Anda di halaman 1dari 16

1.

1 Definisi Kanker Ovarium


Kanker ovarium ialah sel-sel abnormal yang tumbuh tidak terkontrol terbentuk di sel
indung telur (pada satu atau kedua bagian indung telur), atau pada area tuba fallopi dan
peritoneum. Sebagian besar kanker ovarium adalah kanker ovarium epitel. 1,2 Dari organ
reproduksi ini dihasilkan telur atau ovum, yang kelak bertemu sperma akan terjadi
pembuahan (kehamilan). Indung telur juga merupakan sumber utama penghasil hormon
estrogen dan progesteron. Kanker ovarium adalah kanker atau tumor yang berasal dari
ovarium dengan berbagai jenis tipe tumor jinak dan tumor ganas. Masing-masing memiliki
karakteristik sendiri.3

1.2 Patogenesis dan Patofisiologi


Kanker ovarium terdiri dari berbagai jenis dan multi kompleks. Kanker ovarium di
bagi dalam 3 kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor, yaitu dari epitel permukaan
dari sel germinal ovarium, dan dari stroma korda seks ovarium. 90% dari jumlah kanker
ovarium merupakan kelompok yang berasal dari epitel.3
5-10% kanker ovarium merupakan metastase dari tumor primer lain, seperti tumor
gastrointestinal, payudara, dan endometrium. Penyebaran yang paling sering dari traktus
gastrointestinal, yang dikenal dengan krukenberg.1 Penyebaran kanker ovarium dapat terjadi
secara direct exfoliation, limfogen (ke KGB pelvik retroperitoneal dan KGB paraaorta), dan
hematogen (ke paru dan otak). Pada stadium lanjut dapat menimbulkan asites dan penekanan
pada bowel (carcinomatous ileus).
Kanker ovarium dipercaya terjadi akibat transformasi maligna jaringan ovarium
akibat chronic uninterupted ovulation. Ovulasi merusak epitel dan sehingga mengaktifkan
mekanisme perbaikan. Mekanisme perbaikan ini memudahkan terjadinya mutasi dan delesi.
Mutasi pada BRCA1 30-50% menyebabkan kanker ovarium, mutasi gen BRCA2
meningkatkan kanker ovarium 25%. Sindrom Lynch II (Hereditary nonpolyposis colorectal
cancer syndrome/ HNPCC) meningkatkan risiko kanker ovarium. Diet tinggi lemak, bedak
dan asbetosis juga dapat menyebabkan kanker ovarium.
1.2.1 Patofisiologi Tumor Epitel
Sel epitel berasal dari mesoderm yang dapat bermetaplasia. Terdapat 6 tipe primer
tumor epitel: Serous, mucinous, endometrioid, clear cell, brennner, undifferentiated.
Cystadenocarcinoma adalah tumor epitel ganas terbanyak. 75% tumor epitel sudah menyebar
ke luar ovarium saat didiagnosis dan prognosisnya buruk.
1.2.2 Patofisiologi Tumor Germ Sel:
Berasal dari germ sel primordial ovarium. 95% jinak, 5% ganas. Dapat berdiferensiasi
menjadi 3 layer: yolksac, plasenta dan fetus. Jenis terbanyak adalah benign cystic mature
teratoma (kistadermoid), terapi definitifnya adalah cystectomy. Jennis ganas terbanyak
adalah disgerminoma (50%), immature teratoma (20%), yolksac (20%). Disgerminoma
menghasilkan LDH, Yolksac menghasilkan AFP, Choriocarcinoma menghasilkan hCG.
Berbeda dengan tumor epitel, Germ cell tumor tumbuh cepat dan terbatas pada satu ovarium,
dan biasanya masih stadium 1 saat didiagnosis sehhingga prognosisnya lebih baik.
1.2.3 Patofisiologi sex cord tumor:
Berasal dari sel yang mengelilingi oosit atau dari stroma ovarium. Malignansinya low
grade, bisa terjadi di semua umur, unilateral, jarang rekuren. 70% nya adalah sel teca-
granulosa, low grade malignancy. Sertoli-leydig cell lebih jarang. Teca granulosa dan sertoli
leydig disebut juga tumor fungsional karena menghasilkan hormon. Granulosa teca sell
menjadi ovarium, menghasilkan estrogen. Gambaran mikroskopisnya Coffee bean nuclei
tersusun dalam bentuk small cluster mengelilingi central cavity (Call-Exner bodies).
Pathognomonic untuk tumor sel teca-granulosa. Tumor sertoli leydig berkembang menjadi
testis, menghasilkan androgen. Jenis lain tumor sex cord stroma adalah Fibroma, ini bukan
tumor fungsional, sering menimbulkan asites dan meigs syndrome.
Terdapat pembagian stadium kanker ovarium yang ditentukan melalui laparatomi.
Stadium ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi (sitologi atau histopatologi), sehingga
terapi dan prognosis dapat ditentukan lebih akurat.3,4
Stadium kanker ovarium menurut Federasi Internasional Ginekolog dan Ahli Obstetri
(FIGO) tahun 2009, sebagai berikut:
Stadium
I Terbatas pada ovarium
Terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites yang mengandung sel ganas, tidak ada
Ia
pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
Terdapat pada kedua ovarium, tidak ada asites yang mengandung sel ganas, tidak
Ib
ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
Stadium Ia atau Ib tetapi ada tumor di permukaan luar satu atau kedua ovarium,
Ic atau dengan kapsul pecah, atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan bilasan
peritoneum positif.
II Satu atau kedua ovarium menyebar ke panggul.
IIa Perluasan dan / atau metastasis ke uterus dan / atau tuba.
IIb Perluasan ke jaringan pelvis lainnya.
Stadium IIa atau IIb dengan tumor pada permukaan satu atau kedua ovarium,
IIc
kapsul pecah, asites yang mengandung sel ganas atau dengan bilasan peritoneum
positif keganasan.
Tumor mengenai satu atau dua ovarium, dengan klaim mikroskopik metastasis
III kavum peritoneal di luar pelvis, dan / atau metastasis ke dalam limfe regional

