Anda di halaman 1dari 6

Bismilahirrahmannirrahim…

Assalamu‟alaikum Wr. Wb…

Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillahirabil‟alamin…

Asholatuwasalam mu‟ala asyrofil ambiya iwarmursalin, wa‟ala alihi washabihi adzma‟in amabats..

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan berkar-Nya
kita semua dapat berkumpul di kelas ini dengan keadaan sehat wal‟afiat.

Selawat serta salam kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasulullah pemimpin
umat Islam sampai akhir zaman, serta tidak lupa kepada keluarga, para sahabat beliau, dan umat
muslimin yang mendapatkan syafa‟at beliau kelak di akhir zaman.

Yth. Bapak Musliadi selaku dosen pengampu mata kuliah Retorika Dakwah, dan teman-teman yang
saya banggakan.

Saya berdiri disini bermaksud untuk menyampaikan tausiyah yang bertema tentang Sejarah Masuknya
Islam di Nusantara Republik Indonesia..

Teman-teman yang dimuliakan oleh Allah SWT.

Apa yang dimaksud dengan Agama Islam itu sendiri, Agama Islam adalah agama yang sesuai
dengan fitrah manusia, baik dalam hal „aqidah, syari‟at, ibadah, muamalah dan lainnya. Allah Azza
wa Jalla menyuruh manusia untuk menghadap dan masuk ke agama fitrah. Allah Azza wa Jalla
berfirman. “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah
yang Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.
(Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Islam (dalam bahasa arab
“berserah diri kepada Tuhan”) adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini
termasuk agama samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit)
dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim.

Teman-teman yang dimuliakan oleh Allah SWT.

Sepeninggalan nabi Muhammad SAW tepatnya pada 632 M silam, kepemimpinan agama
Islam tidak berhenti begitu saja. Kepemimpinan Islam diteruskan oleh para khalifah dan disebarkan
ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Hebatnya baru sampai abad ke 8 Islam telah menyebar
hingga ke seluruh afrika, timur tengah, dan benua eropa. Baru pada dinasti Ummayah perkembangan
islam masuk ke nusantara.

Zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai daerah terkenal akan hasil rempah-rempahnya,
sehingga banyak sekali para pedagang dan saudagar dari seluruh dunia datang ke kepulauan Indonesia
untuk berdagang. Hal tersebut juga menarik pedagang asal Arab, Gujarat, dan juga Persia. Sambil
berdagang para pedagang muslim sembari berdakwak untuk mengenalkan ajaran Islam kepada para
penduduk.

Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi islam sudah masuk ke nusantara yang
dibawa oleh para pedagan muslim. Namun untuk lebih pastinya para ahli masih terdapat perbedaan
pendapat dari para sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia.
1. Teori Gujarat

Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck Hurgronje, menurutnya agama Islam masuk ke
Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat pada abad ke-13 masehi.

2. Teori Persia

P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini, menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh pedagang
Persia (Iran), hal ini berdasarkan kesamaan antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.

3. Teori Mekkah

Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dibawa para pedagah Mekkah, teori
ini berlandaskan sebuah berita dari China yang menyatakan jika pada abad ke-7 sudah terdapat
perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.

Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara damai dan menyesuaikan dengan adat serta
istiadat penduduk lokal. Ajaran islam yang tidak mengenal perbedaan kasta membuat ajaran ini sangat
diterima penduduk lokal. Proses masuknya islam dilakukan melalui cara berikut ini.

1. Perdagangan

Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur perdagangan di masa itu membuat Indonesia banyak
disinggahi para pedagang dunia termasuk pedagang muslim. Banyak dari mereka yang akhirnya
tinggal dan membangun perkampungan muslim, tak jarang mereka juga sering mendatangkan para
ulama dari negeri asal mereka untuk berdakwah. Hal inilah yang diduga memiliki peran penting
dalam penyebaran ajaran Islam di nusantara.

2. Perkawinan

Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang muslim ini adalah kalangan yang terpandang,
sehingga banyak penguasa pribumi yang menikahkan anak mereka dengan para pedagang muslim.
Sebagai sayarat sang gadis harus memeluk islam terlebih dahilu, hal inilah yang diduga memperlancar
penyebaran ajaran islam.

3. Pendidikan

Setelah perkampungan islam terbentuk, mereka mulai mendirikan fasilitas pendidikan berupa pondok
pesantren yang dipimpin langsung oleh guru agama dan para ulama. Para lulusan pesantren akan
pulang ke kampung halaman dan menyebarkan ajaran islam di daerah masing-masing.

