Anda di halaman 1dari 21

TUGAS PENELITIAN OPERASIONAL

ANALISIS JARINGAN "LINTASAN TERPENDEK"

Disusun Oleh:

Kelompok/ Kelas : 6 (Enam)/ 2ID01


Nama (NPM) : 1. M. Iran Pratama (34418714)
2. Sekar Chanya D (36418574)
3. Shalsadila Jasmine P (36418642)
Mata Kuliah : Penelitian Operasional

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu perusahaan pasti memproduksi sesuatu yang dimana dalam kegiatan
produksi melibatkan tenaga kerja, mesin, bahan baku, biaya, dan informasi.
Perusahaan akan mencari tenaga kerja yang terkualifikasi, menggunakan mesin yang
berkualitas, perusahaan juga akan menggunakan bahan baku yang berkualitas dengan
harga seminimal mungkin, semua hal tersebut akan berpengaruh pada biaya produksi
dan juga harga jual nantinya. Tidak hanya itu, suatu barang yang telah diproduksi
tidak mungkin hanya disimpan saja, akan tetapi akan dikonsumsi oleh konsumen,
dengan demikian perusahaan akan menarik konsumen sebanyak-banyaknya untuk
meraih keuntungan yang semaksimal mungkin.
PT SIS memproduksi hoodie dengan bahan berkualitas tinggi yang cocok untuk
pria dan wanita. Perusahaan dalam rangka ingin meraih keuntungan yang semaksimal
mungkin maka produk-produk yang telah diproduksi hendaknya dapat didistribusikan
kepada konsumen, akan tetapi permasalahan dalam pendistribusian barang adalah
biaya transportasi dari suatu tempat ke tempat lain berbeda-beda dan sering kali dari
satu jalur ke jalur lain memiliki bisa saja relatif mahal, atau bisa saja biayanya murah
akan tetapi melewati lintasan yang paling jauh dan menghabiskan waktu yang
banyak, hal ini dapat memengaruhi biaya operasional pendistribusian. Dalam
menentukan jalur mana yang akan ditempuh pasti akan memilih jalur yang tedekat
atau terpendek, karena selain memangkas waktu, dapat mengurangi beban lelah
pekerja yang terlibat, misalnya supir. Namun, pencarian lintasan terpendek secara
manual akan mengakibatkan waktu terbuang sia-sia dan membutuhkan ketelitian
yang tinggi, maka dengan demikian dilakukanlah analisis jaringan lintasan terpendek.
Lintasan terpendek atau shortest path diperlukan untuk menemukan biaya
transportasi yang minimum satu atau lebih titik asal ke satu atau lebih tujuan yang
melintasi jaringan yang terhubung. Dalam menentukan lintasan terpendek atau
shortest path dapat diterapkan metode backward yaitu mencari rute terpendek dengan
biaya minimum dari tempat tujuan, sedangkan metode forward mencari rute
terpendek dengan biaya minimum dari tempat asal. PT SIS dengan demikian akan
menggunakan kedua metode yaitu metode backward dan forward.

1.2 Rumusan Masalah


Menurut Yenrizal (2012) rumusan masalah merupakan penentu pokok bahasan
yang akan dilakukan dalam suatu penelitian. Berikut adalah rumusan masalah
berdasarkan latar belakang yang ada.
1. Bagaimana jalur yang dilewati pada lintasan terpendek dengan harga minimum
dapat diraih?
2. Berapa biaya minimum yang dikeluarkan perusahaan dalam biaya operasional
distribusi hoodie?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lintasan Terpendek


