Anda di halaman 1dari 132

Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan)

ISSN 1978-6743
Vol 13, Nomer 1, Februari 2020

Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan konseptual di bidang kesehatan. Terbit
pertama kali tahun 2012 dengan frekuensi dua kali pertahun.

Ketua Penyunting: Rizki


Amalia, S.ST., M.PH

Mitra Bestari:
Dr Ah. Yusuf, S. Kp., M.Kes (Universitas Airlangga)
Abdul Mukhid, S. Kep. Ns., M.Kep (Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya) Dr.
Hilmi Yumni, S. Kp., M.Kep., Sp. Kep. Mat (Poltekkes Kemenkes Surabaya) Dr.
Pipit Festi Wiliyanarti, S.KM., M.Kep (Universitas Muhammadiyah Surabaya) Dr.
Kusnanto, S.Kep., M.Kes (Universitas Airlangga)
Ari Sulistyawati., S.Si.T., M.Kes (Stikes Madani Yogyakarta)
Leila Sylvia F. Bautista, (Universitas Filipina Utara) Tintin
Sukartini, (Universitas Airlangga Surabaya)
Joussie B. Bermio, (Universitas Filipina Utara)

Penyunting Pelaksana:
Nur Ainiyah, S. Kep. Ns., M.Kep (Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya) Difran
Nobel Bistara, S. Kep. Ns., M.Kep (Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya)
Andikawati Fitriasari, S. Kep. Ns., M.Kep (Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya)
Uliyatul Laili, S.ST., M.Keb (Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya)
Bernardo Oliber A. Arde, (University of Northern Philippines)
Adistha Eka Noveyani, (Universitas Jember)
Hastuti Usman, (Poltekes Palu) Susanti,
(STIKES Adi Husada Surabaya) Ulfa
Farrah Lisa, (Universitas Andalas)

Pelaksana Tata Usaha:


Muhammad Chamdani Sukron

Alamat Penyunting dan Pelaksana Tata Usaha: Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulma Surabaya. Kampus A Jl. Smea 57 Surabaya. Kampus
B Jl. Jemursari 51-57 Surabaya. Situs web:http://unusa.ac.id/home. Surel:
jhs2018@unusa.ac.id
Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan)
ISSN 1978-6743
Vol 13, Nomer 1, Februari 2020

Obat Anti Hipertensi dan Disfungsi Seksual pada Saya (Noverio Tarukallo, 1-11
Haerani Rasyid) Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10,
Tamalanrea Indah, Kec. Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90245.

Model Konservasi Levine dan Teori Gejala Tidak Menyenangkan Dalam Asuhan 12-25
Keperawatan Ibu Hamil Preeklamsia: Studi Kasus (Nurul Evi, Imami Nur
Rachmawati, Tri Budiarti) Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang,
Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145.

Aktivitas Anti Diabetes In Vitro Kulit Jeruk Nipis (Citrus amblycarpa (Hassk.) 26-33
Ochse) (Gempita Cahaya Aulia Tambunan, Aparna Dutt, Sayra Nadhifa, Firdha
Amelia, Ermi Girsang. Universitas Prima Indonesia. Jl. Sekip Jl. Sikambing
No.Simpang, Sei Putih Tim. I, Kec. Medan Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara
20111J

Kesesuaian Pemeriksaan Jamur antara Pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dan 34-38
KOH pada Tepung Albus Ibu Hamil di RSUD Dr. Soetomo Surabaya (Shinta AP,
Arthur PK) Universitas Airlangga Jl Dr. Ir. Soekarno Mulyorejo Surabaya

Akses Media Dan Perilaku Seksual Pranikah Beresiko Infeksi Menular Seksual 39-48
(IMS) Pada Siswa SMA Di Kabupaten Malang (Rifzul Maulina, Zainal Alim)
Politeknik Kesehatan RS dr Soepraoen Kesdam V / Brawijay Jl. S. Supriadi
No.22, Sukun, Kec. Sukun, Kota Malang, Jawa Timur 65147

Pengaruh Meditasi Diiringi Musik Religi Terhadap Kualitas Tidur Pada Penderita 49-57
Hipertensi Di RW 2 Desa Gadung Driyorejo Gersik (Lono Wijayanti, Puji Astuti,
Rahayu Anggraini) UNUSA Jl Smea No 57 Surabaya

Hubungan ciri Individu (Jenis Kelamin Dan Usia) Dengan Perkembangan 58-65
Psikososial Mahasiswa Keperawatan Di Surabaya (Diyan Mutyah, Sukma Ayu
CK, Nisha Damayanti) Pemogokan Hang Tuah Surabaya, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hang Tuah Surabaya Jl Gadung No 1
Surabaya

Karakter Penderita Glaukoma di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang 66-73


Periode Januari 2017-April 2018 (Ferzieza Dizayang, Hasmeinah Bambang
Mitayani Purwoko) Universitas Muhammadiyah Palembang Jalan Jenderal
Ahmad Yani 13 Ulu Seberang Ulu II, Kec. Plaju, Kota Palembang, Sumatera
Selatan 30263
Penerapan Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) PADA 74-80
Penderita Tuberkulosis Dengan Masalah Keperawatan Ansietas Di Puskesmas
Sawahan Surabaya (Eppy Setyowati, Alfin Hidayatur Rahman) UNUSA Jl Smea
No 57 Surabaya

Efektifitas Penerapan Diabetes Self Management Education (DSME) terhadap 81-87


Motivasi Penderita dalam Mencegah Kekambuhan Dan Komplikasi Penyakit
Diabetes Melitus di RW 01 Kelurahan Wonokromo Surabaya (Siti Damawiyah,
Yurike Septianingrum) UNUSA Jl Smea No 57 Surabaya

Pengaruh Penyuluhan HIV / AIDS Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap 88-95
Siswa Siswi Sekolah (Adius Kusnan, Amirudin Eso, Asriati, La Ode Alifariki,
Ruslan) Universitas HaluoleoKampus Hijau Bumi Tridharma, Anduonohu, Kec.
Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara 93232

Pengaruh Penatalaksanaan Inisisasi Menyusu Dini Terhadap Onset Pengeluaran 96-100


Kolostrum di Surabaya (Nur Masruroh, Ratna Ariesta Dwi Andriani) UNUSA Jl
Smea No 57 Surabaya

Pengaruh Pelatihan Autogenik Terhadap Stres Dan Kemampuan Mahasiswa 101-108


Menerapkan Role Play Komunikasi Terapeutik (Nunik Purwanti, Nur Hidaayah)
UNUSA Jl Smea No 57 Surabaya
Obat Anti Hipertensi dan Disfungsi Seksual pada Pria

Noverio Tarukallo
Universitas Hasanuddin

Haerani Rasyid
Universitas Hasanuddin, haeraniabdurasyid@yahoo.com

Abstrak
Salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian disfungsi seksual pada pria
adalah obat anti hipertensi. Obat anti hipertensi yang memiliki efek menyebabkan
disfungsi seksual pada pria antara lain; diuretik, klonidin, dan penyekat β (kecuali
nebivolol), namun ada beberapa obat anti hipertensi yang memiliki efek netral, bahkan
memiliki efek positif yang dalam hal ini dapat meningkatkan fungsi seksual pada pria.
Obat anti hipertensi yang memiliki efek netral pada fungsi seksual pria meliputi; Calcium
Channel Blockers (CCBs) dan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors (ACE-
Inhibitors) dan yang mempunyai efek meningkatkan fungsi seksual pada pria meliputi;
Angiotensin Receptor Blocker (ARBs) dan β-blocker yaitu nebivolol. Penggunaan obat
anti hipertensi dapat mempengaruhi fungsi seksual pada pria melalui mekanisme yang
berbeda. Obat antihipertensi seperti diuretik, penyekat β, dan klonidin dapat
menyebabkan disfungsi seksual pada pria melalui mekanisme perubahan aliran simpatis,
efek kontraksi otot polos korporal, dan melalui pengaruh kadar hormon androgen. ARB
dan Nebivolol dapat meningkatkan fungsi seksual melalui mekanisme penghambatan
pada Angiotensin II dan meningkatkan ketersediaan hayati Nitric Oxide (NO).
Kata kunci: obat anti hipertensi, disfungsi seksual, pria

yang diperkirakan mencapai 322 juta oleh


PENGANTAR
2025.[2]Penelitian yang dilakukan oleh The
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
National Social Life, Health and Aging
(WHO, 1975) disfungsi seksual adalah
Project (NSHAP) dengan mengambil
suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat
subjek pria usia 57-85 tahun, didapatkan
melakukan hubungan seksual seperti yang
hasil angka kejadian disfungsi ereksi
diinginkan. Disfungsi seksual yang terjadi
sebesar 37% dengan angka kejadian
pada pria bisa berupa penurunan libido,
sebesar
disfungsi ereksi (DE), dan masalah
26 kasus baru per 1000 pria. Beberapa
ejakulasi. Data epidemiologi menunjukkan
faktor risiko yang terkait dengan DE
bahwa disfungsi ereksi memiliki prevalensi
meliputi; riwayat penyakit jantung,
dan insidensi yang tinggi di seluruh dunia.
hipertensi, diabetes melitus, riwayat
[1]
Diperkirakan lebih dari 152 juta pria di merokok, kondisi psikologis, kadar hormon
seluruh dunia mengalami disfungsi ereksi terutama testosteron, dan obat-obatan.
pada tahun 1995, dan angka ini akan [3]
Banyak obat diketahui mempengaruhi
meningkat hingga 170 juta,
fungsi seksual pada pria, seperti; anti-
kolinergik, psikotropika,
dan obat anti hipertensi.[2]
Kirim: 16 Oktober 2019, Diterima: 23 Januari 2020, DOI: https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.1335
2 Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. 1, FebruariNoverio Tarukallo,
2020, Hal. 1-11 Haerani Rasyid 2
Obat Anti Hipertensi dan Disfungsi Seksual pada Pria
Terapi antihipertensi telah dikaitkan review, kita akan membahas tentang
dengan kejadian DE,[4,5] dari sebuah studi hubungan antara obat anti hipertensi
yang dilakukan oleh Doumas et al. (2013) dengan kejadian disfungsi seksual pada
menemukan bahwa prevalensi DE lebih penderita hipertensi pria.
banyak terjadi pada pasien hipertensi yang
FISIOLOGI FUNGSI SEKSUAL PADA
dirawat dibandingkan dengan pasien
PRIA
hipertensi yang tidak dirawat dan pasien
normotensi, hal ini menunjukkan bahwa Mekanisme ereksi pada fungsi seksual pria

terapi hipertensi itu sendiri berkontribusi meliputi 2 proses yaitu; terjadinya dilatasi
terhadap terjadinya disfungsi seksual. arteriol dan terjadinya peningkatan aliran
[4,6]
Angka kejadian DE pada pasien yang darah ke jaringan dan pembuluh darah

memakai obat anti hipertensi adalah 14%. penis, dimana sistem persarafan yang
[2] berperan adalah sistem persarafan otonom
Salah satu penyebab ketidakpatuhan
penggunaan obat anti hipertensi adalah dan persarafan somatik.
[2,24]
karena efek samping yang meningkatkan
kejadian tersebut
disfungsi seksual.Penggunaan anti-
sistem. Mekanisme ereksinya adalah
obat hipertensi dapat mempengaruhi setiap
jenis kelamin
berfungsi dengan mekanisme yang juga dipengaruhi oleh hormon androgen
yaitu hormon steroid yang berperan dalam
berbeda.[4]Telah terbukti bahwa beberapa
mengontrol dan mempertahankan ereksi
anti-
[25]
obat hipertensi memiliki efek
menyebabkan disfungsi seksual seperti dengan peningkatan fungsi seksual pada

diuretik, klonidin, dan penyekat β terutama pria dengan hipertensi. Di dalam

yang non-selektif (kecuali nebivolol),


[1]
Sedangkan obat anti hipertensi lainnya
(Calcium Channel Blockers, Angiotensin
Converting Enzyme Inhibitors (ACE-
Inhibitors)) mempunyai efek netral bahkan
mempunyai efek positif pada fungsi seksual
pada pria hipertensi, sedangkan dari
beberapa penelitian yang dilakukan,
ditemukan bahwa Angiotensin Receptor
Blocker (ARB) dan nebivolol dikaitkan

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


3 Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. 1, FebruariNoverio Tarukallo,
2020, Hal. 1-11 Haerani Rasyid 3
berfungsi pada pria. Obat Anti Hipertensi dan Disfungsi Seksual pada Pria

1. Struktur dan persarafan alat kelamin


pria
Penis terdiri dari dua kompartemen
fungsional, corpus cavernosum dan corpus
spongiosum. Secara histologis jaringan
korpus kavernosum terdiri dari serabut otot
polos yang saling berhubungan dengan
jaringan matriks ekstraseluler. Penis
dipersarafi oleh sistem saraf somatik dan
otonom. Sistem saraf somatik menginervasi
otot rangka dari perineum, kontraksi otot
rangka dari perineum selama

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


ereksi menyebabkan peningkatan tekanan dalam aktivasi Protein Kinase G (PKG)
sementara di area korporeal yang akan yang akan menyebabkan relaksasi otot
membantu meningkatkan ketegangan polos korpus kavernosum, kemudian
penis. Sistem persarafan otonom meningkatkan aliran masuk arteri,
mempersarafi penis melalui 2 sistem relaksasi sinusoid, oklusi parsial aliran
persarafan yaitu persarafan simpatis dan keluar vena dan akhirnya ereksi.[13,15,21,28]
persarafan parasimpatis. Persarafan Kadar cGMP akan dimodulasi oleh enzim
parasimpatis memainkan peran utama Phosphodiesterase (PDE), yang akan
dalam fungsi ereksi dan persarafan memecah cGMP menjadi bentuk 5GMP
simpatis bertindak sebagai mediasi dalam yang tidak aktif.[15]
proses pelepasan setelah orgasme, dan jika Terjadinya keadaan penis yang
tidak ada rangsangan seksual, persarafan lembek disebabkan oleh peningkatan kadar
simpatis membantu menjaga penis dalam angiotensin (AT) II. Angiotensin II akan
[2]
keadaan lembek. menimbulkan efek biologis melalui
2. Terjadinya Ereksi dan Flaccid aktivasi reseptor Angiotensin AT1 yang
Mekanisme memodulasi vasokonstriksi dengan
Ereksi diawali dengan rangsangan meningkatkan pemasukan kalsium dari
pada pusat rangsangan di otak yang akan ekstraseluler ke intraseluler, Angiotensin II
menyebabkan terhambatnya pelepasan juga akan menyebabkan inflamasi, aktivasi
norepinefrin, rangsangan parasimpatis persarafan simpatis, dan peningkatan
yang akan menginduksi produksi dan Reactive Oxygen Species (ROS) melalui
pelepasan oksida nitrat (NO), dan aktivasi nicotinamide adenine dinucleotide
rangsangan saraf somatik yang akan fosfat (NADPH) oksidase.[15,28]
menginduksi produksi dan pelepasan. Norepinefrin bertanggung jawab untuk
[11,21]
asetilkolin. Nitric Oxide diproduksi mengatur tonus otot polos korpus
oleh endotelium melalui Endothelial Nitric kavernosum melalui interaksi dengan
Oxide Synthase (eNOS) atau neuronal reseptor α-1 dan reseptor α-2.[2] Spesies
melalui Neuronal Nitric Oxide Synthase Oksigen Reaktif akan mengaktifkan jalur
(nNOS). Setelah dilepaskan, NO akan Rho-kinase, yang akan mencegah
berdifusi ke dalam pembuluh darah dan otot defosforilasi miofilamen yang akan
polos korpus kavernosum dan akan menyebabkan kontraksi otot polos sehingga
mengkatalisasi perubahan dari Guanosine- menyebabkan keadaan penis menjadi
5'- Triphosphate (GTP) menjadi Cyclic lembek.[11,15,28]
Guanosine Monophosphate (cGMP), yang
akan mengakibatkan
3. Peran Hormon Androgen dalam 1. Mekanisme Psikogenik
Fungsi Seksual Pria Kondisi psikogenik bisa
Davidson dkk. (1983) melaporkan menyebabkan disfungsi seksual pada pria.
bahwa terdapat hubungan yang jelas antara Kondisi depresi dapat menyebabkan
kadar hormon androgen yang rendah dan penurunan libido dan terganggunya
penurunan aktivitas seksual. Hormon pelepasan NO. Beberapa faktor yang
androgen berperan dalam meningkatkan berperan dalam terjadinya disfungsi seksual
ekspresi dan aktivitas eNOS di korpus psikogenik dapat dilihat pada Tabel 1.[20]
kavernosum.[2,21] Hormon androgen juga 2. Mekanisme Neurogenik
memainkan peran penting dalam Penyakit atau kondisi yang
perkembangan dan pematangan Sel menyebabkan gangguan pada sistem saraf
Progenitor Endotelial (EPC), dengan pusat dan sistem saraf tepi dapat
merangsang proliferasi EPC melalui menyebabkan gangguan fungsi seksual,
mekanisme yang dimediasi oleh Androgen berupa disfungsi ereksi, dan kesulitan
Receptor / Vascular Endothelial Growth mencapai orgasme.[20,22] Neuron di korteks,
Factor (AR / VEGF). EPC memiliki peran thalamus, hipotalamus, otak tengah dan
penting dalam proses perbaikan pembuluh pons, berperan penting dalam fungsi
darah, angiogenesis dan penggantian sel ejakulasi.[22] Multiple sclerosis merupakan
endotel yang rusak pada pembuluh darah. penyakit yang menyerang sistem saraf
[21]
Pada keadaan disfungsi endotel terjadi pusat, yang dapat menyebabkan DE, suatu
penurunan ekspresi eNOS, peningkatan kondisi yang terjadi akibat gangguan pada
produksi ROS, peningkatan sintesis dan sumbu hipotalamus-hipofisis-testis yang
pelepasan endotelin, peningkatan produksi akan menurunkan kadar hormon androgen.
Tumor Necrosis Factor (TNF-α) dan [22]

peningkatan tonus pembuluh darah.[21] Fungsi ereksi dikendalikan oleh


serabut saraf parasimpatis dari S2-S4.
PATOGENESIS DISFUNGSI
Serabut saraf ini akan berjalan melalui
SEKSUAL PADA PRIA
saraf panggul dan pleksus panggul ke saraf
Patogenesis terjadinya disfungsi seksual
kavernosus, yang masuk ke korpus
diklasifikasikan menjadi beberapa
kavernosum. bila terjadi aktivasi, saraf
mekanisme, yaitu: Mekanisme psikogenik,
kavernosa akan melepaskan NO dan
neurogenik, hormonal, vaskulogenik,
asetilkolin. Trauma pada panggul dapat
seluler, dan iatrogenik. [20]
menyebabkan DE dan gangguan ejakulasi
akibat rusaknya saraf panggul. Itu
Refleks ejakulasi dikoordinasikan oleh penis, yang akan menyebabkan peningkatan
sumsum tulang belakang dan bergantung transformasi pertumbuhan.
pada serabut saraf torakolumbar dari
segmen T10-L2 dan serabut saraf somatik
setinggi S2-S4. Cedera pada sumsum
tulang belakang dapat menyebabkan
disfungsi seksual berupa DE dan disfungsi
ejakulasi.[22]
3. Mekanisme Hormonal
Hormon testosteron memiliki peran
yang sangat penting dalam fungsi seksual
pada pria, penurunan kadar hormon
testosteron androgen akan menyebabkan
penurunan dan hilangnya libido dan DE.
[3,20]

Keadaan yang dapat menyebabkan a


penurunan kadar testosteron, terbagi
menjadi dua bagian yaitu hipogonadisme
primer, dimana terdapat masalah pada
testis dan hipogonadisme
hipogonadotropik, dimana penyakit primer
menyerang hipofisis dan hipotalamus,[20]
Seperti pada kondisi hiperprolaktinemia,
dimana terjadi penurunan ekspresi
Gonadotropin-Releasing Hormone
(GnRH), penurunan aktivitas GnRH di
hipofisis, penurunan sekresi GnRH, dan
gangguan konversi dari testosteron
menjadi metabolit aktif yaitu
dihidrotestosteron.[2]
4. Mekanisme Vaskulogenik
Pembuluh darah yang rusak dapat
menyebabkan disfungsi seksual, melalui
penurunan aliran masuk arteri yang akan
menyebabkan keadaan hipoksia relatif pada
faktor beta, yang akan menyebabkan penurunan libido. Antidepresan dapat
perubahan pada otot kavernosum polos menyebabkan disfungsi seksual melalui
penis.[20] Beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan penurunan suplai arteri
dan drainase vena penis ditunjukkan pada
Tabel3. [2,20]