IIIa Tumor pada peritoneum perut dengan metastase mikroskopis.

IIIb Metastase tumor melebihi 2 cm.

Metastase tumor melebihi 2 cm dan atau didapatkan metastase panggul, paraaorta,


IIIc
atau getah bening atau inguinal positif.
Ovarium dengan metastasis jauh. Bila terdapat efusi pleura, metastase parenkim
IV paru, metastasis ke parenkim hati atau lien, maupun metastase ke limfa nodus
supraclavicular atau kulit.

1.3 Klasifikasi Kanker Ovarium


Klasifikasi kanker ovarium belum ada keseragamannya, namun tidak ada perbedaan
ciri mendasar. 80% kanker ovarium merupakan kanker jinak. 1 Kanker ovarium di bagi dalam
3 kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor dan kemudian masing-masing kelompok
terdiri dari berbagai spesifikasi sesuai dengan histopatologi:3,4,5,6
1.3.1 Kanker Berasal dari Epitel Permukaan
Lebih dari 80% kanker ovarium epitel ditemukan pada wanita pascamenopause.
Jenis-jenis kanker ovarium epitel permukaan:
 Karsinoma Serosa
Karsinoma ini merupakan keganasan epitel ovarium yang tersering ditemukan.
Karsinoma serosa terdiri dari kistadenoma serosa, karsinoma serosa borderline,
kistadenokarsinoma serosa, adenofibroma, dan kistadenofibroma.1 Karsinoma serosa
mudah menyebar di kavum dan panggul, irisan penampang tumor kistik padat. Jenis
tumor ini di bawah mikroskop sesuai dengan sel kanker dibagi menjadi diferensiasi
jinak (benigna) yang memiliki percabangan papilar rapat, terlihat mitosis, sel nampak
anaplastik berat, diselidiki invasif jelas, dan badan psamoma relatif banyak. Pada
kanker ganas (maligna) memiliki lebih banyak area padat, sedikit papil atau tidak ada,
dan badan psamoma tidak mudah ditemukan.4,5,6
 Karsinoma Musinosa
Karsinoma musinosa terdiri dari kistadenoma musinosa, karsinoma musinosa
borderline, dan kistadenokarsinoma musinosa.3 Jenis karsinoma ini lebih jarang
ditemukan daripada karsinoma serosa. Sebagian besar tumor multilokular, padat dan
sebagian kistik, di dalam kista berisi musin gelatinosa, jarang tumbuh papila eksofitik,
area padat berwarna putih susu atau merah jambu, struktur rapat dan konsistensi
rapuh. Tumor jenis ini di bawah mikroskop dibagi menjadi tiga gradasi, di mana yang
berdiferensiasi baik dan sedang memiliki struktur grandular jelas, percabangan papila
epitel rapat, terdapat dinding bersama grandular, atipia inti sel jelas, dan invasif
intersisial. Pada kanker diferensiasi, struktur grandular tidak jelas, mitosis meningkat,
produksi musin dari sel sangat banyak.4,5,6
 Karsinoma Endometroid
Kira-kira 20% kanker ovarium terdiri dari karsinoma endometroid. Sebagian
besar tumor berbentuk padat dan di sekitarnya dijumpai kista. Histopatologi mirip
dengan karsinoma endometrium dan sering terdapat metaplasia sel skuamos. Lebih
dari 30% karsinoma endometroid dijumpai bersama-sama dengan adenokarsinoma
endometrium. Batas endometroid dan adenofibroma endometroid jarang dijumpai.4,5,6
 Karsinoma Sel Jernih (Clear Cell Carcinoma)
Tumor ini berasal dari duktus muleri. Pada umumnya berbentuk padat,
sebagian besar juga berbentuk kistik, warna putih kekuning-kuningan. Gambaran
histopatologi terdiri dari kumpulan solid dengan bagian papiler. Sitoplasma sel jernih
dan sering dijumpai tampilan hopnail yaitu inti yang terletak di ujung sel epitel
ditempel atau tubulus.4,5,6
 Tumor Brenner
Tumor ini dapat diterima dari folikel. Berbentuk solid dan fokus 5-10 cm dan
hampir multifungsi jinak. Tumor ini sering dijumpai insidentil pada saat dilakukan
histerektomi.4,5,6