4. Kesenian

Wayang merupakan warisan budaya yang masih terjagan hingga saat ini, dalam penyebaran ajaran
islam wayang memiliki perang yang sangat konkrit. Contohnya sunan kalijaga yang merupakan salah
satu tokoh islam menggunakan pementasan wayang untuk berdakwah.

Teman-teman yang dimuliakan oleh Allah SWT.

Itu adalah sejarah mesuknya Islam di Indonesia secara umum, khususnya di Pontianak sendiri
terdapat kerajaan – kerajaan Islam yang meningggalkan sejarah bahwa Islam di Indonesia
disebarluaskan secara merata oleh para ulama – ulama terdahulu dengan tujuan
menumbuhkembangkan agama samawi yaitu Agama Islam di Indonesia.
Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh Bangsawan Arab
Bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulusungai Pawan, di Ketapang,
Kalimantan Barat ditemukan Pemakaman Islam Kuno. Masuknya Islam di Kalimantan ini juga tidak
luput dari perjuangan ayahnya Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie yaitu Habib Husein Al-Qadrie.

Dalam perspektif yang berbeda kedatangan Islam ke Kalimantan Barat melalui kekuatan
Ekonomi dan Perdagangan. Seperti didaerah-daerah lainnya di Nusantara. Islam disebarkan oleh
pedagang-pedagang muslim dan da‟i-da‟I kelana, yang juga tertarik pada perdagangan atau semata-
semata bertujuan menyebarkan Islam.

Di Mempawah Habib Husein Al-Qadrie sebelum Wafatnya pada tanggal 3 Dzulhizah 1184 H,
beliau menikahkan putranya yang bernama Syarif Abdurrahman Al-Qadrie dengan putrid Raja
Mempawah Utin Cendramidi. Ketika beliau berada di Banjar oleh Sultan Banjar diangkat menjadi
pangeran Sayid Abdurrahman Nur Alam yang kemudian menjadi Raja Pontianak dengan gelar Sri
Sultan Syarif Abdurrahman bin Habib Husein Al-Qadrie.

Umat Islam pada masa awal masuknya Islam yang dibawa oleh Syarf Husein bin Ahmad Al-
Qadrie, penganut Islam masih sedikit. Tetapi, setelah berdirinya kerajaan Islam Pontianak pada tahun
1771 miladiyah, maka agama Islam menjadi agama yang mayoritas. Kesultanan Pontianak dengan
Rajanya yang bernama Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadri.

Abdurrahman Al-Qadrie, yang menjadi salah seorang penyebar agama Islam di Kalimantan
Barat. Kehadiran kesultanan yang bercorak Islam membawa pengaruh yang besar terhadap
perkembangan agama islam di Pontianak. Kesultanan Pontianak yang terletak dipinggir sungai
Kapuas dengan Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie sebagai Sultannya menyebabkan Islam yang
menjadi mayoritas dimana masyarakat di sekitar kesultanan Pontianak seperti, di Kamping Bansir, di
Kampung Kapur, Kampung banjar Serasan dan Kampung Saigon sangat kental dengan pengaruh
agama Islam. Di daerah Kampung Kapur terdapat seorang guru ngaji yang bernama Djafar yang pada
jaman tersebut beliau adalah salahseorang yang termasyhu, Sultan Syarief Abdurrahman Al-Qadrie
mengundang Djafar khusus untuk menjadi guru ngaji di lingkungan Keraton Kadariyah Pontianak.
Hal ini membuktikan bahwa Islam pada masa itu sudah menyebarluas kewilayah Pontianak. Ustadz
Dza‟far yang kelak menurunkan anak yang bernama Kurdi Djafar yang dikenal sebagai pendiri
cabang Muhammadiyah di Sungai Bakau Kecil di Mempawah.

Teman-teman yang dimuliakan oleh Allah SWT.

Bentuk – bentuk peradaban Islam di Pontianak ialah antara lain:

