Anda di halaman 1dari 13

3ID01

Sekar Chanya Dewani


36418574
REVIEW MATA KULIAH
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

A. Peranan, Definisi dan Ruang Lingkup Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Perencanaan dan pengendalian produksi dalam suatu perusahaan biasanya ditangani oleh
departemen PPC (Production Planning and Control) atau PPIC (Production Planning Inventory
and Control). Kegiatan perencanaan pengendalian produksi adalah salah satu kegiatan utama
yang ada di suatu sistem bisnis atau industri di samping keuangan dan pemasaran. Perencanaan
dan pengendalian produksi meliputi beberapa tahap kegiatan yang diawali dengan perkiraan atau
estimasi permintaan yang akan terjadi, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan produksi,
perencanaan persediaan dan kebutuhan bahan, perencanaan kapasitas mesin dan tenaga kerja,
keseimbangan lintasan, serta penjadwalan mesin.
1. Peranan Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Perusahaan memproduksi suatu produk memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan
seoptimal mungkin, serta dapat mempertahankan dan mengembangkan usaha bisnis yang
telah dirintis. Di samping itu, terdapat tuntutan kebutuhan pelanggan yang harus dipenuhi
perusahaan, tuntuan tersebut berkaitan dengan kualitas yang baik, harga yang ekonomis,
penyerahan produk tepat volume dan waktu, produk bersifat fleksibel dan memiliki beberapa
variasi yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan tujuan manfaat bagi kedua belah pihak antara
produsen dan pelanggan dapat diwujudkan, dengan demikian perusahaan harus mampu
merancang perencanaan dan pengendalian produksi dengan memperhatikan tujuan tersebut
sebagai acuan.
Umumnya, tujuan dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah untuk
merencanakan proses produksi dan aliran bahan dari dasar, dengan demikian dapat
menghasilkan produk sesuai harapan, tepat waktu dengan biaya seminimum mungkin, serta
mengontrol dan menganalisa pengorganisasian dan pengkoordinasian mesin dan peralatan,
bahan-bahan, tenaga kerja, dan beberapa tindakan yang dibutuhkan. Kegiatan
pengkoordinasian manajemen dari perusahaan diperlukan untuk melakukan usaha pencapaian
tujuan perusahaan, kegiatan tersebut berupa koordinasi dari berbagai bagian atau antar
kegiatan yang ada di perusahaan tersebut, hal tersebut dapat berdampak pada tercapainya
suatu kerjasama yang baik antara divisi-divisi di perusahaan, seperti antara divisi pembelian,
divisi teknik, akuntan dan divisi penjualan sebagai satu tim yang terkoordinasi yang memiliki
tujuan memproduksi dan menjual hasil produksi secara efektif dan efisien.
2. Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan proses merencanakan dan mengendalikan
aliran material yang masuk ke dalam sistem produksi, mengalir, hingga keluar dari sistem
produksi atau operasi, sehingga dapat memenuhi permintaan pelanggan dengan tepat waktu,
jumlah yang tepat dan biaya produksi yang seminimal mungkin. Pekerjaan yang terdapat pada
PPC secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua hal yang saling berhubungan, yaitu
perencanaan produksi dan pengendalian produksi.
Perencanaan produksi merupakan suatu aktivitas menentukan dasar atau awalan dari segala
tindakan yang harus dilakukan di masa mendatang, perencaan ini berkaitan dengan apa yang
harus dilakukan, berapa banyak yang harus diproduksi, dan kapan harus memproduksi.
Perencanaan disusun atas dasar perkiraan yang dibuat berdasarkan data di masa lalu dengan
menggunakan beberapa asumsi, karena memprediksi suatu hal yang belum terjadi. Oleh
karena itu apa yang direncanakan terkadang berbeda dengan apa yang akan terjadi
sebenarnya, sehingga setiap perencanaan harus diebaluasi secara berkala sejalan dengan
pengendalian. Sementara itu, pengendalian merupakan kegiatan untuk menjaga agar
pelaksanaan rencana dapat berjalan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, sehingga
dapat mencapai tujuan dan dapat terlaksana secara efektif dan efisien.
3. Sifat-sifat Perencanaan Produksi
Terdapat beberapa sifat-sifat perencanaan produksi. Berikut adalah uraiannya.
a) Berjangka Waktu
Kegiatan perencanaan produksi biasanya dapat dilakuakan dengan perencanaan jangka
produksi panjang, perencanaan produksi jangka menengah, dan perencanaan produksi
jangka pendek. Perencanaan produksi jangka panjang ini merencanakan untuk 3 tahun
tahun atau lebih di masa mendatang. Biasanya perencanaan produksi jangka panjang ini
untuk menentukan keputusan-keputusan yang bersifat strategis, seperti pengembangan
produk baru, tata letak pabrik, dan lain-lain. Perencanaan jangka menengah atau dapat
disebut juga dengan perencanaan agregat merupakan perencanaan yang memiliki horison
waktu antara 1 tahun sampai 2 tahun. Biasanya perencanaan produksi jangka menengah ini
untuk menangani keputusan-keputusan yang bersifat taktis, seperti perencanaan tenaga
kerja. Perencanaan produksi jangka pendek merupakan perencanaan yang memiliki horison
waktu yang kurang dari 1 tahun. Biasanya perencanaan produksi jangka pendek menangani
keputusan-keputusan yang bersifat teknis operasional, seperti membuat JIP (jadwal induk
produksi).
b) Berjenjang
Perencanaan produksi tidak dilakukan hanya sekali saja dan digunakan untuk selamanya.
Perencanaan produksi harus dilakukan secara bertahap dan berjenjang, artinya perencanaan
produksi dilakukan secara bertingkat dari perencanaan produksi level tinggi sampai
perencanaan produksi level terendah.
c) Terpadu
Perencanaan produksi harus dilakukan secara terpadu karena melibatkan bahan baku,
mesin dan peralatan, tenaga kerja, waktu, dan biaya.
d) Berkelanjutan
Perencanaan produksi dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dari rencana sebelumnya, oleh
karena itu perencanaan produksi dilakukan secara berkelanjutan.
e) Terukur
Kegiatan perencanaan produksi juga harus memiliki ketetapan ukuran untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya penyimpangan, sehingga akan lebih mudah untuk
dievaluasi.
f) Realistis
Perencanaan produksi dirancang sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada di perusahaan,
dengan demikian target sasaran yang ditetapkan bersifat realistis dan dapat terpenuhi.
g) Akurat
Perencanaan produksi dibuat berdasarkan data-data yang akurat, baik mengenai kondisi
internal maupun eksternal, sehingga data-data yang muncul dalam target produksi dapat
dipertanggungjawabkan.

