Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai


akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang
berlebihan.(betz & Sowden,2002). Kejang demam ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan
oleh proses ekstrakranium.. Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh
yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik
serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang..
Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf cortex
serebral yang ditandai dengan serangan yang tiba – tiba (marillyn, doengoes.
1999 : 252). Kejang demam gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak
yang ditandai dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182). Kejang demam adalah
terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu
kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara
(Hudak and Gallo,1996).. Kejang adalah serangan pada anak yang terjadi dari
kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996). Kejang
demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam
sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-
anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan
hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A.
Price, Latraine M. Wikson, 1995). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang
demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh
yaitu 38o C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.

1
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan kebidanan anak pada klien dengan
gangguan sistem kejang demam.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori kejang
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dengan kejang berdasarkan 7
langkah Varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan Kegawatdaruratan maternal
neonataldengan kejang melalui pendekatan Varney, yang terdiri dari:
I. Melakukan pengkajian.
II. Menginterpretasikan data dasar.
III. Mengidentifikasi diagnosis/ masalah potensial.
IV. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera.
V. Mengembangkan rencana intervensi.
VI. Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi.
VII. Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian
Kejang Demam (febrile convulsion) adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada saat suhu meningkat (rectat > 38 0C, dalam lebih 390C) disebabkan
oleh proses ekstracranium (Ngastiyah, 229, Perawatan anak sakit 1997)

2. Etiologi
Kejang Demam disebabkan oleh proses ekstracranium seperti : ispa,
OMA, Sinusitis, Pneumonia, Faringitis, abses gigi, ginggivostomatitis,
gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonepritis. (Bakteri, virus,
plekantigen)

3. Patofisiologi
a. Demam: Kebutuhan O2 dan energi otak meningka
b. Metabolisme otak meningkat: Perubahan perkembangan dari membran sel
neuron
c. Difusi ion kalium dan natrium: Lepas muatan listrik
d. Kejang: Neurotran smiter

4. Prognosis
Jika pengobatan tepat dan cepat prognosis baik
Resiko post kejang demam tergantung :
a. Kriteria demam kejang sementara
b. Kelaianan dalam perkembangan kelainan syaraf sebelum kejang
demam
c.  Kejang berlangsung lama kejang lokal

5. Gambaran klinis / gejala klinis


1)      Kriteria kejang demam sementara
a. Lama kejang < 15 menit

3
b. Kejang bersifat umum
c. Kejang terjadi 16 jam setelah timbulnya demam
d. Tidak ada kelainan neorologis dan laboratoris
e. EEG normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
f.  Bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak lebih dari 4 kali.

2)      Gambaran lainnya
a. Bertemperatur 38,90C – 40,60C
b.  Menggigil
c. Berkeringat
d. Letargi
e. Nafsu makan menurun
f.  Nadi an pernafasan cepat
g.  Petechie

6. Diagnosis Kejang
Pengamatan kejang tergantung banyak faktor termasuk umum penderita, tipe
dan frekuensi kejang dan ada atau tidaknya temuan neurologis.
Diagnosis kejang pemeriksaannya melalui :
a. Anamnesis
b.  Pemeriksaan neurologis dalam batas normal
c. Pemeriksaan laboratorium DL, k, Elektrolit erum, MG dalam batas normal
d. Puntie lumbal dalam batas normal

7. Pelaksanaan
a. Medik
b. Memberantas kejang secepat mungkin
c. Pengobatan penunjang
d.  Memberikan pengobatan rumah
e.  Mencari dan mengobati penyebab
f. Terapeutik
g. Antiseptik 10 mg/kg/dosis
h.  Diazepam 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV pelan
i. Kompres air dingin
4
j.  Suportif
k. Bebaskan jalan nafas
l. Pemberian O2
m.Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
n. Monitoring tanda-tanda vital
o. Bila wajah belum berhenti dapat diulang deng dosis yang sama setelah 20
menit

