah kanker ovarium epitel. 1,2 Dari organ reproduksi ini dihasilkan telur atau ovum, yang kelak bertemu sperma akan terjadi pembuahan (kehamilan). Indung telur juga merupakan sumber utama penghasil hormon estrogen dan progesteron. Kanker ovarium adalah kanker atau tumor yang berasal dari ovarium dengan berbagai jenis tipe tumor jinak dan tumor ganas. Masing-masing memiliki karakteristik sendiri.3
1.2 Patogenesis dan Patofisiologi
Kanker ovarium terdiri dari berbagai jenis dan multi kompleks. Kanker ovarium di bagi dalam 3 kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor, yaitu dari epitel permukaan dari sel germinal ovarium, dan dari stroma korda seks ovarium. 90% dari jumlah kanker ovarium merupakan kelompok yang berasal dari epitel.3 5-10% kanker ovarium merupakan metastase dari tumor primer lain, seperti tumor gastrointestinal, payudara, dan endometrium. Penyebaran yang paling sering dari traktus gastrointestinal, yang dikenal dengan krukenberg.1 Penyebaran kanker ovarium dapat terjadi secara direct exfoliation, limfogen (ke KGB pelvik retroperitoneal dan KGB paraaorta), dan hematogen (ke paru dan otak). Pada stadium lanjut dapat menimbulkan asites dan penekanan pada bowel (carcinomatous ileus). Kanker ovarium dipercaya terjadi akibat transformasi maligna jaringan ovarium akibat chronic uninterupted ovulation. Ovulasi merusak epitel dan sehingga mengaktifkan mekanisme perbaikan. Mekanisme perbaikan ini memudahkan terjadinya mutasi dan delesi. Mutasi pada BRCA1 30-50% menyebabkan kanker ovarium, mutasi gen BRCA2 meningkatkan kanker ovarium 25%. Sindrom Lynch II (Hereditary nonpolyposis colorectal cancer syndrome/ HNPCC) meningkatkan risiko kanker ovarium. Diet tinggi lemak, bedak dan asbetosis juga dapat menyebabkan kanker ovarium. 1.2.1 Patofisiologi Tumor Epitel Sel epitel berasal dari mesoderm yang dapat bermetaplasia. Terdapat 6 tipe primer tumor epitel: Serous, mucinous, endometrioid, clear cell, brennner, undifferentiated. Cystadenocarcinoma adalah tumor epitel ganas terbanyak. 75% tumor epitel sudah menyebar ke luar ovarium saat didiagnosis dan prognosisnya buruk. 1.2.2 Patofisiologi Tumor Germ Sel: Berasal dari germ sel primordial ovarium. 95% jinak, 5% ganas. Dapat berdiferensiasi menjadi 3 layer: yolksac, plasenta dan fetus. Jenis terbanyak adalah benign cystic mature teratoma (kistadermoid), terapi definitifnya adalah cystectomy. Jennis ganas terbanyak adalah disgerminoma (50%), immature teratoma (20%), yolksac (20%). Disgerminoma menghasilkan LDH, Yolksac menghasilkan AFP, Choriocarcinoma menghasilkan hCG. Berbeda dengan tumor epitel, Germ cell tumor tumbuh cepat dan terbatas pada satu ovarium, dan biasanya masih stadium 1 saat didiagnosis sehhingga prognosisnya lebih baik. 1.2.3 Patofisiologi sex cord tumor: Berasal dari sel yang mengelilingi oosit atau dari stroma ovarium. Malignansinya low grade, bisa terjadi di semua umur, unilateral, jarang rekuren. 70% nya adalah sel teca- granulosa, low grade malignancy. Sertoli-leydig cell lebih jarang. Teca granulosa dan sertoli leydig disebut juga tumor fungsional karena menghasilkan hormon. Granulosa teca sell menjadi ovarium, menghasilkan estrogen. Gambaran mikroskopisnya Coffee bean nuclei tersusun dalam bentuk small cluster mengelilingi central cavity (Call-Exner bodies). Pathognomonic untuk tumor sel teca-granulosa. Tumor sertoli leydig berkembang menjadi testis, menghasilkan androgen. Jenis lain tumor sex cord stroma adalah Fibroma, ini bukan tumor fungsional, sering menimbulkan asites dan meigs syndrome. Terdapat pembagian stadium kanker ovarium yang ditentukan melalui laparatomi. Stadium ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi (sitologi atau histopatologi), sehingga terapi dan prognosis dapat ditentukan lebih akurat.3,4 Stadium kanker ovarium menurut Federasi Internasional Ginekolog dan Ahli Obstetri (FIGO) tahun 2009, sebagai berikut: Stadium I Terbatas pada ovarium Terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites yang mengandung sel ganas, tidak ada Ia pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh. Terdapat pada kedua ovarium, tidak ada asites yang mengandung sel ganas, tidak Ib ada tumor di permukaan luar, kapsul intak. Stadium Ia atau Ib tetapi ada tumor di permukaan luar satu atau kedua ovarium, Ic atau dengan kapsul pecah, atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif. II Satu atau kedua ovarium menyebar ke panggul. IIa Perluasan dan / atau metastasis ke uterus dan / atau tuba. IIb Perluasan ke jaringan pelvis lainnya. Stadium IIa atau IIb dengan tumor pada permukaan satu atau kedua ovarium, IIc kapsul pecah, asites yang mengandung sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif keganasan. Tumor mengenai satu atau dua ovarium, dengan klaim mikroskopik metastasis III kavum peritoneal di luar pelvis, dan / atau metastasis ke dalam limfe regional
IIIa Tumor pada peritoneum perut dengan metastase mikroskopis.