5. Mekanisme
Seluler
Terdapat 2 jenis sel kavernosa
yang memiliki peran penting dalam
fungsi ereksi, yaitu sel otot polos dan sel
endotel. Diketahui bahwa terdapat
beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan terjadinya disfungsi
endotel antara lain; aterosklerosis,
hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes
mellitus dan merokok.[3] Pada kondisi
disfungsi endotel terjadi penurunan
proses relaksasi otot polos yang
bergantung pada endotel yang
disebabkan oleh hilangnya dan
peningkatan destruksi NO.[1,3,20]
6. Mekanisme
Iatrogenik
Sejumlah besar obat dapat
mengganggu fungsi seksual, yang di
antaranya mengganggu fungsi ereksi,
fungsi ejakulasi, dan libido.[20] Beberapa
obat seperti; kelompok anti-androgen,
ketokonazol dan progestin, diketahui
mengubah sumbu hipotalamus-hipofisis-
testis dan menyebabkan gangguan pada
produksi dan kerja hormon testosteron.
Obat benzodiazepine memiliki efek
sedatif yang akan menyebabkan
mekanisme aktivasi reseptor 5-HT2 yang penyelewengan fungsi. Ferrario dkk.
akan menghambat transmisi noradrenergik (2002) melaporkan bahwa ARB, yaitu
dan dopaminergik serta menyebabkan Losartan dan Valsartan, melaporkan
disfungsi seksual melalui disregulasi Aksis penurunan kejadian disfungsi ereksi pada
hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA). pria dengan hipertensi dan secara konsisten
Neurotransmisi dopaminergik berperan meningkatkan fungsi ereksi. ARB memiliki
dalam fungsi seksual laki-laki melalui efek positif pada fungsi ereksi melalui
peran proses ereksi, dimana dopamin penghambatan Angiotensin II.[14] Penelitian
berperan dalam mengatur peningkatan menunjukkan bahwa ARB anti hipertensi
[2]
sintetik NO. meningkatkan fungsi endotel di jaringan
kavernosum,[10,14,15] Hal ini didasarkan pada
HUBUNGAN OBAT ANTI
peran angiotensin II yang diketahui
HIPERTENSIF DAN DISFUNGSI
menginduksi kontraksi otot polos korpus
SEKSUAL PADA PRIA
kavernosum penis dan menyebabkan
Obat antihipertensi seperti diuretik,
disfungsi endotel melalui aktivasi dan
penyekat β kecuali nebivolol, dan klonidin
peningkatan spesi oksigen reaktif melalui
diketahui menyebabkan disfungsi ereksi
ikatan reseptor AT I, sehingga terjadi
dengan mengubah aliran simpatis,
penurunan sintesis NO, ROS juga akan
memengaruhi kontraksi otot polos kopral,
bereaksi dengan NO dan membentuk
dan memengaruhi kadar hormon androgen.
ONOO-, sehingga terjadi penurunan
[14]
Beberapa obat anti hipertensi lain seperti
efektivitas NO.[7,14]
ARB, ACE-inhibitor, dan Calcium Channel
2. Penghambat
Blocker dapat meningkatkan fungsi seksual ACE
melalui mekanisme penghambatan pada Beberapa penelitian mengatakan
Angiotensin II dan meningkatkan bahwa ACE inhibitor tidak menyebabkan
bioavailabilitas NO.[10,12,14] disfungsi seksual dan bahkan dapat
1. Penghambat Reseptor meningkatkan fungsi seksual pada pria.
Angiotensin [10,12]
Hubungan antara penggunaan obat
Beberapa penelitian menyebutkan
penghambat ACE dengan tidak adanya
bahwa ARB dapat meningkatkan fungsi
komplikasi disfungsi seksual telah
seksual pada pria.[4,7,9,15] Berdasarkan
dibuktikan dalam beberapa penelitian. [5]
penelitian yang dilakukan oleh Manolis et
Salah satu penjelasan yang dapat
al (2012) dikatakan bahwa mengganti obat
menjelaskan keadaan ini adalah bahwa
anti hipertensi dengan golongan ARB
ACE inhibitor akan menghambat ACE,
dapat mengembalikan keadaan ereksi yang
mengakibatkan penurunan kadar
terjadi.
angiotensin II sehingga berperan
angiotensin II dalam sistem renin-aldosteron
yang diinduksi
Proses remodeling vaskuler akan terhambat dan propranolol telah dikaitkan dengan
dan juga akan meningkatkan respon ereksi. peningkatan insiden disfungsi seksual. [4]
[5,16]
Croog dkk. (1986) menemukan bahwa Pemberian β-blocker menyebabkan
penggunaan kaptopril berpengaruh pada penurunan kadar testosteron plasma dan
peningkatan fungsi seksual pada pria, hal Luteinizing hormone yang signifikan yang
ini juga didukung oleh penelitian yang menyebabkan penurunan libido, hal ini
dilakukan oleh Di Bianco et al. (1991), mengindikasikan bahwa β-blocker dapat
yang menyatakan bahwa 40- menyebabkan disfungsi seksual melalui
80% pasien pria yang diobati dengan ACE- pengaruh langsung pada produksi hormon
inhibitor mengalami peningkatan fungsi seks.[1,14,15] β-blocker juga telah dilaporkan
seksual. Penghambat ACE juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi dengan
meningkatkan fungsi ereksi pada pria mempotensiasi mekanisme yang dimediasi
dengan hipertensi dengan meningkatkan oleh alfa-1 adreno-reseptor dalam
kadar bradikinin yang memiliki efek menginduksi kontraksi otot polos penis
mendorong relaksasi otot polos korpus kopral.[5,7,14] Berbeda dengan kelompok
kavernosum. penyekat β lainnya, kelompok penyekat β
3. Clonidine selektif β-1 yaitu Nebivolol dapat
Obat anti hipertensi agonis α2- meningkatkan fungsi seksual dan
adrenergik yaitu Clonidine, dilaporkan memperbaiki keadaan disfungsi seksual
[2,8,13,14]
menyebabkan DE. Dong Wang et al sebelumnya pada penderita hipertensi pria
(2015) melaporkan bahwa penggunaan dengan cara meningkatkan fungsi endotel,
clonidine selain menyebabkan DE bahkan meningkatkan ketersediaan hayati NO,
dapat menurunkan tingkat konsepsi.[16] memiliki antioksidan efeknya, menghambat
Penggunaan Clonidine dapat menyebabkan proliferasi sel otot polos di pembuluh darah
DE melalui mekanisme yang mengurangi dan meningkatkan ekspresi eNOS.
[4,6,10,15,26,27,29]
aliran simpatis dan menyebabkan kontraksi
5. Pemblokir Saluran
otot polos kopral.[14] Kalsium
4. β-Blocker Calcium channel blocker (CCBs)
Disfungsi ereksi adalah efek samping dari beberapa penelitian terbukti tidak
yang umum akibat penggunaan β-blocker. menyebabkan disfungsi seksual dan
[3,5,7,7,15]
Dalam survei internasional yang bahkan memiliki efek positif pada fungsi
dilakukan, ditemukan bahwa 20% pria seksual.[6,10,12] Beberapa penelitian
yang memakai β-blocker mengalami melaporkan bahwa obat anti hipertensi
disfungsi ereksi.[10] Penggunaan β-blocker CCB dapat meningkatkan fungsi endotel.
yaitu atenolol, metoprolol, carvedilol,
Penghambat saluran kalsium bekerja
pada saluran kalsium tipe-T
pada sel endotel mikrovaskuler dan yang disebabkan oleh efek sekunder
menginduksi pembentukan NO melalui spironolakton sebagai anti androgen yang
aktivasi enzim oksida nitrat sintase. menghambat perifer.
Kelompok CCBs juga dalam beberapa
penelitian telah dilaporkan memiliki efek
anti aterosklerotik, Matsubara et al (2008)
melaporkan bahwa penggunaan CCBs
dapat menyebabkan penekanan molekul
adhesi sel vaskuler (VCAM) -1, molekul
adhesi sel intraseluler-1 (ICAM -1). Roth
et al melaporkan bahwa penggunaan
kelompok CCBs yaitu, amlodipine,
verapamil dan diltiazem secara signifikan
mengurangi deposisi kolagen yang
bergantung pada faktor pertumbuhan
trombosit dalam matriks ekstraseluler yang
dihasilkan oleh sel otot polos dari
pembuluh darah dan sel fibroblast.
6. Diuretik
Kelompok diuretik memiliki efek
samping yang dapat menyebabkan
disfungsi seksual.[9,10,12] Disfungsi ereksi
adalah efek samping yang umum, baik
sebagai terapi tunggal atau kombinasi di
mana diuretik adalah terapi tambahan. [13]
Dari penelitian yang dilakukan oleh Rastogi
et al. (2007), dilaporkan bahwa 40-
60% pasien yang memakai diuretik tiazid
mengalami penurunan fungsi seksual.
Penggunaan thiazide dapat menyebabkan
terganggunya sekresi dari Luteinizing
Hormone dan Testosterone, serta
menyebabkan defisiensi Zinc. Penggunaan
terapi diuretik, spironolakton dapat
menyebabkan DE dan penurunan libido
reseptor androgen dan menghambat
pengikatan dihidrotestosteron.[2,5]

KESIMPULAN
Ada hubungan antara terapi antihipertensi
dengan kejadian disfungsi seksual pada pria
hipertensi. Ereksi terjadi akibat aktivasi
persarafan parasimpatis dan rangsangan saraf
somatik yang akan merangsang peningkatan
produksi dan aktivitas NO yang akan
menyebabkan relaksasi otot polos korpus
kavernosum dan pembuluh darah
kavernosum, peningkatan aliran masuk
arteri, relaksasi sinusoid, dan restriksi darah
pasif melalui aktivasi PKG. Keadaan penis
yang lembek disebabkan oleh peningkatan
kadar angiotensin II dan peningkatan ROS,
dimana kedua kondisi tersebut akan
menyebabkan kontraksi otot polos.
Patogenesis disfungsi seksual
diklasifikasikan dalam beberapa mekanisme,
yaitu: mekanisme psikogenik, neurogenik,
hormonal, vaskulogenik, seluler, dan
iatrogenik. Diuretik, klonidin dan penyekat β
kecuali nebivolol dapat menyebabkan
disfungsi seksual pada penderita hipertensi,
masing-masing dengan mekanisme yang
berbeda. ARB, ACE inhibitor, Calcium
Channel Blocker, dan nebivolol tidak
menyebabkan disfungsi seksual dan bahkan
memiliki efek positif pada hubungan seksual.
fungsi pada pria dengan hipertensi, Med. 2010; 5 (14): 1018-29. DOI:
masing-masing dengan mekanisme yang 10.1111 / j.1582-
4934.2010.01056.x
berbeda. 9. Ekman E, Haag S, Sundstrom S, dkk.
Obat Antihipertensi dan Disfungsi
REFERENSI Ereksi seperti yang terlihat pada
Laporan Spontan, Dengan Fokus pada
1. Hatzimouratidis K, Eardley I, Giuliano Penghambat Reseptor Angiotensin II
F, dkk. Pedoman Disfungsi Seksual Tipe I.DrugHealthcPatient Saf.
Pria: Disfungsi Ereksi dan Ejakulasi 2010; 2: 21-5.
Dini. EAU. 2015: p2-10. DOI: 10. Conaglen HM, Conaglen JV. Disfungsi
10.1016 / j.eururo.2010.02.020. Seksual Akibat Obat pada Pria dan
2. Kandeel FR, Koussa KT, Swerdloff. Wanita. Aust Prescr. 2013; 36: 42-
Fungsi Seksual Pria dan Gangguannya: 5. DOI: 10.18773 /
Fisiologi, Patofisiologi, Pemeriksaan austprescr.2013.021
Klinis, dan Pengobatan. Endocr Rev. 11. Dean RC, lue TF. Fisiologi Ereksi
2001; 22 (3): 342-88. DOI: Penis dan Patofisiologi Disfungsi
10.1210 / edrv.22.3.0430 Ereksi. Urol Clin Utara Am. 2005; 32
3. Chiesa AD, Ptiffner D, Meier B, dkk. (4): 379-385. DOI:
Aktivitas Seksual pada Pria Hipertensi. 10.1016 /
JHum Hypertens. 2003; 17: 515- j.ucl.2005.08.007
21. DOI:10.1038 / sj.jhh.1001580 12. Vlachopoulos C, Jackson G, Stefanadis
4. Manolis A, Pengobatan Doumas M. Cet al. Disfungsi Erektil pada Pasien
Antihipertensi dan Disfungsi Seksual. Kardiovaskular. EurHeart J.2013; 34:
CurrHypertens Rep. 2012; 14: 285-92. 2034-46. DOI:
DOI: 10.1093 / eurheartj /
10.1007 / s11906-012-0276-5 eht112
5. Spatz ES. Aktivitas dan Fungsi Seksual 13. Ryu JK, Cho KS, Kam SC dkk.
di antara Pria dan Wanita Tua dan Pedoman Masyarakat Korea untuk
Menengah dengan Hipertensi. J Pengobatan dan Andrologi Seksual
Hypertens. 2013; 31 (6): 1-11. DOI: (KSSMA) tentang Disfungsi Ereksi.
10.1097 / HJH.0b013e32835fdefa Kesehatan Pria Dunia J. 2013; 31 (2):
6. Javaroni V, Neves MF. Disfungsi 83-102. DOI:
Erektil dan Hipertensi: Dampak di 10.5534 /
Risiko dan Pengobatan wjmh.2013.31.2.83
Kardiovaskular. Int J Hypertens. 2012: 14. La Torre A, Glupponi G, Duffy D dkk.
hal; 1- Disfungsi Seksual Terkait Narkoba:
11. DOI: 10.1155 / 2012/627278 Sebuah Tinjauan Kritis.
7. Yang L, Yu J, Ma R, Lin X, dkk. Farmakopsikiatri. 2015; 48: 1-6.
Pengaruh Pengobatan Antihipertensi DOI: 10.1055 / s-0034-
Gabungan (Felodipine dengan Baik 1395515
Irbesartan atau Metoprolol) pada 15. Nunes KP, Labazi H, Webb RC.
Fungsi Ereksi: Percobaan Terkendali Wawasan Baru tentang Ereksi Terkait
Acak. Cardiol J. 2013; 125: 235-41. Hipertensi
DOI: Disfungsi.CurrOpinNephrol
10.1159 / 000350955 Hypertens. 2012; 21 (2): 163-170.
8. Schiffrin EL. Terapi Peredaran Darah: DOI:
Penggunaan Agen Antihipertensi dan 10.1097 /
Pengaruhnya terhadap Pembuluh MNH.0b013e32835021bd
Darah. JCell Mol 16. Wang D, Wang W, Liu AJ dkk.
Pengobatan Jangka Panjang Clonidine,
Atenolol, Amlodipine dan
Hydrochlorothiazide, tetapi Bukan
Enalapril, Gangguan Fungsi Seksual
pada Tikus Hipertensi Spontan Pria.
Plos One. 2015; 3: 1-13. DOI:
10.1371 /
journal.pone.0116155
17. Nunes KP, Webb RC. Mekanisme
masuk
Fungsi dan Disfungsi Ereksi: An
Gambaran Umum, Disfungsi Ereksi - Kelainan saraf. Asia
Mekanisme Terkait Penyakit dan JAndrol. 2012; 14: 61-8. DOI:
Wawasan Baru tentang Terapi. Di 10.1038 / aja. 2011.70
Techopen. 2012; 3: 1-21. 24. Stan AM. Fisiologi Fungsi Seksual
18. Ferrario CM, Levy P. Disfungsi Pria. Ann Intern Med. 1980; 92: 329-
Seksual pada Pasien dengan 331.
Hipertensi: Implikasi untuk Terapi.J 25. Miller WL. Biologi Molekuler,
ClinHypertens. 2002; 6 (4): 424-432. Biokimia, dan Fisiologi
19. Salman M, Shehzadi N, Khan MT dkk. Steroidogenesis Manusia dan
Disfungsi Ereksi: prevalensi, faktor Gangguannya. Endocr Rev. 2011; 32
risiko dan keterlibatan intervensi obat (1): 81-
antihipertensi.TropJPharmRes. 2016; 151. DOI: 10.1210 / er. 2010-0013
15 (4): 869-76. DOI: 26. Weiss R. Nebivolol: Beta-Blocker Baru
10.4314 /
dengan Vasodilatasi yang Diinduksi
tjpr.v15i4.29
Nitric Oxide. Manajemen Risiko
20. Eardley I. Patofisiologi Disfungsi
Kesehatan Vasc. 2006; 2 (3): 303-8.
Ereksi. Br J Diabetes Vasc Dis. 2002;
27. Basile JN. Peran Vasodilatasi β-blocker
4 (2): 272-76. DOI:
dalam Mengontrol Hipertensi sebagai
10.1177 /
Cara Mengurangi Risiko
14746514020020040701
Kardiovaskular dan Stroke. American
21. Traish AM, Galoosian A. Androgen
J Med. 2010; 7 (123): S9-S15.
Memodulasi Fungsi Endotel dan Sel
DOI:10.1016 / j.amjmed. 2010.04.013
Progenitor Endotel dalam Fisiologi
28. Fraga Silva RA, Montecucco F, Mach F
Ereksi. Korea J Urol. 2013; 54: 721-
dkk. Patofisiologi Peran Sistem Renin-
31. DOI:
Angiotensin terhadap Disfungsi Ereksi.
10.4111 /
Eur J Clin Invest. 2013; 7: 1-9. DOI:
kju.2013.54.11.721
10.1111 / eci. 12117
22. Disfungsi Seksual Antwerpen J.
Neurogenik. 2nd Pertemuan Int Neuro- 29. Maffei A, Lembo G. Mekanisme oksida
Urologi. 2013; 2: 1-4. nitrat Nebivolol. Ther Adv Cardiovasc
23. Fode M, Brackett NL, Ohl DA dkk. Dis. 2009; 3 (4): 317-327.
Dan Disfungsi Seksual Pria DOI:10.1177 / 1753944709104496
Terkait dengan kesuburan

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Faktor penyebab disfungsi seksual psikogenik. 20
Faktor Masalah pendidikan (misalnya pendidikan
predisposisi seksual yang buruk) Masalah budaya
(misalnya pendidikan terbatas Pengalaman
Seksual Traumatis
Mengendapk Masalah gaya hidup (misalnya perkawinan,
an tekanan keuangan) Gangguan organik
Faktor Perselingkuhan di luar
nikah Harapan yang tidak
masuk akal Depresi dan
kecemasan
Faktor Kehilangan Pasangan (misalnya "sindrom duda")
pemeliharaa Kecemasan Terkait Kinerja
n Daya tarik berkurang untuk pasangan
Masalah pendidikan (misalnya pendidikan
seksual yang buruk) Takut pada Keintiman
Tabel 2. Penyakit yang dapat menyebabkan disfungsi seksual neurogenik. 20
Penyakit sistem Multiple Sclerosis
saraf pusat Spinal Cord Injury
Depression
Penyakit Parkinson
Penyakit pada Penyakit serebrovaskular
sistem saraf Kompresi Cauda Equina
tepi Diskus intervertebralis
prolaps
Neuropati perifer (misalnya diabetes, alkohol)
Cedera bedah pada Saraf Panggul

Tabel 3. Penyebab disfungsi seksual vaskular pada pria. 20


Jenis Kondisi Contoh
Gangguan Arteri Fraktur Panggul yang berhubungan dengan cedera arteri
Radioterapi untuk keganasan panggul
Operasi aorto-iliaka
Saluran Vena Abnormal Primer (bawaan)
Setelah operasi untuk priapisme
Setelah operasi uretra berulang
Kegagalan mekanisme Fungsi tunikal abnormal (misalnya karena penuaan,
toveno-oklusif peyronie
Otot polos berkurang atau abnormal
(misalnya karena penuaan, gagal ginjal)

DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1. Anatomi Genital Pria.2
2. Gambar 2. Mekanisme Ereksi Penis.11
3. Gambar 3. Mekanisme Lembek Pada Penis.17
4. Gambar 4. Peran Hormon Androgen dalam Mengatur Fungsi Endotel.21
5. Gambar 5. Mekanisme disfungsi seksual akibat disfungsi endotel.3
6. Gambar6. Mekanisme ARB dalam Meningkatkan Fungsi Seksual pada Pria18
Model Konservasi Levine dan Teori Gejala yang Tidak
Menyenangkan
dalam Asuhan Keperawatan Wanita Hamil dengan Preeklamsia:
Studi Kasus

Nurul Evi
Universitas Brawijaya, nurul.evi@ub.ac.id

Imami Nur Rachmawati


Universitas Indonesia

Tri Budiarti
Universitas Indonesia

Abstrak
Preeklamsia adalah komplikasi multisistem yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan
dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Preeklamsia adalah
penyebab utamanya
kematian ibu di banyak negara. Tujuan dari studi kasus ini untuk menunjukkan bahwa
model konservasi Levine dan teori gejala tidak menyenangkan dapat diterapkan pada
ibu hamil dengan preeklamsia. Studi kasus dengan penerapan teori Levine's
Conservation dan gejala tidak menyenangkan pada proses keperawatan 5 ibu hamil
dengan preeklamsia berat. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 hingga
April 2016 di ruang perawatan nifas di dua rumah sakit yang berbeda yaitu Rumah Sakit
Daerah Bekasi (RSUD Bekasi) dan Rumah Sakit Umum Daerah Cipto Mangunkusumo
Jakarta (RSCM). Data diperoleh melalui asesmen, rekam medis serta sebagai perawatan
dan observasi pasien. Teori konservasi Levine memungkinkan individu untuk
beradaptasi untuk mempertahankan integritas mereka dengan konservasi sebagai hasil
akhir. Kesimpulannya, fokus utama konservasi adalah keseimbangan antara penawaran
dan permintaan energi, guna menjaga seluruh aspek keutuhan individu. Sedangkan teori
gejala tidak nyaman diterapkan dalam mereduksi gejala ketidaknyamanan dengan
meningkatkan pemahaman rangkaian gejala ketidaknyamanan dari berbagai konteks dan
memberikan informasi yang berguna serta mengajarkan tentang efek negatifnya.
Kata kunci: Preeklamsia, model konservasi Levine, Teori gejala tidak
menyenangkan

PENGANTAR Februari sampai Desember 2015 diturunkan


Preeklamsia menjadi penyebab utama
kematian ibu di banyak negara. Jumlah
kasus preeklamsia dan eklamsia di seluruh
dunia seperti yang dilaporkan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada
2007 adalah 38,4% dari semua kehamilan.
Jumlah kasus preeklamsia di Indonesia
sekitar 3-15% dari seluruh kehamilan yaitu
23,6 kasus per 1000 kelahiran
hidup.
Data ibu hamil dari

Mengirim: 12 November Nomor


2018,p-ISSN: 1978-6743,
Diterima: Nomor
10 Januari 2020,e-ISSN: 2477-3948
DOI: ttps:
//doi.org/10.33086/jhs.v13i01.556
Dari RSUD Kabupaten Bekasi
menunjukkan dari 52 ibu hamil yang
menjalani rawat inap, 8 diantaranya
menderita hipertensi gestasional termasuk
preeklamsia. 13,2% diantaranya berada di
RSUPN Cipto Mangungkusumo Jakarta
tahun 2010 (Sumanti, Noormartany,
Alamsyah, Rostini, 2013). Berdasarkan
data rekam medis di IGD RSUPN Cipto
Mangunkusumo pada Januari 2015
terdapat 217 kasus preeklamsia dan 32
kasus eklamsia, sedangkan pada April
2016 sebanyak 23 kasus.

Mengirim: 12 November Nomor


2018,p-ISSN: 1978-6743,
Diterima: Nomor
10 Januari 2020,e-ISSN: 2477-3948
DOI: ttps:
//doi.org/10.33086/jhs.v13i01.556
13 Nurul
Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. Evi, Imami
1, Februari Nur
2020, Rachmawati,
Hal. 12-25 Tri Budiarti 13
Model Konservasi Levine dan Teori Gejala Tidak Menyenangkan dalam Asuhan Keperawatan Wanita Hamil
preeklamsia. Data menunjukkan Pencegahandengan Preeklamsia:
preeklamsiaStudi Kasus
dapat
peningkatan jumlah kasus eklamsia. dilakukan dengan upaya promotif dan
Penyebab preeklamsia belum kuratif preventif. Upaya preventif yang
diketahui secara pasti. Ada banyak faktor dapat dilakukan adalah melakukan
yang dapat menjadi penyebab terjadinya penanganan dini kehamilan guna
preeklamsia seperti sifat genetik tertentu, mengidentifikasi ibu yang berisiko dan
obesitas, status nulipara, riwayat melakukan deteksi dini penyakit tersebut.
preeklamsia, diabetes, hipertensi, dan gaya Penanganan dini kehamilan meliputi
hidup (Nishimoto et al, 2009). Preeklamsia pemeriksaan menyeluruh, meliputi
terjadi akibat gangguan trofoblas dalam anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
berdiferensiasi dan menyerang pada awal pemeriksaan laboratorium. Upaya promotif
kehamilan, mengakibatkan kegagalan sel dapat dilakukan oleh perawat dengan
trofoblas untuk menghancurkan lapisan memberikan edukasi penyakit preeklamsia
otot arteri spiralis sehingga memperburuk dan pemberian konseling tentang intervensi
perfusi plasenta dan stimulasi respon berbasis bukti. Sedangkan upaya
inflamasi sistemik (McCarthy & Kenny, penyembuhannya dilakukan dengan
2015). mengonsumsi obat antihipertensi untuk
Preeklamsia dapat menyebabkan mengontrol tekanan darah (Moroz,
komplikasi seperti hipertensi berat yang Simpson, & Rochelson,
tidak terkontrol, eklamsia, edema paru, 2015).
solusio plasenta, koagulasi intravaskular Dalam beberapa tahun terakhir belum
diseminata, dan gangguan pertumbuhan ada penurunan yang signifikan pada jumlah
janin (Roberts et al, 2013). Komplikasi kasus preeklamsia, bahkan di negara maju
jangka panjang pada wanita dengan masih menjadi penyebab utama morbiditas
preeklamsia akan memiliki risiko hipertensi ibu dan peningkatan mortalitas perinatal
3,7 kali lebih tinggi; 2,2 kali risiko penyakit (Clin Guideline, 2010). Berkaitan dengan
jantung koroner dan 1,8 kali risiko stroke. hal tersebut, maka perlu dijaga kondisi baik
Selain itu, keturunan ibu yang mengalami ibu dan janin dengan pengawasan yang
preeklamsia akan mengalami pertumbuhan ketat, agar penyakit tidak berkembang
yang buruk di masa kanak-kanak, berisiko semakin parah dan membahayakan nyawa
hipertensi dan berisiko mengalami ibu dan janin. Tidak dapat dipungkiri
preeklamsia saat hamil (McCarthy & bahwa perawat memiliki peran yang sangat
Kenny, 2015). strategis dalam menangani pasien hamil
dengan preeklamsia, terutama perawat
spesialis maternitas.
Proses pemberian asuhan demikian, tujuan asuhan keperawatan pada ibu
keperawatan pada ibu hamil penderita hamil dengan preeklamsia menggunakan
preeklamsia menggunakan teori konservasi Levine
keperawatan yang mendukung
pengembangan asuhan keperawatan. Teori
keperawatan yang dapat diterapkan pada
ibu hamil dengan preeklamsia adalah teori
konservasi dan gejala tidak menyenangkan
dari Levine. Penerapan kedua teori
keperawatan tidak hanya membantu pasien
mengatasi masalah tersebut dari aspek
fisik saja, tetapi juga mengatasi masalah
dari aspek psikologis, sosial, personal dan
situasional sehingga dapat diberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif
(Tomey & Alligood, 2010).
Teori konservasi Levine
memungkinkan individu untuk beradaptasi
untuk mempertahankan integritasnya
dengan konservasi sebagai hasilnya. Fokus
utama konservasi adalah keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan energi untuk
menjaga semua aspek keutuhan individu.
(Tomey & Alligood, 2010).
Sedangkan teori gejala tidak
menyenangkan diterapkan dalam
mengurangi gejala ketidaknyamanan
dengan cara meningkatkan pemahaman
tentang sekumpulan gejala
ketidaknyamanan dari berbagai konteks
dan memberikan informasi yang berguna
serta menunjukkan efek negatif gejala
ketidaknyamanan (Peterson & Bredow,
2004; Smith & Liehr, 2008). Dengan

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


dan teori gejala yang tidak
menyenangkan, adalah bahwa
kehamilan dapat dipertahankan sampai
dewasa dan menjaga kesejahteraan ibu
dan janin.