Lintasan terpendek merupakan lintasan minumum yang diperlukan untuk
mencapai suatu titik dari titik tertentu. Dalam permasalahan pencarian lintasan
terpendek, seorang pengarah jalan ingin menentukan lintasan terpendek antara dua
tempat berdasarkan rute alternatif yang tersedia, dimana tempat tujuan hanya satu.
Pencarian lintasan terpendek ini sendiri diperlukan untuk mengurangi waktu dan
biaya (cost) yang dikeluarkan untuk menempuh jarak menuju suatu tempat.
Lintasan ini merupakan bagian dari graf atau kumpulan titik yang
dihubungkan oleh garis. Graf yang digunakan adalah graf yang berbobot, yaitu graf
yang setiap sisinya diberikan nilai atau bobot. Pencarian lintasan terpendek termasuk
dalam salah satu persoalan dalam teori graf yang berarti meminimalisasi bobot suatu
lintasan dalam graf. Masalah lintasan terpendek berkaitan dengan pencarian lintasan
pada graf berbobot yang menghubungkan dua buah titik sehingga jumlah bobot sisi-
sisi yang terpilih merupakan bobot minimum.
Ada beberapa macam persoalan lintasan terpendek, antara lain:
1. Lintasan terpendek antara dua buah simpul tertentu (a pair shortets path)
2. Lintasan terpendek antara semua pasangan simpul (all pairs shortest path)
3. Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain (singlesource
shortest path)
4. Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul tertentu
(intermediate shortest path)

2.2 Macam-macam Algoritma Lintasan


Algoritma adalah suatu urutan dari beberapa langkah yang logis guna
menyelesaikan masalah. Dalam penyelesaian lintasan terpendek digunakan pula
beberapa metode algorima, adapun beberapa macam algoritma lintasan adalah
sebagai berikut.
a. Algoritma Greedy
Algoritma Greedy merupakan algoritma yang memecahkan masalah dengan cara
membandingkan jarak dari tempat asal dengan tempat lain sehingga algoritma ini
memiliki kecepatan pencarian yang lebih singkat dibandingkan algoritma A*.
Tetapi algoritma Greedy memiliki optimasi pencarian lintasan terpendek yang
kurang baik karena hal tersebut.
b. Algoritma A*
Algoritma A* merupakan algoritma yang memecahkan masalah dengan cara
menghitung semua kemungkinan dan menyimpannya sehingga ketika akan
memilih jalan maka algoritma ini akan membandingkan dengan jalan yang
disimpan. Sehingga hasil pencarian lintasan terpendek dengan menggunakan
algoritma ini akan menghasilkan hasil yang optimum. Namun algoritma ini
memakan waktu yang cukup lama karena terus membandingkan sehingga jika
simpulnya sangat banyak akan memakan waktu yang lama.
c. Algoritma Dijkstra
Algoritma Dijkstra adalah algoritma lintasan terpendek yang paling terkenal.
Algoritma ini ditemukan oleh Edger Wybe Dijkstra. Algoritma Dijkstra
diterapkan pada graf berarah, namun selalu benar untuk graf tak-berarah.
Algoritma ini menggunakan strategi Greedy sebagai berikut: “Pada setiap
langkah, ambil sisi yang berbobot minimumyang menghubungkan sebuah simpul
yang sudah terpilih dengan sebuah simpul lain yang belum terpilih. Lintasan dari
simpul asal ke simpul yang baru haruslah merupakan lintasan yang terpendek
diantara semua lintasannya ke simpul simpul yang belum terpilih.
d. Algoritma Bellman-Ford
Algoritma Bellman-Ford menghitung jarak terpendek dari suatu sumber pada
graf berbobot. Algoritma ini menghitung semua jarak terpendek yang berawal
dari satu titik mode. Algoritma Bellman-Ford menggunakan waktu sebesar
O(V,E), dimana V dan E menyatakan banyaknya sisi dan titik. (Bayu Aditya
Pradhana, 2006)

2.3 Konsep Dasar Graf


Graf adalah objek dasar pelajaran dalam teori graf. Dalam bahasa sehari-hari,
sebuah graf adalah himpunan dari objek-objek yang dinamakan titik, simpul, atau
sudut dihubungkan oleh penghubung yang dinamakan garis atau sisi.