1.3.2 Kanker Berasal dari Sel Germinal Ovarium (Germ Cell)
Tumor ini terdapat lebih banyak pada wanita berumur di bawah 30 tahun. Tumor ini
terdiri dari Teratoma, yang mature (kista dermoid dan teratoma solid), dan immature
(monodermal, tumor endodermal sinus, koriokarsinoma, karsinoma embrional,
poliembrioma, dan mixed germ cell tumors).3
 Disgerminoma
Adalah tumor ganas sel germinal yang paling sering ditemukan, ukuran
diameter 5-15 cm, berlobus-lobus, padat, potongan tumor berwarna abu-abu putih
hingga abu-abu cokelat dengan potongan mirip ikan tongkol. Kelompok sel yang satu
dengan yang lain dibatasi oleh jaringan ikat tipis dengan infiltrasi sel radang limfosit.
Gambaran histopatologi mirip dengan seminoma testis pada laki-laki. Neoplasma ini
sensitif terhadap radiasi. Penanda tumor untuk disgerminoma adalah serum Lactic
Dehydrogenase (LDH) dan Placental Alkaline Phosphatase (PLAP).4,5,6
 Tumor Sinus endodermal
Berasal dari tumor sakus vitelinus / yock sac dari embrio. Usia rata-rata
penderita tumor sinus endodermal adalah 18 tahun. Berupa jaringan kekuning-
kuningan dengan area perdarahan, nekrosis, degenerasi gelatin dan kistik. Khas untuk
tumor sinus endodermal ini adalah keluhan nyeri perut dan pelvis yang dialami oleh
75% penderita. Penanda tumor untuk sinus tomor endodermal adalah alfa fetoprotein
(AFP).4,5,6
 Teratoma Immature
Ukuran tumor besar dan unilateral, penampang irisan padat dan kistik,
berwarna-warni, komponen jaringan kompleks, jaringan embrional belum
berdiferensiasi secara umum, terdiri dari neuroepitel. Tumor ini memiliki angka
rekurensi dan metastasis tinggi, tetapi tumor rekuren dapat bertransformasi dari
imature menjadi mature, regularitasnya memungkinkan pertumbuhan embrio normal.
Penanda tumor untuk teratoma immatur adalah alfa fetoprotein (AFP) dan chorionic
gonadotropin (HCG).4,5,6
 Teratokarsinoma
Sangat ganas, sering berperan sel germinal lain. AFP dan HCG serum dapat
positif. Ukuran tumor relatif besar, berkapsul, dan sering ditemukan nekrosis
berdarah. Di bawah mikroskop tampak sel primordial poligonal membentuk lempeng,
pita dan sarang, displasia menonjol, mitosis banyak ditemukan, nukleus tampak
vakuolasi, intrasel tampak butiran glasial PAS positif.4,5,6
1.3.3 Kanker Berasal dari Stroma Korda Seks Ovarium (Sex Cord Stromal)
Tumor yang tumbuh dari satu jenis. Kira-kira 10% dari tumor ganas ovarium berasal
dari kelompok ini. Pada penderita tumor sel granulosa, usia muda atau pubertas, keluhan
perdarahan pervagina, dan pertumbuhan seks sekunder antara lain payudara membesar
dengan kolostrum, pertumbuhan rambut pada ketiak dan pubis yang disebut pubertas
prekoks.3,4,5,6
 Tumor Sel Granulosa-puzzle
Kira-kira 60% dari tumor ini terjangkit pada wanita pascamenopause,
selebihnya pada anak-anak dan dewasa. Tumor ini dikenal juga sebagai feminisasi
tumor, memproduksi estrogen yang membuat penderita “cepat menjadi wanita”.
Gambaran histopatologinya bervariasi yaitu populasi sel padat. Pada endometrium
sering dijumpai karsinoma.4,5,6
 Fibroma
Fibroma kadang-kadang sulit dibedakan dengan tekoma. Sering pulih dengan
asites dan hidrotoraks yang dikenal sebagai sindroma Meigh.4,5,6
 Androblastoma (Tumor sel Sertoli-Leydig)
Tumor ini memproduksi hormon androgen yang dapat mengubah bentuk
penderita menjadi kelaki-lakian atau disebut juga dengan maskulinisasi tumor.
Penyakit ini jarang dijumpai.4,5,6
 Gonandoblatoma
Merupakan peralihan antara sel tumor granulosa dan arrhenoblastoma.
Penyakit ini jarang dijumpai.4,5,6