METO
DE
Penelitian ini merupakan penelitian
studi kasus dengan mengkaji lima
kasus. Penelitian ini dilakukan pada
November 2015 hingga April
Tahun 2016 di ruang perawatan nifas di
dua rumah sakit yang berbeda yaitu
Rumah Sakit Daerah Bekasi (RSUD
Bekasi) dan Rumah Sakit Umum
Daerah Cipto Mangunkusumo Jakarta
(RSCM). Sampel penelitian ini adalah
ibu hamil dengan preeklamsia berat.
Data diperoleh melalui asesmen, rekam
medis serta perawatan dan observasi
pasien.

HASI
L
Kasus yang diteliti adalah ibu hamil
dengan preeklamsia berat berusia ≥ 35
tahun di dua rumah sakit yang berbeda,
dua kasus diambil dari RSUD
Kabupaten Bekasi karesidenan satu,
dan tiga kasus diambil di RSUPN Dr
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tabel 1
berikut menggambarkan lima kasus ibu
hamil dengan preeklamsia berat.

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


Tabel 1. Hasil penilaian pada lima kasus wanita hamil dengan preeklamsia berat yang diteliti
Tida Penilaian Pasien Yang Diobati
k 1 2 3 4 5
Nyonya T. Nyonya E Nyonya E Nyonya M. Nyonya R
1 Usia 37 tahun / 35 tahun / o 36 tahun / o 37 tahun / o 35 tahun / o
2 Keseimbangan o
G4P3A0 G5P3A1 G1P0A0 G4P3A0 G3P2A0
3 Usia kehamilan 32 minggu 28-29 30-31 36 minggu 35 minggu
4 Tekanan darah 150/100 minggu.
160/100 minggu.
150/90 150/100 170/100
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
5 Urine protein ++ +++ +++ ++ +++
6 Sakit kepala √ √ √ √ √
7 Nyeri hati / epigastrik √ √ - - -
8 Riwayat keluarga - - - - -
preeklamsia
9 Preeklamsia sebelumnya - - - - -
kehamilan
10 Riwayat hipertensi - - - - -
kronis,
11 Riwayat diabetes - - - - -
mellitus
12 Riwayat penyakit ginjal - - - - -
pra-kehamilan
13 Gemelli - √ - √ -
14 Kegemukan sebelumnya √ √ √ √ √
hamil
15 Hemodinamik ibu stabil stabil stabil stabil stabil
16 Kejang tida tida tida tida tida
17 Pemeriksaan laboratorium k
Iya k
Iya k
Iya k
Iya k
Iya
berupa pemeriksaan
fungsi ginjal dan hati
18 Kondisi fisik: lemah √ √ √ √ √
19 Kesejahteraan janin: baik √ √ √ √ √
20 Tekanan darah terkontrol √ √ √ √ √
21 Kejang tida tida tida tida tida
k k k k k
Penilaian terhadap lima kasus ibu preeklamsia, tidak ada preeklamsia pada
hamil dengan preeklamsia menunjukkan kehamilan sebelumnya dan tidak ada
bahwa semua kasus memiliki gejala yang riwayat hipertensi kronik, diabetes melitus
sama yaitu peningkatan tekanan darah dan penyakit ginjal sebelum hamil. Dua
pada usia kehamilan di atas 20 minggu, dari lima kasus merupakan kehamilan
masalah protein urin, dan sakit kepala kembar pada kasus nomor dua dan empat.
dengan atau tanpa nyeri hati / epigastrium. Semua pasien yang diperiksa berusia di
Beberapa faktor risiko dalam kasus atas 35 tahun. Semua ibu dalam kasus ini
yang diteliti konsisten dengan teori dan ada kelebihan berat badan sebelum hamil.
juga yang tidak. Tidak semua ibu pada Dalam kasus yang diteliti tidak ada
kasus yang diteliti memiliki ciri nulipara, komplikasi akibat hemodinamik ibu yang
umur> stabil, tidak ada kejang, terkontrol
40 tahun, tidak ada riwayat keluarga
tekanan darah, dan kesejahteraan janin. preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah
Hasil pengukuran menggunakan HARS pada saat
menemukan bahwa kelima kasus tersebut
juga mengalami kecemasan dengan
tingkatan yang berbeda.
Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan pada semua kasus adalah
pemeriksaan protein urin, trombosit, kadar
asam urat serum, serta pemeriksaan fungsi
ginjal dan hati, baik di RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta maupun RSUD
Cibitung. Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan di RSUPN Cipto
Mangunkusumo lebih lengkap dan
dilakukan secara berulang dan terus
menerus hingga diperoleh hasil yang
normal. Sebaliknya, pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan di RS
Cibitung lebih dulu terbatas pada
pemeriksaan protein urin, pemeriksaan
lengkap hanya dilakukan jika memang
penting.

DISKUSI
Penilaian terhadap lima kasus ibu hamil
dengan preeklamsia menunjukkan bahwa
semua kasus memiliki gejala yang sama
yaitu peningkatan tekanan darah pada usia
kehamilan di atas 20 minggu, masalah
protein urin, dan sakit kepala dengan atau
tanpa nyeri hati / epigastrium.
Hasil lima kasus ini sesuai dengan
teori tentang pengertian dan tanda-tanda
preeklamsia, yang dikemukakan oleh
beberapa ahli yang berpendapat bahwa
kehamilan dengan proteinuria, bersama hati dalam serum. Trombositopenia juga
dengan satu atau lebih gejala penyerta merupakan tanda perburukan preeklamsia
yang muncul setelah 20 minggu (Cunningham, 2010). Ini mungkin karena
kehamilan (Magee et al, 2015;
McCarthy & Kenny, 2015).
Dulu diagnosis preeklamsia
dengan menggunakan tiga tanda atau
triad preeklamsia, tapi sekarang sudah
tidak berlaku lagi. Pada tahun 2008
American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) menyatakan
bahwa tidak diperlukan gejala yang
lengkap, cukup satu atau lebih gejala,
terutama hipertensi, karena hipertensi
merupakan gejala preeklamsia yang
sangat penting (Lowdermilk, Perry &
Cashion, 2013).
Gejala hipertensi tampaknya
menjadi tanda awal yang muncul dalam
proses terjadinya preeklamsia. Edema
tidak lagi digunakan sebagai kriteria
diagnostik karena juga banyak
ditemukan pada kehamilan normal.
Sedangkan proteinuria merupakan
penanda obyektif yang menunjukkan
kebocoran yang luas, yang merupakan
karakteristik dari preeklamsia
(Cunningham, 2010).
Sakit kepala atau kerusakan
penglihatan bisa menjadi gejala
preeklamsia. Nyeri epigastrik atau
kuadran kanan atas sering menyertai
nekrosis hepatoseluler dan iskemia.
Nyeri khusus ini biasanya disertai
dengan peningkatan kadar transaminase
agregasi dan aktivasi platelet dan mikro risiko lebih tinggi menderita preeklamsia
angiopatik hemolisis yang disebabkan oleh dibandingkan ibu usia 20-35 tahun. Hal ini
vasospasme berat. Perbedaan keparahan juga sejalan dengan penelitian yang
preeklamsia bisa menyesatkan karena apa dilakukan oleh Anggraini, Tamela, &
yang tampak sebagai penyakit ringan bisa Fitrayeni (2014) yang menyatakan bahwa
berkembang pesat menjadi penyakit parah. ibu hamil <20 tahun dan> 35 tahun
Faktor risiko preeklamsia meliputi berisiko 4,8 kali lebih tinggi mengalami
nuliparitas, riwayat keluarga preeklamsia, preeklamsia. Seiring bertambahnya usia,
obesitas, kehamilan multipel, usia> 40 seseorang semakin rentan mengalami
tahun, preeklamsia pada kehamilan peningkatan tekanan darah.
sebelumnya, dan kondisi medis-genetik: Semua ibu dalam kasus ini kelebihan
hipertensi kronis, diabetes melitus tipe I, berat badan sebelum hamil. Telah
penyakit ginjal (McCarthy & Kenny, 2015; dilaporkan bahwa obesitas yang terjadi
Sibai, 2007 Lowdermilk, Perry & Cashion, sebelum kehamilan (BMI> 30)
2013; Nishimoto et al, 2009). menempatkan seseorang pada risiko 6,5
Beberapa faktor risiko dalam kasus kali lebih tinggi untuk terkena diabetes
yang diteliti konsisten dengan teori dan ada gestasional, risiko hipertensi 7,9 kali lebih
juga yang tidak. Tidak semua ibu pada tinggi dan risiko preeklamsia selama
kasus yang diteliti memiliki ciri nulipara, kehamilan 3,7 kali lebih tinggi
umur> dibandingkan dengan wanita dengan berat
40 tahun, tidak ada riwayat keluarga badan normal ( Dohety, Magann, Franciss,
preeklamsia, tidak ada preeklamsia pada Morrison & Newnham, 2006). Obesitas
kehamilan sebelumnya dan tidak ada disebabkan oleh banyak faktor seperti
riwayat hipertensi kronis, diabetes mellitus faktor genetik, gangguan metabolisme dan
dan penyakit ginjal sebelum hamil. Dua konsumsi makanan yang berlebihan.
dari lima kasus merupakan kehamilan Semakin gemuk seseorang maka semakin
kembar pada kasus nomor dua dan empat. banyak jumlah darah yang terkandung di
Semua pasien yang diperiksa berusia dalam tubuh yang berarti semakin berat
di atas 35 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil pula fungsi pemompaan darahnya, sehingga
penelitian yang dilakukan oleh Martini & dapat berkontribusi terhadap terjadinya
Paramita (2012) yang menyatakan bahwa preeklamsia. Pada usia> 35 tahun,
terdapat hubungan antara umur dengan
kejadian preeklamsia pada ibu hamil usia
lanjut.
<20 tahun atau> 35 tahun ada 11,5 kali
preeklamsia (El-Gilany & Hammad, tes laboratorium untuk protein urin,
2012). trombosit, konsentrasi asam urat serum,
Preeklamsia dapat menyebabkan dan tes fungsi hati. Pemberian steroid
komplikasi pada ibu dan janin. Menurut profilaksis jika usia kehamilan kurang dari
Magee dkk, pada 2015, preeklamsia dapat 34 minggu. Melakukan pemeriksaan USG
mengancam jiwa karena disfungsi vaskular untuk memantau perkiraan berat badan
dan peradangan sistemik yang melibatkan janin. Melakukan pemeriksaan
otak, hati dan ginjal, yang disebut kondisi kardiotokografi (CTG) secara teratur
parah dan komplikasi. Pedoman Kanada di (Mccarthy & Kenny, 2015). Hal tersebut
2014 menetapkan bahwa komplikasi parah sesuai dengan pelaksanaan yang dilakukan
preeklamsia merupakan pedoman untuk pada lima kasus yaitu pemantauan tekanan
penghentian kehamilan. Komplikasi parah darah sebagai upaya pengendalian tekanan
tersebut termasuk eklamsia, sindrom leuco darah, pemberian steroid profilaksis yaitu
encepalopathy posterior reversibel, deksametason untuk pematangan paru
kerusakan retinal, Glasgow Coma Scale janin, dan pemeriksaan menggunakan
<13, stroke, Transient Ischemic Attack / ultrasonografi dan CTG untuk memantau
TIA, hipertensi berat yang tidak terkontrol kesejahteraan janin.
(dalam Terapi antihipertensi diberikan untuk
12 jam setelah minum tiga obat menurunkan tekanan darah. Terapi obat
antihipertensi), saturasi oksigen antihipertensi bertujuan untuk mengurangi
<90%, iskemia atau infark miokard, jumlah morbiditas dan mortalitas ibu, menurunkan
trombosit <50x10 / L, gagal ginjal akut, prematuritas, dan menjaga tekanan darah
disfungsi hati, pembesaran atau ruptur hati, sistolik kurang dari 160 mmHg dan tekanan
lahir mati, solusio (Dasgupta et al, 2014). darah diastolik kurang dari 110 mmHg.
Dalam kasus yang diteliti tidak ada Pengobatan alternatif yang diberikan adalah
komplikasi karena hemodinamik ibu yang obat antihipertensi yang bekerja cepat,
stabil, tidak ada kejang, tekanan darah seperti kapsul nifedipine, parenteral
terkontrol, dan kesejahteraan janin. hydralazine, dan labetalol. Pemberian terapi
Eksekusinya termasuk skrining hipertensi kategori preeklamsia sesuai
untuk tanda-tanda hipertensi menggunakan dengan perhitungan Mean Arterial Pressure
pemeriksaan tekanan darah dan urin. (MAP) (WHO, 2011).
Pertunjukan Dalam semua kasus, obat
antihipertensi diberikan untuk mengontrol
hipertensi,
Padahal obat antihipertensi tidak terbukti tanda keracunan dilakukan dengan
dapat mencegah preeklamsia. Ada pemeriksaan
berbagai macam jenis obat anti hipertensi
yang diberikan, seperti oral adalate,
methyldopa, dopamet dan nifedipine.
Nifedipine adalah penghambat kalsium
yang dapat digunakan dalam 5
Dosis oral 10mg, dosis dapat diulang setiap
20-30 menit atau sesuai kebutuhan sampai
target MAP tercapai. Obat tidak boleh
diletakkan di bawah submukosa lidah (sub
lingual) karena penyerapan terbaik adalah
melalui saluran pencernaan makanan
(Easterling, 2014).
Pemberian magnesium sulfat
(MgSO4) (4gr intravena (IV) kemudian
1g / jam) dapat mencegah eklampsia
(Duley et al, 2010). Magnesium sulfat
diindikasikan sebagai antikonvulsan
pertama. Pemantauan dapat dilakukan
setiap empat jam untuk mengamati efek
samping (kelumpuhan otot, refleks absen,
depresi pernapasan, dan aritmia jantung).
Penawarnya adalah 10 mg kalsium
glukonat 10% yang diberikan perlahan-
lahan melalui infus. 97% magnesium sulfat
dikeluarkan melalui urine, sehingga
oliguria (<80 ml / jam) dapat menyebabkan
keracunan (Mccarthy
& Kenny, 2015).
Dalam kasus yang dikelola, semua
ibu hamil dengan preeklamsia diberikan
MgSO4 4 gr dan pemeliharaan 1gr / jam
diberikan selama 1x24 jam. Saat
pemberian MgSO4, pemantauan tanda-
patela, gejala depresi pernafasan (respirasi
<16x / m), dan pemantauan jumlah produksi
urin. Selain itu, menyiapkan 10% kalsium
glukonat dalam 10cc sebagai penawar jika
muncul tanda dan gejala keracunan.
Olahraga dan aktivitas fisik telah
banyak dipelajari dan diyakini dapat
meminimalkan efek preeklamsia. Penelitian
yang dilakukan oleh Kasawara et al (2012)
menyebutkan bahwa aktivitas fisik dalam
kelompok relaksasi dapat melindungi
seseorang dari preeklamsia. Dalam studi yang
dilakukan oleh Seon Ae Yeo di
Tahun 2010, ditemukan bahwa detak jantung
orang tersebut pada kelompok peregangan
secara signifikan lebih rendah daripada
mereka yang berada pada kelompok kontrol.
Wanita hamil yang pernah melakukan
aktivitas fisik berisiko mengalami peningkatan
tekanan darah. Aktivitas fisik pada ibu hamil
merupakan salah satu cara untuk mencegah
terjadinya peningkatan tekanan darah yang
merupakan salah satu gejala preeklamsia
(Chobanian, 2004). Salah satu gerakan fisik
yang dilakukan oleh pasien yang dirawat yaitu
ibu hamil preeklamsia adalah teknik relaksasi
otot progresif.
Teknik relaksasi progresif merupakan
teknik yang menitikberatkan pada aktivitas
otot, dengan mengidentifikasi otot yang
tegang kemudian mengurangi ketegangan
tersebut dengan melakukan teknik relaksasi
untuk mendapatkan perasaan rileks (Murphy,
1996).
Relaksasi menggambarkan kemampuan rawat inap di kamar bayi (ruang perina).
untuk mengontrol faktor gaya hidup seperti Masalah keperawatan yang muncul
tidur, kualitas hidup dan faktor sosial pada semua kasus adalah gangguan perfusi
seperti stres, marah, sedih dan lain jaringan, risiko tinggi cedera janin dan
sebagainya. Relaksasi juga diketahui dapat ansietas. Hasil pengukuran menggunakan
menurunkan tingkat stres selama HARS menemukan bahwa kelima kasus
kehamilan (Tragea, Chrousos, tersebut juga mengalami kecemasan dengan
Alexopoulos, & Darviri, 2014). tingkatan yang berbeda. Kecemasan bisa
Sedangkan Townsend (1996) memperburuk kejadian preeklamsia.
menjelaskan keunggulan teknik ini adalah Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
mengurangi ketegangan otot, kecemasan, kecemasan berhubungan dengan
insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, preeklamsia pada wanita hamil (Kurki et al
kejang otot, nyeri leher punggung, tekanan 2000). Penelitian yang dilakukan oleh
darah tinggi, fobia ringan, dan gagap Isworo, Hakimi, & TA (2012), juga
ringan. Teknik relaksasi progresif menemukan bahwa risiko preeklamsia pada
membantu individu untuk mengurangi ibu hamil akan meningkat 7,84 kali lebih
stres dan menjadi rileks. tinggi pada ibu yang menderita kecemasan
Kehamilan dapat dipertahankan dibandingkan dengan ibu yang tidak
sampai usia "aterm" setelah periode mengalami kecemasan. Selain itu, ada
observasi dan stabilisasi tanpa komplikasi empat masalah keperawatan yang muncul
maternal dan neonatal. Namun jika tidak pada semua kasus yaitu gangguan
komplikasi parah terjadi pada ibu dan janin, keseimbangan elektrolit, risiko tinggi
maka kehamilan harus dihentikan. Dalam infeksi, serta intoleransi aktivitas dan nyeri.
kasus yang dirawat, kehamilan dalam Hal ini terkait dengan keadaan yang
empat kasus diawetkan. Namun pada kasus berbeda dari setiap pasien yang juga
keempat, penghentian kehamilan harus menimbulkan masalah yang berbeda pula.
dilakukan setelah dua hari pengobatan Semua pasien menerima pendidikan
untuk mematangkan paru-paru janin, yang hampir sama dalam tindakan
karena tekanan darah yang tidak terkontrol keperawatan. Mereka menerima penjelasan
dan PEB yang memburuk. Setelah tentang penyebab, dampak dan pengobatan
terminasi, ibu dan janin diselamatkan, preeklamsia. Hal ini perlu karena walaupun
bayinya langsung dimasukkan ke ruang kasusnya meliputi ibu yang baru pertama
"perawatan gabungan" setelah satu hari kali (primi) dan yang pernah hamil
sebelumnya (multi), keduanya mengalami
preeklamsia pada kehamilannya untuk
pertama kali. Pada saat perencanaan
pulang, semua pasien sudah
juga diberikan penjelasan tentang risiko mengatasi kecemasan, meningkatkan
terjadinya preeklamsia lagi pada pengetahuan ibu tentang penyakitnya dan
kehamilan berikutnya. Para ibu “multi” menjaga privasi pasien. Ada juga tindakan
lebih diutamakan untuk mencegah untuk memenuhi pelestarian integritas
kehamilan dengan metode KB non sosial seperti menjaga komunikasi dan
hormonal, sedangkan ibu “primi” yang sosialisasi tidak terganggu. Hasil akhir
ingin hamil kembali disarankan untuk evaluasi adalah peningkatan kualitas
melakukan pemeriksaan kehamilan secara asuhan keperawatan dan kondisi pasien,
rutin. hemodinamik stabil, tidak ada kejang,
Intervensi dan implementasi yang tekanan darah terkontrol, kondisi janin
dilakukan pada masing-masing kasus sehat, penurunan kecemasan pasien, dan
disesuaikan dengan masalah yang muncul, peningkatan kemandirian pasien.
sesuai dengan penatalaksanaan pasien Integrasi teori Konservasi Levine
preeklamsia dengan menerapkan teori dan gejala tidak menyenangkan berhasil
keperawatan Levine's Conservation and dan saling mendukung untuk memenuhi
Un Pleasant Symptom. Semua tindakan kebutuhan ibu hamil dengan preeklamsia.
yang dilakukan adalah untuk mencapai Preeklamsia pada ibu hamil akan
konservasi energi seperti memenuhi berdampak pada ibu dan janin yang
kebutuhan nutrisi, oksigenasi, aktivitas dan membuat ibu mengalami gejala
istirahat, serta mencegah kelelahan akibat ketidaknyamanan seperti pusing dan
nyeri dan ketidaknyamanan (pusing). cemas. Sedangkan untuk nyeri, tidak
Semua tindakan yang dilakukan untuk semua pasien mengalaminya karena
mencegah kelelahan pasien perlu ambang nyeri pada setiap individu berbeda
dilakukan dalam satu waktu, agar tidak satu sama lain. Oleh karena itu ibu
mengganggu istirahat pasien. Selain itu, membutuhkan bantuan perawat untuk
ruangan harus dimodifikasi agar tetap memperbaiki kondisinya dan mencegah
tenang dan jam kunjungan pasien harus komplikasi pada ibu dan janinnya (Smith
dibatasi. Semua tindakan juga diambil & Liehr, 2008).
untuk memenuhi pelestarian integritas Keunggulan teori gejala tidak
struktural seperti perbaikan kondisi fisik, menyenangkan adalah cocok diterapkan
peningkatan kesejahteraan ibu dan janin, pada klien prenatal karena menitikberatkan
mengontrol tekanan darah, dan mencegah pada gejala yang dirasakan ibu selama
kejang. Tindakan juga dilakukan untuk hamil sebagai akibat dari respon fisiologis
memenuhi pelestarian integritas pribadi dan psikologis.
seperti
saat menyesuaikan dengan kehamilan. saat menyesuaikan dengan kehamilan.
Sedangkan kekurangan teori ini jika Sedangkan kekurangan teori ini jika
diterapkan pada kasus prenatal adalah diterapkan pada kasus prenatal adalah
analisisnya lebih ditekankan pada perasaan analisisnya lebih ditekankan pada perasaan
subyektif ibu, walaupun tanda-tanda subyektif ibu, walaupun tanda-tanda
obyektif juga dapat dilihat dengan obyektif juga dapat dilihat dengan
mengamati dan melakukan pemeriksaan mengamati dan melakukan pemeriksaan
fisik. Penelitian menjadi tidak fisik. Penelitian menjadi tidak
komprehensif dimana aspek spiritual, komprehensif dimana aspek spiritual,
seksual dan budaya tidak dikaji secara seksual dan budaya tidak dikaji secara
spesifik. spesifik.