2.3.1 Definisi
Sebuah graf adalah pasangan terurut himpunan (V,E) yang memenuhi kondisi,
dimana:
 V adalah sebuah himpunan,tidak kosong yang berhingga yang elemennya
dinamakan sudut atau simpul (vertex).
 E adalah sebuah himpunan sisi (edge) yang menghubungkan sepasang
simpul.
Dari definisi tersebut menyatakan bahwa V tidak boleh kosong, sedangkan E
boleh kosong. Jadi, sebuah graf dimungkinkan tidak mempunyai sisi satu buah pun,
tetapi simpulnya harus ada minimal satu. Bila (V,E) adalah himpunan berhingga
maka graf yang demikian disebut dengan graf berhingga (finite graph).
Suatu graf dengan p buah simpul dan q buah sisi disebut dengan sebuah (p,q)
graf ditulis dengan G(p,q). Secara umum graf dapat digambarkan dengan suatu
diagram dimana simpul yang ditunjukkan sebagai titik yang dinotasikan dengan v i, I
= 1,2,3….,p dan sisi yang digambarkan dengan sebuah garis lurus atau dengan garis
lengkung yang menghubungkan dua simpul (Vi,Vj) dan dinotasikan ek, k=1,2,3…,q
disebut dengan simpul-simpul ujung ek.
Contoh : Sebuah graf dengan 6 simpul dan 6 sisi, dinotasikan dengan G(6,6)
Gambar 2.1 G(6,6)

2.3.2 Loop dan Sisi Paralel


Sebuah sisi yang menghubungkan pasangan simpul yang sama atau bisa
disebut juga sebuah sisi yang berawal dan berakahir dengan pada simpul yang sama
disebut dengan gelang (loop). Dan dua atau lebih sisi yang mempunyai simpul-simpul
ujung yang sama disebut dengan sisi paralel. Maka jika sebuah graf G yang di
dalamnya tidak terdapat loop dan sisi paralel disebut dengan graf sederhana.

Gambar 2.2 Graf dengan loop dan edge paralel


2.3.3 Subgraf
Sebuah subgraf dari graf G = [V(G), E(G)] adalah sebuah graf H = [V(H),
E(H)] sedemikian hingga V(H) ∈ V(G) dan E(H)∈ E(G). Atau dengan kata lain
sebuah graf G disebut subgraf dari graf G jika semua simpul dan semua sisi dalam G
ada dalam g dan setiap sisi dari g mempunyai simpul akhir yang sama dengan G.
Gambar 2.3 (a) Graf, (b) Subgraf
Konsep dasar subgraf mempunyai kesamaan dengan himpunan dari teori
himpunan. Sebuah subgraf dapat menjadi bagian dari yang lain. Lambang dari g∈G
dimaksudkan dalam arti g adalah sebuah subgraf dari G. Dengan penjelasan diatas
maka dapat dibuat hal-hal sebagai berikut :
1. Setiap graf adalah subgraf dari dirinya sendiri.
2. Sebuah subgraf dari sebuah subgraf G adalah juga subgraf dari G.
3. Sebuah simpul tunggal dalam sebuah simpul G adalah sebuah subgraf dari G.
4. Sebuah sisi yang tunggal bersam dengan simpul akhirnya adalah sebuah subgraf
dari G.

Jika V(H) = V(G), maka H disebut spanning subgraf dari G.

Gambar 2.4 Graf dengan 5 simpul dan 6 sisi


2.3.4 Adjacent dan Incident
Dua buah simpul pada graf tak berarah G dikatakan bertetangga (adjacent)
bila keduanya terhubung langsung dengan sebuah sisi. Dengan kata lain, v j
bertetangga dengan vk jika (vj, vk) adalah sebuah sisi dari graf. Untuk sebarang sisi e
= (vj, vk), sisi e dikatakan bersisian (incident) dengan simpul vj dan vk.