1. Istana Kadariyah
Istana Qadariyah atau disebut Keraton Pontianak. Yang merupakan bangunan bentuk terakhir
yang dibangun oleh Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie pada tahun 1923. Perubahan yang
dilakukan oleh Sultan Syarif Muhammad terutama pada bagian depan atau tangga masuk
istana. Sebelumnya tidak terdapat anjungan , bagian bertingkat dibagian atas tangga masuk
Istana. Syarif Abdurrahman melanjutkan perjalanan hingga kepersimpangan sungai Kapuas
dan sungai Landak, membuka daerah selama delapan hari, lalu mendirikan rumah dan balai.
Selang delapan tahun, ia dilantik menjadi Raja pertama dan bersamaan dengan itu berdiri pula
Istana Kadariyah. Istana Kadariyah berdiri gagah di tepi sungai Kapuas, tempatnya diwilayah
kampong dalam BUgis, dengan Ornamennya kental menyiratkan ciri kerajaan Islam. Selain
cat warna kuning khas melayuterdapat banyak sekali pahatan bulan dan bintang yang
menghiasi sisi Keraton. Logo ini bisa dilihatkan tertera dipintu masuk dan dinding kayu, serta
dibendera kebesran yang berkibar dihalaman Istana. Ruang Istana yang didominasi warna
kuning. Singgasana Raja yang berwarna ke Emasan berdiri kokoh dikelilingi photo para
pembesar kerajaan dan beberapa aksesoris seperti jam duduk tua dan guci-cuci keramik.
Tampak pula sebuah cermin antik dari Perancis yang dinamakan “Kaca Seribu”. Ruangan ini
masih menyiratkan aura kegagahannya sebagai tempat para petinggi mengambil keputusan,
layaknya ruang ival digedung putih.
Lantainya masih papan kayu berlian (Kayu Ulin) yang terkenal akan kekuatannya. Jika masih
masyarakat dengan kayu jatinya,masyarakat Kalimantan kagum dengan kayu berliannya.
Kayu ini dikenal memilikinkekuatan luar biasa, bahkan gergaji biasapun tak akan memasuki
memotong batangnya. Pasti kita juga tak akan menemukan ukirkan indah berbahan kayu
berlian.konon, jikadirendam didalam air bertaun-tahun kayu berlian akan awet selama
puluhan tahun bahkan ratusan tahun.
Keraton Kadariyah merupakan salah satu bentuk peradaban islam di Pontianak, yang maana
hal ini didukung dengan sumber-sumber yang diperoleh yang menyatakan bahwa awal
berdirinya Keraton Kadariyah bersama dengan berdirinya kota Pontianak yaitu pada tahun
1771 miladiyah. Jadi Keraton qadariyah merupakan suatu peradaban pertama yang yang
melambangkan bahwa Islam sudah berkembang di Pontianak pada masa itu yang
diperkenlkan oleh Sultan Syarif Abdirrahman Al-Qadrie byang pada masa itu sebelum ia
mengenalkan ajaran Islam dan menetap di Pontianak, ia sudah lebih dahulu menetap
dikerajaan Mempawah.
2. Masjid Jami‟
Pendiri Masjid Jami‟ sekaligus pendiri kota Pontianak adalah Syarif Abdurrahman Al-Qadrie.
Ia seorang keturunan Arab, anak Al-Habib Husein, seorang penyebar Agama Islam dari Jawa.
Al-habib Husein ke kerajaan Matan pada 1733 M. Al-Habib Husein menikah dengan putri
Raja Matan (kini Kabupaten Ketapang) SultanKamaludin, bernama Nyai Tua. Dari
pernikahan itu lahirlah Syarif Abdurrahman Al-Qadrie, yang meneruskan jejak ayahnya
menyiarkan agama Islam.
Masjid yang dibangun aslinya beratap Rumbia dan konstruksinya dari kayu. Syarif
Abdurrahman meninggal pada tahun 1808 Masehi. Ia memiliki putra bernama Syarif Usman,
saat ayahnya meninggal, ia masih berusia kanak-kanak, sehingga belum bisa meneruskan
pemerintahan ayahnya. Maka pemerintah semntara dipegang adik Syarif Abdurrahman,
bernama Syarif Kasim. Setelah Syarif Usman dewasa, dia menggantikan pamannya sebagai
Sultan Pontianak, pada 1822-1855 M. Pembangunan masjid kemudian dilanjutkan Syarif
Usman,dan dinamakan sebagai masjid Abdurrahman, sebagai penghormatan dan untuk
mengenang jasa-jasa ayahnya. Beberapa ulama terkenal pernah mengajarkan agama Islam di
masjid Jami Sultan Abdurrahman. Mereka di antaranya Muhammad Al-Kadri, Habib
Abdullah Zawawi, Syekh Zawawi, Syekh Madani, H Ismail Jabbar, dan H. Ismail Kelantan.
Masjid Jami‟ Pontianak dapat menampung sekitar 1.500 jamaah shalat. Masjid akan penuh
terisi jamaah shalat, saat waktu shalat JUm‟at dan Tarawih Ramadhan.
Jika melihat ke dalam bagian masjid, terdapat enam plar dari kayu berlian berdiameter
setengah meter. Dua pelukan tangan orang dewasa tak akan mampu mencapai lingkaran pilar.
Selain pilar bundar, juga ada enam tiang penyangga lainnya yang menjulang ke langit-langit
masjid, terbentuk bujur sangkar. Mesjid Jami juga memiliki mimbar tempat Khutbah yang
unik mirip geladak kapal. Pada sisi kiri dan kanan mimbar terdapat kaligrafi yang ditulis pada
kayu plafon. Hampir 90 persen konstruksinya bangunan masjid terbuat dari kayu berlian .
atapnya yang semula dari Rumbia,kini menggunakan sirap, potongan berlian berukuran tipis.
Atapnya bertingkar empat. Pada tingkat kedua, terdapat jendela-jendela kaca berukuran kecil
sementara di bagian paling atas, atapnya mirip kuncup bunga atau stupa. Jendela yang
berjejeran dengan pintu masuk, berukuran besar-besar, juga dari kaca tembus pandang.
Adapula kaca yang berwarna merah dan kuning. Jarak antara lantai masjid dengan tanah,
sekira 50 cm.
3. Makam Batu Layang
Makam batu layang juga biasa disebut tanam makam dar kerajaan Pontianak, mulai
darikerajaan pertama Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie hingga raja terakhir Sultan
Hamid II serta beberapa keluarga Raja. Tempat ini biasanya ramai dikunjungi khususnya pada
hari besar Islam. Makam ini terletak kurang lebih dua km dari tugu Katulistiwa yang dapat
dikunjungi dengan menggunakan transportasi darat maupun air.
Makam Batu layang juga dapat dikatakan salah satu bentuk peradaban Islam di Pontianak
mungkin dikarenakan tempat ini merupakan tempat dimana pahlawan agama Islam di makam
dan mereka meupakan penyebaran agama Islam sehinggan agama Islam berkembang pada
masa itu hingga sekarang menjadi agama yang mayoritas sehingga tempat makam Batu
Layang ini diajdikan tempat atau sebagai bentuk peradaban Iislam dikota Pontianak.dan
Makam ini juga menjadi pertanda kalau di Pontianak pernah ada orang orang yang memang
berjasa dalam menyebarkan Islam dikota Pontianak, sehingga menjadi salah satu bentuk
peradaban Islam di Pontianak.
4. Bidang Pendidikan
Perkembangan berikutnya lahir bebrbagai organisasi Islam yang menjalankan pendidikan
Islam pada beberapa sekolah maupun yayasan di Pintianak, antara lain:
a. Yayasan pendidikan Bawari
b. Yayasan pendidikan Islamiyah
c. Yayasan pendidikan bawamai
d. Yayasan pendidikan Muhammadiyah