KESIMPULAN REFERENSI
Integrasi teori Konservasi Levine dan Alligood, MR (2010). Teori Keperawatan:
gejala tidak menyenangkan berhasil dan Pemanfaatan & Aplikasi. (Edisi ke-
4). Maryland Heights, Missouri:
saling mendukung untuk memenuhi Mosby Elsevier.
kebutuhan ibu hamil dengan preeklamsia. Anggraini, DG, Tamela, P., & Fitrayeni.
Preeklamsia pada ibu hamil akan (2014). Faktor Risiko Kejadian
Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di
berdampak pada ibu dan janin yang RSUP DR.M. Djamil Padang, Jurnal
membuat ibu mengalami gejala Kesehatan Masyarakat Andalas, 38–
44.
ketidaknyamanan seperti pusing dan
Badan Litbangkes. Riset Kesehatan Dasar
cemas. Sedangkan untuk nyeri, tidak (Riskesdas) 2010. Badan Penelitian
semua pasien mengalaminya karena dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) Kementerian
ambang nyeri pada setiap individu berbeda Kesehatan Republik Indonesia
satu sama lain. Oleh karena itu ibu (Kemenkes RI), Jakarta, 2010.
membutuhkan pertolongan perawat untuk Bujold E, Roberge S, Lacasse Y, dkk.
2010. pencegahan preeklampsia dan
memperbaiki kondisinya dan mencegah hambatan pertumbuhan intrauterin
komplikasi pada ibu dan janinnya. dengan aspirin dimulai pada awal
kehamilan: meta-analisis. Obstet
Keunggulan dari teori gejala tidak Gynecol 2010 Agustus; 116 (2pt 1):
menyenangkan ini adalah cocok 402-14.

diterapkan pada klien prenatal karena Bhasavanthappa, B T. (2007). Perawatan


Teori. New Delhi: JBMP.
menitikberatkan pada gejala yang
AV Chobanian (2004). Pencegahan,
dirasakan ibu selama hamil sebagai akibat Deteksi, Evaluasi dan Pengobatan
dari respon fisiologis dan psikologis. Tekanan Darah Tinggi. 10 Mei
2014.
http: Hasil kebidanan remaja dan ibu
www.nhlbi.gov/resources/docs/ yang lebih tua: pengalaman dari
cht-book.htm. Arab Saudi. Jurnal Internasional
Cobb, S.E (2007). Latihan model
persamaan struktural pada wanita
memanfaatkan teori gejala tidak
menyenangkan dan variabel sosial.
proquest disertasi.
Dasgupta K, Quinn RR, Zarnke KB, dkk.
Rekomendasi Program Pendidikan
Hipertensi Kanada 2014 untuk
pengukuran tekanan darah, diagnosa,
penilaian risiko, pencegahan, dan
pengobatan hipertensi. Can J Cardiol
2014
Mungkin; 30 (5):
485-501.
Doherty, DA, Magann, EF, Francis, J.,
Morrison, JC, & Newnham, JP
(2006). Indeks massa tubuh sebelum
kehamilan dan hasil kehamilan.
Jurnal Internasional Ginekologi dan
Kebidanan, 95 (3),
242–247.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijgo.2006.
06.021
Dssursuldwh, O., Fduh, S., Revhuydwlrq,
Z., Rxwfrphv, S., Pruelglw, VP, &
Pru, DQG (2013). Hipertensi dalam
Kehamilan, 122 (5), 1122–1131.
Duley L, Gulmezoglu AM,
Henderson_Smart DJ, dkk.
Magnesium sulfat dan antikonvulsan
lainnya untuk wanita dengan
preeklampsia. Cochrane Database
Syst Rev 2010; (11): CD000025.
Bukti, NHS, & Praktek, C. (2015).
Hipertensi saat hamil. Lanset,
2 (7933), 487–489. doi: S0140-
6736 (75) 90552-8
[pii]
Easterling, TR (2014). Penatalaksanaan
farmakologis hipertensi pada
kehamilan. Seminar di Perinatology,
38 (8), 487–495. doi: 10.1053 /
j.semperi.2014.08.016
El-Gilany AH, & Hammad S. (2012).
Penelitian Kolaboratif pada
Penyakit Dalam & Kesehatan
Masyarakat.
4 (6): 903.
Hadiah, A. (2004). Gejala yang tidak
menyenangkan. Dalam TS Bredow (Ed),
teori kisaran tengah: aplikasi untuk
penelitian keperawatan (pp. 78-94).
Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Hofmeyr GJ, Lawrie TA, Atallah AN, dkk.
(Suplementasi kalsium selama
kehamilan untuk lebih memilih
gangguan hipertensi dan masalah terkait.
Cochrane Database Syst Rev 2014; 6:
CD001059.
Hsiao, Chao-Pin. (2008). stres, gejala, gejala
dstress dan gejala self management pada
kanker prostat lokal. disertasi universitas
arizona.
Isworo, A., Hakimi, M., & TA, W. (2012).
Hubungan antara Kecemasan dengan
Kejadian Preeklampsia Di Kabupaten
Banyumas Jawa Tengah. Berita
Kedokteran Masyarakat,
28 (1), 9–19.
Kasawara, KT, Nascimento, SL Do, Costa,
ML, Surita, FG, & E Silva, JLP (2012).
Latihan dan aktivitas fisik dalam
pencegahan pre-eklamsia: Tinjauan
sistematis. Acta Obstetricia et
Gynecologica Scandinavica, 91 (11),
1147–1157. doi: 10.1111 / j.1600-
0412.2012.01483.x
Keman. K, Prasetyorini. N, Langgar. MJ
(2009, Juli). Perbandingan Ekspresi p53,
Bcl-2, dan indeks apoptosis trofoblas
pada preeklamsia / eklamsia dan
kehamilan normal. Majalah Obstetri
Ginekologi Indonesia, 151-159.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(2012). Pusat Data dan Informasi Profil
kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kurki T et. Al. Depresi dan Kecemasan (29.3) Andr e, 29. doi: 10.1016 /
pada Awal Kehamilan dan Risiko j.bpobgyn.2015.04.001
Preeklamsia. 2000. Tersedia dari:
Mccarthy, F., & Kenny, LC (2015).
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/diterbit
Hipertensi saat hamil. Obstetri,
kan. Diakses pada tanggal 6 Juni
Ginekologi & Pengobatan
2016.
Reproduksi, 25 (8), 229–
Lenz, ER & Pugh, L C. (2008). Teori 235. doi: 10.1016 / j.ogrm.
gejala yang tidak menyenangkan. 2015.05.004
dalam Smith, MJ & Liehr, P R. (Ed) Moroz, LA, Simpson, LL, & Rochelson, B.
Middle Range Theory for Nursing (2015). Penatalaksanaan hipertensi
(pp 159- berat pada kehamilan. Semin
182). Edisi ke-2. New York: Springer Perinatol, 1–7. doi: 10.1053 /
Perusahaan Pulishing. j.semperi.2015.11.017
Lenz, ER, Pugh, LC, Milligan, RA, Myers, JS (2009). Perbandingan Teori
Hadiah, A., & Suppe. F. (1997). Gejala Tidak Menyenangkan dan
Teori kisaran menengah dari gejala Model Konseptual Perubahan Terkait
yang tidak menyenangkan: Kemoterapi dalam Fungsi Kognitif.
pembaruan. ANS Adv Nurs Sci, 19 Forum Keperawatan Onkologi. Vol.
(3), 14-27. 36, No. 1. E1- E10.
Lenz, ER, Suppe, F., Hadiah, AG, Pugh, Standar Kesehatan Nasional. Institut
LC, & Milligan, RA (1995). Nasional untuk Keunggulan Klinis.
Pengembangan kolaboratif teori (2010). Hipertensi dalam kehamilan:
keperawatan kelas menengah: penanganan gangguan hipertensi
menuju teori gejala yang tidak selama kehamilan. Clin Guideline.
menyenangkan. ANS Adv Nurs Sci, 29: 163–79.
17 (3), 1-13.
Nishimoto, F., Sakata, M., Minekawa, R.,
Liehr, patricia. (2005). Melihat gejala Okamoto, Y., Miyake, A., Isobe, A.,
dengan lensa teori kisaran dkk. (2009). Faktor transkripsi logam-
menengah. Prosiding. 3.5: 152- I terlibat dalam regulasi faktor
157. pertumbuhan plasenta yang
Susu Rendah, Perry & Cashion. (2013). bergantung pada hipoksia dalam sel
Keperawatan maternitas. Singapura: turunan trofoblas. Endokrinologi.
Elsevier mosby. 150: 1801-
1808.
Magee LA, Pels A, Helewa M, dkk.,
(2014). Atas nama Kelompok Kerja Paramita, T. F & Martini S. (2012).
Gangguan Hipertensi Kanada (HDP). Hubungan antara gaya hidup selama
Diagnosis, evaluasi dan pengelolaan masa kehamilan dan kejadian
gangguan hipertensi kehamilan. preeklampsia. Jurnal Kesehatan
Kehamilan Hypertens; 4: 105-45. Masyarakat Indonesia. Vol 8. Tidak
3 Maret 2012. 122-125.
Magee, LA, Pels, A., Mahasiswa, M.,
Bujold, E., Anne-marie, C., Douglas, Parker, ME (2005). Teori keperawatan dan
MJ,… Sebbag, I. (2015). Praktik & praktik keperawatan. Philadelphia:
Penelitian Terbaik Klinik Kebidanan Perusahaan FA Davis.
dan Kandungan Gangguan hipertensi Persatuan Obstetri dan Ginekologi
pada kehamilan Indonesia. (2010). Panduan
Penatalaksanaan Hipertensi Dalam Obat. doi: 10.1016 /
Kehamilan. Jakarta: HKFM POGI. j.ctim.2014.01.006
Reeder, SJ, Martin. LL, & Griffin, DK Organisasi Kesehatan Dunia. (2014).
(2012). Keperawatan Maternitas: Kesehatan Ibu dan Reproduksi. WHO
kesehatan perempuan, bayi dan press: Genewa.
keluarga. Alih bahasa: Yati A.,
Organisasi Kesehatan Dunia. (2011).
Imami NR, Sri D. Jakarta: Penerbit
Rekomendasi WHO untuk
Buku Kedokteran EGC.
pencegahan dan pengobatan
Roberts et al. (2013). Hipertensi saat hamil. preeklamsia dan eklamsia. WHO
American College of Obstetricians press: Genewa.
and Gynecologists. Obstet Gynecol;
Kelompok Studi WHO. (2007). Gangguan
122; 1122-31.
hipertensi pada kehamilan. Seri
SeonAe Yeo. (2010). Latihan peregangan laporan teknis WHO no 758. Jenewa:
prenatal dan respons autnomic: data Organisasi Kesehatan Dunia.
awal dan model untuk mengurangi
preeklampsia. Jurnal Beasiswa
Keperawatan. 42:, 113-121.
Sibai, Baha M. (2010). Induksi Persalinan
Meningkatkan Hasil Ibu
Dibandingkan Dengan Pemantauan
Harapan Pada Wanita Dengan
Hipertensi Gestasional Atau Pre-
Eklamsia Ringan. Obat Berbasis
Bukti, Vol. 15 (1): 11-12.
Perkumpulan Ahli Obstetri dan Ginekologi
Kanada. (2008). Evaluasi diagnosis
dan pengelolaan penyakit hipertensif
kehamilan. Journal of Obstetric
Gynaecologiy canada. 30 (3): s1- s6.
Sumanti. N., Noormartany., Alamsyah.
M., & Rostini. T. (2013). Kadar asam
urat serum sebagai biomarker
preeklamsia. MKB. 45 (2): 98-104.
Tomey, A.M, & Alligood, MR (20100.
Teori Keperawatan dan Pekerjaan
Mereka. (Edisi ke-7). Maryland
Heights, Missouri: Mosby Elsevier.
Tragea, C., Chrousos, GP, Alexopoulos,
EC, & Darviri, C. (2014). Uji coba
terkontrol secara acak tentang efek
program manajemen stres selama
kehamilan. Terapi Pelengkap di
Aktivitas Anti Diabetes Kulit Jeruk Nipis secara
In Vitro
(Citrus Amblycarpa (HASSK.)
OCHSE)

Gempita Cahaya Aulia Tambunan


Universitas Prima Indonesia

Aparna Dutt
Universitas Prima Indonesia

Sayra Nadhifa
Universitas Prima Indonesia

Firdha Amelia
Universitas Prima Indonesia

Ermi Girsang
Universitas Prima Indonesia, ermigirsang@unprimdn.ac.id

Abstrak
Ada berbagai macam obat anti diabetes alami yang potensial; salah satunya adalah kulit
jeruk nipis atau Citrus amblycarpa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
anti diabetes dan kandungan fitokimia kulit jeruk nipis. Penelitian ini merupakan
penelitian quasy eksperimental dengan rancangan post-test only control group design.
Kulit jeruk nipis yang dikumpulkan dari pasar buah Berastagi di Medan, Sumatera Utara
diekstraksi menggunakan etanol 70% dengan metode maserasi. Skrining fitokimia
mengidentifikasi adanya fenolik, steroid / triterpenoid, terpenoid, saponin, flavonoid,
tanin, dan alkaloid. Sedangkan aktivitas antidiabetes dari kulit jeruk nipis dievaluasi
menggunakan enzim α-glukosidase yang diperoleh dari Saccharomyces cerevisiae
dengan metode inhibisi enzim α-glukosidase. Persen penghambatan dinyatakan sebagai
Mean ± SD dan dianalisis dengan One Way ANOVA, Tukey HSD Post Hoc Test, dan
dilanjutkan dengan regresi linier. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan persentase inhibisi enzim α-glukosidase yang signifikan pada masing-masing
konsentrasi dengan nilai IC50 sebesar 125.93 ± 9.14 µg / mL. Kandungan fitokimia kulit
jeruk nipis adalah flavonoid, fenol, steroid / triterpenoid, dan alkaloid. Oleh karena itu,
kulit jeruk nipis memiliki aktivitas antidiabetes dengan cara menghambat enzim α-
glukosidase.
Kata kunci: Kulit jeruk nipis, enzim α-glukosidase, anti diabetes, Citrus
amblycarpa

menderita diabetes dan akan meningkat


PENGANTAR
menjadi 366 juta orang di
Diabetes Mellitus Tipe 2 atau Insulin
Independent Diabetes Mellitus adalah
penyakit kronis yang membutuhkan
pengobatan dan strategi yang intens untuk
mengurangi faktor risiko dan mengontrol
glukosa darah. Berdasarkan estimasi WHO
(World Health Organization), sekitar 171
juta orang di dunia pada tahun 2000

NomorDiterima:
Mengirim: 15 Januari 2020, p-ISSN: 1978-6743, Nomor
21 Januari 2020, e-ISSN: 2477-3948
DOI:
https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.1437
2030. Sementara itu, berdasarkan taksiran
ADA (American Diabetic Association),
biaya perawatan diabetes di Amerika
Serikat menghabiskan sejumlah dana
nasional sebesar
$ US 132 miliar pada tahun 2002 dan akan
meningkat menjadi $ US 192 miliar pada
tahun 2020 (American Diabetes
Association, 2015; Organisasi Kesehatan
Dunia, 2016).
Prevalensi diabetes pada
Indonesia dilaporkan oleh laporan tahunan

NomorDiterima:
Mengirim: 15 Januari 2020, p-ISSN: 1978-6743, Nomor
21 Januari 2020, e-ISSN: 2477-3948
DOI:
https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.1437
27 Nurul
Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. Evi, Imami
1, Februari Nur
2020, Rachmawati,
Hal. 26-33 Tri Budiarti 27
Model Konservasi Levine dan Teori Gejala Tidak Menyenangkan dalam Asuhan Keperawatan Wanita Hamil
Dinamakan Riskesdas tahun 2013 pesawat cincindengan
(BorgesPreeklamsia:
de Melo,Studi Kasus
da Silveira
menunjukkan bahwa prevalensi diabetes di Gomes dan Carvalho, 2006; Gordon,
Indonesia sebesar 1,5 persen yang 2010).
didiagnosis oleh dokter, dan prevalensinya Sebagai salah satu obat anti
bervariasi di beberapa provinsi di hiperglikemik oral, inhibitor enzim
Indonesia. Tiga provinsi teratas penderita glukosidase merupakan inhibitor kompetitif
diabetes melitus yang didiagnosis oleh terhadap enzim alfa-glukosidase. Enzim ini
dokter adalah Yogyakarta (2,6%), Jakarta ditemukan di tepi sikat usus untuk
(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan menghidrolisis oligosakarida, trisakarida,
Kalimantan Timur (2,3%) (Badan dan disakarida. Di sisi lain, enzim ini juga
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan ditemukan di dalam hati yang mencegah
Kementerian Kesehatan). RI, 2013). glikogenolisis untuk mengontrol kadar
Ada empat jenis obat glukosa darah pada kisaran normal (Borges
antihiperglikemik oral. Ini adalah pemeka de Melo, da Silveira Gomes dan Carvalho,
sensitif insulin, sekretagog insulin, 2006; Naquvi et al.,
penghambat glukosidase, dan incretin. 2011).
Acarbose adalah salah satu obat Terdapat berbagai sumber alami
antihiperglikemik oral yang menghambat yang memiliki aktivitas antidiabetes
enzim α-glukosidase dalam tubuh melalui penghambatan enzim alfa-
manusia. Obat ini bertindak sebagai glukosidase dengan berbagai derajat
inhibitor kompetitif untuk enzim α- penghambatan. Ini adalah Gymnrma
glukosidase (Soegondo, sylvestre, Momordica charantia,
2017). Trigonella foenum graecum, Pterocarpus
Enzim glukosidase merupakan enzim marsupium, Murraya koenigii, dan sumber
yang mengkatalisis hidrolisis ikatan alam lain yang memiliki aktivitas
glikosida pada oligosakarida atau penghambat. Salah satu sumber alam yang
glikokonjugat. Enzim ini secara khusus belum banyak dieksplorasi dalam aktivitas
menghidrolisis ikatan glikosida dalam antidiabetes adalah jeruk nipis (Citrus
molekul gula. Ada dua jenis enzim ini, amblycarpa). Jenis lain dari jeruk
yaitu alfa dan beta glukosidase yang 'memiliki aktivitas anti-diabetes melalui
menghidrolisis ikatan glikosida baik dalam penghambatan alfa-glukosidase atau
bentuk alfa maupun beta. Ikatan alfa penghambatan enzim amilase. Citrus
glukosida merupakan ikatan glukosa amblycarpa, sebagai bagian dari Citrus,
dengan gugus hidroksil di bawah bidang mungkin memiliki aktivitas anti-diabetes
cincin, sedangkan ikatan beta berada di atas yang sama. Studi sebelumnya yang
28 Nurul
Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. Evi, Imami
1, Februari Nur
2020, Rachmawati,
Hal. 26-33 Tri Budiarti 28
dilaporkan Model
olehKonservasi
Putra Levine
et dan
al. Teori Gejala Tidak Menyenangkan dalam Asuhan Keperawatan Wanita Hamil
(2018)
dengan Preeklamsia: Studi Kasus
menunjukkan bahwa etanol
Ekstrak daun jeruk amblycarpa memiliki Proses maserasi ulang dikumpulkan untuk
beberapa fitokimia seperti flavonoid, diuapkan dengan rotary vacuum evaporator
polifenol, tanin, dan glikosida yang juga pada suhu 50HaiC untuk membentuk ekstrak
ditemukan pada jenis jeruk lain yang pekat yang dikenal sebagai ekstrak etanol
menunjukkan aktivitas anti diabetes kulit jeruk nipis dan biji (Widowati et al.,
(Putra, Satriawati dan Astuti, 2018). 2014, 2016, 2017; Widowati, Widya
Berdasarkan informasi di atas, penelitian Janeva, dkk., 2018).
ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas Sebelum dilakukan uji inhibisi enzim
antidiabetes pada kulit jeruk nipis (Citrus α-glukosidase, ekstrak etanol dilakukan
amblycarpa) dan kandungan fitokimianya. proses skrining fitokimia berdasarkan
prosedur yang dijelaskan oleh Widowati et
METODE
al. (Widowati et al., 2016, 2017; Widowati,
Penelitian ini merupakan penelitian
Widya Janeva, et al., 2018). Skrining
eksperimental dengan desain post-test only
fitokimia mengidentifikasi adanya fenolik,
control group design. Kapur yang
steroid / triterpenoid, terpenoid, saponin,
digunakan dalam penelitian ini diperoleh
flavonoid, tanin, dan alkaloid.
dari pasar buah Berastagi di Medan
Uji penghambatan enzim α-
Sumatera Utara. Kapur diidentifikasi di
glukosidase harus dimulai dengan
Laboratorium Herbarium Fakultas Ilmu
menyiapkan larutan enzim. Larutan enzim
dan Teknologi Hayati - Program Sains di
dibuat dengan mencampurkan 1 mg enzim
Institut Teknologi Bandung. Sedangkan
α-glukosidase ke dalam 100 ml buffer
keseluruhan penelitian ini dilakukan di
fosfat (pH
Aretha Medika Utama Biomolecular and
7.0) yang mengandung 200 mg albumin
Biomedical Research Center Bandung.
serum sapi sebelum digunakan, larutan
Jeruk nipis dicuci bersih, dan kulit
harus dilarutkan dengan 1/50 buffer fosfat.
buah dipisahkan dari daging buah. Ini
Selanjutnya jumlahnya 25
dikeringkan dengan dehidrator makanan
µL larutan enzim dicampurkan ke dalam
dan disatukan menjadi bubuk Simplisia.
larutan substrat yang mengandung 25 µL
Serbuk simplisia diekstraksi menggunakan
p-nitrofenil α-D-glukopiranosida 20 mM
etanol 70% selama 24 jam dengan metode
sebagai substrat, 45 µL buffer fosfat, dan 5
maserasi. Setelah itu disaring, dan residu
µL larutan sampel (larutan DMSO sebagai
dimaserasi ulang selama dua hari.
kontrol). Campuran ini diinkubasi
Sedangkan filtrat maserasi dan

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


di 37HaiC selama 30 menit. Setelah itu, file Keluarga : Rutaceae
reaksi dihentikan dengan menambahkan 100 µL Marga : Jeruk
0,2 M Na2BERSAMA3 larutan. Absorbansi Jenis : Citrus amblycarpa (Hassk.)
diukur pada panjang gelombang 400 nm oleh Ochse
spektrofotometri, dan persen penghambatan Sinonim: Citrus limonellus var.
enzim ditentukan dengan formulasi berikut amblycarpa Hassk.
(Widowati et al.,
Hasil Ekstrak
2011; Gondokesumo, Kusuma dan
Penelitian ini menggunakan kulit jeruk
Widowati, 2017; Pujimulyani dkk., 2018;
nipis sebagai sampel. Sampel diekstraksi
Widowati, Wargasetia, dkk., 2018):
menggunakan
(𝐶 -𝑆)
𝐶
X 100% 70% etanol dengan metode maserasi. Hasil
C: Absorbansi kontrol ekstraksi ditunjukkan oleh tabel berikut.
S: Absorbansi sampel Tabel 1 Hasil Ekstrak Etanol dari
Kulit Jeruk Nipis
Persentase penghambatan enzim
Menim
bang
dinyatakan sebagai Mean ± SD. Persentase Itu
t dari
volu Daya Volu Bobo Yiel
Simpli me
inhibisi enzim dianalisis dengan One Way cia
tahan me t ht d dari
dari ion dari Extra Extra
ANOVA dan dilanjutkan dengan Tukey Powde 70% Macerat Filtrat ct (g) ct
r Ethan e
(g) ol
Tes HSD Post Hoc. Selanjutnya,
500 Tiga 350
150
Analisis dilanjutkan dengan regresi linier mL hari mL 59,6 39,7

untuk menentukan Konsentrasi


Skrining Fitokimia
Penghambatan
Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol dari
50 (IC50) dari setiap ekstrak.
kulit jeruk nipis ditunjukkan oleh tabel
HASIL berikut.
Identifikasi Sampel Tabel 2 Penapisan Fitokimia
Hasil identifikasi file Ekstrak Kulit Jeruk Nipis
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
P.hytocdiamical Result
menunjukkan bahwa itu adalah jeruk nipis Ordo: Sapindales
atau Jeruk Sambal
Indonesia yang memiliki nama ilmiah
Citrus amblycarpa (Hassk.) Ochse.
Kerajaan: Plantae Divisi:
Magnoliophyta Kelas:
Magnoliopsida Subkelas:
Rosidae
Flavonoid + Saponin - Fenol + Tanin -
Steroid / Triterpenoid + Terpenoid -
Alkaloid +
Berdasarkan tabel di atas, ekstrak etanol kulit
jeruk nipis memiliki beberapa
Fitokimia meliputi flavonoid, fenol, steroid untuk menentukan IC50 nilai, dan hasil
/ triterpenoid, dan alkaloid. analisis ditunjukkan oleh tabel berikut.