1.4 Manifestasi Klinis Kanker Ovarium


Pada umumnya, kanker ovarium pada awal perkembangan berkembang tanpa gejala.
Inilah yang menyebabkan kanker ini sulit diketahui sejak dini. Lebih dari 70% penderita
kanker ovarum ditemukan sudah dalam usia stadium lanjut.4,5
Biasanya, keluhan utama yang dirasakan oleh penderita kanker ini adalah sakit di
perut (perut bagian bawah) yang disertai dengan rasa kembung, sulit buang air besar, sering
buang air kecil dan sakit kepala.3,4,5
Jika kanker ovarium ini sudah memasuki stadium lanjut, gejalanya pun meningkat,
seperti: rasa tidak nyaman di bagian perut bawah selama menstruasi (darah yang terlalu deras
keluar atau gumpalan darah), rasa tegang di perut, pendarahan melalui vagina yang tidak
normal, dan gangguan gastrointestinal (mual, muntah, dan anorexia).3,4,5
Lebih lanjut, akibat hormon estrogen dan progesteron, dapat terjadi pendarahan
padahal sudah menopause, terlalu cepat mendapat menstruasi, payudara cepat membesar pada
remaja, menstruasi terhenti dan pertumbuhan rambut meningkat di seluruh tubuh.3,4,5
Kanker ovarium ditemukan di massa panggul. Bila tumor tersebut berbentuk kistik,
licin, dapat digerakkan, dan unilateral maka kemungkinan jinak. Namun jika padat,
bentuknya irregular, terfiksir ke dinding panggul, dan bilateral keganasan perlu dicurigai.
Bila di bagian atas perut ditemukan juga massa dan asites, keganasan hampir dapat
dipastikan.3,4,5
1.5 Epidemiologi Kanker Ovarium
1 dari 70 dari pertumbuhan kanker ovarium ini bertahan hidup. Namun 1 dari 95 dari
penderitanya mengalami kematian. Mayoritas kanker ovarium muncul atau didiagnosa pada
usia 55 tahun. Sepertiga dari kasus kanker ovarium ini menyerang wanita di atasa usia 63
tahun. Dan kemugkinan perempuan menderita kanker ovarium ini meningkat dengan
bertambahnya usia. Namun perempuan yang memiliki riwayat herediter atau familial cancer
syndrome dapat berisiko menderita kanker ovarium 10 tahun lebih dini dari umur
kebanyakan.3,5
Di Amerika Serikat insiden kanker ovarium merupakan jenis kanker yang tertinggi
kedua yang sering ditemukan dibandingkan jenis kanker pada traktus genitalia lainnya.
Kanker ovarium juga menyebabkan kematian kelima tersering pada kasus kanker ginekologi.3
Variasi geografis dan signifikansi yang signifikan telah diobservasi pengaruhnya
terhadap insiden kanker ovarium. Rata-rata tertinggi pada wanita dengan ras Kaukasian di
negara industri misalnya di Amerika Utara dan Eropa.5
Kanker ovarium menyumbang sekitar 25% dari tumor ganas ginekologi, yaitu 22.280
kasus baru per tahun. Dengan kematian mencapai 50%, yaitu 14.420. Tingginya angka
kematian ini dipengaruhi oleh kelalaian dalam skrining untuk early diagnosis.3,5

1.6 Faktor Risiko Kanker Ovarium


Faktor risiko kanker ovarium meningkat pada perempuan yang memiliki keturunan
kanker ovarium ataupun kanker payudara, perempuan yang pernah menderita kanker
payudara, seiring bertambah usia, menarche dini (<12tahun), infertilitas, nullipara, late-onset
menopause (>50 tahun), dan obesitas (BMI>30).3