IIIb Metastase tumor melebihi 2 cm.
Metastase tumor melebihi 2 cm dan atau didapatkan metastase panggul, paraaorta,
IIIc atau getah bening atau inguinal positif. Ovarium dengan metastasis jauh. Bila terdapat efusi pleura, metastase parenkim IV paru, metastasis ke parenkim hati atau lien, maupun metastase ke limfa nodus supraclavicular atau kulit.
1.3 Klasifikasi Kanker Ovarium
Klasifikasi kanker ovarium belum ada keseragamannya, namun tidak ada perbedaan ciri mendasar. 80% kanker ovarium merupakan kanker jinak. 1 Kanker ovarium di bagi dalam 3 kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor dan kemudian masing-masing kelompok terdiri dari berbagai spesifikasi sesuai dengan histopatologi:3,4,5,6 1.3.1 Kanker Berasal dari Epitel Permukaan Lebih dari 80% kanker ovarium epitel ditemukan pada wanita pascamenopause. Jenis-jenis kanker ovarium epitel permukaan: Karsinoma Serosa Karsinoma ini merupakan keganasan epitel ovarium yang tersering ditemukan. Karsinoma serosa terdiri dari kistadenoma serosa, karsinoma serosa borderline, kistadenokarsinoma serosa, adenofibroma, dan kistadenofibroma.1 Karsinoma serosa mudah menyebar di kavum dan panggul, irisan penampang tumor kistik padat. Jenis tumor ini di bawah mikroskop sesuai dengan sel kanker dibagi menjadi diferensiasi jinak (benigna) yang memiliki percabangan papilar rapat, terlihat mitosis, sel nampak anaplastik berat, diselidiki invasif jelas, dan badan psamoma relatif banyak. Pada kanker ganas (maligna) memiliki lebih banyak area padat, sedikit papil atau tidak ada, dan badan psamoma tidak mudah ditemukan.4,5,6 Karsinoma Musinosa Karsinoma musinosa terdiri dari kistadenoma musinosa, karsinoma musinosa borderline, dan kistadenokarsinoma musinosa.3 Jenis karsinoma ini lebih jarang ditemukan daripada karsinoma serosa. Sebagian besar tumor multilokular, padat dan sebagian kistik, di dalam kista berisi musin gelatinosa, jarang tumbuh papila eksofitik, area padat berwarna putih susu atau merah jambu, struktur rapat dan konsistensi rapuh. Tumor jenis ini di bawah mikroskop dibagi menjadi tiga gradasi, di mana yang berdiferensiasi baik dan sedang memiliki struktur grandular jelas, percabangan papila epitel rapat, terdapat dinding bersama grandular, atipia inti sel jelas, dan invasif intersisial. Pada kanker diferensiasi, struktur grandular tidak jelas, mitosis meningkat, produksi musin dari sel sangat banyak.4,5,6 Karsinoma Endometroid Kira-kira 20% kanker ovarium terdiri dari karsinoma endometroid. Sebagian besar tumor berbentuk padat dan di sekitarnya dijumpai kista. Histopatologi mirip dengan karsinoma endometrium dan sering terdapat metaplasia sel skuamos. Lebih dari 30% karsinoma endometroid dijumpai bersama-sama dengan adenokarsinoma endometrium. Batas endometroid dan adenofibroma endometroid jarang dijumpai.4,5,6 Karsinoma Sel Jernih (Clear Cell Carcinoma) Tumor ini berasal dari duktus muleri. Pada umumnya berbentuk padat, sebagian besar juga berbentuk kistik, warna putih kekuning-kuningan. Gambaran histopatologi terdiri dari kumpulan solid dengan bagian papiler. Sitoplasma sel jernih dan sering dijumpai tampilan hopnail yaitu inti yang terletak di ujung sel epitel ditempel atau tubulus.4,5,6 Tumor Brenner Tumor ini dapat diterima dari folikel. Berbentuk solid dan fokus 5-10 cm dan hampir multifungsi jinak. Tumor ini sering dijumpai insidentil pada saat dilakukan histerektomi.4,5,6 1.3.2 Kanker Berasal dari Sel Germinal Ovarium (Germ Cell) Tumor ini terdapat lebih banyak pada wanita berumur di bawah 30 tahun. Tumor ini terdiri dari Teratoma, yang mature (kista dermoid dan teratoma solid), dan immature (monodermal, tumor endodermal sinus, koriokarsinoma, karsinoma embrional, poliembrioma, dan mixed germ cell tumors).3 Disgerminoma Adalah tumor ganas sel germinal yang paling sering ditemukan, ukuran