8. Komplikasi
Demam kejang dapat menimbulkan :
a. Kejang ulang
b. Kerusakan otak
c. Cedera (lidah tergigit)
d. Dehidrasi
e. Anoksi
Tindakan saat kejang
a. Baringkan klien di tempat rata, kepala dimiringkan
b. Pasang tounge spatel yang dibungkus kasa
c. Singkirkan benda-benda di sekitar klien lepaskan pakaian yang
mengganggu pernafasan
d. Isap lendir, beri O2 4 lt/mnt
e. Bila suhu meningkat, lakukan pengompresan
f. Setelah klien sadar, diberi minum hangat
g. Hubungi dokter / konsul tim medis

9. Diagnosa pada demam kejang menurut teori


a. Resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang
b. Suhu yang meningkat diatas normal
c. Resiko terjadi bahaya (lidah tergigit)
d.  Gangguan rasa aman dan nyaman
e. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit

10. Intervensi
5
a. Baringkan di tempat yang rata, kepala dimiringkan untuk menghindari
aspirasi
b. Berikan kompres dingin secara intensif
c. Berikan minum yang banyak
d. Pasang sudip lidah saat klien kejang
e. Buku baju klien untuk mengurangi rasa panas
f. Berikan obat penurun panas
g. Berikan O2

6
B. Konsep Dasar Manajemen

I. Pengkajian
Pada langkah pertama ini, semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien telah
dikumpulkan. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesa.
Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang
pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.

Bagian-bagian yang penting dari anamnesa, antara lain:

A. Data Subjektif

1. Biodata
Nama : Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan
memanggil dengan nama panggilan sehingga
hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi
lebih akrab.

Umur : Usia di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun


mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi.
Usia di bawah 16 tahun meningkatkan insiden
preeklamsia. Usia 35 tahun meningkatkan insiden
diabetes tipe II, hipertensi kronis,persalinan lama pada
nulipara, seksio sesaria, pelahiran preterm, IUGR,
anomali kromosom dan kematian janin.

Agama : Sebagai dasar bagi bidan dalam memberikan


dukungan mental dan spiritual terhadap pasien dan
keluarga.

Pendidikan : Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan.


Informasi ini membantu klinisi memahami klien sebagai
individu dan memberi gambaran kemampuan baca
tulisnya.

7
Pekerjaan : Mengetahui pekerjaan pasien adalah penting untuk
mengetahui apakah klien berada dalam keadaan utuh
dan untuk mengkaji potensi kelahiran prematur dan
pajanan terhadap bahaya lingkungan kerja yang dapat
merusak janin.

Alamat : Memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah serta


tahu lingkungan pasien.

Penghasilan : Memudahkan petugas untuk memberikan asuhan


sesuai dengan kemampuan ekonomi pasien.

2. Alasan Datang
Apakah penderita datang untuk pemeriksaan kehamilan ataukah ada
pengaduan-pengaduan lain yang penting.

3. Keluhan Utama
Satu atau lebih gejala atau kekhawatiran pasien yang menyebabkan
pasien mencari perawatan. (Bickley, 2008:2)

4. Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang


Penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak, dewasa lengkap
dengan waktunya yang sedikit mencakup empat kategori berikut medis,
pembedahan, obstetric atau ginekologik dan psikiatrik. (Bickley, 2008:2)

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Berisi tentang penyakit yang pernah diderita keluarga pasien dan
keluarga suami (terutama penyakit menurun berhubungan dengan
kehamilan pasien). (Hani, 2010:127)

6. Riwayat Perkawinan
Hal ini penting untuk bidan kaji karena dari data inilah bidan akan
mendapatkan gambaran dari suasana rumah tangga pasangan. Beberapa
pertanyaan yang diajukan antara lain usia nikah pertama kali, status
perkawinan, lama pernikahan, ini adalah suami yang keberapa.