1.6.1 Faktor Genetik


Sejarah keluarga merupakan faktor penting yang melibatkan ovarium. 10-15% kanker
ovarium memiliki riwayat herediter atau familial cancer syndrome.1 Risiko seorang wanita
untuk mengidap kanker ovarium adalah sebesar 1,6%. Jumlah risiko pada penderita yang
memiliki satu saudara sebesar 5% dan akan meningkat menjadi 7% bila memiliki dua saudara
yang menderita kanker ovarium.3,4,5
Menurut American Cancer Society (ACS), sekitar 10% penderita kanker ovarium
memiliki anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama. Pasien yang memiliki sejarah
keluarga yang menderita kanker mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 memiliki risiko 85%
menderita kanker payudara dan diperkirakan mencapai 30-50% pasien menderita kanker
ovarium.3,4
1.6.2 Usia
Risiko kejadian kanker ovarium meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Kanker
ovarium pada umumnya ditemukan pada usia di atas 55 tahun. 3 Mayoritas kanker ovarium
muncul setelah wanita baru menjalani masa menopause.
1.6.3 Paritas
Paritas adalah jumlah kelahiran hidup yang dialami oleh seorang wanita. Klasifikasi
paritas meliputi:
1. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali.
2. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar
untuk hidup di dunia luar.
3. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa
kali.
4. Grandemultipara adalah wanita yang memperoleh 5 orang anak atau lebih.
Penelitian menunjukkan wanita dengan paritas yang lebih tinggi memiliki risiko
kanker ovarium lebih rendah dari nulipara.
1.6.4 Faktor Hormonal
Penggunaan hormon eksogen pada terapi yang berkaitan dengan menopause terkait
dengan peningkatan risiko kanker ovarium, baik dari insiden maupun tingkat mortalitasnya.
Peningkatan hormon spesifik terlihat pada wanita dengan menggunakan hormon estrogen
tanpa penggantian progesteron karena peran progesteron yang menginduksi transisi apoptosis
sel epitel ovarium. Pada kehamilan, kadar progesteron akan membantu menurunkan risiko
tumor ganas ovarium.3
Hormon lain yang juga mempengaruhi angka kejadian kanker ovarium yaitu hormon
gonadotropin di mana fungsinya untuk pertumbuhan. Menurut teori yang melakukan
percobaan pada hewan mana pada percobaan ini ditemukan kadar estrogen rendah di sirkulasi
perifer maka kadar hormon gonadotropin meningkat. Peningkatan kadar hormon
gonadotropin ini terbukti berhubungan dengan semakin besar tumor ovarium pada saat
percobaan tersebut.3
Penekanan kadar androgen juga dapat mempengaruhi kejadian kanker ovarium. Hal
ini berkaitan dengan teori yang pertama kali dikemukakan oleh Risch, yang mengatakan
bahwa androgen memiliki peran penting dalam pembentukannya kanker ovarium karena
didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen dan dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal serta sel-sel kanker ovarium epitel dalam
kultur sel. Epitel ovarium yang selalu terpapar pada steroid androgenik yang berasal dari
ovarium itu sendiri dan hasil adrenal, seperti androstenedion, dehidropiandrosteron dan
testosteron.
1.6.5 Faktor Reproduksi
Infertilitas, menarche dini (sebelum usia 12 tahun), memiliki anak setelah usia 30
tahun dan menopause yang terlambat dapat juga meningkatkan risiko untuk berkembang
menjadi kanker ovarium.3,4
Pada kanker ovarium, terdapat hubungan dimana semakin banyak jumlah menstruasi
yang dilewatinya maka semakin tinggi pula risiko perempuan terhadap kanker ovarium.
1.6.6 Pil Kontrasepsi
Kontrasepsi berarti mengurangi kemungkinan atau menghapus konsepsi. Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup penting pada wanita saat
ini. Pemakaian ini menurunkan risiko kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54
tahun, yaitu yang memakai pil kontrasepsi. Penurunan risiko semakin nyata dengan semakin
lama penggunaannya.
1.6.7 Kerusakan sel epitel ovarium (Ovulasi tak henti)
Pada saat ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk pemulihan
luka yang sempurna perlu waktu. Jika sebelum pemulihan berhasil, terjadi lagi ovulasi atau
trauma baru, proses penyembuhan akan terhambat dan tidak teratur sehingga dapat
menyebabkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
1.6.8 Obat-Obat yang Meningkatkan Kesuburan (Obat Kesuburan)
Obat-obatan yang meningkatkan kesuburan seperti klomifen sitrat, yang diberikan
secara oral, dan obat-obat gonadotropin yang diberikan dengan suntikan seperti follicle
stimulating hormone (FSH), kombinasi FSH dengan hormon Luteinizing (LH), ovulasi yang
tak henti-hentinya dan hipotesis gonadotropin, penggunaan obat penyubur ini jelas akan
meningkatkan risiko kanker ovarium.
1.6.9 Terapi Hormon Pengganti pada Masa Menopause
Pemakaian terapi hormon selama menopause (terapi hormon menopause = MHT)
dengan estrogen saja selama 10 tahun atau lebih meningkatkan risiko kanker ovarium.
1.6.10 Penggunaan Bedak Tabur
Penggunaan bedak tabur langsung pada organ genital atau jaringan pembersih
meningkatkan risiko kanker ovarium. Selain itu, bedak tabur juga mengandung asbes yaitu
bahan mineral penyebab kanker jenis lain.
1.7 Pencegahan kanker Ovarium
1.7.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat
atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Upaya pencegahan primer dapat dilakukan dengan
