3/Juli/2013
60
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Juli/2013
3
H.M. Anshary, Hukum Perkawinan Di
4
Indonesia Masalah-masalah Krusial, Pustaka SoerjonoSoekanto dan Sri Mamudji,Penelitian
Pelajar, Yogyakarta, 2010,hal 45. Hukum Normatif,Rajawali , Jakarta,1985,hal 14.
61
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Juli/2013
62
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Juli/2013
63
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Juli/2013
64
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Juli/2013
65
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Juli/2013
passiva. Hal ini dapat dilihat dari Perkawinan di Indonesia adalah menganut
ketentuan Pasal 91 ayat 3, yang berbunyi : asas terpisah. Artinya bahwa setiap harta
“ Harta bersama yang tidak berwujud bawaan yang dibawa masuk ke dalam
dapat berupa hak maupun kewajiban”.Hak perkawinan tidak secara otomatis menjadi
disini menunjukkan kepada activa, harta kesatuan bulat dengan harta yang
sedangkan kewajiban adalah passiva yakni diperoleh selama perkawinan, tetapi
kewajiban berupa membayar sejumlah masing-masing harta bawaan tersebut
hutang. Kompilasi Hukum Islam telah terpisah dan menjadi pengusaan dari
memasukkan semua passive ke dalam masing-masing suami-istri.
harta bersama. Dengan demikian, apabila Demikian juga halnya dalam Pasal 86
terjadi perceraian antara suami dan istri, dan Pasal 87 Kompilasi Hukum Islam diatur
kemudian mereka berbagi harta bersama, bahwa pada dasarnya tidak ada
maka yang dibagi bukan hanya harta yang percampuran antara suami dan harta istri
bersifat activa, tetapi semua hutang dan karena perkawinan. Artinya bahwa harta
kredit yang dibuat semasa ikatan bawaan masing-masing suami istri tidak
perkawinan atas persetujuan bersama secara otomatis merupakan harta
harus dimasukkan sebagai harta bersama kesatuan bulat karena perkawinan, tetapi
yang bersifat passiva. harta suami tetap menjadi hak suami dan
Pasal 35 (b) Undang-Undang Nomor 1 dikuasai penuh oleh suami. Demikian pula
Tahun 1974 mengatur masalah harta harta bawaan istri tetap menjadi hak dan
benda yang tidak termasuk harta bersama dikuasai penuh oleh istri. Dan terhadap
sebagai berikut :14 harta bawaan tersebut suami atau istri
1. Harta bawaan masing-masing suami mempunyai hak penuh untuk melakukan
istri. Yang dimaksud dengan harta perbuatan hukum. Termasuk harta yang
bawaan adalah harta yang diperoleh diterima dalam perkawinan dalam bentuk
masing-masing suami-istri sebelum hibah, wasiat, waris.
terjadinya ikatan perkawinan sah. Terhadap semua bentuk dan jenis harta
2. Harta yang diperoleh masing-masing bersama tersebut apabila dilakukan
suami istri dalam bentuk hibah, wasiat, transaksi harus atas persetujuan bersama
warisan yang diterima suami atau istri suami istri. Ketentuan tersebut diatur
sebelum atau setelah mereka dalam Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang
melakukanperkawinan. Nomor 1 Tahun 1974, yang berbunyi “
Semua harta yang tersebut dalam poin Mengenai harta bersama, suami istri dapat
1 dan 2 di atas adalah harta bawaan bertindak atas persetujuan kedua belah
masing-masing suami-istri yang pihak”. Dalam Kompilasi Hukum Islam
penguasaannya berada pada masing- Pasal 92 disebutkan “ Suami atau istri
masing suami-istri tersebut, yang tidak tanpa persetujuan pihak lain tidak
termasuk harta bersama, kecuali mereka diperbolehkan menjual atau
menentukan lain dengan suatu perjanjian memindahkan harta bersama “.