8
7. Riwayat Haid
a. Menarche

Adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Pada wanita


Indonesia, umumnya sekitar 12-16 tahun.

b. Lama haid

Biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-
sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari.

c. Siklus haid

Adalah jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi


berikutnya dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari. Siklus
haid normal dianggap sebagai siklus 28 hari tetapi siklus ini bisa maju
sampai 3 hari atau mundur 3 hari.

d. Keluhan

Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika


mengalami menstruasi, misalnya sakit yang sangat, pening sampai
pingsan, atau jumlah darah yang banyak. Ada beberapa keluhan yang
disampaikan oleh pasien dapat menunjukkan kepada diagnosa
tertentu.

e. Keputihan

Warnanya, berbau atau tidak, gatal atau tidak.

f. HPHT (hari pertama haid terakhir)

Yang dimaksud dengan haid terakhir ialah hari pertama dari


haid yang terakhir. HPHT dihitung sebagai awal dimulainya kehamilan
dan ditanyakan untuk dijadikan acuan dalam menentukan taksiran
persalinan.

9
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
a. Kehamilan

1) Pemeriksaan yang ideal pertama kali adalah sedini mungkin


ketika haidnya terlambat1 bulan

2) Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan

3) Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan

4) Periksa ulang 1x semingu sesudah kehamilan 9 bulan

5) Periksa khusus apabila ada keluhan-keluhan.

b. Persalinan

1) Tanggal, bulan, dan tahun kelahiran

2) Lahir aterm, premature atau abortus

3) Jenis persalinan dengan tindakan

4) BBL

5) Penolong persalinan

6) Tempat persalinan

7) Komplikasi selama kehamilan, persalinan, nifas,

8) Kedaan anak (hidup, mati, sehat, sakit, cacat)

9) Lama menyusui

c. Nifas

Setelah persalinan wanita akan mengalami masa nifas untuk dapat


mengembalikan alat genitalia interna ke dalam keadaan normal
dengan tenggang waktu sekitar 42 hari/6 mingu/1 bulan 7 hari. Proses
involusi uterus dibantu dengan kesediaan ibu untuk memberi ASI.

Pada waktu bayi menghisap ASI terjadi rangsangan hipofisis posterior


sehingga dapat dikeluarkannya oksitosin yang mana berfungsi untuk

10
meningkatkan kontraksi otot polos di sekitar alveoli kelenjar ASI
sehingga dapat dikeluarkan.

9. Riwayat KB
Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal dapat
mempengaruhi EDD (estimed date of delivery) atau tanggal perkiraan
kelahiran. Ditanyakan pernah ikut KB atau tidak, jenisnya apa, ada
keluhan atau tidak, dan setelah persalinan ingin menggunakan KB apa.

10. Pola Kebiasaan Sehari-Hari


a. Nutrisi

- Pola makan.

Hal ini juga penting untuk bidan ketahui, supaya bidan mendapatkan
gambaran bagaimana pasien mencukupi asuhan gizinya selama
hamil.

- Frekuensi.

Data ini akan memberi petunjuk pada bidan tentang seberapa banyak
asupan makanan yang dimakan.

- Banyaknya.

Data ini memberikan informasi tentang seberapa banyak makanan


yang ia makan dalam satu kali waktu makan. Penambahan yang
dibutuhkan bagi ibu hamil adalah 285-300 kalori. Kebutuhan gizi yang
diperlukan bagi ibu hamil adalah 70 gram protein atau 20%,
karbohidrat 50% dalam diet harian dan lemak 30% dalam diet harian,
kalsium 1200 miligram per hari.

- Pola minum.

Bidan juga harus dapat memperoleh data mengenai kebiasaan pasien


dalam pemenuhan kebutuhan cairannya.

11
- Frekuensi.