Ulama yang sangat berperan penting dalam membentuk dan mengembangkan pendidikan
Islam di era-era tahun 60-80 di Pontianak diantaranya adalah:

a. Haji Ismail bin Abdul Karim Alias Ismail Mundu (Mufti kerajaan Kubu)
b. Syech Abdullah Zawawi (Mufti Kerajaan Pontianak)
c. Syech Sarwani
e. Habib Muksin Alhinduan (Tharekat Naqsyabandiyah)
f. Syech H Abdurani Mahmud (Ahli Hisab)
g. Habib Saleh Alhaddat
h. Haji Abdus Syukur Badri alias Haji Muklis
i. Haji Ibrahim Basyir alias Wak Guru

Itulah sejarah masuknya agama Islam di Indonesia khususnya di kota Pontianak dan masih
berkembang pada saat ini sebagai agama pokok umat manusia sampai akhir zaman, semoga kita
mendapatkan berkah yang tersimpan dalam beribadah secara benar dalam syariat dan rukun agama
Islam. Amin ya robbal „alamin..

Sekian tausiyah dari saya, mohon maaf atas kekurangannya. Karena kekuarangan datang dari
saya sendiri dan ilmunya datang dari Allah SWT, semoga kita semua mendapatkan syafaat dan rahmat
dari Allah SWT dan kelak di akhir zaman dapat bertemu dengan pemimpin uamat Islam yang abadi
yaitu Rasulullah SAW. Amin ya robbal „alamin…

Robbana atina fidunia hasana, wafil‟ahirati hasana tawwakina adzabannar. Subbahanaka robi‟al
izzati ammayasifun walhamdulillah hirabbil „alamin…
Wabillah hitaufik walhidayah. Wassalamu‟alaikum warahmatullah hiwabarakatuh..

Anda mungkin juga menyukai