4. Ruang Lingkup Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Berikut adalag ruang lingkup perencanaan dan pengendalian produksi secara umum.
a) Peramalan permintaan
b) Perencanaan produksi agregat dan disagregat
c) Pengelolaan persediaan dan kebutuhan bahan
d) Penyembingan lini produksi
e) Penjadwalan mesin dan fasilitas
f) Pengelolaan beban kerja dan kapasitas produksi

B. Peramalan
Perencanaan produksi memerlukan beberapa masukan seperti jumlah permintaan, kapasitas
mesin, jumlah tenaga kerja, dan ketersediaan bahan baku. Perencanaan produksi berkaitan
dengan tindakan apa yang harus dilakukan di masa mendatang, apa yang akan diproduksi, berapa
banyak jumlah produksinya, dan kapan produk harus dibuat. Peramalan jumlah permintaan dapat
diperoleh dari penerimaan pemesanan yang masuk, sehingga dapat diperkirakan dengan
melakukan metode peramalan. Peramalan yang tepat sangat dibutuhkan agak dapat
menghasilkan perencanaan produksi yang baik, oleh karena itu hasil peramalan akan menentukan
kualitas perencanaan produksi.
1. Definisi Peramalan
Peramalan merupakan suatu proses memperkirakan atau mengestimasi berapa kebutuhan di
masa yang akan datang, ukuran kuntitas, kualitas, waktu dan lokasi yang diperlukan dengan
tujuan memenuhi kebutuhan atau permintaan barang ataupun jasa. Peramalan permintaan
dibutuhkan sebagai salah satu acuan dalam melakukan perencanaan produksi yang baik dan
akurat.
2. Horison Waktu dalam Peramalan
Horison waktu dalam peramalan dapat diklasifikasi menjadi 3 kelompok. Berikut adalah
uraiannya.
a) Peramalan jangka panjang yang umumnya berisiko. Biasanya peramalan ini untuk >3
tahun lebih, ke depan.
b) Peramalan jangka menengah biasanya untuk menentukan nilai kas, perencanaan produksi,
dan penentuan harga.
c) Peramalan jangka pendek biasanya untuk kuarang dari sama dengan 1 tahun. Peramalan
jangka pendek biasanya digunakan untuk pengambilan keputusan keperluan lembur.
penjadwalan kerja, dan berbagai keputusan-keputusan lainnya