Bidan dapat tanyakan pada pasien berapa kali ia minum sehari dan
dan dalam sekali minum dapat habis berapa gelas untuk ibu hamil
diperlukan 6-8 gelas (1500-2000).

b. Eliminasi

Sering kencing terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan


pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada
triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang oeh karena uterus yang
membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala bisa
timbul karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan
kembali kandung kencing. Obstipasi terjadi karena tonus otot
menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.

c. Istirahat

Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama ibu tidur siang dan
malam hari. Pada kenyataannya, tidak semua wanita mempunyai
kebiasaan tidur siang, padahal tidur siang sangat penting. Untuk
istirahat malam rata-rata waktu yang diperlukan adalah 6-8 jam.

d. Aktivitas

Bidan perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini


memberikan gambaran kepada bidan tentang seberapa berat aktivitas
yang biasa dilakukan pasien dirumah.

e. Kebersihan

Data ini perlu bidan gali karena hal tersebut akan mempengaruhi
kesehatan pasien dan bayinya. Jika pasien mempunyai kebiasaan
kurang baik dalam perawatan kebersihan dirinya maka bidan harus
dapat memberikan bimbingan cara perawatan kebersihan dirinya
sedini mungkin.

12
11. Data Psikososial dan Spiritual
Kehamilan merupakan suatu tantangan, suatu titik balik dari kehidupan
keluarga dan biasanya diikuti oleh stress dan gelisah, baik itu kehamilan
yang diharapkan atau tidak. Hubungan satu sama lain bisa berubah, juga
dengan keluarga besar atau masyarakat yang membutuhkan
penyesuaian kembali dalam dinamika keluarga.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan
kriteria:
- Baik. Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan
respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain.
- Lemah. Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain.
- Kesadaran
Untuk dapat mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak
dalam keadaan sadar).
- Tekanan Darah
Tensi pada orang hamil tidak boleh mencapai 140 systolis atau 90
diastolis. Juga perubahan 30 systolis dan 15 diastolis di atas tensi
sebelum hamil menandakan toxaemia gravidarum.

Nadi : 60-90 x/menit

Pernapasan : 16-24 x/menit

Suhu : 36,5-37,5o C

- Berat Badan

13
Pada trimester pertama peningkatan berat badan hanya sedikit, antara
0,7 sampai 1,4 kg. pada trimester berikutnya akan terjadi peningkatan
berat badan yang dapat dikatakan teratur, yaitu 0,35-0,4 kg per minggu.
Hingga akhir kehamilan pertambahan BB yang normal sekitar 11,5-16 kg.

- Tinggi Badan

> 145 cm. Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
kemungkinan panggulnya sempit.

- LILA (Lingkar Lengan Atas)

> 23,5 cm, bila kurang merupakan indikator kuat untuk status gizi ibu yang
kurang baik/buruk, sehingga berisiko melahirkan BBLR.

- TP (Taksiran Persalinan)

Perkiraan dari persalinan yang akan terjadi dihitung berdasarkan HPHT


(Hari Pertama Haid Terakhir). Penghitungan dilakukan dengan mengurangi
bulan dengan 3, kemudian menambahkan 7 hari dan 1 tahun.

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut rontok/tidak, bersih/tidak.
Muka : Adakah chloasma gravidarum, adakah oedema pada muka.
Mata : Sklera putih/tidak, konjungtiva merah/pucat/tidak,
simetris/tidak.
Hidung : Ada sekret/tidak, ada polip/tidak.
Mulut : Warna, integritas jaringan (lembab, kering, atau pecah-pecah),
kebersihan, caries, stomatitis.
Telinga : Simetris/tidak, ada serumen/tidak.
Leher : Adakah oedem/tidak. Apakah vena terbendung di leher apakah
kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfa membengkak.
Payudara : Bentuk buah dada, pigmentasi puting susu dan gelanggang
susu (areola), keadaan puting susu, adakah colostrum.
Abdomen : Perut membesar ke depan atau ke samping (pada ascites
misalnya perut membesar ke samping), keadaan pusat,
pigmentasi di linea alba, nampakkah gerakan anak atau