Uji Penghambatan Enzim α- Tabel 4. Analisis Regresi Linier terhadap


Glukosidase Persentase Hambatan

Hasil uji penghambatan enzim α-


Glukosidase ditunjukkan sebagai persen IC50 IC50
Persamaan Pengulangan R2
inhibisi. Selanjutnya, persen (µg/ mL) (µg/ mL)
Pengulan Y= 0,99
penghambatan enzim α- Glukosidase gan 0,3614x
pertama + 7.4823 117.65
dibandingkan antara masing-masing Y= 0.98
Pengulan 0,2982x
kelompok gan
kedua
konsentrasi, dan hasil dari + 9.5231 135.74 125.93
Pengulan Y= 0,99 ± 9.14
perbandingan ditunjukkan oleh tabel
gan 0,333x +
berikut. ketiga 8.5752 124.40
Rata-rata Y = 0,99
Tabel 3 Perbandingan α-Glukosidase 0,3309x
aktivitas penghambatan enzim di + 8.5269 125.33
setiap konsentrasi Etanol
Ekstrak dari Kulit Berdasarkan tabel di atas, IC50 dari
Jeruk Nipis Ekstrak etanol dari kulit jeruk nipis adalah
125,95
Konsentrasi (µg / mL) Persen
(%) Penghambatan
3.13 6.60 ± 0.83Sebuah 125,93 ± 9,14 µg / mL. Artinya diperlukan
6.25 12.79 ± 1.16ab
12,50 12,30 ± 1,36ab ekstrak etanol 135.07-116.79 µg / mL kulit
25.00 16.33 ± 1.61b
50,00 24,73 ± 0,95c jeruk nipis untuk menghambat 50% α-
100,00 45,20 ± 0,55d Glukosidase.
200,00 73,05 ± 6,21e
Data dinyatakan sebagai Mean ± SD.
DISKUSI
Perbedaan superskrip menunjukkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
signifikansi pada P-Value <0,05
peningkatan konsentrasi ekstrak etanol
berdasarkan Tukey HSD Post Hoc Test.
menyebabkan peningkatan aktivitas
Berdasarkan tabel di atas, konsentrasi
penghambatan enzim α-glukosidase. Itu
yang lebih rendah menunjukkan perbedaan
ditunjukkan oleh gambar berikut.
yang signifikan dalam persentase hambatan
pada P-Value <0,05. Namun, pada
konsentrasi yang lebih tinggi, perbedaan
persentase penghambatan tidak signifikan.
Artinya semakin tinggi konsentrasi, reaksi
mulai jenuh. Selanjutnya analisis
dilanjutkan dengan regresi linier
Gambar 1. Pengaruh Berbagai Konsentrasi senyawa fenol memiliki aktivitas anti
Ekstrak Etanol dari Citrus amblycarpa
terhadap Penghambatan Enzim α- diabetes melalui penghambatan α-amilase,
Glukosidase α-glukosidase, dan β-galaktosidase
Enzim α-Glukosidase biasanya (Bouabid et al., 2018).
ditemukan di usus manusia untuk Penelitian sebelumnya tentang
menurunkan karbohidrat. Enzim ini aktivitas antidiabetes dari kulit jeruk nipis
menghidrolisis tulang α-glikosida pada masih belum ada. Namun demikian,
oligosakarida dan menghasilkan α-D- terdapat beberapa penelitian yang
glikosida atau glukosa. Metode yang mengeksplorasi aktivitas farmakologis
digunakan untuk mengevaluasi aktivitas jeruk nipis lainnya, yaitu aktivitas
penghambatan didasarkan pada antioksidan, repelan, dan aktivitas
kemampuan sampel untuk menghambat antimikroba dari kulit, biji, dan daging
reaksi enzim terhadap p-nitrofenil-α-D- buah jeruk nipis (Kusumaningrum, 2015;
glukopiranosida (p-NPG), dan reaksi ini Apriliani, Ramadhan dan Rijai, 2017;
akan menghasilkan α-D-glukosa. dan p- Stevenie dkk., 2019).
nitrofenil yang memiliki warna kuning. Sebagai pembanding, tabel berikut
Reaksi tersebut ditunjukkan oleh gambar akan menunjukkan aktivitas antidiabetes
berikut (Widowati et al., 2011; pada beberapa jenis kulit jeruk yang
Gondokesumo, Kusuma dan Widowati, dilaporkan oleh Lim dan Loh (2016) (Lim
2017; Pujimulyani et al., 2018; Widowati, dan Loh, 2016).
Wargasetia, et al., Tabel 5 Aktivitas Anti-Diabetik dari
Beberapa jenis jeruk
2018).
α-glukosidase Persen Penghambatan
α- α-
p-NPG
Glukosa + p-nitrofenol Sampel Pelarut
Glukosidase amilase
Enzim Enzim
Jeruk 80% 38.17 ± 41.06 ±
maxima Aseton 9.71 10.94
Gambar 2 Reaksi Hidrolisis p-NPG Etil 38.04 ± 30.26 ±
Aktivitas anti diabetes ekstrak etanol Asetat 2.01 11.82
Jeruk 80% 47.16 ± 25.47 ±
dari kulit jeruk nipis disebabkan adanya hystrix Aseton 11.32 6.86
senyawa fenolik seperti flavonoid dan Etil 43.80 ± 26.98 ±
Asetat 8.94 6.54
tanin yang dapat menghambat enzim Jeruk 80% 53.95 ± 15.63 ±
aurantifolia. Aseton 14.34 3.93
penghidrolisis karbohidrat. Pernyataan ini dll Etil 41.37 ± 39.97 ±
Asetat 5.45 8.60
didukung oleh hasil penelitian Bouabid et Jeruk 80% 61.79 ± 32.66 ±
al. (2018). Mereka melaporkan bahwa microcarpa. Aseton 4.13 9.17
dll Etil 45.30 ± 43.99
ekstrak air dan metanol dari Asetat 5.35 ± 22.03

Atractylisgummifera L. yang kaya dalam


Nilai IC50 kulit jeruk nipis (Citrus Segi empat, 62 (44), hlm. 10277–
amblycarpa) adalah 125,93 ± 9,14, lebih 10302. doi:
10.1016 / j.tet.2006.08.055.
tinggi dari jenis kulit jeruk lainnya yang
Bouabid, K. et al. (2018) 'Skrining
ditunjukkan pada tabel di atas. Artinya fitokimia dan evaluasi in vitro alpha
amylase, alpha glukosidase dan beta
kemampuan Citrus amblycarpa sebagai
galactosidase inhibisi oleh Atractylis
penghambat Enzim α- Glukosidase tidak gummifera L. Ekstrak berair dan
organik', Plant Science Today, 5 (3),
sebaik jeruk jenis lainnya.
hlm. 103-112. doi: 10.14719 / pst.
2018.5.3.393.
KESIMPULAN
Gondokesumo, ME, Kusuma, HSW dan
Oleh karena itu kulit jeruk nipis memiliki Widowati, W. (2017) 'α- / β-
Glucosidase dan α-Amylase
potensi aktivitas anti diabetes yang Inhibitory Activities of Roselle
memiliki aktivitas anti diabetes tertinggi (Hibiscus sabdariffa L.) Ethanol
Extract', Molecular and Cellular
yaitu 50 µg / mL, dan nilai IC50 berkisar Biomedical Sciences, 1 (1) , hlm. 34–
125,93 ± 9,14 µg / mL, hal ini disebabkan 40. doi: 10.21705 / mcbs.v1i1.3.
oleh adanya beberapa fitokimia seperti Gordon, DM (2010) 'Struktur dan Fungsi
Molekul Biologis Berukuran Besar',
flavonoid, fenol, steroid / triterpenoid, dan dalam Campbell, NA et al. (eds)
alkaloid. Biologi Edisi Kedelapan Jilid
1. Jakarta: Erlangga.
REFERENSI Kusumaningrum, A. (2015) 'Aktivitas
Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk
American Diabetes Association (2015) Sambal (Citrus microcarpa) sebagai
Standards of Medical Care in Repelan Terhadap Nyamuk Aedes
Diabetes-2015. AS: Asosiasi aegypti L. dengan Metode Whopes',
Diabetes Amerika. doi: Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas
10.2337 / dc14-S014. Kedokteran UNTAN, 2 (1).
Apriliani, M., Ramadhan, AM dan Rijai, L. Lim, SM dan Loh, SP (2016) 'Kapasitas
(2017) 'Aktivitas Antibakteri Ekstrak antioksidan in vitro dan sifat
Daun Jeruk Sambal (Citrus antidiabetik ekstrak fenolik dari kulit
microcarpa) Terhadap Beberapa jeruk pilihan', Jurnal Penelitian
Bakteri Patogen', dalam Proceeding Makanan Internasional.
of Mulawarman Pharmaceuticals Naquvi, KJ dkk. (2011) 'Review on Role of
Conferences, hlm. 157–164. Natural Αlpha-Glucosidase Inhibitors
Badan Penelitian Dan Pengembangan for Management of Diabetes
Kesehatan Kementerian Kesehatan Mellitus', International Journal of
RI (2013) Riset Kesehatan Dasar Biomedical Research,
2013, Kementrian Kesehatan 2 (6), hlm. 374–380. doi:
Republik Indonesia. doi: 1 Desember 10.7439 / ijbr.v2i6.121.
2013. Pujimulyani, D. dkk. (2018) 'Antidiabetik
Borges de Melo, E., da Silveira Gomes, A. dan potensi antioksidan temulawak
dan Carvalho, I. (2006) 'Penghambat
α- dan β- Glukosidase: struktur kimia
dan aktivitas biologis',
Ekstrak dan fraksi mangga Val ', sabdariffa ekstrak dan senyawanya ',
Asian Journal of Agriculture and Ilmu Produk Alam, 23 (3), hlm 192-
Biology. 200. doi:
Putra, GMD, Satriawati, DA dan Astuti, 10.20307 / nps.
NKW (2018) 'Standarisasi dan 2017.23.3.192.
skrining fitokimia ekstrak etanol Widowati, W., Widya Janeva, B., dkk.
70% daun jeruk limau (Citrus (2018) 'Aktivitas antioksidan dan
amblycarpa (Hassk.) Osche) ', Jurnal antipenuaan ekstrak Jasminum
Kimia, 12 (2), hlm. 187–194. sambac, dan senyawanya',
Soegondo, S. (2017) 'Farmakoterapi pada Journaldari Laporan dalam Ilmu
Pengendalian Glikemia Diabetes Farmasi, 7 (3), hlm. 270–285.
Melitus Tipe 2', dalam Setiati, S. et Widowati, W., Wargasetia, TL, dkk.
al. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit (2018) 'Potensi antioksidan dan
Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: antidiabetes dari Curcuma longa dan
Penerbitan Interna. senyawanya', Asian Journal of
Stevenie dkk. (2019) 'Perbandingan Agriculture and Biology.
Aktivitas Kulit dan Ekstrak Jeruk Organisasi Kesehatan Dunia (2016) 'Global
Nipis (Citrus amblycarpa) sebagai Laporan Diabetes ', Isbn. doi: ISBN
Antioksidan dan Antielastase', Jurnal 978 92 4 156525 7.
Penelitian Ilmiah Amerika untuk
Teknik, Teknologi, dan Ilmu
Pengetahuan (ASRJETS), 57 (1),
hlm. 77-84.
Widowati, W. dkk. (2011) 'Pembersihan
Radikal Bebas dan Aktivitas
Penghambat α-Glukosidase Ekstrak
Etanolik Mucuna pruriens L.',
JFIOnline.
Widowati, W. dkk. (2014) 'Ekstrak Teh
Hijau Melindungi Sel Progenitor
Endotel dari Penghinaan Oksidatif
melalui Pengurangan Aktivitas
Spesies Oksigen Reaktif
Intraseluler', Jurnal Ilmu Kedokteran
Dasar Iran, 17 (9), hal.
702–709. doi:
10.22038 / ijbms.
2014.3334.
Widowati, W. dkk. (2016) 'Antioksidan
dan Anti Penuaan Ekstrak <I> Oryza
sativa </I>, Vanillin dan Asam
Coumaric, Jurnal Pengobatan Alami.
doi:
10.18311 / jnr /
2016/7220.
Widowati, W. dkk. (2017) 'Antioksidan
dan uji antipenuaan dari Hibiscus
Kesesuaian Pemeriksaan Jamur Antara Pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dan
Koh
Pada Tepung Albus Ibu Hamil di RSUD dr. Soetomo
Surabaya

Shinta AP
Universitas Airlangga, shinta.arya99@gmail.com

Arthur PK
Universitas Airlangga

Abstrak
Diperkirakan 70-75% wanita usia subur mengalami Kandidiasis Vaginalis. Anamnesa,
gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium penting untuk menegakkan diagnosis
kandidiasis vaginalis. Pemeriksaan sekret vagina dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan langsung atau basah dan pemeriksaan kultur. Pemeriksaan mikroskopik
dapat dipakai untuk membuktikan adanya bentuk ragi dari Candida. Metode tersebut
merupakan metode sederhana dalam pengerjaannya, dapat diaplikasikan di laboratorium
mikrobiologi klinik yang sederhana dan efektif karena biaya murah dan hasil didapat
dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan budaya. Pemeriksaan jamur dengan
pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) terlihat lebih jelas dapat menggunakan KOH
karena adanya Periodic Acid, gugus-gugus hidroksil pada polisakarida kompleks dinding
sel jamur mengalami oksidasi menjadi aldehida. Aldehida bereaksi dengan reagen Schiff
sehingga jamur akan berwarna merah muda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kesesuaian jamur antarapewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dan KOH pada tepung
albus ibu hamil. Penelitian ini merupakan penelitian observasional untuk mengetahui
adanya kesesuaian Schiff Asam Berkala (PAS) dan KOH pada tepung albus ibu hamil
dengan pendekatan cross sectional. Sampelberupa
30 spesimen sekret vagina ibu hamil yang dikirim ke Laboratorium Mikrobiologi Klinik
RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2019.
Ditemukan perbedaan signifikan pada pemeriksaan jamur antara pewarnaan Schiff Asam
Berkala (PAS) 56,7% (17 sampel) dan KOH 20% (6 sampel) dari 30 sampel (p = 0,017).
Pemeriksaan jamur dengan pewarnaanSchiff Asam Berkala (PAS) lebih baik dari KOH
karena lebih banyak.
Kata kunci: Tepung albus, Kehamilan, Schiff Asam Berkala (PAS),
KOH.

Abstrak
Diperkirakan 70-75% wanita usia subur menderita Kandidiasis Vaginalis. Riwayat klinis,
gejala dan pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk mendiagnosis kandidiasis
vaginalis. Pemeriksaan keputihan bisa dilakukan dengan cara langsung atau basah, dan
pemeriksaan kultur. Pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan untuk membuktikan
keberadaan bentuk khamir Candida. Cara ini sederhana, dapat diterapkan di laboratorium
mikrobiologi klinik dengan sumber daya yang terbatas dan dinilai efektif karena murah
dan hasil yang diperoleh dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan kultur.
Deteksi jamur dengan pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) secara visual lebih baik
daripada KOH karena adanya asam periodik yang menyebabkan gugus hidroksil dalam
polisakarida kompleks dinding sel jamur mengalami oksidasi dan berubah menjadi
aldehida. Aldehydes bereaksi dengan Schiff ' s reagen dan ubah jamur menjadi warna
merah / merah jambu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kesesuaian
antara pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dengan metode KOH untuk deteksi jamur
pada tepung albus ibu hamil. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional
untuk mengetahui kesesuaian pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dan metode KOH
untuk deteksi jamur pada tepung albus ibu hamil dengan pendekatan cross sectional.
Sampel yang diambil berupa 30 spesimen keputihan yang diambil dari ibu hamil dan
dikirim ke Laboratorium Mikrobiologi Klinik Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian
Nomor
Kirim: 22 Oktober 2019, p-ISSN:
Terima: 1978-6743,
2 Januari 2020,Nomor e-ISSN: 2477-3948
DOI: https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.1342
dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2019. Ada yang signifikan Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kesesuaian pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dengan metode
KOH untuk deteksi jamur pada tepung albus ibu hamil. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif observasional untuk mengetahui kesesuaian pewarnaan Periodic
Acid Schiff (PAS) dan metode KOH untuk deteksi jamur pada tepung albus ibu hamil
dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil berupa 30 spesimen keputihan
yang diambil dari ibu hamil dan dikirim ke Laboratorium Mikrobiologi Klinik Dr.
Soetomo Surabaya. Penelitian dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2019. Ada yang
signifikan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kesesuaian antara
pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dengan metode KOH untuk deteksi jamur pada
tepung albus ibu hamil. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional
untuk mengetahui kesesuaian pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dan metode KOH
untuk deteksi jamur pada tepung albus ibu hamil dengan pendekatan cross sectional.
Sampel yang diambil berupa 30 spesimen keputihan yang diambil dari ibu hamil dan
dikirim ke Laboratorium Mikrobiologi Klinik Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian
dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2019. Ada yang signifikan Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif observasional untuk mengetahui kesesuaian pewarnaan Periodic
Acid Schiff (PAS) dan metode KOH untuk deteksi jamur pada tepung albus ibu hamil
dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil berupa 30 spesimen keputihan
yang diambil dari ibu hamil dan dikirim ke Laboratorium Mikrobiologi Klinik Dr.
Soetomo Surabaya. Penelitian dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2019. Ada yang
signifikan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional untuk mengetahui
kesesuaian pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dan metode KOH untuk deteksi jamur
pada tepung albus ibu hamil dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil
berupa 30 spesimen keputihan yang diambil dari ibu hamil dan dikirim ke Laboratorium
Mikrobiologi Klinik Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian dilakukan pada bulan Juli -
Agustus 2019. Ada yang signifikan

Nomor
Kirim: 22 Oktober 2019, p-ISSN:
Terima: 1978-6743,
2 Januari 2020,Nomor e-ISSN: 2477-3948
DOI: https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.1342
35 Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. 1, Februari 2020, Hal. 34-38
Shinta AP, Arthur PK 35
Kesesuaian Pemeriksaan Jamur Antara Pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dan Koh Pada Tepung Albus Ibu
Hamil di RSUD dr. Soetomo Surabaya
perbedaan deteksi jamur antara pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) (56,7%, 17
sampel) dan metode KOH 20% (6 sampel) dari 30 sampel (p = 0,017). Pewarnaan
Periodic Acid Schiff (PAS) mendeteksi lebih banyak jamur jika dibandingkan dengan
KOH, dan karena itu dianggap sebagai metode yang lebih baik.
Kata kunci: Tepung albus, kebuntingan, Periodic Acid Schiff (PAS),
KOH.

PENDAHULUAN penderita (Harnindya, 2012). Dilaporkan


Kandidiasis vaginalis merupakan penyakit dari sebuah penelitian di Puskesmas Merak
pada vagina yang dapat dilihat faktor dari Jawa Barat bahwa sebanyak 58% ibu hamil
luar dan dalam tubuh (Murtiastutik, 2008). yang menderita infeksi saluran dan sekitar
Faktor luar tubuh misalnya penggunaan 9,1% di antaranya adalah Kandidiasis
steroid jangka panjang, pemakaian antibiotik vulvovaginalis (Daili,
spektrum luas, penggunaan estrogen dosis 2014). Kehamilan merupakan faktor
tinggi, dan kontrasepsi. Sedangkan faktor predisposisi kejadian kandidiasis
dari tubuh misalnya siklus menstruasi, (Prawirohardjo, 2014).
diabetes melitus tidak terkontrol, disfungsi Penderita kandidiasis vaginalis pada
sel kehamilan, dan keadaan hormonal umumnya dengan bercak keputihan yang
lainnya (Juanda, 1999; Dismukes, 2003; tebal dengan rasa panas dan gatal yang
Brooks, kadang disertai dysuria (Sobel, 2007).
2007). Pemeriksaan menunjukkanak pada dinding
Kandidiasis vaginalis merupakan salah vagina eritema dan edema disekitar labia
satu bentuk infeksi pada vagina yang pada dan perineum (Janik dan Heffernan, 2008).
umumnya menyerang wanita dan dapat Komplikasi kandidiasis vaginalis pada
dijumpai di seluruh dunia terutama di kehamilan dapat menyebabkan kehamilan
negara-negara berkembang (Ledger dan prematuritas, aborsi spontan, korioamnionitis
Witkin, 2016). Diperkirakan 70-75% pada dan beberapa infeksi yang dapat diderita bayi
wanita usia subur akan menderita pada saat persalinan. Neonatus prematur
kandidiasis vaginalis, sekitar 40-45% mudah infeksi jamur karena sistem imun yang
mengalami infeksi berulang (Sobel, 2008; belum matang (Parveen et al., 2008).
Babic dan Hukic, 2010). Ibu hamil beresiko kejadian kolonisasi
Penelitian yang dilakukan Ditta bahwa vagina oleh Candida spp dibandingkan
Kandidiasis Vulva Vaginalis (65,5%) dengan ibu yang tidak hamil. Kehamilan
merupakan diagnosis terluas dengan keluhan mengakibatkan produksi
utama berupa adanya duh tubuh vagina dan
rasa gatal pada 213
estrogen meningkat dan kandungan dinding sel jamur mengalami oksidasi
glikogen di vagina bertambah. Hal ini menjadi aldehida. Aldehida bereaksi dengan
mendukung pertumbuhan Candida spp. reagen Schiff sehingga jamur akan berwarna
(Sobel, 2007). merah muda (Murray et al,
Ragi yang menginvasi mukosa vagina 2007).
dapat menyebabkan vulva-vaginitis, yang
METODE
dengan iritasi, pruritus, dan lendir pada
vagina. Kondisi ini disebabkan faktor Penelitian ini merupakan penelitian

seperti diabetes, penggunaan antibiotik, observasional untuk mengetahui adanya

kehamilan yang mengakibatkan perubahan kesesuaian Periodic Acid Schiff (PAS) dan

flora normal, keasaman dan sekresi (Horn et KOH pada tepung albus ibu hamil dengan

al, 2007). Anamnesa, dan pemeriksaan pendekatan cross sectional. Populasi

laboratorium sangat penting untuk penelitian ini adalah seluruh spesimen sekret

menegakkan diagnosis kandidiasis vagina. vagina ibu hamil yang dikirim ke

Pemeriksaan sekret vagina dapat dilakukan laboratorium mikrobiologi klinik RSUD

dengan melakukan pemeriksaan langsung DR.Soetomo Surabaya. Sampel penelitian

atau basah dan pemeriksaan kultur sebanyak 30 spesimen swab vagina.