bantuan informasi mengenai kanker ovarium, upaya pencegahan seperti:
 Pemakaian pil pengontrol kehamilan
Perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi oral (pil KB) untuk tiga
hingga lima tahun diperkirakan mengurangi risiko kanker ovarium hingga 30 hingga
50 persen lebih rendah.
 Operasi sterilisasi atau histerektomi (pengangkatan rahim)
Operasi sterilisasi, terdiri dari pengikatan saluran indung telur untuk
pencegahan kehamilan, dapat mengurangi risiko kanker ovarium. Sementara untuk
pengangkatan rahim, memang terbukti efektif untuk mencegah kanker rahim.
 Diet
Diet dengan memperbanyak makan sayuran, terbukti mengurangi risiko
kanker ovarium. Dibandingkan dengan mengonsumsi daging dan makanan yang
mengandung lemak jenuh.
 Olahraga
Olahraga ringan hingga sedang, namun dilakukan secara rutin (minimal 3 kali
seminggu, dengan waktu olahraga minimal 15 menit) dapat meningkatkan kekebalan
tubuh, memperbanyak antioksidan dan mengurangi risiko kegemukan. Semua terkait
dengan olahraga yang penting untuk kesehatan, termasuk mencegah kanker.
1.7.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder harus dilakukan untuk mencegah progresifitas penyakit,
pencegahan ini dapat dilakukan dengan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.
Diantaranya:
1. Diagnosis Kanker Ovarium
 Operasi
Tindakan operasi dilakukan sangat tergantung pada kesehatan pasien dan
seberapa luas kanker itu telah menyebar dalam tubuh. Contoh operasi yang dilakukan
untuk menghentikan penyebaran kanker ovarium, yaitu:
a. Ooforektomi unilateral
b. Ooforektomi bilateral
c. Salpingektomi bilateral
d. Salpingo-ooforektomi unilateral dan bilateral
e. Histerektomi radikal
f. Sitoreduksi
 Kemoterapi
Merupakan perawatan dengan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Obat-
kemoterapi di dimasukkan langsung ke jaringan darah atau diminum. Kemoterapi ini
juga penting untuk mencegah penyebaran kanker ke organ tubuh lainnya. Untuk
penderita kanker ovarium yang menyerang sel epitel, biasanya diperlukan 6 kali
kemoterapi dengan jarak satu kemoterapi dengan kemoterapi yang lain yaitu 3-4
minggu.
 Terapi radiasi
Gunanya untuk membunuh sel kanker dengan menggunakan sinar radiasi
tinggi. Terapi ini adalah pengobatan yang efektif untuk kanker.
 Ultrasonografi (USG)
USG adalah cara pemeriksaan invasif yang lebih murah. Dengan USG dapat
dibedakan tumornya kistik dengan tumor yang padat. Pada tumor dengan bagian padat
(echogenik) persentase keganasan makin meningkat.
Pemakaian USG transvaginal (transvaginal color flow doppler) dapat
meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu menjabarkan morfologi tumor
ovarium dengan baik. Pemakaian transvaginal color flow doppler dapat membedakan
tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium ganas.
 Pemindaian Tomografi Terkomputasi (CT-Scan)
Pemakaian CT-Scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat.
Dengan CT-Scan dapat diketahui ukuran tumor primer, keberadaan metastasis ke
hepar dan pengambilan getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut.
CT-Scan tidak disukai karena (1) risiko radiasi, (2) risiko reaksi terhadap zat
kontras, (3) kurang akurat dalam menghitung tumor kistik dengan tumor padat, dan
(4) biaya mahal.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Jika dibandingkan dengan CT-Scan, MRI tidak lebih baik dalam hal
diagnostik, menggambarkan penjalaran penyakit, dan menentukan lokasi tumor di
perut atau pelvis.
 Tumor marker
Beberapa penanda tumor telah terdeteksi dalam darah pasien kanker ovarium
yaitu Ca 15-3, BRCA-1 dan BRCA-2, Carcinoembrionic antigen (CEA), alpha feto
protein(AFP) dan human chorionic gonadotrophin (hCG) tetapi sensitivitas dan
spesifisitas petanda tersebut dalam memprediksi kanker ovarium tidak lebih baik dari
pada CA125.6,7,8
Sejak ditemukan antigen karbohidrat 125 (CA125), ini masih tetap menjadi
biomarker serum gold standard untuk kanker ovarium. CA125 disetujui untuk
memantau pengobatan dengan kemoterapi dan diagnosis banding pasien yang datang
dengan massa di panggul. Nilai cut-off klinis standar untuk CA125 adalah 35 U / mL,
meskipun kadar serum telah terbukti berfluktuasi tergantung pada ras, titik waktu
siklus menstruasi, dan adanya patologi kanker non-ovarium. Selain itu, CA125 sering
tidak meningkat pada penyakit tahap awal atau pada subtipe tertentu dari karsinoma
ovarium seperti neoplasma mucinous.6,7,8
CA125 sangat spesifik, tetapi tidak secara optimal sensitif untuk memantau
respons lengkap terhadap terapi primer.8 Human epididymis protein 4 (HE4) adalah
protein 20-25 kDa yang disekresikan oleh sel epitel dan termasuk keluarga protein
whey acidic four-disulfide core (WFDC). Dibandingkan dengan ekspresinya pada
jaringan normal termasuk ovarium, gen WFDC2 (HE4) meningkat pada sebagian
besar kanker ovarium.8 HE4 secara konsisten tampil sebagai penanda terkuat dalam
mengidentifikasi pasien kanker ovarium dan menampilkan sensitivitas yang lebih
tinggi daripada CA125 pada spesifisitas yang ketat. Menggabungkan CA125 dengan
HE4 menghasilkan sensitivitas tertinggi pada 76,4% (pada spesifisitas 95%),
menunjukkan bahwa kombinasi dari kedua penanda ini memberikan prediksi yang
lebih akurat untuk keganasan daripada hanya salah satunya.7,8