3. Faktor-faktor yang memengaruhi peramalan


Jumlah permintaan merupakan hasil resutante dari beberapa faktor agar saling berinteraksi
dalam pasar. Berikut adalah uraian dari beberapa faktor (Nasution, 2003).
a) Siklus Bisnis
Permintaan atas produk akan memengaruhi penjualan barang, dan permintaan barang tidak
lepas dari pengaruh kondisi ekonomi yang dapat memformulasikan siklus bisnis beserta
fase-fase inflasi, resesi, depresi, hingga masa pemulihan.
b) Siklus Hidup Produk
Siklus hidup produk umumnya mengikuti bentuk pola yang disebut dengan kurva S. Kurva
S merupakan kurva yang menggambarkan jumlah permintaan terhadap waktu. Siklus
produk dibagi menjadi 4 fase, diantaranya adalah fase pengenalan, fase pertumbuhan, fase
kematangan, dan fase penurunan. Agar siklus hidup produk bertahan lama, maka tindakan
yang harus dilakukan adalah melakukan inovasi terhadap produk mengikuti perkembangan
perilaku konsumen ataupun perkembangan tren yang sedang berlangsung.

c) Faktor-faktor Lainnya
Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi peramalan permintaan yaitu berasal
dari reaksi balik dari pesaing, perilaku pelanggan yang berubah seiring berjalannya waktu,
dan segala upaya yang dilakukan perusahaan sendiri seperti peningkatan kualitas,
peningkatan pelayanan, memberi anggaran periklanan, dan membuat kebijakan
pembayaran secara kredit.
4. Karakteristik Peramalan yang Baik
Terdapat beberapa karakteristk tertentu terkait peramalan permintaan yang berlakuk secara
umum. Karakteristik ini dijadikan menjadi bahan acuan dalam melakukan penilaian terhadap
proses peramalan permintaan dengan menggunakan metode yang telah ditentukan di awal.
Berikut adalah karakteristik peramalan permintaan (Nasution, 2003).
a) Akurasi
Suatu peramalan memiliki karakteristik akurat yaitu apabila hasil peramalan diukur dengan
kebiasaan dan kekonsistensian peramalan tersebut. Peramalan dapat dikatakan bias apabila
peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah jika dilakukan perbandingan dengan
kenyataan yang terjadi. Peramalan dapat dikatakan konsisten dan akurat apabila besar
kesalahan atau error pada proses peramalan relatif kecil. Ukuran error ini biasanya
diperoleh dari selisih demand aktual dengan hasil peramalan.
b) Biaya
Suatu peramalan memiliki karakteristik biaya yang dikaitkan dengan keperluan dalam
melakukan kegiatan peramalan, hal ini tergantung dari jumlah item yang dirmalakan,
lamanya periode peramalan, dan metode peramalan yang digunakan.
c) Kemudahan
Suatu peramalan memiliki karakteristik kemudahan, yang artinya penggunaan metode
peramalan bersifat sederhana, mudah dibuat, dan mudah diaplikasikan sehingga dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan.
5. Hal-hal yang Menjadi Bahan Pertimbangan dalam Menerapkan Hasil Peramalan
Terdapat beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam membuat peramalan atau
menerapkan hasil suatu peramalan, berikut adalah uraiannya (Nasution, 2003).
a) Suatu peramalan pasti memiliki kesalahan, maksudnya adalah suatu ramalan hanya dapat
mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak menghilangkan ketidakpastian
tersebut. Suatu ramalan pasti berbeda dengan kenyataan.
b) Suatu peramalan seharusnya memberi informasi mengenai ukuran kesalahan yang dimiliki
ramalan tersebut, maksudnya adalah informasi tersebut sangat penting untuk mengetahui
besar kesalagan yang akan terjadi.
c) Peramalan jangka pendek lebih akurat dari peramalan jangka panjang, hal ini dikarenakan
peramalan jangka pendek memiliki pengaruh faktor yang relatif konstan, sedangkan pada
peramalan jangka panjang yang terjadi adalah semakin besar kemungkinan terjadinya
perubahan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan, sehingga besar error lebih besar
dari peramalan jangka pendek.
6. Ukuran Peramalan
Ukuran peramalan merupakan ukuran akurasi hasil peramalan atau ukuran kesalahan pada
peramalan. Ukuran ini menggambarkan tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan
permintaan aktual. Berikut adalah ukuran hasil peramalan (Indiyanto, 2008).
a) Rata-rata Deviasi Mutlak/ Mean Absolute Deviation (MAD)
Rata-rata deviasi mutlak atau MAD merupakan ukuran kesalahan mutlak selama periode
tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil permalan lebih besar atau lebih kecil dari
permintaan aktual. Rata-rata deviasi mutlak secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut.
A - Ft
MAD = |
∑ nt |
Keterangan:
At = permintaan aktual pada periode ke-t
Ft = hasil peramalan pada periode ke-t
n = jumlah peruode peramalan yang terlibat
b) Rata-rata Kuadrat Galat/ Mean Square Error (MSE)
Rata-rata kuadrat galat atau MSE diperoleh dari penjumlahan setiap periode peramalan
kemudian dibagi dengan jumlah periode peramalan. Rata-rata kuadrat galat secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
( A t - F t )2
MSE = ∑
n
c) Rata-rata Kesalahan Peramalan/ Mean Forecast Error (MFE)
Rata-rata kesalahan peramalan atau MFE merupakan ukuran peramalan untuk mengetahui
apakah hasil peramalan selama periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah apabila
dibandingkan dengan permintaan aktual. Rata-rata kesalahan peramalan secara matematis
dapat dirumuskan sebagai berikut.
MFE =
∑ ( A t - Ft¿ ¿
n