14
kontraksi rahim, adakah striae gravidarum atau bekas luka.
Palpasi Leopold dan dengarkan DJJ. Frekuensi detak jantung
janin lebih cepat dari orang dewasa ialah antara 120-160
x/menit.
Genetalia : Warna, keputihan, oedem/tidak, ada bekas episiotomi/tidak,
ada condiloma atau tidak.
Ekstremitas : Pergerakan bebas/tidak, oedem/tidak, ada kelainan/
tidak, ada varises/tidak

II. dentifikasi Diagnosa dan Masalah


a. Kejang ulang
b. Peningkatan suhu tubuh

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

a. Potensial kerusakan otak


b. Potensial cidera
c. Potensial anoreksia
d.  Potensial dehidrasi
e. Potensial kejang ulang

IV. Kebutuhan Segera

Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,


melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien.

a. Bed rest
b. Kompres dingin
c. Pemberian O2
d. Pemberian antipiretik dan anti konvulsan
e. Bebaskan jalan nafas

15
V. Intervensi

 Masalah  :  kejang ulang
Tujuan    :  -  kejang ulang tidak terjadi, dengan kriteria hasil : - K/U baik
                  -  kejang tidak terjadi

a. Lakukan pendekatan pada klien: R / :     Kerjasama yang harmonis antara


nakes dalam keluarga mempermudah dalam melakukan tindakan
perawatan
b. Observasi TTV (suhu, nadi, pernafasan): R / :     Parameter untuk
mendeteksi dini infeksi
c. Bantu pasien dalam posisi yang benar: R / :     Mencegah aspirasi lambung
d. Pasang sudip lidah yang telah dilapisi kasa: R / :     Untuk mencegah cidera
lidah tergigit
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis: R / :     Pemberian terapy yang
dapat mempercepat proses penyembuhan

Masalah  :  Peningkatan suhu tubuh


Tujuan     :  Suhu tubuh normal dengan kriteria hasil : K/U baik  S : 365 oC
a. Anjurkan keluarga untuk melepaskan baju klien dan mengganti dengan
yang tipis: R / :     Dapat membantu penguapan
b. Observasi suhu tubuh: R / :     Parameter untuk mendeteksi terjadinya
kejang
c. Beri kompres dingin pada leher, ketiak, dada: R / :     Membantu
penguapan panas kulit
d. Memberi antipiretik: R / :     Mempercepat penurunan suhu tubuh
e. Kolaborasi dengan tim medis: R / :     Melalui pemberian terapi yang tepat
diharapkan pengobatan akan berhasil

VI. Implementasi

Mengacu pada intervensi

16
VII. Evaluasi

Mengacu pada kriteria hasil

17
BAB  III
TINJAUAN KASUS

I.  Pengkajian
MRS : 22 – 1 – 2018          
Tanggal pengkajian : 23 – 1 – 2018
Pukul : 08.50

A.    Data Subyektif
1.      Biodata
Nama Bayi         : By. Ny. Rina
Jenis Kelamin     : Perempuan
Anak ke             : I (pertama)

Nama Ibu           : Ny. Rina              Nama Suami     : Tn. Yudi


Umur                  : 22 Tahun                        Umur                : 25 Tahun
Agama               : Islam                              Agama             : Islam
Suku                  : Jawa                               Suku                : Jawa
Pendidikan         : SMA                              Pendidikan       : SMA
Pekerjaan           : IRT                                Pekerjaan         : Wiraswasta
Alamat               : Jl. Teratai No. 29            Alamat             : Jl. Teratai No.
29          16 C Metro                                               16 C Metro

2.      Keluhan utama
Ibu mengatakan bayinya mengalami panas badan sudah 2 hari dan kejang 1
kali di rumah.

3.      Riwayat penyakit sekarang


Sejak pagi pada tanggal 19-8-2012 pasien panas, muntah 3 x, diare 2 x, pasien
kejang 1 x. Tanggal 20-8-2012   Jam 19.00 di rumah langsung di bawa ke
rumah sakit.