2. Penatalaksanaan Medis Kanker Ovarium
Penatalaksanaan kanker ovarium sangat ditentukan oleh stadium, derajat diferensiasi,
fertilitas, dan keadaan umum penderita. Pengobatan utama adalah operasi pengangkatan
tumor primer dan metastasisnya, dan jika diperlukan diberikan terapi tambahan seperti
kemoterapi, radioterapi (radioterapi intraperitoneal atau seluruh radiasi perut), terapi
imunoterapi, terapi hormon, dan terapi hormon.
 Penatalaksanaan stadium ovarium operatif kanker 1
Pengobatan utama untuk kanker ovarium stadium I adalah operasi yang terdiri
atas histerektomi totalis prabdominalis, salpingooforektomi bilateralis, apendektomi,
dan pementasan bedah.
Stadium bedah adalah suatu tindakan bedah laparotomi yang dilakukan untuk
mengetahui perkembangan dengan melakukan evaluasi daerah-daerah yang
berpotensi akan dikenai penyebaran kanker ovarium. Tahapan bedah akan
menentukan stadium penyakit dan perawatan adjuvant yang perlu diberikan.
a. Sitologi
Jika pada tahap bedah ditemukan cairan peritoneum atau asites, cairan
tersebut harus diambil untuk pemeriksaan sitologi. Sebaliknya, jika cairan
peritoneum atau asites tidak ada, harus dilakukan pembilasan kavum perut dan
cairan bilasan tersebut diambil sebagian untuk pemeriksaan sitologi. Penelitian
pada kasus-kasus kanker ovarium stadium IA ditemukan hasil sitologi positif
pada 36% kasus, sedangkan pada kasus-kasus stadium lanjut, sitologi positif
ditemukan pada 45% kasus.
b. Apendektomi
Tindakan apendektomi yang rutin masih kontroversial. Metastasis ke
apendiks jarang terjadi pada kasus kanker ovarium stadium awal (<4%). Pada
kanker ovarium epitel jenis musinosum, ditemukan metastasis pada 8% kasus.
Oleh karena itu, apendektomi harus dilakukan secara rutin pada kasus kanker
ovarium epitel jenis musinosum.
c. Limfadenektomi
Limfadenektomi ada dua jenis, yaitu: limfadenektomi selektif (tindakan
yang hanya mengangkat getah bening yang membesar saja) dan limfadenektomi
sistematis (mengangkat semua yang berkaitan dengan pelvis dan para-aorta).
 Penatalaksanaan stadium ovarium kanker lanjut (II, III, IV)
Terapi stadium I ditambah dengan sedikit modifikasi pada implementasi
metastasis dan situasi umum penderita. Tindakan operasi pengangkatan tumor primer
dan metastasisnya di omentum, usus, dan peritoneum disebut operasi “debulking”
atau operasi sitoreduksi. Tindakan operasi ini tidak diperlukan terapi tambahan untuk
mencapai kesembuhan.
a. Operasi sitoreduksi
Ada dua teknik operasi sitoreduksi, yaitu: sitoreduksi konvensional
(yang biasa dilakukan, yaitu operasi yang mengeluarkan massa sebanyak
mungkin menggunakan alat operasi alat yang lazim seperti pisau, gunting, dan
jarum jahit) dan sitoreduksi teknik baru.
b. Cavitron ultrasonik surgical aspirator (CUSA)
Alat yang mengatur tiga koneksi kerja dalam satu hand-set, yaitu: alat
fragmentasi jaringan (ujung bergetar), alat irrigator untuk daerah yang
difragmentasi dan alat aspirator jaringan yang difragmentasi. CUSA bekerja
sebagai akustik fibrator dengan frekuensi 23.000 HZ, yang mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik.
c. Teknik laser.
 Kemoterapi
Keganasan ovarium tidak dapat disembuhkan tuntas hanya dengan operasi,
kemoterapi anti kanker merupakan tindakan penting dalam prinsip terapi kombinasi
terhadap kanker ovarium, lebih efektif untuk pasien yang telah berhasil menjalani
operasi sitoreduksi.
 Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan yang digunakan di tingkat klinik T1 dan T2
(FIGO: tingkat I dan II), yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga
perut. Juga radioterapi dapat diberikan kepada penyakit yang tingkatannya agak
lanjut, tetapi akhir-akhir ini banyak diberikan bersama khemoterapi, baik sebelum
atau selanjutnyanya sebagai adjuvan, penyensit radio maupun radio-enhancer.
Namun, radioterapi dianggap tidak lagi memiliki keefektivan dalam
penanganan tumor ganas ovarium. Pada tingkat klinik T3 dan T4 (FIGO: tingkat
III dan IV) dilakukan debulking dilakukan dengan kemoterapi. Radiasi untuk
membunuh sel-sel tumor ini, hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap
sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
1.7.3 Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencoba untuk mengurangi ketidakmampuan dan melakukan
perbaikan. Upaya rehabilitasi dilakukan baik secara fisik maupun psikis, seperti dukungan
moril dari orang-orang terdekat terhadap pasien pasca operasi karena kemungkinan tidak
dapat memiliki anak bagi yang belum memiliki anak.
1.8 Prognosis
Kanker ovarium adalah keganasan ginekologis yang paling mematikan dan penyebab
kematian nomor lima karena kanker pada wanita Amerika Utara. Kematian akibat kanker
ovarium mencapai 50% dari seluruh angka kematian akibat kanker ginekologi. Mortalitas
yang tinggi ini sebagian disebabkan oleh kurangnya alat skrining yang efektif untuk diagnosis
dini. Ini mengakibatkan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun secara keseluruhan untuk
kanker ovarium berkisar antara 46%.3 Sementara tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk
kasus yang didiagnosis pada tahap awal (I-II) adalah sekitar 80-90%, ini menurun menjadi
20-30% pada diagnosis tahap akhir (III-IV).5,6
DAFTAR PUSTAKA