(Ramayanti, 20014; Mahon, 2015). Pengumpulan data dari Juli-Agustus

Pemeriksaan mikroskopik dapat 2019.

dipakai untuk membuktikan adanya bentuk


HASIL PENELITIAN
ragi dari Candida (Daili, 2009). Metode Tabel 1. Istilah Demografis dan
tersebut merupakan metode sederhana Klsayanis Subyek PenelitiSebuahn
Tidak Ada Variabel Jum (%)
dalam pengerjaannya, dapat diaplikasikan lah
1 Umur
di laboratorium mikrobiologi klinik yang < 20 tahun 2 6,7
20 - 35 tahun 21 70,0
sederhana dan efektif karena > 35 tahun 7 23,3
biaya murah dan hasil didapat dalam waktu Jumlah 30 100,0
2 Kamiia KeHamilan
yang singkat dibandingkan dengan kultur P.reterm 22 73,3
Makanrm 8 26,7
(Daili, 2009; Calderon, 2002). Jumlah 30 100,0
3 P.endidikan
Pemeriksaan jamur dengan
DasSebuahr 1 3,3
pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) Menengah P. ertama 21 70,0
Menengah Atas 6 20,0
terlihat lebih jelas dalam meng-gunakan P.erguruan Tinggi 2 6,7
Jumlah 30 100,0
KOH karena adanya Asam Berkala, gugus- 4 P.ekerjaan
gugus hidroksil pada polisakarida kompleks Bekerja 21 70,0
IRT 9 30,0

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


36 Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. 1, Februari 2020, Hal. 34-38
Shinta AP, Arthur PK 36
Kesesuaian Pemeriksaan Jamur Antara Pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dan Koh Pada Tepung Albus Ibu
Jumlah 30 100,0 hidroksil Hamil
padadi RSUD dr. Soetomokompleks
polisakarida Surabaya
5 GrSebuahvida
P.rsaya msaya 8 26,7 dinding sel jamur mengalami oksidasi
Multsaya 19 63,3
GrSebuahndemulti 3 10,0 menjadi aldehida. Aldehida bereaksi dengan
Jumlah 30 100,0
reagen Schiff sehingga jamur akan berwarna
7 Riwayat P.enyakit
Ya 19 63.3 merah muda (Murray et al,
Tidak 11 36,7
Jumlah 30 100,0 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Rizal
8 Tepung Keluhan
Albus et al (2011) menyatakan bahwa pewarnaan
Ya 15 50.0 Periodic Acid Schiff (PAS) memiliki
Tidak 15 50,0
Jumlah 30 100,0 sensitivitas yaitu 96,8% dan spesivisitas
20% pada 33 kasus onikomikosis.
Tabel 2. Hasil pemeriksaan PAS dan KOH
Sensitivitas 42,1% KOH
PAS Total
(%) dan 94,7% pada 19 kasus onikomikosis
Positif Negatif
(Jeelani et al, 2014).
Positif 6 0 6
(20%) (0%) (20%) Kultur mempunyai nilai sensitivitas
KOH
Negatif 11 (36,7%) 13 24
(43,3%) (80%) yang tinggi sampai 90%, tetapi hasil postif
kultur saja tidak dapat dijadikan indikasi
Tabel 2. menunjukkan bahwa hasil
seseorang menderita kandidiasis vaginalis
pemeriksaan Periodic Acid Schiff (PAS)
jika tidak ditemukan keluhan pada vagina
pada ibu hamil dengan tepung albus enam
karena 10-15% wanita normal dijumpai
orang positif yang hasil pemeriksaan KOH
kolonisasi pada vagina (Daili, 2009). Hal ini
positf. Pemeriksaan Periodic Acid Schiff
didukung oleh Schorge dkk (2008), budaya
(PAS) negatif dengan KOH positif tidak ada
secara tidak terbatas pada wanita yang telah
hasil. Jumlah hasil pemeriksaan Periodic
terinfeksi virus sebelumnya serta gagal
Acid Schiff (PAS) positif sebanyak 17
dalam pemberian pengobatan empiris.
orang, 56,7% di antaranya hasil
Tabel 3. Hasil analisis kesesuaian
pemeriksaan KOH positif. Jumlah ibu hamil pewarnaaan Periodic Acid
sebagai subyek penelitian 30 spesimen Schiff (PAS) dan KOH.

sekret vagina, 20,0% di antaranya Nilai Proba


Bilsaya tSebuahs
pemeriksaan Periodic Acid Schiff (PAS) Kesesuaian Kappa
pengukuran 0,321 0,017
positif dengan KOH positif. Hal tersebut
Jumlah 30
menunjukkan pewarnaan Periodic Acid Subyek (n)
Schiff (PAS) lebih baik karena struktur
Pada uji Kappa didapatkan nilai
jamur lebih terlihat jelas karena asam
sebesar 0,321, yang mana hasil ini
periodik, gugus-gugus
adanya kesesuaian yang buruk (poor) Dapat dilakukan penatalaksanaan terapi
menunjukkan antara pemeriksaan jamur dengan tepat.
antara pewarnaan Periodic Acid Schiff
DAFTAR PUSTAKA
(PAS) dan KOH dalam bentukan jamur
Babic M, & Hukic M, 2010. Spesies
mikroskopis. Nilai probabilitas adalah Candida albicans dan Non-albicans
0,017 atau lebih kecil dari 0,05. Hal ini sebagai Agen Etiologi Vaginitis pada
Wanita Hamil dan Tidak Hamil.
berarti ukuran Kappa tersebut signifikan Lembaga Mikrobiologi Klinik. Jurnal
atau bisa dikatakan bahwa ada kesesuaian Ilmu Kedokteran Dasar Bosnia.
Sarajevo; 10 (1): 92-7
pemeriksaan jamur antara pewarnaan
Brooks GF, Carrol CK, Butel JS, & Morse
Periodic Acid Schiff (PAS) dan KOH pada SA, 2007. Mikrobiologi Medis. 24 ed.
tepung albus ibu hamil. Mc Graw Hill. P; 642-5
Calderon RA, 2002. Candida dan
SIMPULAN Kandidiasis Vagina. Pers
Mikrobiologi Masyarakat Amerika.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil Washington DC. P; 139-9
penelitian termasuk pemeriksaan jamur Daili SF, Indriatmi W, & Zubier F, 2009.
secara mikroskopis dengan pewarnaan Infeksi Menular Seksual. Edisi
keempat. Jakarta: Balai Penerbit
Periodic Acid Schiff (PAS) hasil total positif Fakultas Kedokteran Universitas
17 sampel (56,7%). Dan hasil pada Indonesia

pewarnaan KOH hasil total positif sebanyak Daili SF, 2014. Infeksi Menular Seksual.
Ilmu Kebidanan 4 th edisi. Jakarta:
6 sampel (20%). Sehingga terdapat mP.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: m921-23
kesesuaian pemeriksaan jamur antara
Dismukes WE, 2003. Mikologi Klinis.
pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dan
New York: Oxford University Press
KOH pada tepung albus ibu hamil. Harnindya D, & Agusni I, 2012.
Saran pada penelitian ini adalah Departemen / Staf Medik Fungsional
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
pemeriksaan mikrobiologis dengan teknik Fakultas Kedokteran Universitas
pewarnaan Periodic Acid Schiff (PAS) dapat Airlangga / Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Soetomo Surabaya: 42-43
menunggu lebih banyak dari KOH. Pasien
Horn DL, Fishman JA, Steinbach WJ,
yang terdeteksi dengan hasil Periodic Acid Annaissie, EJ, Marr, KA, Olyaei, AJ,
Schiff (PAS) dikonfirmasi dikonfirmasi Pfaller MA, Weiss MA, Webster KM,
& Neofytos D, 2007. Presentasi
dengan pemeriksaan kultur untuk registri The PATH Alliance untuk
menentukan jenis jamur sehingga pengumpulan dan analisis data
prospektif epidemiologi, terapi dan
hasil
infeksi tunggal invasif. Diagnosis. Wanita Hamil yang Menghadiri Klinik
Micobiol. Menulari. Dis. 59, 407-414 Antenatal Rutin. Diakses 20 Januari
Janik MP, & Heffernan MP, 2008. 2019:http://www.ncdua.nlm.nsayah.g
Kandidiasis Infeksi Jamur dan Tinea Haiv /pubmed
Versicolor. Masuk: Fitzpatrick TB. /18460243
Dermatologi dalam Pengobatan Prawirohardjo S, 2014. Ilmu Kandungan.
Umum Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Edisi ke-7. New York: Mc.Graw Sarwono Prawirohardjo
Hill. Inc. hal 1822-30
Ramayanti R, 2004. Pola Mikroorganisme
Jeelani S, Ahmed QM, Lanker AM, Hassan Tepung Albus Patologis yang
I, Jeelani N, & Fazli T, 2015. disebabkan oleh infeksi pada
Pemeriksaan Histopatologi Kliping penderita Rawat Jalan di Klinik
Kuku Menggunakan Pewarnaan PAS Ginekologi Rumah Sakit Umum Dr.
(HPE_PAS): Standar Emas dalam Kariadi Semarang. Fakultas
Diagnosis Onikomikosis. Mikosis. Hal Kedokteran Universitas Diponegoro.
27-32 Diakses dari
Juanda A, 1999. Kandidosis, Dalam: http://eprints.undip.ac.id/12387/
Kuswadji, Ilmu Penyakit Kulit dan halada
Kelamin. Edisi ke-3. Jakarta: FKUI, 23 Januari 2019
1999: 106-8 Rizal F, Nasution AM, & Nasution HL,
Ledger JW, & Witkin SS, 2016. Candida 2010, Sensitivitas dan Pewarnaan
Vulvovaginitis. Edisi ke-2. CRC Spesifitas dan Kultur dalam
Press. New York Mendiagnosis Onikomikosis. Berkala
Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin, Vol
Mahon CR, Lehman DC, & Manuselis G, 23 No
2015. Buku Ajar Mikrobiologi 1 April 2011
Diagnostik. Edisi ke-5. Saunders
Elsevier- Missouri. Schorge JO, Schaffer JI, Hoffman BL,
Bradshaw KD & Cunningham AL,
Murray PR, Baron EJ, Jorgensen JH, 2008. Infeksi Patogen Penyebab
Landry, ML, & Pfaller MA, 2015. Infeksi Vagina Infeksi Ginekologi,
Manual of Clinical Microbiology, 9th The William's Gynecology. The
ed, ASM Press, Washington DC McGraw Hill Companies, Inc (3): 62-
Murtiastutik. 2008. Kandidiasis 65
Vulvovaginalis. Dalam: Barabakh J, Sobel JD, 2007. Mikrobiologi. Dalam:
Lumintang H, Martodihardjo S, editor: Kandidiasis Vulvovaginal. New York:
Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Revan Press, LTD
Airlangga University Press. h. 56-64
Parveen N, Munir DI, & Majeed R, 2008. Sobel JD, 2008. Kandidiasis Vulvovaginal.
Frekuensi Kandidiasis Vagina di Dalam: Holmes KK, editor: Sexually
Transmitted Diseases. 4th New York:
Mc Graw Hill: 823-35
Akses Media dan Perilaku Seksual Pranikah Beresiko Infeksi Menular Seksual (IMS)
Pada Siswa SMA di Kabupaten Malang

Rifzul Maulina
Politeknik Kesehatan RS dr Soepraoen Kesdam V / Brawijaya, rifzulmaulina3@gmail.com

Zainal Alim
Politeknik Kesehatan RS dr Soepraoen Kesdam V / Brawijaya, zainaliem@gmail.com

Abstrak
Usia remaja adalah masa dimana terdapat perubahan yang signifikan pemikiran,
psikologis dan bentuk tubuh.Perubahan yang signifikan ini menyebabkan usia
remaja memiliki sifat yang sama yaitu memiliki jiwa ingin tahu yang besar,
menyenangi tantangan, petualangan dan berani berani memikul dampak atas
perlakuannya tanpa didahului oleh pemikiran yang dewasa. Tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat faktor-faktor lingkungan apa saja yang berhubungan dengan
perilaku seksual pranikah beresiko IMS. Penelitian ini merupakan penjelasan
(penelitian penjelasan) dengan desain penelitian yang digunakan adalah cross
sectional. Sampel dipilih secara random sampling, yaitu siswa sekolah menengah
yang meliputi 2 Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Malang yang dekat dengan
eks- lokalisasi sebanyak 318 responden. Variabel penelitian yang diteliti adalah
responden (umur dan jenis kelamin), sikap orang tua, sikap teman sebaya dan akses
media. Instrumen yang digunakan adalah kuesione yang telah teruji realibilitas dan
validitas. Analisis data yang digunakan yaitu analisa univariat, bivariat (chi-square),
dan multivariat (regresi logistik) Hasil Penelitian menunjukkan variabel yang
berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja berisiko IMS pada responden
laki-laki adalah umur (p = 0,047), sikap orang tua adalah umur (p = 0,047), sikap
orang tua adalah umur (p = 0,014) dan media akses (p = 0,03). Variabel yang paling
berpengaruh terhadap perilaku seksual beresiko IMS pada responden laki-laki adalah
akses media dengan OR 2.378 yang artinya responden laki-laki dengan tingkat akses
media tinggi memiliki peluang 2,3 kali untuk melakukan perilaku seksual beresiko
IMS.
Kata Kunci: akses media, perilaku seksual pranikah

Abstrak
Masa remaja merupakan masa dimana terjadi perubahan yang signifikan dalam
pemikiran, psikologi dan bentuk tubuh. Perubahan yang signifikan ini menyebabkan
remaja memiliki sifat yang sama yaitu memiliki jiwa keingintahuan yang besar,
menyukai tantangan dan petualangan serta mengarah pada berani menanggung
dampak perlakuannya tanpa didahulukan dengan pemikiran yang matang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor lingkungan apa saja yang
berhubungan dengan perilaku seksual pranikah yang berisiko IMS. Penelitian ini
merupakan penelitian eksplanatori dengan desain penelitian cross sectional.
Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling yaitu siswa SMA yang
meliputi 2 SMA di Kabupaten Malang yang berdekatan dengan eks lokalisasi
sebanyak 318 responden. Penentuan 2 lokasi penelitian SMA karena sampel yang
sedikit. Variabel penelitian yang diteliti adalah karakteristik responden (umur dan
jenis kelamin), sikap orang tua, sikap teman sebaya dan akses media. Instrumen
yang digunakan adalah angket. Analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat, bivariat (chi square), dan multivariat (regresi logistik). Hasil penelitian
menunjukkan variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja
berisiko IMS pada responden pria adalah usia (p = 0,047), sikap orang tua (p =
0,014) dan akses media (p = 0,03). Variabel yang paling mempengaruhi perilaku
seksual berisiko IMS pada responden laki-laki adalah akses media dengan OR 2,378
yang artinya responden laki-laki dengan akses media tinggi. dan multivariat (regresi
NomorTerima:
Kirim: 22 November 2019, p-ISSN:8 1978-6743, Nomor
Januari 2020, e-ISSN: 2477-3948
DOI https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.1288
logistik). Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan perilaku
seksual pranikah remaja berisiko IMS pada responden pria adalah usia (p = 0,047),
sikap orang tua (p = 0,014) dan akses media (p = 0,03). Variabel yang paling
berpengaruh terhadap perilaku seksual berisiko IMS pada responden laki-laki adalah
akses media dengan OR 2,378 yang artinya responden laki-laki dengan akses media
tinggi. dan multivariat (regresi logistik). Hasil penelitian menunjukkan variabel yang
berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja berisiko IMS pada responden
pria adalah usia (p = 0,047), sikap orang tua (p = 0,014) dan akses media (p = 0,03).
Variabel yang paling mempengaruhi perilaku seksual berisiko IMS pada responden
laki-laki adalah akses media dengan OR 2,378 yang artinya responden laki-laki
dengan akses media tinggi.

NomorTerima:
Kirim: 22 November 2019, p-ISSN:8 1978-6743, Nomor
Januari 2020, e-ISSN: 2477-3948
DOI https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.1288
40 Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. 1, Februari 2020, Hal.
Rifzul
39-48
Maulina, Zainal Alim 40
Akses Media dan Perilaku Seksual Pranikah Beresiko Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Siswa SMA
di Kabupaten Malang
tingkat 2,3 kali kesempatan untuk terlibat dalam perilaku seksual berisiko IMS.
Sedangkan pada responden wanita tidak ada variabel yang berhubungan. Saran agar
sekolah memberikan informasi yang intensif kepada siswa tentang kesehatan
reproduksi guna meningkatkan pemahaman remaja.
Kata kunci: akses media, seks pranikah

PENDAHULUAN yang biasanya orang dewasa lakukan hal

Usia remaja adalah masa dimana terdapat ini terutama oleh keinginan remaja untuk

perubahan yang signifikan secara merasakan kegiatan seksual. Minimya

pemikiran, psikologis dan bentuk tubuh. memberikan informasi ini membuat remaja

Hal ini menyebabkan usia remaja memiliki mencari tahu dan mencoba sendiri (Tukan,

sifat yang sama yaitu memiliki jiwa ingin 2010).

tahu yang besar, tantangan yang Penyampaian informasi masalah

menyenangi, petualangan dan berani seksual merupakan hal yang sangat penting

memikul dampak atas perlakuannya tanpa karena remaja berada dalam potensi seksual

didahului oleh pemikiran yang dewasa. yang aktif, terkait hubungan dengan

Perubahan ini juga diikuti dengan rangsangan seksual yang disebabkan oleh

terdapatnya sarana yang ada disekitar perubahan hormon endokrin serta remaja

remaja untuk memenuhi kebutuhan dan sering tidak mempunyai informasi yang

perubahn sifat tersebut. Kondisi seperti ini cukup mengenai aktivitas seksual mereka

sering kali menyebabkan pertentangan batin sendiri (Tukan, 2010).

pada diri remaja. Jika keputusan yang Hal ini akan berbahaya untuk

dipilih dalam menghadapi pertentangan perkembangan jiwa remaja jika remaja

tidak benar, mereka akan terjerumus ke tidak mempunyai informasi serta

dalam perilaku beresiko, masalah kesehatan pengetahuan yang benar. Berdasarkan

psikosoial dan fisik hidup tubuh (Ahmadi, realita yang ada menunjukkan jika hampir

2009). sebagian besar remaja sangat tidak


memahami dampak negatif dari perilaku
Sebagian besar remaja mempunyai
rasa ingin tahu yang besar dan tinggi. seksual yang remaja lakukan, berdasarkan

Karena memiliki rasa ingin tahu yang besar usia remaja dikategorikan tidak matang

dan tinggi, remaja condong ingin mencoba dalam melakukan hubungan seksual

menjelajahi sesuatu yang belum pernah terlebih dahulu jika remaja harus

dilakukan atau dirasakan. Remaja pada berdampak negatif dari hubungan seksual

umumnya ingin mencoba melakukan apa yang dilakukan remaja (Sarwono, 2014) ).
Berdasarkan data salah satu Tim diasumsikan ada tiga faktor yang
Survei dari Sebaya dan FK Unair pada mempengaruhi pelaksanaan risiko seksual
tahun 2005 di kota Surabaya dari 126 pada remaja. Pertama, suatu kecenderungan
responden yang berusia 19-23 tahun remaja mengalami kematangan seksual
mendapat hasil bahwa 13,5% responden lebih awal karena pergaulan sosial yang
mengaku pernah melakukan hubungan seks sangat permisif dan usia pernikahan yang
pranikah. Saat tidak ada pasangan untuk terus berlanjut karena melanjutkan
melakukan hubungan seks, beberapa di pendidikan. Selanjutnya yang kedua
antaranya melakukan dengan PSK. Survei sebagian besar remaja tidak melihat cara
menyebutkan bahwa 45,7% responden mencari informasi yang tepat baik di rumah
ditemui dilokalisasi mengaku pertama kali atau sekolah tentang kesehatan. Sangat
berusia 16-20 tahun (Asfriyati, terbatasnya kemungkinan untuk peluang
2010). diskusi tentang kesehatan, dan bahkan
Hasil penelitian yang dilakukan di 4 sebagian besar guru dan orang tua
kota besar yaitu Jakarta, Bandung, menganggap hal tabu untuk membicarakan
Surabaya dan Medan pada bulan September tentang seksualitas. Ketiga, perkembangan
2004 yang dilakukan oleh Synovate teknologi informasi dan komunikasi serta
Research tentang perilaku seksual remaja arus deras globalisasi berdampak positif
menunjukkan bahwa 65% remaja dan negatif.
mendapatkan informasi tentang seks dari Dampak negatif dari perkembangan
teman, 35% dari film porno dan hanya 5% teknologi informasi dan komunikasi di
dari orang tua. Bahkan 44% pernah antaranya adalah budaya permisif
mempunyai pengalaman seks usia 16-18 (kebebasan tanpa batas) yang mengakses
tahun. Efek samping perilaku seks bebas, media yang bersifat eksploitasi seksual
setiap tahun diperkirakan ada 2,3 juta kasus maupun penyajian kekerasan. Juga
kasus aborsi, yang 20% dilakukan remaja, berubahnya budaya ignore (budaya acuh)
berdasarkan penelitian Perkumpulan sebagai contoh remaja seharusnya
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), dan mendapatkan informasi yang tepat karena
ada 73% yang melakukan aborsi tidak kesibukan orang tua maka upaya
aman. (Kemenkes, pendampingan kurang diperhatikan
2013). sehingga informasi yang diterima begitu
Beberapa penelitian yang dilakukan saja tanpa
mengenai perilaku seksual remaja