4.      Riwayat penyakit dahulu


18
Pada umur 1,5 bulan pasien pernah menderita penyakit, tapi tidak sampai
MRS, hanya periksa ke dokter praktek, diberi obat dan sembuh.

5.      Riwayat penyakit keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami
pasien, hanya sepupu pasien menderita epileksi.

6.      Riwayat neonatal
a. Prenatal        : Ibu mengatakan kehamilan anaknya ini kehamilan ke I.
Periksa ke bidan rutin sebanyak 9 kali. Umur kehamilan 40 minggu.
Mendapat tablet Fe, vitamin, suntik TT 2 kali. Kelugan selama hamil
mual. Muntah pada TM I.
b. Natal             : Lahir spontan di bidan, dilakukan perantara dengan bayi
menangis kuat, warna kulit merah.
c. Postnatal       : Jenis kelamin ♂, BBL : 3600 gr, PBL : 19 cm, keadaan
umum baik, mendapat ASI sampai usia 17 tahun. Diberi PASI mulai
umur 4 bulan.

7.      Riwayat imunisasi
BCG                  DPT             Polio                            
Campak            DT                HB I, HB II, HB III   

8.      Pola kebiasaan sehari-hari

Pola nutrisi

a. Sehat          :  Makan 3 kali sehari dengan porsi 1 piring dengan nasi,


lauk, sayur
dan makan tambahan seperti buah dan kue Minum  7-8 gelas/hari air
putih, teh, kadang minum susu

19
b. Saat sakit   :  Makan 3 kali sehari dengan porsi sedikit  5 sendok ½
piring dengan lauk dan sayur. Minum  7-8 gelas per hari air putih dan
teh.

Pola aktivitas

c. Sehat          :  Px tidur siang pukul 11.30 WIB – 14.00 WIB Px tidur


malam pukul 20.00 WIB – 06.00 WIB
d. Saat sakit   :  Px tidur siang pukul 12.00 WIB – 13.30 WIB sering
terbangun karena lingkungan sekitar x tidur malam pukul 20.00 WIB –
05.00 WIB tidur nyenyak

Pola eliminasi

a. Sehat          :  BAB 1 x/hari tiap pagi konsistensi lunak, bau dan warna


khas.  BAK  500 cc x/hari warna kuning jernih, bau khas.

Pola kebersihan dini

a. Sehat          :  Px mandi 2 x/hari pagi dan sore, dimandikan ibunya


keramas 2 x/minggu, gosok gigi 2 x/hari, ganti pakaian 2 x/hari.
b. Saat sakit   :  Px tidak pernah mandi hanya diseka 2 x/hari, pagi dan
sore, tidak pernah keramas selama masuk rumah sakit dan tidak pernah
gosok gigi.

B.     Data Obyektif
a. Kesadaran              :  Compos mentis
b. Keadaan umum : Baik
S     : 309 oC
N    : 96 x/mnt
RR  : 28 x/mnt
BB  : 10 kg
TB  : 89 cm (status gizi : normal)
20
c.  Pemeriksaan fisik

Kepala                      : Rambut hitam, rambut tipis, tidak ada benjolan,


rambut tidak mudah dicabut.
Hidung                     : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan,
cuping hidung.
Mata                         : Simetris, conjungtiva tidak anemis, sklera putih,
mata kotor.
Mulut dan Gigi        : Sariawan, gigi tidak caries, mukose bibir lembab,
lidah tidak kotor.
Leher                        : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada                        : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri dada,
tidak ada whezing, tidak ada ronchi.
Perut                         : Simetris, tidak ada lesi, perut tidak kembung.
Punggung                 : Tidak ada kelainan bentung punggung.
Genetalia                  : Jenis kelamin ♂, tidak oedem, tidak ada
peradangan, tidak lesi.
Ekstremitas atas       : Lengan lemas terpasang infus KAEN 3 B,
pergerakan tidak aktif, tidak oedema
Ekstremitas bawah   : Simetris, tidak oedem.