1. National Cancer Institute. NCI Dictionary of Cancer Terms. U.S Departement of


Health and Human Services; 2020. Diakses dari
https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/epithelial-ovarian-
cancer
2. Division of cancer prevention and control. Centers for Disease Control and
Prevention; 2019. Diakses dari https://www.cdc.gov/cancer/ovarian/
3. Callahan TL, Caughey AB. Blueprints obstetrics & gynecology. Edisi ke-7.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health; 2018.
4. Beckmann CRB. Obstetrics and gynecology. Edisi ke-7. Philadelphia: Wolters
Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins; 2014.
5. Berek, JS. Berek & Novak's gynecology. Edisi ke-15. Philadelphia: Wolters Kluwer
Health/Lippincott Williams & Wilkins; 2012.
6. Lauren Nathan, Decherney Alan, Laufer N, Roman AS. CURRENT Diagnosis &
Treatment: Obstetric & Gynecology. Edisi ke-12. New York: McGraw-Hill
Education;2019.
7. Felix Leung, et al. Validation of a novel biomarker panel for the detection of ovarian
cancer. Cancer Epidemiology Biomarkers and Prevention. 2016 Sep; 25(9): 1333–
1340.
8. Wei-Lei Yang, Zhen Lu, and Robert C. Bast, Jr. The Role of Biomarkers in the
Management of Epithelial Ovarian Cancer. Expert Review of Molecular Diagnostics.
2017 Jun; 17(6): 577–591.

Anda mungkin juga menyukai