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


pertimbangan informasi tersebut benar atau HASIL PENELITIAN
tidak. (Suryoputro, 2006). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perilaku
Seksual berdasarkan Umur
METODE
Perilaku Seksual
Penelitian ini merupakan penelitian LSebuahki-laki P.erempuan
Umur Beresiko Tidak Bersiko Tidak
penjelasan (penelitian penjelasan) dengan Beresiko Beresiko
f % f % f % f %
desain penelitian yang digunakan adalah Remaja 27 41,5 38 58,5 21 22,1 74 77,9
AhSebuahl
penampang lintang, penelitian ini hanya Remaja 20 24,7 61 75,3 13 16,9 64 83,1
dilakukan pada saat bersamaan saja dan Akhir
JumlSebuahh 47 32,2 99 67,8 34 19,8 138 80,2
satu kali saja. Data dikumpulkan melalui p= 0,047 Ho ditolak p = 0,508 Ho diterima
metode kuantitatif. Populasi dalam Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
penelitian ini adalah siswa SMA di bahwa laki-laki dengan umur remaja awal
Kabupaten Malang sejumlah 1.828 siswa. (<17 tahun) memiliki perilaku seksual
Sampel dipilih secara simple random pranikah beresiko (41,5%) lebih besar jika
sampling dengan membuat gulungan kertas dibandingkan dengan remaja akhir (≥17
dan memberi label sebanyak 318 tahun) (24,7%). Hasil uji chi square
responden. Variabel bebas dalam penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
ini adalah Faktor lingkungan termasuk signifikan antara perilaku seks pranikah
sikap teman sebaya, sikap orang tua, dan beresiko IMS pada responden laki-laki.
akses media sedangkan Variabel yang Demikian juga pada responden perempuan
terikat dalam penelitian ini adalah perilaku dengan umur remaja awal (<17 tahun)
seksual pranikah beresiko IMS. memiliki perilaku seksual pranikah
Instrumen dalam penelitian yang beresiko (22,1%) lebih besar jika
digunakan adalah kuesioner yang berisi dibandingkan dengan remaja akhir (≥17
pertanyaan tertutup dan sudah dilakukan tahun) (16,9%).
uji validitas dan reliabilitas. Hasil Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku
Seksual berdasarkan Jenis
penelitian dianalisis secara univariat,
KelSebuahmsayan
bivariat, dan P.erilSebuahku
Seksual
multivariat. Analisis bivariat
menggunakan
Jenis Beresiko Tidak Total
chi-square dan analisis multivariat Kelamin Beresiko
f % f % f %
menggunakan regresi logistik untuk LSebuahki-laki 47 32,2 99 67,8 146 100
melihat faktor yang paling berpengaruh P.erempuan 43 25129 75172100 Uji chi suare p =
0,196 Ho diterima
terhadap perilaku seksual pranikah
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
beresiko IMS.
bahwa laki-laki berperilaku seksual
pranikah beresiko terhadap IMS sebesar laki terdapat hubungan antara sikap orang
32,2%, sedangkan pada responden tua dengan perilaku seks pranikah beresiko
perempuan berperilaku seksual pranikah IMS, sedangkan pada responden
beresiko terhadap IMS sebesar 25%. Hasil perempuan tidak ada hubungan antara
uji chi-square menunjukkan bahwa nilai p sikap orang tua dengan perilaku seks
value> 0,05 jadi Ho di terima, sehingga pranikah beresiko IMS.
dapat membuktikan bahwa tidak ada Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku
hubungan antara jenis kelamin dengan Seksual berdasarkan Sikap Teman
Sebaya
perilaku seksual pranikah beresiko P.erilSebuahku Seksual
terhadap
Sikap LSebuahki-laki P.erempuan
IMS pada remaja SMA di Kabupaten Teman Beresiko Tidak Bersiko Tidak
Sebaya Beresiko Beresiko
Malang. f % f % f % F %
Faktor Lingkungan termasuk sikap Tidak 29 40,3 43 59,7 22 20,8 84 79,2
orang Permisif
tua, sikap teman sebaya dan akses P.ermisjika 18 24,3 56 75,7 12 18,2 54 81,8
JumlSebuahh 47 32,2 99 67,8 34 19,8 138 80,2
media. p= 0,059 Ho diterima p = 0,830 Ho diterima

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Tabel 4 menunjukkan bahwa


Seksual berdasarkan Sikap responden laki-laki (40,3%) dan responden
Orang Tua
perempuan (20,8%) memiliki teman sebaya
Perilaku Seksual
Sikap LSebuahki-laki P.erempuan yang sikapnya tidak permisif. Mereka yang
Orang Beresiko Tidak Bersiko Tidak
tua Beresiko Beresiko memiliki teman sebaya dengan sikap tidak
f % f % f % f %
Tidak 30 42,9 40 57,1 13 16 68 84
permisif memiliki melakukan melakukan
P.ermisjika perilaku seksual beresiko IMS. Hasil uji
P.ermisjika 17 22,4 59 77,6 21 23,1 70 76,9
JumlSebuahh 47 32,2 99 67,8 34 19,8 138 80,2 chi-square menunjukkan bahwa pada
Uji chi p= 0,014 Ho diterima p = 0,335 Ho diterima
persegi responden laki-laki maupun perempuan
Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

responden laki-laki (42,9%) memiliki antara sikap teman sebaya dengan perilaku
orang tua yang sikapnya tidak permisif, seks pranikah beresiko IMS
sedangkan pada responden perempuan Tabel 5. Distribusi Frekuensi Perilaku
Seksual berdasarkan Akses Media
(23,1%) memiliki orang tua yang sikapnya
Perilaku Seksual
tidak permisif. Mereka yang memiliki Laki-laki Perempuan
Akses
Beresiko Tidak Bersiko Tidak
orang tua dengan sikap permisif memiliki media
Beresiko Beresiko
f % f % f % f %
proporsi melakukan perilaku seksual
Rendah 24 41,4 34 58,6 12 18,2 54 81,8
beresiko IMS. Hasil uji chi-square Tinggi 23 26,1 65 73,9 22 20,8 84 79,2
Jumlah 47 32,2 99 67,8 34 19,8 138 80,2
menunjukkan bahwa pada responden laki- p=0,030 Ho diterima p= 0,830 Ho diterima
Tabel 5 menunjukkan bahwa usia 17 tahun merupakan masa remaja
responden laki-laki (41,4%) memiliki akhir dan selanjutnya akan masa dewasa.
akses media rendah, sedangkan pada Jadi, responden dalam penelitian ini adalah
responden perempuan (20,8%) memiliki remaja yang berada pada masa remaja awal
akses media tinggi. Hasil uji chi-square dan remaja akhir, yang duduk di bangku
menunjukkan bahwa pada responden laki- SMA. Pada masa ini remaja masih mencari
laki ada hubungan antara akses media identitas diri.
dengan perilaku seks pranikah beresiko Pada saat usia remaja seharusnya
IM. remaja sudah memahami tentang
Dari hasil penelitian variabel yang seksualitas adalah hal yang merupakan
memiliki hubungan yang signifikan upaya untuk membentuk identitas yang
terhadap variabel dependen pada remaja bagus dan tidak labil, karena dengan
laki-laki adalah umur (p=0,047), sikap identitas yang bagus dan tidak labil sebagai
orang tua (p=0,014) dan akses media makhluk seksual, setiap orang juga paham
(p=0,03). Sedangkan pada responden tentang sikap, keyakinan, batasan-batasan,
perempuan adalah tidak ada variabel yang nilai-nilai yang sudah dimiliki. (Mutia,
berhubungan. Variabel yang paling 2008)
berpengaruh terhadap perilaku seksual Hasil uji chi-square menunjukkan
beresiko IMS pada responden laki-laki bahwa pada responden laki-laki (p
adalah akses media dengan OR 2,378 yang value=0,047) ada hubungan yang
artinya responden laki-laki dengan tingkat signifikan, sedangkan pada responden
akses media tinggi memiliki peluang 2,3 perempuan (p value=0,508) tidak ada
kali untuk melakukan perilaku seksual hubungan yang signifikan antara umur
beresiko IMS. dengan perilaku seks pranikah beresiko
IMS.
PEMBAHASAN
Hal ini disebabkan bahwa responden
Umur
pada penelitian ini mempunyai rentang
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
umur yang sangat bervariasi sehingga
yang sedang duduk di bangku SMA kelas
mempunyai cara pandang yang berbeda
1,
dalam menyikapi dan berperilaku terhadap
2, dan 3 yang berusia 15 – 18 tahun.
seksualitas. Selain itu, dengan usia
Berdasarkan umur, responden yang
menstruasi yang dini saat ini menyebabkan
termasuk dalam kategori umur remaja awal
umur menjadi lebih cepat dewasa, sehingga
(<17 Tahun) sebanyak 50,3% sedangkan
apabila tidak mampu mengendalikan
umur remaja akhir (≥17 Tahun) sebanyak
49,7%. Menurut Kemenkes (2011) bahwa
dorongan seksual yang muncul, mereka yang ada, hal ini merupakan hasil dari
dikhawatirkan akan melakukan perilaku penelitian PKBI (Djoerban, 2009)
seksual pranikah, mulai dari masturbasi Sikap Teman Sebaya
hingga intercourse. (Notoatmojo, 2003) Hasil penelitian ini menunjukkan
Sikap Orang Tua bahwa responden yang melakukan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intercourse multipartner, bahwa responden
responden yang melakukan intercouse laki-laki (40,3%) dan responden perempuan
multipartner bahwa responden laki-laki (20,8%) memiliki teman sebaya yang
(42,9%) memiliki orang tua dengan sikap sikapnya tidak permisif. Mereka yang
tidak permisif, sedangkan pada responden memiliki teman sebaya dengan sikap tidak
perempuan (23,1%) memiliki orang tua permisif memiliki proporsi melakukan
yang sikapnya permisif. Mereka yang perilaku seksual beresiko IMS. Hasil uji chi
memiliki orang tua dengan sikap permisif square menunjukkan bahwa pada responden
memiliki proporsi melakukan perilaku laki-laki (p value=0,059) maupun
seksual beresiko IMS. Hal ini dikarenakan responden perempuan (p value=0,830),
responden laki-laki dan responden tidak ada hubungan antara sikap teman
perempuan memiliki efikasi diri rendah. sebaya dengan perilaku seks pranikah
Hasil uji chi-square menyatakan bahwa beresiko IMS.
pada sampel laki-laki (p value=0,014) Pada masa perkembangan, proses
menunjukkan bahwa ada hubungan antara remaja adalah masa dimana remaja mulai
sikap orang tua dengan perilaku seksual belajar sosialisasi dan belajar mandiri
pranikah beresiko IMS, sedangkan pada keluar dari keluarga. Beberapa sifat remaja
responden perempuan (p value=0,335) yaitu dengan membentuk kelompok sosial
tidak ada hubungan yang signifikan antara yang terdiri dari teman-teman terdekatnya,
sikap orang tua dengan perilaku seks sehingga memiliki rasa yang dapat diterima
pranikah beresiko IMS. oleh golongannya dan hal ini merupakan
Keluarga yang sehat mampu suatu hal yang sangat penting pada saat usia
memberikan fungsi secara maksimal dan remaja (Nugrahawati, 2016).
optimal serta membantu remaja agar bisa Sehingga remaja akan mengupayakan
mengalihkan dorongan seksual secara agar bisa diterima oleh kelompok sosialnya
produktif dengan cara sesuai dengan nilai dengan berbagai cara diantaranya mengikuti
yang berlaku serta selaras dengan norma perilaku, nilai dan sikap kelompoknya
Meskipun remaja sudah
dalam tahap perkembangan kognitif yang responden dengan akses media tinggi juga
memadai sehingga dapat menentukan memiliki proporsi melakukan perilaku
perbuatannya sendiri, namun perilaku seksual beresiko IMS.
remaja untuk menentukan jati dirinya Hal yang bisa mempengaruhi
banyak dipengaruhi oleh lingkungan salah terhadap keinginan remaja untuk
satunya adalah teman sebayanya (Asfriyati, berperilaku seksual diantaranya adalah
2010). buku dan meja berdasarkan Leaner dan
Komunitas teman sebaya remaja Spainer. Pada era saat ini yaitu dengan
dapat diakui mempengaruhi keputusan serta adanya teknologi yang sangat canggih
pertimbangan seorang remaja tentang sikap menyebabkan informasi terkait seks mudah
dan perilakunya. Komunitas teman sebaya ditemui sehingga bisa menyebabkan dapat
adalah sumber rujukan penting bagi remaja memberikan rangsangan secara visual
dalam hal sikap dan persepsi tentang gaya (Mamahit, 2000). Sehingga remaja dalam
hidup remaja. Untuk remaja, teman sebaya masa ini ingin mengetahui dan ingin
merupakan sumber informasi misalnya mencoba menirukan apa yang didengarkan
tentang kehidupan sehari- hari.(Mutia, dan apa yang dilihat dari media massa yang
2008) pernah diakses (Suryoputro, 2006).
Akses Media Dengan demikian, remaja yang
Akses media adalah berbagai media sedang dalam periode ini ingin mengetahui
informasi tentang kesehatan reproduksi, akan mencoba menirukan apa yang dilihat
seksual dan pornografi yang pernah dibaca, dan apa yang didengarnya dari media
didengar ataupun dilihat oleh responden. massa. Hal ini disebabkan karena remaja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa merasa aneh dan tidak nyaman sehingga
responden yang melakukan intercourse tabu untuk membicarakan tentang
multipartner bahwa responden laki-laki seksualitas dan kesehatan reproduksinya
(41,4%) memiliki akses media rendah, sehingga remaja berinisiatif sendiri untuk
sedangkan pada perempuan (20,8%) mencari informasi salah satunya yaitu lewat
memiliki akses media tinggi. Hasil uji chi media massa dimana informasi tersebut
square menunjukkan bahwa pada responden belum sepenuhnya benar (Bandura, 1997).
laki-laki (p value=0,030) dan perempuan (p Remaja seringkali merasa tidak
value=0,830), menunjukkan untuk laki-laki nyaman atau tabu untuk membicarakan
ada hubungan antara akses media dengan masalah seksualitas dan kesehatan
perilaku seks pranikah beresiko IMS. reproduksinya. Akan tetapi karena faktor
Sehingga ada kecenderungan keingintahuannya mereka akan berusaha
untuk mendapatkan informasi ini. Faktor yang Mempengaruhinya
Seringkali remaja merasa bahwa orang .Laporan Penelitian Dosen Muda
Universitas Airlangga. Surabaya.
tuanya menolak membicarakan masalah 2010.
seks kemudian mereka akan mencari Dinas Kesehatan Kota Malang. Analisis
Situasi IMS, HIV dan AIDS Tahun
alternatif sumber informasi lain seperti
2013. (2013). Dinas Kesehatan Kota
teman atau media massa (Kemendiknas, Malang. Malang.
2019). Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan,
SIMPULAN Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.. (2013) Laporan
Responden laki-laki dengan umur remaja Perkembangan HIV-AIDS Triwulan
awal (<17 tahun) memiliki perilaku seksual II 2013. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
pranikah beresiko lebih besar jika
Djoerban, Z. (2009). Membidik AIDS,
dibandingkan dengan remaja akhir (≥17 Ikhtiar Memahami HIV dan ODHA.
Galang Press Yogyakarta.
tahun). Responden laki-laki berperilaku
Yogyakarta.
seksual pranikah beresiko terhadap IMS
Kementrian Kesehatan (Kemenkes)
sebesar 32,2%, sedangkan pada responden Republik Indonesia. (2011).
Surveilans Terpadu Biologis Perilaku
perempuan berperilaku seksual pranikah
(STBP) 2011. Kementrian Kesehatan
beresiko terhadap IMS sebesar 25%. Republik Indonesia. Jakarta.
Responden laki-laki (42,9%) memiliki Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi
Jawa Timur (KPAP Jatim). (2013).
orang tua yang sikapnya tidak permisif, Kondisi HIV & AIDS di Jawa Timur
sedangkan pada responden perempuan s/d Juni 2013. Komisi
Penanggulangan AIDS Provinsi Jawa
(23,1%) memiliki orang tua yang sikapnya Timur. Surabaya.
tidak permisif. Responden laki-laki Mamahit, E. (2000). Validasi Pemeriksaan
(40,3%) dan responden perempuan (20,8%) Infeksi Menular Seksual secara
Pendekatan Sindrom pada Kelompok
memiliki teman sebaya yang sikapnya Berperilaku Resiko Tinggi. Buletin
tidak permisif. Responden laki-laki Penelitian Kesehatan. Jakarta.
(41,4%) memiliki akses media rendah, Mutia, Y. (2008). Perilaku Seksual
Beresiko Terkait HIV-AIDS pada
sedangkan pada responden perempuan Buruh Bangunan di Proyek P
(20,8%) memiliki akses media tinggi. Perusahaan Konstruksi K tahun
2008. Universitas Diponegoro .
Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan dan
Ahmadi, H. (2009). Psikologi Sosial. Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta .
Rineka Cipta. Jakarta. 2009. Jakarta.
Asfriyati, D. (2010). Prilaku Seksual
Remaja Surabaya serta Faktor-
Notoatmojo, S. (2013) Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta .
Jakarta.
Nugrahawati, E. (2016). Profil Teman
Sebaya, Religiusitas, dan Perilaku
Seksual Pranikah pada Mahasiswa.
Universitas Islam Bandung. Bandung.
Sarwono, S. (2014) Psikologi Remaja. Raja
Grafindo Persada . Jakarta.
Suryoputro, A;. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Seksual
Remaja di Jawa Tengah. Implikasinya
terhadap Kebijakan dan Layanan
Kesehatan Reproduksi. Makara,
Kesehatan Vol. 10, No. 1, Juni, 2006.
29-40.
Tukan, J. (2010). Etika Seksual dan
Perkawinan. Intermedia. Jakarta.
Pengaruh Meditasi Diiringi Musik Religi Terhadap Kualitas Tidur Pada Penderita
Hipertensi di RW 2 Desa Gadung Driyorejo Gersik

Lono Wijayanti
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, lono@unusa.ac.id

Puji Astuti
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, puji@unusa.ac.id

Rahayu Anggraini
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, angrek@unusa.ac.id

Abstrak
Kebutuhan tidur yang tidak cukup, seringnya terbangun di tengah malam maupun lamanya waktu yang
dibutuhkan sejak terjaga hingga terlelap sering memicu untuk terjadinya peningkatan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh meditasi diiringi musik religi
terhadap kualitas tidur pada penderita hipertensi di RW 2 desa gadung driyorejo gresik. Penelitian ini
merupakan penelitian Quasy Experiment pre-post control group design. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh penderita hipertensi sejumlah 60 dan sampel yang digunakan 52 responden menggunakan
tehnik simple random sampling. Variabel bebas adalah meditasi diiringi musik religi sedangkan variabel
tergantung adalah kualitas tidur. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan uji statistik Wilcoxon
dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi diperoleh kualitas
tidur pretest dan posttest berdasarkan uji Wilcoxon test didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05), dan pada
kelompok kontrol nilai p=1,000. Berdasarkan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p = 0,000, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perubahan kualitas tidur antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi secara signifikan. Meditasi diiringi musik religi berdampak positif terhadap kualitas
tidur. Penggunaan meditasi diiringi musik religi dapat dipertimbangkan sebagai salah satu intervensi
dalam memperbaiki kualitas tidur yang dapat laksanakan secara rutin bahkan setiap hari khususnya pada
penderita hipertensi.
Kata kunci: kualitas tidur, meditasi diiringi musik religi, hipertensi

Abstract
The need for insufficient sleep, often waking up in the middle of the night and the length of time needed
from wakefulness to sleep often triggers an increase in blood pressure in people with hypertension. The
purpose of this study was to analyze the effect of meditation accompanied by religious music on sleep
quality in hypertensive patients in RW 2, Gadung Driyorejo, Gresic Village. This research is a Quasy
Experiment pre-post control group design study. The population in this study were all 60 hypertension
sufferers and the sample used was 52 respondents using simple random sampling technique. The
independent variable is meditation accompanied by religious music while the dependent variable is sleep
quality. Data in this study were analyzed using Wilcoxon and Mann Whitney statistical tests. The results
showed that in the intervention group the quality of pre and post sleep was obtained based on the
Wilcoxon test p value = 0,000 (p <0.05), and in the control group the value of p = 1,000. Based on the
Mann-Whitney test, the value of p = 0,000 was obtained, so it can be concluded that there are significant
differences in sleep quality changes between the control group and the intervention group. Meditation
accompanied by religious music has a positive impact on sleep quality. The use of meditation
accompanied by religious music can be considered as one of the interventions in improving sleep quality
that can be carried out routinely even every day, especially in patients with hypertension.
Keywords: sleep quality, meditation accompanied by religious music, hypertension

Nomor
Kirim: 22 November 2019, p-ISSN:
Terima: 1978-6743,
2 Januari 2020,Nomor e-ISSN: 2477-3948
DOI https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.1329
50 Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. 1, Lono Wijayanti,
Februari Puji
2020, Hal. Astuti, Rahayu Anggraini 50
49-57
Pengaruh Meditasi Diiringi Musik Religi Terhadap Kualitas Tidur Pada Penderita Hipertensi di RW 2
PENDAHULUAN Desa
value 0,000). Peningkatan tekanan darah
Gadung Driyorejo Gersik
Faktor penting bagi kesehatan dan kualitas yang disebabkan oleh kondisi kurang tidur
hidup seseorang salah satunya adalah kualitas dapat mempengaruhi keseimbangan hormon
tidur. Tidur merupakan kebutuhan manusia kortisol (hormon penanda stres).
sehari-hari untuk berbagai alasan seperti Ketidakseimbangan hormon kortisol dapat
untuk mengatasi stres, mencegah kelelahan, menyebabkan ketidakseimbangan hormon
mengumpulkan energi, memulihkan pikiran yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal salah
dan tubuh, serta untuk dapat menikmati satunya adalah katekolamin yang terdiri dari
hidup secara penuh (Kozier et.al., 2011). epinefrin dan noreprinefrin yang bekerja
Fenomena di masyarakat saat ini, pada saraf simpatis yang menyebabkan
banyak penderita mengeluh sulit tidur, tidur vasokontriksi vaskuler (Potter & Perry,
sering terbangun pada malam hari, sehingga 2010; Smeltzer & Bare, 2013).
berdampak pada tekanan darah, mengeluh Hipertensi merupakan gangguan pada
pusing dan lemas saat bangun tidur di pagi pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
harinya. Berdasarkan penelitian Lumantow, oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
dkk (2016), menunjukkan kualitas tidur terhambat ke jaringan tubuh (Wahyuningsih,
memiliki hubungan dengan tekanan darah 2013). Hipertensi atau yang lebih dikenal
dengan nilai p-value sebesar 0,000 dimana dengan sebutan tekanan darah tinggi adalah
kualitas tidur yang buruk berpengaruh suatu keadaan dimana seseorang mengalami
terhadap terjadinya prehipertensi pada peningkatan tekanan darah diatas normal.
remaja. Hipertensi merupakan faktor resiko utama
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari penyakit jantung dan stroke. Penyakit
Shittu et.al. (2014), bahwa status kesehatan hipertensi juga disebut sebagai “the silent
jangka panjang dapat dipengaruhi oleh killer” karena banyak orang yang tidak dapat
kualitas tidur, dimana dari hasil melihat tanda-tanda atau gejala dari luar.
penelitiannya didapatkan bahwa kualitas Perkembangan hipertensi berjalan secara
tidur yang buruk dapat mempengaruhi perlahan, tetapi secara potensial sangat
terjadinya peningkatan tekanan darah (p- berbahaya (Syamsiah, 2017).
value 0,002), peningkatan body mass index Fenomena di masyarakat saat ini,
(p-value 0,045), dan terjadinya depresi (p- banyak penderita mengeluh mengenai
kondisi tekanan darah yang tinggi. Mereka
mengkonsumsi obat penurun tekanan darah, tahun 2011 kejadian hipertesi 3,30%. Pada
tanpa mengetahui efek samping yang tahun 2012 sedikit menurun menjadi 3,06%.
merugikan bagi tubuh. Penderita yang Pada tahun 2013 meningkat pesat menjadi
mengalami kenaikan tekanan darah 13,6%. Pada tahun 2014 menurun menjadi
merasakan pusing, sulit tidur, dan sering 3% dan menempati urutan ke tujuh (Dinkes
terbangun malam hari bila tekanan darah Jatim, 2015).
tidak kunjung turun. Pengobatan non farmakologis dapat
Data World Health Organization menurunkan tekanan darah salah satunya
(WHO) tahun 2012 menunjukkan, di seluruh meditasi (Martin & Mardian, 2016). Dengan
dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% meditasi seseorang akan merasa rileks,
penghuni bumi mengidap hipertensi dengan damai, tenteram, mampu menambah
perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. keimanan dan mengantisipasi terjangkit
Angka ini kemungkinan akan meningkat berbagai penyakit. Karena, di dalam tubuh
menjadi 29,2% di tahun 2030. Penduduk manusia terdapat jaringan psiko-neuro-
Indonesia yang mengalami hipertensi sebesar endokrin yang berpengaruh terhadap faktor
23,3% (WHO, 2014). kejiwaan seseorang. Jaringan tersebut
Berdasarkan data dari Riskesdes berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh
(2018), kejadian hipertensi di Indonesia (Zainul, 2007).
adalah sebesar 34,1%. Survey Indikator Terapi meditasi dapat mempengaruhi
Kesehatan Nasional (SIRKENAS) tahun aktifitas syaraf otonom, yaitu saraf yang
2016 pravelensi hipertensi meningkat mengatur tekanan darah, serta menenangkan
menjadi 32,4%. Surveilan terpadu penyakit aktifitas di dalam sistem syaraf simpatik,
puskesmas di Jawa Timur menunjukkan sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah,
jumlah kunjungan penderita hipertensi kemudian adanya pernafasan yang dalam
meningkat dari tahun 2014 dengan total akan meningkatkan sirkulasi oksigen,
530.070 pengunjung menjadi 536.199 sehingga otot-otot cenderung mengendur
pengunjung di tahun 2015. dan memperlancar aliran darah serta
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan berpengaruh untuk menurunkan tingkat
Kota Surabaya kejadian hipertensi di stress dan menurunkan tekanan darah pada
Surabaya dari tahun ke tahun selalu berada penderita hipertensi (Magfiroh, 2013).
dalam 10 daftar penyakit terbanyak. Pada Sedangkan terapi musik akan memberikan