d.    Pertumbuhan dan perkembangan


Pada umur 2,5 tahun pasien sudah berjalan-jalan, lari dan sering
bermain dengan temannya. Senang berlari-lari, melompat. Dapat
berbicara seperti memanggil bapak, ibu, makan, minum. Anak juga
sudah bisa menyusun kalimat, sering bertanya, selain itu juga sudah
mengerti. Namun kata-katanya masih belum jelas.

e.    Terapi
KAEN 3 B   1000 cc/24 jam
Cefotexime 3 x/ 1/3 gram
Dumin 3 x 100 mg
Valium 3 gram IV (k/p)
21
Dilatin 3 x 1

f.       Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium

DL  : Hb         :  10,7 gr%
         L            :  29700 cmm
         PCU      :  29,7 %
         Trombo  :  466000 /cmm
         Na          :  120 mcq/l
         K           :  2,5 mcq/l

II.      Identifikasi Masalah
Diagnosa kondisi : Anak umur 2,5 tahun dengan kejang demam.
1.    DS  : Ibu px mengatakan badan anaknya panas sejak dimulai dan
mengalami muntah, diare kejang 1 x di rumah. Ibu px juga mengatakan bahwa
px pernah menderita.
DO : - K/u lemah                                - Muntah 3 kali
          - Lama kejang < 5 menit            - Diare 2 kali
          - Letargi
          - S : 399 0C                                 N : 112 x/m                 rr : 28 /m
2.      DS   :  Ibu px mengatakan badan anaknya panas tinggi (hipertermi)
DO  :  - K/u lemah
           - S ; 399 0C
           - Pada palpasi badan panas

III.   Identifikasi Masalah Potensial


Potensial terjadi :
-          Kejang ulang
DS  : Ibunya mengatakan sudah 2 hari panas badan dan kejang 1 kali di rumah.
DO : K/U   :  lemah              Nadi  :  112 x/menit
         T     :  399 oC             RR    :  28 x/menit

IV.   Identifikasi Kebutuhan Segera


22
Kolaborasi dengan tim medis

V.      LANGKAH V, VI, VII (PENGEMBANGAN RENCANA, IMPLEMENTASI,


EVALUASI)

Pengembangan Renacana
Diagno Implementa
No Interven Rasionalisa Evaluasi
sa Tujuan si
si si
Anak E Setelah 1.   Lakuk 1.     Untuk Tgl. 20-08- Tanggal 21-
usia 2,5 dilakuka an membina 2005  8-05 jam

1. tahun n askeb pendekat hubungan Jam : 09.00 09.00


dengan 1x24 an denga kerja sama 1.   Menyap
kejang jam keluarga yang baik a pasien S =  Ibu
demam diharapk dan antara nakes atau pasien
an tidak pasien dengan keluarga den mengatakan
terjadi keluarga gan anaknya
kejang yang mengucapka sudah tidak
ulang kooperatif n salam serta kejang lagi
dengan senyuman O = k/u
kriteria : dan anak baik
-          K memperkena tidak kejang
/u baik lkan diri lalu lagi pada
-          T menjelaskan tangan
TV tentang kanan
T    : 365 2.   Jelas 2.    Mencega penyakit masih
– 375 oC kan pada h terjadinya yang diderita terpasang
N    : 80- keluarga aspirasi pada anaknya infus kaen 3
100 untuk pernafasan serta B 14 tetes /
x/mnt menidurk tindakan menit
RR : 16- an px yang akan A    Masalah
20 dalam dilakukan teratasi px
x/mnt. posisi 3.    Pemasa 2.   Memirin tidak kejang
kepala ngan tong gkan kepala lagi