d) Rata-rata Persentase Kesalahan Absolut/ Mean Abolute Percentage Error (MAPE)


Rata-rata persentase kesalahan absolut atau MAPE merupakan ukuran peramalan yang
menyatakan persentase kesalahan dari peramalan permintaan terhadap permintaan aktual
dalam periode tertentu. Persentase tersebut dapat menetapkan apakah kesalahan peramalan
relatif tinggi atau rendah. Rata-rata persentase kesalagan absolut secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut.
100 Ft
MAPE = ( n )∑ |
At -
At |
7. Jenis Metode Peramalan
a) Model Kualitatif Peramalan
Peramalan kualitatif merupakan peramalan yang memiliki sedikit atau tidak adanya data
historis perusahaan yang mendukung, sehingga ramalan yang dihasilkan berdasarkan
pemikiran intuitif, pertimbangan ataupun pengetahuan yang dimiliki oleh para pakar.
Peramalan kualitatif ini dibagi menjadi 2 metode, yaitu metode eksploratoris dan metode
normatif. Metode eksploratoris ini meliputi metode Delphi, kurva S, analogi, dan penelitian
morfologi. Sedangkan metode normatif meluputi matriks keputusan, pohon evaluasi, dan
analisis sistem.
b) Model Kuantitatif Peramalan
Peramalan kuantitatif merupakan peramalan yang menggunakan data historis untuk
meramalkan permintaan di masa mendatang. Metode peramalan kuantitatif dibagi menjadi
2 metode, yaitu peramalan time series dan peramalan kausal atau peramalan sebab-akibat.
Metode peramalan time series meliputi moving average, weighted moving average,
exponential smoothin, dan winter method.
8. Peramalan Metode Time Series
Peramalan metode time series merupakan peramalan yang menganalisa deret waktu apabila
permintaan masa lalu cukup konsisten dalam periode waktu yang cukup lama, sehingga pola
tersebut diharapkan masih tetap berlanjut. Permintaan masa lalu ini dapat diklasifikasi
menjadi 4 pola, yaitu pola tren 9T), pola siklus (C), pola musiman (S), dan pola acak (R).
Pola trend (T) merupakan sifat permintaan yang memiliki kecenderungan tertentu, pola
tersebut dapat berupa cenderung baik, turun, ataupun konstan. Pola siklus (C) merupakan
pola permintaan yang berulang secara periodik. Pola musiman (S) merupakan pola
permintaan yang berfluktuasi disekitar garis tren dan biasanya pola ini dapat berulang setiap
tahun. Pola acak (R) merupakan pola permintaan yang memiliki banyak varian secara acak
yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor tertentu.
a) Moving Average (MA)
Moving average dihitung dengan menggunakan rata-rata permintaan berdasarkan beberapa
data di masa lalu yang terbaru. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan variasi acak permintaan. Moving average secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut.