2.4 Jenis Kasus Lintasan Terpendek


Contoh-contoh terapaan pencarian lintasanterpendek misalnya:
1. Misalkan simpul pada graf dapat merupakan kota, sedangkan
sisimenyatakan jalan yang menghubungkan dua buah kota. Bobot sisi graf
dapatmenyatakan jarak antara dua buah kota atau rata-rata waktu tempuh antaradua
buah kota. Apabila terdapat lebih dari satu lintasan dari kota A ke kota B,maka
persoalan lintasan terpendek di sini adalah menentukan jarak terpendekatau waktu
tersingkat dari kota A ke kota B.
2.Misalkan simpul pada graf dapat merupakan terminal komputer atausimpul
komunikasi dalam suatu jaringan, sedangkan sisi menyatakan salurankomunikasi
yang menghubungkan dua buah terminal.Bobot pada graf dapatmenyatakan biaya
pemakaian saluran komunikasi antara dua buah terminal, jarak antara dua buah
terminal, atau waktu pengiriman pesan (message)antara dua buah terminal.Persoalan
lintasan terpendek di sini adalahmenentukan jalur komunikasi terpenek antara dua
buah terminal computer.
Aplikasi persoalan penentuan lintasan terpendek ini banyak sekali kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari :
a. Menentukan rute atau jalur terbaik yang harus ditempuh dari suatu kota
untuk menuju ke kota lain.
b.Menentukan jalur komunikasi dua buah terminal komputer.
c.Menentukan jalur penerbangan dunia yang paling efektif untuk dilakukan.
d.Menentukan jarak terpendek/waktu tempuh tersingkat/ongkos termurah
antara dua buah kota
e.Menentukan waktu tersingkat pengiriman pesan (message) antara duabuah
terminal pada jaringan komputer.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus


PT SIS baru saja membuka toko cabang barunya di kota Bandung, PT SIS yang
memproduksi hoodie untuk pria dan wanita dengan variasi warna yang menarik
berencana untuk mendistribusikan produk-produknya dari pusat produksi PT SIS
yang berada di kota Depok ke toko cabang yang baru dibuka di kota Bandung.
Pendistribusian dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan truk pick-up
dengan volume 1 CBM untuk mengangkut produk hoodie seberat 1 ton. Perusahaan
ingin mendapatkan biaya operasional pendistribusian produk hoodie yang minimum
untuk meraih keuntungan yang optimal, akan tetapi permasalahan yang harus
dihadapi adalah masing-masing jalur pendistribusian pasti memiliki biaya yang
berbeda-beda. Perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan ini hendaknya dapat
menentukan jalur pendistribusian yang tepat untuk meminimalisasikan biaya
operasional sehingga dapat meraih keuntungan yang maksimal. Berikut adalah jalur
pendistribusian dari kota Depok ke kota Bandung yang dimana biaya tersebut
dikalikan dengan 100.000.
Berdasarkan jalur pendistribusian di atas, jalur manakah yang menjadi jalur
yang paling optimal sehingga dapat meminimalisasikan biaya operasional
pendistribusian yang dilakukan oleh PT SIS?

3.2 Analisis Jaringan Lintasan Terpendek dengan Metode Forward


Penyelesaian permasalahan penetuan lintasan terpendek dapat menggunakan
metode forward. Metode ini dimulai dari tahap 1. Berikut adalah perhitungannya.

Tahap 1

x1 f 1 (s) x1
s 2 3
1 4 3 3
Berdasarkan gambar dan tabel di atas, dapat dikatakan bahwa nilai minimum dari
status 1 sebesar 3. Peubah keputusan pada tahap pertama ini adalah 3.

Tahap 2
x2 f 2 ( s x 2 )=C s x2 + f 1 ( x 2)
s f2 x2
4 5 6
2 6+4 = 10 7+4 = 11 8+4 = 12 10 4
3 3+4 = 7 3+2 = 5 3+3 = 6 5 5

Berdasarkan gambar dan tabel di atas dapat dikatakan bahwa nilai minimum pada
status 2 sebesar 10 dan pada status 3 sebesar 5. Peubah keputusan pada tahap kedua
ini adalah 5, karena biaya paling minimum ada pada lintasan 5.