diameter 5-15 cm, berlobus-lobus, padat, potongan tumor berwarna abu-abu putih hingga abu-abu cokelat dengan potongan mirip ikan tongkol. Kelompok sel yang satu dengan yang lain dibatasi oleh jaringan ikat tipis dengan infiltrasi sel radang limfosit. Gambaran histopatologi mirip dengan seminoma testis pada laki-laki. Neoplasma ini sensitif terhadap radiasi. Penanda tumor untuk disgerminoma adalah serum Lactic Dehydrogenase (LDH) dan Placental Alkaline Phosphatase (PLAP).4,5,6 Tumor Sinus endodermal Berasal dari tumor sakus vitelinus / yock sac dari embrio. Usia rata-rata penderita tumor sinus endodermal adalah 18 tahun. Berupa jaringan kekuning- kuningan dengan area perdarahan, nekrosis, degenerasi gelatin dan kistik. Khas untuk tumor sinus endodermal ini adalah keluhan nyeri perut dan pelvis yang dialami oleh 75% penderita. Penanda tumor untuk sinus tomor endodermal adalah alfa fetoprotein (AFP).4,5,6 Teratoma Immature Ukuran tumor besar dan unilateral, penampang irisan padat dan kistik, berwarna-warni, komponen jaringan kompleks, jaringan embrional belum berdiferensiasi secara umum, terdiri dari neuroepitel. Tumor ini memiliki angka rekurensi dan metastasis tinggi, tetapi tumor rekuren dapat bertransformasi dari imature menjadi mature, regularitasnya memungkinkan pertumbuhan embrio normal. Penanda tumor untuk teratoma immatur adalah alfa fetoprotein (AFP) dan chorionic gonadotropin (HCG).4,5,6 Teratokarsinoma Sangat ganas, sering berperan sel germinal lain. AFP dan HCG serum dapat positif. Ukuran tumor relatif besar, berkapsul, dan sering ditemukan nekrosis berdarah. Di bawah mikroskop tampak sel primordial poligonal membentuk lempeng, pita dan sarang, displasia menonjol, mitosis banyak ditemukan, nukleus tampak vakuolasi, intrasel tampak butiran glasial PAS positif.4,5,6 1.3.3 Kanker Berasal dari Stroma Korda Seks Ovarium (Sex Cord Stromal) Tumor yang tumbuh dari satu jenis. Kira-kira 10% dari tumor ganas ovarium berasal dari kelompok ini. Pada penderita tumor sel granulosa, usia muda atau pubertas, keluhan perdarahan pervagina, dan pertumbuhan seks sekunder antara lain payudara membesar dengan kolostrum, pertumbuhan rambut pada ketiak dan pubis yang disebut pubertas prekoks.3,4,5,6 Tumor Sel Granulosa-puzzle Kira-kira 60% dari tumor ini terjangkit pada wanita pascamenopause, selebihnya pada anak-anak dan dewasa. Tumor ini dikenal juga sebagai feminisasi tumor, memproduksi estrogen yang membuat penderita “cepat menjadi wanita”. Gambaran histopatologinya bervariasi yaitu populasi sel padat. Pada endometrium sering dijumpai karsinoma.4,5,6 Fibroma Fibroma kadang-kadang sulit dibedakan dengan tekoma. Sering pulih dengan asites dan hidrotoraks yang dikenal sebagai sindroma Meigh.4,5,6 Androblastoma (Tumor sel Sertoli-Leydig) Tumor ini memproduksi hormon androgen yang dapat mengubah bentuk penderita menjadi kelaki-lakian atau disebut juga dengan maskulinisasi tumor. Penyakit ini jarang dijumpai.4,5,6 Gonandoblatoma Merupakan peralihan antara sel tumor granulosa dan arrhenoblastoma. Penyakit ini jarang dijumpai.4,5,6
1.4 Manifestasi Klinis Kanker Ovarium
Pada umumnya, kanker ovarium pada awal perkembangan berkembang tanpa gejala. Inilah yang menyebabkan kanker ini sulit diketahui sejak dini. Lebih dari 70% penderita kanker ovarum ditemukan sudah dalam usia stadium lanjut.4,5 Biasanya, keluhan utama yang dirasakan oleh penderita kanker ini adalah sakit di perut (perut bagian bawah) yang disertai dengan rasa kembung, sulit buang air besar, sering buang air kecil dan sakit kepala.3,4,5 Jika kanker ovarium ini sudah memasuki stadium lanjut, gejalanya pun meningkat, seperti: rasa tidak nyaman di bagian perut bawah selama menstruasi (darah yang terlalu deras keluar atau gumpalan darah), rasa tegang di perut, pendarahan melalui vagina yang tidak normal, dan