b) Weighted Moving Average (WMA)


Weighted moving average merupakan rata-rata bergerak yang memiliki bobot. Metode ini
memiliki teknik pemberiann bobot yang berbeda berdasarkan data yang tersedia, dengan
demikian data paling akhir merupakan data yang paling releven untuk dilakukan
peramalan, sehingga bobot yang diberikan juga lebih besar. Bobot diberikan pada setiap
data dan apabila dijumlahkan bernilai 1. Weighted moving average secara matematis dapat
dinyatakan sebagai berikut.

c) Exponential Smoothing
Metode exponential smoothing merupakan metode peramalan dengan prosedur perbaikan
secara kontinyu pada peramalan terhadap objek pengamatan terbaru. Metode ini berfokus
pada penurunan prioritas secara eksponensial pada objek pengamatan yang lebih lama.
Metode exponential smoothing dibagi menjadi beberapa metode, yaitu single exponential
smoothing, double exponential smoothing, dan triple exponential smoothing. Metode ini
secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut.

d) Winter Method
Metode winter merupakan metode peramalan pemulusan eksponensial stasioner, tren, dan
musiman. Metode ini digunakan apabila datanya bersifat musiman dan tren, sehingga
didasari oleh pemulusan stasioner, tren dan musiman.

9. Peramalan Metode Kausal (Sebab-Akibat)


Metode peramalan kausal merupakan metode yang didasari oleh sebab-akibat antara
permintaan yang diramalkan dengan beberapa variabel lain yang dianggap berpengaruh.
Misalnya pada permintaan baju baru berhubungan dengan banyaknya populasi, pendapatan
masyarakat, jenis kelamin, budaya daerah, serta hari-hari khusus sepert ahri raya, natal, tahun
baru, dan sebagainya.

C. Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi merupakan perencanaan terkait produk apa yang akan diproduksi,
berapa produk yang akan diproduksi, dan kapan produksi dapat dilakukan. Perencanaan
produksi ini didasari oleh permintaan pelanggan terhadap produk yang diharapkan disediakan
perusahaan di masa mendatang, dengan demikian peramalan merupakan bagian integral dari
perencanaan produksi. Output dari perencanaan produksi tentunya berupa rencana produksi
yang menjadi faktor penting pada proses produksi suatu perusahaan.
1. Jenis Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi dibedakan berdasarkan horison waktu yang akan direncanakan. Berikut
adalah uraiannya.
a) Perencanaan Produksi Jangka Pendek
Perencanaan produksi jangka pendek berkaitan dengan perencanaan operasional, seperti
merencanakan tenaga kerja, persediaan bahan dan fasilitas produksi, dan lain-lain.
Perencanaan produksi jangka pendek ini lebih berfokus pada perencanaan operasional
pabrik.
b) Perencanaan Produksi Jangka Panjang
Perencanaan produksi jangka panjang berkaitan dengan tingkat kegiatan produksi untuk
perencanaan lebih dari 1 tahun. Perencanaan produksi jangka panjang ini biasanya untuk
merencanakan kapasitas mesin dan peralatan, ekspansi pabrik, dan pengembangan produk.
2. Tahap Perencanaan Produksi
Menurut Sukaria (2013) terdapat 5 tahap perencanaan produksi. Berikut adalah
penjelasannya.
a) Tahap pertama adalah mempersiapkan rencana produksi mulai dari tingkat agregat pada
keseluruhan pabrik yang memuat estimasi permintaan pasar dan proyeksi penjualan.
b) Tahap kedua adalah pembuatan jadwal penyelesaian setiap produk yang diproduksi dengan
melakukan disagregasi.
c) Tahap ketiga adalah merencanakan produksi dan pengadaan komponen yang diperlukan
dari luar serta bahan baku.
d) Tahap keempat adalah penjadwalan proses operasi setiap pemesanan pada stasiun kerja
yang ada di perusahaan.
e) Tahap kelima adalah penyampaian jadwal penyelesaian setiap pemesan kepada para
pemesan.