23
datar spatal dapat px dan P    Melanjut
tanpa mencegah meletakkan kan
alas dan terjadinya pada tempat observasi
posisi cidera lidah yang datar TTV
miring tergigit tanpa alas
3.    Pasa
ng tong
spatel 3.   Memasa
yang ng sudip
dibungku lidah pada
s kasa mulut px
pada saat kejang
saat anak
kejang

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan bagian dari bagian studi kasus yang membahas


kesenjangan dan kesamaan yang ditemukan antara tinjauan kasus dan tinjauan
teori. Untuk memudahkan dalam penyusunan bab pembahasan maka penulis
mengelompokkan permasalahan sesuai dengan langkah – langkah manajemen
kebidanan, dari pengkajian sampai evaluasi.

Adapun kesenjangan dan persamaan yang ditemukan oleh penulis selama


melaksanakan asuhan kebidanan  adalah :

24
a.    Pengkajian data

Pada pengkajian data terdapat kesenjangan dengan teori karena penghasilan

pasien tidak dicantumkan.

b.    Identifikasi diagnosa dan masalah

Tidak ditemukan adanya kesenjangan.

c.    Identifikasi masalah potensial

Tidak ada antisipasi masalah potensial pada tinjauan kasus maupun tinjauan
teori.

d.   Identifikasi kebutuhan segera

Pada tinjauan teori maupun tinjauan kasus tidak ditemukan kesenjangan, tidak
ada kebutuhan segera yang harus dilakukan petugas.

e.    Intervensi

Pada intervensi  semua dilakukan sesuai dengan teori.

f.     Implementasi

Tahap pelaksanaan pada tinjauan teori tidak dijelaskan, namun pada tinjauan
kasus penulis menguraikan sebagai pelaksanaan dari rencana.

g.    Evaluasi

Pada evaluasi ada kesenjangan antara teori dan dilapangan, waktu yang


dibutuhkan dalam mengkaji hasil evaluasi terlalu singkat, sehingga hasil evaluasi
kurang maksimal

BAB V

25
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari kesimpulan laporan praktek klinik kebidanan ini dapat diambil kesimpulan
bahwa :
a. Penyebab timbulnya Kejang Demam ini karena proses ekstracranium
b. Pada kejang demam dapat menyebabkan atau menimbulkan komplikasi
yang sangat berbahaya yaitu kerusakan sel otak maupun anoksi
c. Pada kejang demam merupakan penanganan dan perawatan yang tepat
dengan memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan komprehensif yang
bertujuan mencegah terjadinya bangkitan kejang

B.     Saran
1.      Bagi Penulis
- Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada anak
- Mendapatkan pengalaman serta menerapkan yang didapat dalam
perkuliahan dengan kasus nyata dalam melaksanakan asuhan
kebianan

2.      Bagi Klien
Agar klien / keluarga bisa mengetahui dan mengerti sera memahami
tentang keadaannya sehingga diharapkan klien / keluarga bisa kooperatif
dengan tenaga kesehatan dalam melakukan asuhan kebidanan.

3.      Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan bagi yang memerlukan perbandingan dalam
asuhan kebidanan pada anak.

26
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegmen dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, penerbit Buku Kodektoren
EGC, Jakarta.

Mansjoer Arif dkk, Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ke 3 Jilid I, FKUI.

Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit, penerbit Buku Kodektoren EGC, Jakarta.

Sutejo, 1971. Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan Ketiga Bagian II FKUI

Suriadi, dkk2001. Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.

 Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.

www. Panduan keperawatan. Com

Doenges, E, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

27
Khaidirmuhaj (http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/02/askep-anak-kejang-
demam.html)
http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2009/04/kejang-demam.html

www.infokedokteran.com/.../askep-gadar-pada-kejang-demam.ht.

28

Anda mungkin juga menyukai