gangguan gastrointestinal (mual, muntah, dan anorexia).3,4,5 Lebih lanjut, akibat hormon estrogen dan progesteron, dapat terjadi pendarahan padahal sudah menopause, terlalu cepat mendapat menstruasi, payudara cepat membesar pada remaja, menstruasi terhenti dan pertumbuhan rambut meningkat di seluruh tubuh.3,4,5 Kanker ovarium ditemukan di massa panggul. Bila tumor tersebut berbentuk kistik, licin, dapat digerakkan, dan unilateral maka kemungkinan jinak. Namun jika padat, bentuknya irregular, terfiksir ke dinding panggul, dan bilateral keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian atas perut ditemukan juga massa dan asites, keganasan hampir dapat dipastikan.3,4,5 1.5 Epidemiologi Kanker Ovarium 1 dari 70 dari pertumbuhan kanker ovarium ini bertahan hidup. Namun 1 dari 95 dari penderitanya mengalami kematian. Mayoritas kanker ovarium muncul atau didiagnosa pada usia 55 tahun. Sepertiga dari kasus kanker ovarium ini menyerang wanita di atasa usia 63 tahun. Dan kemugkinan perempuan menderita kanker ovarium ini meningkat dengan bertambahnya usia. Namun perempuan yang memiliki riwayat herediter atau familial cancer syndrome dapat berisiko menderita kanker ovarium 10 tahun lebih dini dari umur kebanyakan.3,5 Di Amerika Serikat insiden kanker ovarium merupakan jenis kanker yang tertinggi kedua yang sering ditemukan dibandingkan jenis kanker pada traktus genitalia lainnya. Kanker ovarium juga menyebabkan kematian kelima tersering pada kasus kanker ginekologi.3 Variasi geografis dan signifikansi yang signifikan telah diobservasi pengaruhnya terhadap insiden kanker ovarium. Rata-rata tertinggi pada wanita dengan ras Kaukasian di negara industri misalnya di Amerika Utara dan Eropa.5 Kanker ovarium menyumbang sekitar 25% dari tumor ganas ginekologi, yaitu 22.280 kasus baru per tahun. Dengan kematian mencapai 50%, yaitu 14.420. Tingginya angka kematian ini dipengaruhi oleh kelalaian dalam skrining untuk early diagnosis.3,5
1.6 Faktor Risiko Kanker Ovarium
Faktor risiko kanker ovarium meningkat pada perempuan yang memiliki keturunan kanker ovarium ataupun kanker payudara, perempuan yang pernah menderita kanker payudara, seiring bertambah usia, menarche dini (<12tahun), infertilitas, nullipara, late-onset menopause (>50 tahun), dan obesitas (BMI>30).3
1.6.1 Faktor Genetik
Sejarah keluarga merupakan faktor penting yang melibatkan ovarium. 10-15% kanker ovarium memiliki riwayat herediter atau familial cancer syndrome.1 Risiko seorang wanita untuk mengidap kanker ovarium adalah sebesar 1,6%. Jumlah risiko pada penderita yang memiliki satu saudara sebesar 5% dan akan meningkat menjadi 7% bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium.3,4,5 Menurut American Cancer Society (ACS), sekitar 10% penderita kanker ovarium memiliki anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama. Pasien yang memiliki sejarah keluarga yang menderita kanker mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 memiliki risiko 85% menderita kanker payudara dan diperkirakan mencapai 30-50% pasien menderita kanker ovarium.3,4 1.6.2 Usia Risiko kejadian kanker ovarium meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Kanker ovarium pada umumnya ditemukan pada usia di atas 55 tahun. 3 Mayoritas kanker ovarium muncul setelah wanita baru menjalani masa menopause. 1.6.3 Paritas Paritas adalah jumlah kelahiran hidup yang dialami oleh seorang wanita. Klasifikasi paritas meliputi: 1. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali. 2. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar. 3. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali. 4. Grandemultipara adalah wanita yang memperoleh 5 orang anak atau lebih. Penelitian menunjukkan wanita dengan paritas yang lebih tinggi memiliki risiko kanker ovarium lebih rendah dari nulipara. 