bahwa harta bawaan itu dijadikan sebagai Ketentuan pasal-pasal tersebut diatas
harta kesatuan bulat. melarang seorang suami atau istri menjual
Dari ketentuan Pasal 35 (b) di atas harta bersama tanpa adanya persetujuan
dapat diketahui bahwa asas yang dari pihak lain. Pasal tersebut melarang
terkandung dalam Undang-Undang pula suami atau istri untuk melakukan
pemindahan harta bersama tanpa
14
persetujuan pihak lain. Seperti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, pasal
35 (b)
66
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Juli/2013
67
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Juli/2013
68
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Juli/2013
yang berlaku secara adat tentang sehingga tidak terjadi percampuran harta
pembagian harta bersama. bersama istri pertama, kedua dan
Ketentuan yang mengatur masalah seterusnya.
harta bersama dalam perkawinan poligami
juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam E. PENUTUP
dan Surat Keputusan Ketua Mahkamah 1. Kesimpulan
Agung RI. 1. Perkawinan yang sah menurut
Pasal 94 Kompilasi Hukum Islam perspektif Hukum Islam adalah
mengatur tentang harta bersama pernikahan yang dilakukan
perkawinan poligami sebagai berikut : menurut tata cara yang sesuai
1. Harta bersama dari perkawinan dari dengan ketentuan agama mereka
seorang suami yang mempunyai istri yang melangsungkan pernikahan,
lebih dari seorang, masing-masing yang dalam hal ini yaitu agama
terpisah dan berdiri sendiri. Islam, sebagaimana yang
2. Pemilikan harta bersama dari dijelaskan dalam Kompilasi
perkawinan seorang suami yang Hukum Islam Bab II Dasar
mempunyai istri lebih dari seorang Perkawinan di pasal 4, yang mana
sebagaimana tersebut dalam ayat 1, berkaitan erat dengan syarat-
dihitung pada saat berlangsungnya syarat dan rukun nikah.
akad perkawinan yang kedua, ketiga Kemudian perkawinan harus juga
atau keempat. dicatat oleh Pegawai Pencatat
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nikah (PPN) sebagaimana yang
dengan surat Keputusan Ketua Mahkamah dimaksud dalam Undang-Undang
Agung Republik Indonesia Nomor : Nomor 32 Tahun 1954 tentang
KMA/032/SK/IV/2006 Tanggal 4 April 2006 Pencatatan Nikah, Talak dan
telah memberlakukan Buku II tentang Rujuk. Akibat perkawinan yang
Pedoman Pelaksanaan Tugas dan tidak tercatat akan dirasakan
Administrasi Pengadilan, yang isinya oleh suami istri itu sendiri baik
antara lain mengenai masalah harta bagi keturunannya maupun harta
bersama dalam perkawinan poligami. perkawinannya seperti suami
Tujuan Mahkamah Agung mengatur atau istri yang ditinggal mati tidak
harta bersama dalam poligami, adalah dapat mewarisi harta
untuk menghindari terjadinya peninggalan karena perkawinan
penyelundupan hak istri terdahulu oleh tidak dicatat, atau kejelasan
suami. Biasa terjadi, ketika si istri telah hukum seorang anak yang lahir
memberi izin kepada suaminya untuk dari perkawinan yang tidak sah
menikah lagi, pada akhirnya istri terdahulu dan tidak tercatat sehingga tidak
sering tidak diperhatikan, dan hak-haknya mendapatkan pengakuan dan
dari harta bersama tereduksi oleh perlindungan hukum yang
kepentingan istri kedua. Oleh sebab itu, pantas.
Mahkamah Agung menghendaki ada 2. Ketentuan mengenai harta
pemisahan yang tegas antara harta bersama dan permasalahannya
bersama suami dengan istri terdahulu tidak ditemukan aturannya di
ketika suami akan melakukan poligami. dalam Al-Qur’an maupun Hadist
Untuk hal tersebut, ajaran agama Islam Nabi, namun para ahli Hukum
sangat menghendaki adanya pembukuan Islam di Indonesia memiliki
yang rapidan akuntabel, yang dibuat oleh perndapat yang berbeda-beda
suami istri yang memiliki harta bersama, mengenai harta bersama.
69
Lex Privatum, Vol.I/No.3/Juli/2013
DAFTAR PUSTAKA
70