Tahap 3

x3 f 3 ( s x 3 )=C s x 3+ f 2 (x 3)
s f3 x3
7 8 9
4 5+7 = 12 6+7 = 13 7+7 = 14 12 7
5 5+5 = 10 4+5 = 9 6+5 = 11 9 8
6 8+6 = 14 7+6 = 13 6+6 = 12 12 9
Berdasarkan gambar dan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai minimum dari status
4 sebesar 12, pada status 5 sebesar 9 dan pada status 6 sebesar 12. Peubah keputusan
pada tahap ketiga ini adalah 8, karena nilai paling minimum adalah lintasan 8.

Tahap 4

x x4 3 f 4 ( s x 4 )=C s x 4 + f 3 ( x 4)
s f4 x4
10
7 8+10 = 18 18 10
8 6+9 = 15 15 10
9 9+11 = 20 20 10

Berdasarkan gambar dan tabel di atas nilai minimum yang didapatkan dari status 7
sebesar 18, pada status 8 sebesar 15 dan pada status 9 sebesar 20 . Peubah keputusan
pada tahap terakhir ini adalah 10, karena dengan melewati jalur tersebut akan
mendapatkan nilai yang optimal.
Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan analisis jaringan lintasan terpendek dengan menggunakan
metode forward, lintasan terpendek yang dilewati pada pendistribusian hoodie oleh
PT SIS dari kota Depok ke kota Bandung adalah 1 → 3 → 5 → 8 → 10. Biaya
operasional yang diperoleh dari perhitungan tersebut sebesar 3 + 2 + 4 + 6 = 15 atau
15 x 100.000 = 1.500.000.

3.3 Analisis Jaringan Lintasan Terpendek dengan Metode Backward


Penyelesaian analisis jaringan lintasan terpendek dengan menggunakan metode
backward, terdapat sedikit perbedaan dengan metode forward, kali ini perhitungan
berawal dari tahap 4. Berikut adalah perhitungannya.

Tahap 4

x 1x 4 f 4 ( s) x4
S 10
7 8 10
8 6 10
9 9 10
Berdasarkan gambar dan tabel di atas diperoleh nilai minimum dari status 7 sebesar 8,
status 8 sebesar 6 dan status 9 sebesar 9. Peubah status yang terpilih pada tahap
keempat ini adalah 10 pada status 8.
Tahap 3

x3 f 3 ( s x 3 )=C s x 3+ f 4 (x3 )
S f3 x3
7 8 9
4 5+8 = 13 6+6 = 12 7+9 = 16 12 8
5 5+8 = 13 4+6 = 10 6+9 = 15 10 8
6 8+8 = 16 7+6 = 13 6+9 = 15 13 8

Berdasarkan gambar dan tabel di atas diperoleh nilai minimum dari status 4 sebesar
12, kemudian dari status 5 sebesar 10 dan pada status 6 bernilai 13. Pada peubah
keputusan yang terpilih pada tahap ketiga ini adalah 8 pada status 5.

Tahap 2
f 2 ( s x 2 )=C s x2 + f 3 ( x 2)
S f2 x2
4 5 6
2 6+12 = 18 7+10 = 17 8+13 = 21 17 5
3 4+12 = 16 2+10 = 12 3+13 = 16 12 5
Berdasarkan gambar dan tabel di atas diperoleh bahwa nilai minimum pada status 2
sebesar 17 dan pada status 3 sebesar 12. Peubah keputusan yang terpilih pada tahap
kedua ini adalah 5 pada status 3.
Tahap 1

x x4 31 f 1 ( s x 1 )=C s x1 + f 2 ( x 1) f1 x1
S
2 3
1 4+17 = 21 3+12 = 15 15 3
Berdasarkan gambar dan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai minimum yang
diperoleh pada status 1 sebesar 15. Peubah status yang terpilih pada tahap ke-1 ini
adalah 3.

Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan analisis jaringan lintasan terpendek dengan menggunakan
metode backward, lintasan terpendek yang dilewati pada pendistribusian hoodie oleh
PT SIS dari kota Depok ke kota Bandung adalah 10 → 8 → 5 → 3 → 1. Biaya
operasional yang diperoleh dari perhitungan tersebut sebesar 6 + 4 + 2 + 3 = 15 atau
15 x 100.000 = 1.500.000.

3.4 Analisis Biaya Operasional


Berdasarkan perhitungan analisis jaringan dengan metode forward dan backward
diperoleh biaya operasional sebesar 1.500.000 dengan melewati jalur 1 → 3 → 5 → 8
→ 10. Berikut adalah tabel rincian dari penggunaan biaya operasional pendistribusian
produk hoodie yang dilakukan oleh PT SIS.
N Harga
Jenis Biaya Kuantitas Satuan Total (Rp)
o Satuan (Rp)
1 Upah Pengemudi 2 Orang 250.000 500.000
2 Bahan Bakar 30 Liter 9.600 288.000
3 Biaya Izin Trayek 1 Kali 20.000 20.000
4 Konsumsi Pengemudi 2 Orang 21.000 42.000
5 Biaya Sewa 2 Hari 275.000 550.000
7 Biaya Tak Terduga - - - 100.000
TOTAL 1.500.000
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa upah untuk satu pekerja dalam
kegiatan pendistribusian sebesar Rp. 250.000, maka jika terdapat 2 pekerja maka
diperoleh biaya untuk pekerja yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 500.000. Bahan
bakar yang dibutuhkan dari Depok menuju Bandung dan sebaliknya dengan jarak
sejauh 340 km yang dimana membutuhkan bahan bakar solar sebanyak 30 liter,
sehingga diperoleh biaya bahan bakar sebesar Rp. 288.000, kemudian biaya izin
trayek sebesar sebesar Rp. 20.000, lalu biaya konsumsi untuk kedua pekerja sebesar
Rp. 40.000. Biaya sewa mobil pick-up untuk penggunaan selama 2 hari sebesar Rp.
550.000 dengan biaya tak terduga sebesar Rp. 100.000, sehingga diperoleh total
keseluruhan dari biaya operasional distribusi produk hoodie sebesar Rp. 1.500.000.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan sebuah hasil penjabaran dari sebuah perhitungan
diatas dengan kedua metode yaitu metode forward dan backward. Berdasarkan hasil
tersebut PT SIS memperoleh hasil sebagai berikut.

1. Metode Forward
Metode Forward adalah sebuah perhitungan yang bergerak dari initial event menuju
ke terminal event. Berdasarkan perhitungan analisis jaringan lintasan terpendek
dengan menggunakan metode forward diatas didapat sebesar 15, lintasan terpendek
yang dilewati pada pendistribusian hoodie oleh PT SIS dari kota Depok ke kota
Bandung adalah

1 → 3 → 5 → 8 → 10
3 + 2 + 4 + 6 = 15
15 x Rp. 100.000 = Rp. 1.500.000

2. Metode Backward
Metode Backward adalah sebuah perhtungan yang bergerak dari terminal event
menuju ke initial event. Berdasarkan perhitungan analisis jaringan lintasan terpendek
dengan menggunakan metode backward, ternyata diperoleh hasil yang sama dengan
metode forward, lintasan terpendek yang dilewati pada pendistribusian hoodie oleh
PT SIS dari kota Depok ke kota Bandung adalah

10 → 8 → 5 → 3 → 1
6 + 4 + 2 + 3 = 15
15 x Rp. 100.000 = Rp. 1.500.000
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.uny.ac.id/28787/2/c.BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/35532032/Lintasan_Terpendek
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56052/Chapter
%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y
http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Matdis/2009-
2010/Makalah0910/MakalahStrukdis0910-075.pdf
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek/article/view/368/340
https://rahadikusuma.blogspot.com/2014/01/matenatika-diskrit-lintasan-
terpendek.html

Anda mungkin juga menyukai