1.6.4 Faktor Hormonal Penggunaan hormon eksogen pada terapi yang berkaitan dengan menopause terkait dengan peningkatan risiko kanker ovarium, baik dari insiden maupun tingkat mortalitasnya. Peningkatan hormon spesifik terlihat pada wanita dengan menggunakan hormon estrogen tanpa penggantian progesteron karena peran progesteron yang menginduksi transisi apoptosis sel epitel ovarium. Pada kehamilan, kadar progesteron akan membantu menurunkan risiko tumor ganas ovarium.3 Hormon lain yang juga mempengaruhi angka kejadian kanker ovarium yaitu hormon gonadotropin di mana fungsinya untuk pertumbuhan. Menurut teori yang melakukan percobaan pada hewan mana pada percobaan ini ditemukan kadar estrogen rendah di sirkulasi perifer maka kadar hormon gonadotropin meningkat. Peningkatan kadar hormon gonadotropin ini terbukti berhubungan dengan semakin besar tumor ovarium pada saat percobaan tersebut.3 Penekanan kadar androgen juga dapat mempengaruhi kejadian kanker ovarium. Hal ini berkaitan dengan teori yang pertama kali dikemukakan oleh Risch, yang mengatakan bahwa androgen memiliki peran penting dalam pembentukannya kanker ovarium karena didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen dan dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal serta sel-sel kanker ovarium epitel dalam kultur sel. Epitel ovarium yang selalu terpapar pada steroid androgenik yang berasal dari ovarium itu sendiri dan hasil adrenal, seperti androstenedion, dehidropiandrosteron dan testosteron. 1.6.5 Faktor Reproduksi Infertilitas, menarche dini (sebelum usia 12 tahun), memiliki anak setelah usia 30 tahun dan menopause yang terlambat dapat juga meningkatkan risiko untuk berkembang menjadi kanker ovarium.3,4 Pada kanker ovarium, terdapat hubungan dimana semakin banyak jumlah menstruasi yang dilewatinya maka semakin tinggi pula risiko perempuan terhadap kanker ovarium. 1.6.6 Pil Kontrasepsi Kontrasepsi berarti mengurangi kemungkinan atau menghapus konsepsi. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup penting pada wanita saat ini. Pemakaian ini menurunkan risiko kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun, yaitu yang memakai pil kontrasepsi. Penurunan risiko semakin nyata dengan semakin lama penggunaannya. 1.6.7 Kerusakan sel epitel ovarium (Ovulasi tak henti) Pada saat ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk pemulihan luka yang sempurna perlu waktu. Jika sebelum pemulihan berhasil, terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terhambat dan tidak teratur sehingga dapat menyebabkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. 1.6.8 Obat-Obat yang Meningkatkan Kesuburan (Obat Kesuburan) Obat-obatan yang meningkatkan kesuburan seperti klomifen sitrat, yang diberikan secara oral, dan obat-obat gonadotropin yang diberikan dengan suntikan seperti follicle stimulating hormone (FSH), kombinasi FSH dengan hormon Luteinizing (LH), ovulasi yang tak henti-hentinya dan hipotesis gonadotropin, penggunaan obat penyubur ini jelas akan meningkatkan risiko kanker ovarium. 1.6.9 Terapi Hormon Pengganti pada Masa Menopause Pemakaian terapi hormon selama menopause (terapi hormon menopause = MHT) dengan estrogen saja selama 10 tahun atau lebih meningkatkan risiko kanker ovarium. 1.6.10 Penggunaan Bedak Tabur Penggunaan bedak tabur langsung pada organ genital atau jaringan pembersih meningkatkan risiko kanker ovarium. Selain itu, bedak tabur juga mengandung asbes yaitu bahan mineral penyebab kanker jenis lain. 1.7 Pencegahan kanker Ovarium 1.7.1 Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah upaya mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Upaya pencegahan primer dapat dilakukan dengan bantuan informasi mengenai kanker ovarium, upaya pencegahan seperti: Pemakaian pil pengontrol kehamilan Perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi oral (pil KB) untuk tiga hingga lima tahun diperkirakan mengurangi risiko kanker ovarium hingga 30 hingga 50 persen lebih rendah. Operasi sterilisasi atau histerektomi (pengangkatan rahim) Operasi sterilisasi, terdiri dari pengikatan saluran indung telur untuk pencegahan kehamilan, dapat mengurangi risiko kanker ovarium. Sementara untuk pengangkatan rahim, memang terbukti efektif untuk mencegah kanker rahim. Diet Diet dengan memperbanyak makan sayuran, terbukti mengurangi risiko kanker ovarium. Dibandingkan dengan mengonsumsi daging dan makanan yang mengandung lemak jenuh. Olahraga Olahraga ringan hingga sedang, namun dilakukan secara rutin (minimal 3 kali seminggu, dengan waktu olahraga minimal 15 menit) dapat meningkatkan kekebalan tubuh, memperbanyak antioksidan dan mengurangi risiko kegemukan. Semua terkait dengan olahraga yang penting untuk kesehatan, termasuk mencegah kanker. 1.7.2 Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder harus dilakukan untuk mencegah progresifitas penyakit, pencegahan ini dapat dilakukan dengan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Diantaranya: 1. Diagnosis Kanker Ovarium Operasi Tindakan operasi dilakukan sangat tergantung pada kesehatan pasien dan seberapa luas kanker itu telah menyebar dalam tubuh. Contoh operasi yang dilakukan untuk menghentikan penyebaran kanker ovarium, yaitu: a. Ooforektomi unilateral b. Ooforektomi bilateral c. Salpingektomi bilateral d. Salpingo-ooforektomi unilateral dan bilateral e. Histerektomi radikal f. Sitoreduksi Kemoterapi Merupakan perawatan dengan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Obat- kemoterapi di dimasukkan langsung ke jaringan darah atau diminum. Kemoterapi ini juga penting untuk mencegah penyebaran kanker ke organ tubuh lainnya. Untuk penderita kanker ovarium yang menyerang sel epitel, biasanya diperlukan 6 kali kemoterapi dengan jarak satu kemoterapi dengan kemoterapi yang lain yaitu 3-4 minggu. Terapi radiasi Gunanya untuk membunuh sel kanker dengan menggunakan sinar radiasi tinggi. Terapi ini adalah pengobatan yang efektif untuk kanker. Ultrasonografi (USG) USG adalah cara pemeriksaan invasif yang lebih murah. Dengan USG dapat dibedakan tumornya kistik dengan tumor yang padat. Pada tumor dengan bagian padat (echogenik) persentase keganasan makin meningkat. Pemakaian USG transvaginal (transvaginal color flow doppler) dapat meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu menjabarkan morfologi tumor ovarium dengan baik. Pemakaian transvaginal color flow doppler dapat membedakan tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium ganas. Pemindaian Tomografi Terkomputasi (CT-Scan) Pemakaian CT-Scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat. Dengan CT-Scan dapat diketahui ukuran tumor primer, keberadaan metastasis ke hepar dan pengambilan getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut. CT-Scan tidak disukai karena (1) risiko radiasi, (2) risiko reaksi terhadap zat kontras, (3) kurang akurat dalam menghitung tumor kistik dengan tumor padat, dan (4) biaya mahal. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Jika dibandingkan dengan CT-Scan, MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostik, menggambarkan penjalaran penyakit, dan menentukan lokasi tumor di perut atau pelvis. Tumor marker Beberapa penanda tumor telah terdeteksi dalam darah pasien kanker ovarium yaitu Ca 15-3, BRCA-1 dan BRCA-2, Carcinoembrionic antigen (CEA), alpha feto protein(AFP) dan human chorionic gonadotrophin (hCG) tetapi sensitivitas dan spesifisitas petanda tersebut dalam memprediksi kanker ovarium tidak lebih baik dari pada CA125.6,7,8 Sejak ditemukan antigen karbohidrat 125 (CA125), ini masih tetap menjadi biomarker serum gold standard untuk kanker ovarium. CA125 disetujui untuk memantau pengobatan dengan