D. Persediaan
Persediaan merupakan sumber daya yang menganggur, sehingga dapat dikatakan bahwa
keberadaannya merupakan bentuk pemborosan. Hal ini menyebabkan adanya tindakan
penekanan pada persediaan sekecil mungkin, atau bahkan ditiadakan seperti konsep just in time.
Akan tetapi penekanan pada persediaan ini bukanlah perkara yang mudah, semua lini produksi
harus siap. Persediaan dalam sistem manufaktur dapat berupa 3 hal, yaitu bahan baku, barang
setengah jadi (WIP), dan barang jadi. Persediaan dalam sistem non-manufaktur dapat berupa
obat-obatan pada apotek, persediaan darah pada rumah sakit, dan lain-lain.
Tingkat kesulitan yang dihadapi bergantung pada berbagai faktor. Berikut adalah uraiannya.
1. Permintaan yang beragam dan sering kali tidak pasti.
2. Waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk
lainnya.
3. Waktu ancang-ancang yang cenderung tidak pasti yang disebabkan berbagai faktor tak
terkendali.
4. Sistem administrasi dan pengorganisasian.
5. Tingkat pelayanan yang ingin diberikan.
6. Tingkat keberanian manajemen dalam mengambik risiko.
Terdapat beberapa fungsi manejemen persediaan, yaitu:
1. Menelusuri inventori
2. Menentukan berapa banyak untuk pemesanan
3. Menentukan prioritas
4. Menentukan kapan melakukan pemesanan
Salah satu pendekatan manajemen inventori adalah dengan metode EOQ (Economic Order
Quantity), MRP (Material Requirement Planning), dan JIT (Just In Time). Berikut adalah
penjelasannya.
1. EOQ (Economic Order Quantity)
Metode kuantitas pemesanan ekonomis merupakan metode dengan menjalankan membeli
persediaan sesuai dengan pesanan yang diterima. Pemesanan bahan baku terkait jumlah,
jenis, variasi, dan waktu kedatangan di perusahaan sudah ditentukan di awal, karena
persediaan yang dipesan sesuai dengan jumlah pesanan, maka persediaan tidak akan tersisa
karena persediaan digunakan secara maksimal.
2. MRP (Material Requirement Planning)
MRP merupakan teknik prosedur yang sistematis dalam menentukan kuantitas serta waktu
dalam proses pengendalian kebutuhan bahan baku terhadap komponen-komponen
permintaan yang saling berkaitan. Tujuan dari MRP adalah untuk merancang sistem yang
dapat menghasilkan informasi pendukung aksi yang tepat, baik berupa pembatalan
pesanan, pesan ulang, ataupun penjadwalan ulang. Pembuatan MRP membutuhkan
masukan seperti MPS atau JIP (jadwal induk produksi), struktur produk, dan status
persediaan. Proses pembuatan MRP melalui beberapa tahap sebagai berikut.
a) Netting : Menghitung kebutuhan bersih pada setiap periode perencanaan.
b) Lotting : Menentukan ukuran jumlah pesanan yang optimel untuk setiap item
berdasarkan kebutuhan bersih.
c) Offsetting : Menentukan jumlah pesanan yang dihasilkan proses lotting.
d) Exploding : Menghitung kebutuhan kotor untuk tingkat bawah dalam struktur produk
yang didasari atas rencana pemesanan.
Keluaran dari pembuatan MRP berupa planned order schedule, order release report,
changes to planning orders dan performance report.
3. JIT (Just In Time)
JIT merupakan sistem persediaan yang komprehensif yang dimana bahan baku dibeli dan
diproduksi sebanyak yang dibutuhkan serta dihunakan pada saat yang tepat dalam tiap
proses produksi. Terdapat dua macam JIT, yaitu just in time purchasing dan just in time
production. JIT purchasing merupalan sistem pembelian barang dengan jumlah dan waktu
yang tepat sehingga barang tersebut dapat segera digunakan untuk memenuhi permintaan.
JIT produksi merupakan sistem produksi yang pada prinsipnya hanya menghasilkan jenis-
kenis batrang yang diminta oleh konsumen.

Sumber:
 Indiyanto, Rus. 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Surabaya: Yayasan
Humaniora
 http://repository.wima.ac.id/403/2/MAKALAH.pdf
 http://staffnew.uny.ac.id/upload/132319413/pendidikan/Modul+MO+BAB+10+-
+MATERIAL+REQUIREMENT+PLANNING+(MRP).pdf
 http://e-journal.uajy.ac.id/13971/3/EM203092.pdf

Anda mungkin juga menyukai