kemoterapi dan diagnosis banding pasien yang datang dengan massa di panggul. Nilai cut-off klinis standar untuk CA125 adalah 35 U / mL, meskipun kadar serum telah terbukti berfluktuasi tergantung pada ras, titik waktu siklus menstruasi, dan adanya patologi kanker non-ovarium. Selain itu, CA125 sering tidak meningkat pada penyakit tahap awal atau pada subtipe tertentu dari karsinoma ovarium seperti neoplasma mucinous.6,7,8 CA125 sangat spesifik, tetapi tidak secara optimal sensitif untuk memantau respons lengkap terhadap terapi primer.8 Human epididymis protein 4 (HE4) adalah protein 20-25 kDa yang disekresikan oleh sel epitel dan termasuk keluarga protein whey acidic four-disulfide core (WFDC). Dibandingkan dengan ekspresinya pada jaringan normal termasuk ovarium, gen WFDC2 (HE4) meningkat pada sebagian besar kanker ovarium.8 HE4 secara konsisten tampil sebagai penanda terkuat dalam mengidentifikasi pasien kanker ovarium dan menampilkan sensitivitas yang lebih tinggi daripada CA125 pada spesifisitas yang ketat. Menggabungkan CA125 dengan HE4 menghasilkan sensitivitas tertinggi pada 76,4% (pada spesifisitas 95%), menunjukkan bahwa kombinasi dari kedua penanda ini memberikan prediksi yang lebih akurat untuk keganasan daripada hanya salah satunya.7,8 2. Penatalaksanaan Medis Kanker Ovarium Penatalaksanaan kanker ovarium sangat ditentukan oleh stadium, derajat diferensiasi, fertilitas, dan keadaan umum penderita. Pengobatan utama adalah operasi pengangkatan tumor primer dan metastasisnya, dan jika diperlukan diberikan terapi tambahan seperti kemoterapi, radioterapi (radioterapi intraperitoneal atau seluruh radiasi perut), terapi imunoterapi, terapi hormon, dan terapi hormon. Penatalaksanaan stadium ovarium operatif kanker 1 Pengobatan utama untuk kanker ovarium stadium I adalah operasi yang terdiri atas histerektomi totalis prabdominalis, salpingooforektomi bilateralis, apendektomi, dan pementasan bedah. Stadium bedah adalah suatu tindakan bedah laparotomi yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan dengan melakukan evaluasi daerah-daerah yang berpotensi akan dikenai penyebaran kanker ovarium. Tahapan bedah akan menentukan stadium penyakit dan perawatan adjuvant yang perlu diberikan. a. Sitologi Jika pada tahap bedah ditemukan cairan peritoneum atau asites, cairan tersebut harus diambil untuk pemeriksaan sitologi. Sebaliknya, jika cairan peritoneum atau asites tidak ada, harus dilakukan pembilasan kavum perut dan cairan bilasan tersebut diambil sebagian untuk pemeriksaan sitologi. Penelitian pada kasus-kasus kanker ovarium stadium IA ditemukan hasil sitologi positif pada 36% kasus, sedangkan pada kasus-kasus stadium lanjut, sitologi positif ditemukan pada 45% kasus. b. Apendektomi Tindakan apendektomi yang rutin masih kontroversial. Metastasis ke apendiks jarang terjadi pada kasus kanker ovarium stadium awal (<4%). Pada kanker ovarium epitel jenis musinosum, ditemukan metastasis pada 8% kasus. Oleh karena itu, apendektomi harus dilakukan secara rutin pada kasus kanker ovarium epitel jenis musinosum. c. Limfadenektomi Limfadenektomi ada dua jenis, yaitu: limfadenektomi selektif (tindakan yang hanya mengangkat getah bening yang membesar saja) dan limfadenektomi sistematis (mengangkat semua yang berkaitan dengan pelvis dan para-aorta). Penatalaksanaan stadium ovarium kanker lanjut (II, III, IV) Terapi stadium I ditambah dengan sedikit modifikasi pada implementasi metastasis dan situasi umum penderita. Tindakan operasi pengangkatan tumor primer dan metastasisnya di omentum, usus, dan peritoneum disebut operasi “debulking” atau operasi sitoreduksi. Tindakan operasi ini tidak diperlukan terapi tambahan untuk mencapai kesembuhan. a. Operasi sitoreduksi Ada dua teknik operasi sitoreduksi, yaitu: sitoreduksi konvensional (yang biasa dilakukan, yaitu operasi yang mengeluarkan massa sebanyak mungkin menggunakan alat operasi alat yang lazim seperti pisau, gunting, dan jarum jahit) dan sitoreduksi teknik baru. b. Cavitron ultrasonik surgical aspirator (CUSA) Alat yang mengatur tiga koneksi kerja dalam satu hand-set, yaitu: alat fragmentasi jaringan (ujung bergetar), alat irrigator untuk daerah yang difragmentasi dan alat aspirator jaringan yang difragmentasi. CUSA bekerja sebagai akustik fibrator dengan frekuensi 23.000 HZ, yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. c. Teknik laser. Kemoterapi Keganasan ovarium tidak dapat disembuhkan tuntas hanya dengan operasi, kemoterapi anti kanker merupakan tindakan penting dalam prinsip terapi kombinasi terhadap kanker ovarium, lebih efektif untuk pasien yang telah berhasil menjalani operasi sitoreduksi. Radioterapi Sebagai pengobatan lanjutan yang digunakan di tingkat klinik T1 dan T2 (FIGO: tingkat I dan II), yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga perut. Juga radioterapi dapat diberikan kepada penyakit yang tingkatannya agak lanjut, tetapi akhir-akhir ini banyak diberikan bersama khemoterapi, baik sebelum atau selanjutnyanya sebagai adjuvan, penyensit radio maupun radio-enhancer. Namun, radioterapi dianggap tidak lagi memiliki keefektivan dalam penanganan tumor ganas ovarium. Pada tingkat klinik T3 dan T4 (FIGO: tingkat III dan IV) dilakukan debulking dilakukan dengan kemoterapi. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor ini, hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa. 1.7.3 Pencegahan Tersier Pencegahan tersier mencoba untuk mengurangi ketidakmampuan dan melakukan perbaikan. Upaya rehabilitasi dilakukan baik secara fisik maupun psikis, seperti dukungan moril dari orang-orang terdekat terhadap pasien pasca operasi karena kemungkinan tidak dapat memiliki anak bagi yang belum memiliki anak. 1.8 Prognosis Kanker ovarium adalah keganasan ginekologis yang paling mematikan dan penyebab kematian nomor lima karena kanker pada wanita Amerika Utara. Kematian akibat kanker ovarium mencapai 50% dari seluruh angka kematian akibat kanker ginekologi. Mortalitas yang tinggi ini sebagian disebabkan oleh kurangnya alat skrining yang efektif untuk diagnosis dini. Ini mengakibatkan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun secara keseluruhan untuk kanker ovarium berkisar antara 46%.3 Sementara tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk kasus yang didiagnosis pada tahap awal (I-II) adalah sekitar 80-90%, ini menurun menjadi 20-30% pada diagnosis tahap akhir (III-IV).5,6 DAFTAR PUSTAKA
1. National Cancer Institute. NCI Dictionary of Cancer Terms. U.S Departement of
Health and Human Services; 2020. Diakses dari https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/epithelial-ovarian- cancer 2. Division of cancer prevention and control. Centers for Disease Control and Prevention; 2019. Diakses dari https://www.cdc.gov/cancer/ovarian/ 3. Callahan TL, Caughey AB. Blueprints obstetrics & gynecology. Edisi ke-7. Philadelphia: Wolters Kluwer Health; 2018. 4. Beckmann CRB. Obstetrics and gynecology. Edisi ke-7. Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins; 2014. 5. Berek, JS. Berek & Novak's gynecology. Edisi ke-15. Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins; 2012. 6. Lauren Nathan, Decherney Alan, Laufer N, Roman AS. CURRENT Diagnosis & Treatment: Obstetric & Gynecology. Edisi ke-12. New York: McGraw-Hill Education;2019. 7. Felix Leung, et al. Validation of a novel biomarker panel for the detection of ovarian cancer. Cancer Epidemiology Biomarkers and Prevention. 2016 Sep; 25(9): 1333– 1340. 8. Wei-Lei Yang, Zhen Lu, and Robert C. Bast, Jr. The Role of Biomarkers in the Management of Epithelial Ovarian Cancer. Expert Review of Molecular Diagnostics. 2017 Jun; 17(6): 577–591.