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


suasana rileks dan damai sehingga membuat Index (PSQI) dalam bentuk kuesioner untuk
denyut jantung dan tahanan pembuluh darah mengukur kualitas tidur. Data dianalisa
menjadi normal. Musik menimbulkan reaksi dengan menggunakan uji Wilcoxon dan
psikologis yang membuat pendengarnya Mann Whitney.
rileks sehingga dapat menghilangkan stress,
HASIL PENELITIAN
mengatasi kecemasan dan menumbuhkan
Data Umum
kesadaran spiritual (Aizid, 2011). Dengan
1. Jenis Kelamin
kondisi tubuh riles tersebut diharapkan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
kualitas tidur seseorang menjadi lebih baik. berdasarkan Jenis Kelamin.
Intervensi Kontrol
Variabel
METODE n % n %
1) Laki-laki 8 30,8 10 38,5
Penelitian ini merupakan penelitian 2) Perempuan 18 69,2 16 61,5
Total 26 100 26 100
kuantitatif menggunakan desain quasy Sumber: Data primer 2019
experimental, dengan metode pre post test Berdasarkan tabel.1 menunjukkan
with control group design. Penelitian ini bahwa sebagian besar responden berjenis
dilaksanakan di RW 2 desa gadung driyorejo kelamin perempuan pada kedua kelompok.
gresik. Populasi dalam penelitian ini adalah 2. Usia
seluruh penderita hipertensi berjumlah 60, Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
jumlah sampel 52 responden yang dibagi berdasarkan Usia.
Intervensi Kontrol
menjadi dua kelompok yaitu kelompok Variabel
n % n %
kontrol 26 orang dan intervensi 26 orang 1) 26-35 4 15,4 1 3,8
2) 36-45 1 3,8 6 23,1
dengan teknik sampling menggunakan simple 3) 46-55 11 42,8 14 53,8
4) 56-65 8 30,8 5 19,2
random sampling. 5) 66 keatas 2 7,7 0 0
Total 26 100 26 100
Pada kelompok intervensi diberi
Sumber: Data primer 2019
perlakuan meditasi diiringi musik religi
Berdasarkan tabel.2 menunjukkan
dilakukan secara berkelompok dengan durasi
bahwa persentase terbesar responden berusia
20 menit, dilakukan satu hari dua kali selama
46-55 tahun pada kedua kelompok.
1 minggu, sedangkan pada kelompok kontrol
hanya perawatan biasa tanpa intervensi
apapun. Instrumen penelitian menggunakan
Pittsburgh Sleep Quality
Data Khusus Tabel 5 Hasil Perbedaan Kualitas Tidur Pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol
1. Kualitas Tidur
Perbedaan Kualitas p z
Tabel 3. Perubahan kualitas pre dan post Tidur Pre Dan post Jumlah value
diberikan meditasi diiringi musik
religi Intervensi 26
0,000 -5,646
Meditasi Kualitas Tidur Total Kontrol 26
Diiringi Baik Buruk Sumber: Data primer 2019
Musik f%f%n%
Religi Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui
Sebelum 1 3,8 25 96,2 26 100
bahwa perbedaan kualitas tidur pada
Sesudah 26 100 0 0 26 100
Wilcoxon test p value = 0,000 z= -5,000
kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Sumber: Data primer 2019 pada klien yang menderita hipertensi di RW


Berdasarkan tabel 3 menunjukkan 2 desa gadung driyorejo gersik setelah
bahwa berdasarkan uji Wilcoxon test dilakukan uji statistik dengan Mann-Whitney
diperoleh nilai signifikansi p (0,000) < α diperoleh nilai p (0,000) < α (0,05) yang
(0,05) yang artinya ada perbedaan kualitas berarti ada perbedaan kualitas tidur antara
tidur sebelum dan sesudah dilakukan kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
intervensi meditasi diiringi musik religi pada
PEMBAHASAN
kelompok intervensi.
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
Tabel 4. Perubahan kualitas pre dan post
pada kelompok kontrol sebagiaan besar responden berjenis kelamin
Perawatan Kualitas Tidur Total perempuan 69,2% pada kelompok
biasa/tanpa Baik Buruk
intervensi F % F % n % intervensi d an kelomp ok kontr ol 61,5%.
Sebelum 6 23 20 77 26 100
Sedangkan pada tabel 2, Berdasarkan usia
Sesudah 7 27 19 73 26 100
mayoritas berusia dengan rentang 46-55%
Wilcoxon test p value = 1,000 z= 0,000
Sumber: Data primer 2019 pada kelompok intervensi 42,8% dan pada

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan kelompok kontrol 53,8%.

bahwa hasil uji Wilcoxon test diperoleh nilai Secara klinis memang tidak terdapat

signifikansi p (1,000) > α (0,05) yang artinya perbedaan yang signifikan, namun setelah

tidak ada perbedaan kualitas tidur sebelum usia 45 tahun wanita akan mengalami

dan sesudah dilakukan perawatan biasa pada menopause sehingga wanita akan beresiko

kelompok kontrol. terdapat penyakit hipertensi ringan,


sedangkan pada laki-laki usia lebih dari 31
tahun sudah beresiko terhadap hipertensi Pada kelompok intervensi, berdasarkan
ringan. Hal tersebut karena terdapat hasil analisis pada tabel 5.2 dengan uji
perbedaan secara fisiologis dalam system Wilcoxon test diperoleh nilai p value (0,000)
kardiovaskular antara laki-laki dan < α (0,05). Ini menunjukkan bahwa ada
perempuan, termasuk kadar hormon yang perbedaan kualitas tidur pre dan post setelah
terlibat dalam sistem peredaran darah. diberikan intervensi meditasi diiringi musik
Kasus hipertensi cenderung akan religi yang signifikan. Hal ini dibuktikan
meningkat seiring dengan bertambahnya usia dengan adanya perubahan kualitas tidur
seseorang, Menurut Sunaryati (2011) tingkat menjadi lebih baik yaitu seluruhnya 100%
normal tekanan darah bervariasi sepanjang responden dengan kualitas tidur baik.
kehidupan. Tekanan darah pada orang Berdasarkan hasil penelitian pada
dewasa cenderung meningkat seiiring dengan kelompok kontrol, tidak ada perbedaan
bertambahnya usia karena akan terjadi kualitas tidur pre dan post. Hal ini
kemunduran fungsi dari seluruh tubuh secara ditunjukkan dengan uji Wilcoxon test dan
progresif. Elastisitas pembuluh darah arteri diperoleh nilai p value = 1,000 yang artinya
juga semakin berkurang dan menjadi kaku. tidak ada perbedaan kualitas tidur pre dan
Keadaan ini dapat menyebabkan arteri post. Pada kelompok kontrol, klien hanya
menjadi tidak dapat mengembang saat melakukan rileksasi nafas biasa. Berdasarkan
jantung memompa darah, sehingga darah hasil tersebut peneliti berpendapat bahwa
yang mengalir menjadi tidak lancar. rileksasi nafas biasa yang dilakukan klien
Peningkatan kasus hipertensi akan terus kurang efektif dikarenakan klien kurang
berkembang pada usia 50-60 tahun. fokus dan klien melakukan seadanya seperti
Hasil penelitian awal (pre intervensi) nafas yang dilakukan setiap hari sehingga
menunjukkan bahwa pada kelompok kurang adanya penghayatan yang berdampak
intervensi menunjukkan hampir seluruhnya pada kualitas tidur.
dengan kualitas tidur buruk yaitu 96,2% dan Menurut Shittu et.al. (2014), kualitas
dengan kualitas tidur baik hanya 3,8%. tidur yang buruk memiliki dampak negatif
Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian yang besar terhadap status kesehatan jangka
besar (77%) kualitas tidur responden buruk panjang, dimana dari hasil penelitiannya
dan sebagian kecil (23%) memiliki kualitas
tidur baik.
didapatkan bahwa kualitas tidur yang buruk menyeimbangkan emosi dan mental,
dapat memengaruhi terjadinya peningkatan penurunan laju nadi, nafas menjadi teratur,
tekanan darah (p-value 0,002), peningkatan relaksasi otot, serta relaksasi pembuluh
body mass index (p-value 0,045), dan darah yang dapat menurunkan tahanan
terjadinya depresi (p-value 0,000). perifer dan dapat menurunkan tekanan darah
Terjadinya peningkatan tekanan darah (Martin & Mardian, 2016). Berdasarkan
disebabkan oleh kondisi kurang tidur yang teori Pigion (2010) metode relaksasi sangat
dapat memengaruhi keseimbangan hormon optimal untuk gangguan pola tidur serta
kortisol (hormon penanda stres). dapat menjadi teknik yang termudah untuk
Ketidakseimbangan hormon kortisol akan dipelajari pasien.
menyebabkan ketidakseimbangan hormon Terapi meditasi diiringi musik religi
yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal salah Deen Assalam dan Ya Habibal Qalbi dalam
satunya adalah katekolamin yang terdiri dari penelitian ini dilakukan dengan durasi 20
epinefrin dan noreprinefrin yang bekerja menit, dua kali perhari selama 1 minggu
pada saraf simpatis yang menyebabkan secara rutin dan berturut-turut. Asumsi
vasokontriksi vaskuler (Potter & Perry, peneliti bahwa untuk mencapai kondisi
2010; Smeltzer & Bare, 2013). rileks pada seseorang sangat bergantung
Meditasi yang diiringi musik religi pada kemampuan individu masing-masing,
dalam penelitian ini merupakan suatu namun bila dilakukan secara rutin dan
kegiatan relaksasi yang bertujuan untuk konsentrasi maka akan memperoleh kondisi
memperbaiki kondisi psikologis agar menjadi yang betul-betul rileks. Dengan meditasi
lebih rileks dan mengurangi kesakitan. dapat mengembalikan tubuh pada kondisi
Dengan melibatkan olah jiwa dan yang tenang. Beberapa teknik meditasi
pengosongan pikiran dari hal-hal yang selain menyebabkan efek yang
membebani tubuh, serta memfokuskan menenangkan fisik, juga dapat menangkan
pikiran pada lantunan syair yang mengandung pikiran, serta membuat tidur menjadi lebih
pesan moral maupun unsur ajaran agama baik (L Wijayanti dkk,2019).
yang terkandung di dalam lantunan lagu. Hasil penelitian ini ditunjang dengan
Dalam terapi meditasi diiringi musik religi penelitian yang dilakukan Mas’adah (2018)
dapat menghasilkan respon relaksasi di dalam yaitu tentang pengaruh relaksasi meditasi
tubuh, seperti benson terhadap pemenuhan kebutuhan tidur
lansia di balai sosial lanjut usia di mandalika http://scholar.google.co.id. Diakses
mataram, hasil penelitian ini menyebutkan pada tanggal 12 Juni 2019
Depkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
bahwa tehnik relaksasi meditasi benson
http://www.depkes.go.id/resources/do
berpengaruh positif terhadap pemenuhan wnload/general/hasil%202013.pdf.
Diakses pada 21 Desember 2018.
kebutuhan tidur lansia dengan nilai p value
Dinkes Jatim. 2015. Survailens Terpadu
0,000. Penyakit Puskesmas tahun 2014 &
2015. Dinas kesehatan Jawa Timur.
SIMPULAN
Simpulan dari hasil penelitian ini adalah L Wijayanti, EM Wardani&DN Bistara.
responden yang diberi pendampingan terapi 2019. Autogenic Relaxation with
Aromaterapy Cendana On the Quality
meditasi diiringi musik religi mengalami of Sleeping In Patients Diabetes Type
perubahan kualitas tidur menjadi lebih baik 2Mellitus.
https://www.thejnp.org/index.php/jnp/
dibandingkan klien yang tidak diberi article/view/68. diakses pada tanggal
pendampingan terapi meditasi diiringi musik 23 Nopember 2019.

religi. Dan pada penderita hipertensi di RW Martin, Weddy & Ponia Mardian. 2016.
Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap
2 Desa Gadung Driyorejo Gersik dapat Perubahan Tekanan Darah Pada
melaksanakan terapi meditasi diiringi musik Lansia Yang Mengalami Hipertensi
Vol. 10 No. 4. STIKES Ceria
religi setiap hari secara mandiri. Berdasarkan Bukittinggi.
data tersebut hasil penelitian ini dapat http://scholar.google.co.id. Diakses
pada tanggal 21 September 2018
dijadikan rujukan dalam pembuatan protap
Mas’adah. 2018. Pengaruh Relaksasi
di rumah sakit untuk memperbaiki kualitas Meditasi Benson Terhadap Pemenuhan
tidur pada klien hipertensi dengan SOP yang Kebutuhan Tidur Lansia Di Balai
Sosial Lanjut Usia Mandalika
telah dibuat. Mataram. Adi Husada Nursing Journal
Vol.4 No.1, Juni
DAFTAR PUSTAKA 2018.
Magfiroh Nasruliyah Hikmatul. 2013.
Aizid, Rizem. 2011. Sehat Dan Cerdas Peranan Terapi Relaksasi Meditasi
Dengan Terapi Musik. Yogyakarta: Dalam Menurunkan Stres Pada
Laksana. Penderita Hipertensi. Universitas
Bistara, D.N. & Kartini, Y. 2018. Hubungan Muhammadiyah Malang.
Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi Potter, P. A., & Perry, A. G. 2010,
dengan Tekanan Darah Pada Dewasa Fundamental of Nursing, Edisi 7 vol
Muda. Jurnal Kesehatan Vokasi Vol.3 3, Salemba Medika, Jakarta.
No. 1. Universitas Gajah Mada.
Pigeon WR. 2010. Diagnosis, Prevalence,
Pathways, Consequences, and
Treatment of Insomnia. Indian Journal
of Medicine. 2010; 131: 321-332.
Shittu, R., Issa, B. A., Olanrewaju, G. T.,
Odeigah, L. O., Sule, A. G., Sanni., M.
A., et al. 2014, Association between
Subjective Sleep Quality,
Hypertension, Depression and Body
Mass Index in a Nigerian Family
Practice Setting, J Sleep Disorder Ther,
3 (2), 157.
Sunaryati, S.S. 2011. 14 Penyakit Paling
Sering Menyerang dan Mematikan.
Jogjakarta: Flash Books.
World Health Organanizations (WHO).
2015.
http://www.who.int/diseases/publicati
ons/global_brief_hypertensions/en/
diakses pada tanggal 21 September
2018.
Zainul, Zen. 2007. Kekuatan Metode Lafidzi
Hidup Sehat Dengan Lahir, Fikir Dan
Dzikir. Jakarta: Qultum Media.
Hubungan Karakteristik Individu (Jenis Kelamin dan Usia) Dengan Perkembangan
Psikososial Mahasiswa Keperawatan di Surabaya

Diyan Mutyah
Stikes Hang Tuah Surabaya. diyanmutyah@gmail.com

Sukma Ayu Ck
Stikes Hang Tuah Surabaya. sukmakirana.89@gmail.com

Nisha Damayanti
Stikes Hang Tuah Surabaya. nishadr.shtsby@gmail.com

Abstrak
Usia dewasa merupakan tahapan yang diawali dengan masa transisi dari masa remaja hingga
masa dewasa yang melibatkan pengalaman dan eksplorasi yang disebut dengan emerging
adulthood. Tahap perkembangan psikososial manusia dimana individu mulai menerima dan
memikul tanggung jawab yang lebih berat. Tahap usia dewasa ini hubungan intim mulai
didalami dan mengalami perkembangan, hal ini sejalan dengan masa reproduktif yang mulai
sempurna. Keintiman yaitu individu mampu membina hubungan intim/dekat dan cinta
dengan orang lain.Tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan gambaran perkembangan
psikososial mahasiswa keperawatan di wilayah Surabaya. Metode Penelitian yang digunakan
adalah deskriptif analitik dengan menggunakan teknik sampling kuota sampling dengan
jumlah sampel 150 mahasiswa keperawatan dari 2 intitusi keperawatan wilayah Surabaya.
Hasil dalam penelitian ini sebagian besar perkembangan psikososisal kurang optimal dengan
52 responden (34,7%), disebabkan karena faktor umur yang sebagian besar berusia 18 tahun.
Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara perkembangan psikososial
mahasiswa dengan jenis kelamin. Perlu adanya kegiatan yang dapat menunjang
perkembangan psikososial pada mahasiswa, terutama dalam menunjang perkembangan
intimasi menjadi optimal. Kegiatan yang dapat dilakukan seperti sharing antara mahasiswa
dengan dosen dan perlu peran aktif mahasiswa dalam melatih diri untuk meningkatkan
perkembangan intimasi.
Kata Kunci: Perkembangan Psikosial, Usia, Jenis
Kelamin

Abstract
Adult age is a stage that begins with the transition from adulthood to adulthood which
involves experience and discussion called the emergence of adulthood. Young adulthood
is a stage of human psychosocial development where individuals begin to accept and
assume heavier responsibilities. At this stage of age, intimate relationships begin to be
explored and experienced development, this is in line with the reproductive period that
starts perfect. Intimacy is how individuals are able to foster intimate / close relationships
and love with others. The purpose of this study is to get a description of the psychosocial
development of nursing students in the Surabaya area using an intimacy questionnaire.
The research method used was descriptive analytic using quota sampling and a sample of
150 nursing students from 2 nursing institutions in Surabaya. The results of this study
which examined the psychosocotic development in young adults showed that the
majority of psychososisal development was less than optimal with 52 respondents
(34.7%), because the age factor was mostly 18 years. 4. There is a significant
relationship between
the psychosocial development of students and the gender of Chi-square students P =
0.007. So the need for activities that can support psychosocial development in students,
especially in supporting the development of intimacy so that the development of
intimacy in students can be optimal. Activities that can be carried out such as sharing
activities
between students and lecturers so that lecturers can help students in fulfilling their

Nomor
Kirim: 22 November 2019,p-ISSN:
Terima: 1978-6743, NomorDOI:
22 Januari 2020, e-ISSN: 2477-3948
/doi.org/10.33086/jhs.v13i01.1317
59 Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, Diyan
No. 1, Mutyah, Sukma
Februari 2020, Ayu
Hal. Ck., Nisha Damayanti 59
58-65
Hubungan ciri Individu (Jenis Kelamin dan Usia) Dengan Perkembangan Psikososial Mahasiswa
Keperawatan di Surabaya
development tasks, and students need to play an active role in training themselves to
improve the development of intimacy in themselves.
Keywords: Psychosocial Development, Age, Gender

masa reproduktif yang mulai sempurna.


PENDAHULUAN
Selain itu terdapat beberapa perubahan
Usia produktif adalah usia dimana
yang terjadi dalam penampilan, minat,
seseorang penduduk memiliki usia 15-64
sikap dan perilaku (Pieter, Janiwarti, and
tahun. Indonesia memiliki generasi muda
Saragih 2011). Periode penyesuaian diri
sebanyak 60% dari total penduduk
terhadap perubahan peran juga harus
Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa, hal
dilalui pada tahap ini yaitu berperan
ini berarti bahwa populasi produktif di
sebagai mahasiswa, suami atau istri, orang
Indonesia dapat mencapai 195 juta jiwa
tua. Hal ini juga dialami oleh mahasiswa
pada 2040 nanti. Peningkatan usia produktif
keperawatan yang berada dalam tahap
tersebut dapat meningkatkan perekonomian
dewasa muda. Apabila seseorang tidak
nasional (Indonesia 2017). Ahli lain
bisa melewati masa perkembangan
Hurlock (1980) membagi dewasa menjadi
tersebut maka terjadi penyimpangan sosial
dewasa muda (18-40 tahun), dewasa madya
pada tahap keintiman dan tidak terjadi
(4060 tahun), dan masa dewasa lanjut (60
perkembangan.
tahun sampai dengan kematian)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
(Varcarolis, 2010 ; Fortinash and Worret,
pada mahasiswa STIKES Hang Tuah
2012).
Surabaya Program Studi S1 Keperawatan,
Usia dewasa merupakan tahapan
didapatkan data bahwa 7 dari 15
yang diawali masa transisi dari remaja
mahasiswa tidak tinggal bersama dengan
hingga dewasa yang melibatkan
keluarganya. Hasil wawancara yang
pengalaman dan eksplorasi yang disebut
didapatkan adalah mahasiswa tersebut
dengan emerging adulthood (Papalia, Olds,
merasa tidak nyaman karena harus
and Feldman 2008). Menurut teori Erikson,
mempersiapkan kebutuhan dirinya secara
usia dewasa muda adalah tahap
mandiri. Selain itu mahasiswa juga
perkembangan psikososial manusia dimana
mengatakan bahwa dirinya bebas dari
individu mulai menerima dan memikul
orang tua dan bisa melakukan apa saja
tanggung jawab yang lebih berat. Tahap
bahkan bebas dari pertanyaan seputar
usia dewasa ini hubungan intim mulai
akademik mereka selama perkuliahan.
didalami dan mengalami perkembangan,
Namun 8 orang mahasiswa lainnya lebih
hal ini sejalan dengan
senang berada di kos dan hanya keluar mahasiswa untuk lulus tepat waktu,
untuk beli makan atau mengerjakan tugas. mendapatkan pekerjaan sesuai dengan
Lebih suka menyendiri dikamar daripada yang diharapkan dan menghasilkan uang
menjalin hubungan dengan teman agar bisa membahagiakan orang tua dapat
sebayanya. 4 dari 8 mahasiswa tersebut menjadi tekanan bagi mahasiswa itu
mengaku bahwa belum pernah menjalin sendiri. Oleh sebab itu peneliti ingin
hubungan dengan lawan jenis karena ingin mengetahui gambaran perkembangan
fokus berkuliah dan tidak ingin terganggu psikososial mahasiswa keperawatan di
dengan masalah lain di luar studi yang wilayah Surabaya.
mereka jalani.
METODE
Hubungan intim yang terbentuk
merupakan salah satu tugas perkembangan Penelitian ini menggunakan desain

psikososial yang harus dipenuhi pada tahap penelitian deskriptif analitik karena

perkembangan usia dewasa muda (Erikson penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan

1969, dalam Papalia et al., 2008). Mampu dan melihat hubungan usia dan jenis

berkomitmen dalam pekerjaan, mandiri kelamin terhadap perkembangan

dalam kehidupan pribadi, bertanggung psikososial mahasiswa keperawatan di

jawab secara ekonomi, sosial dan Surabaya. Teknik sampling yang digunakan

emosional, memiliki konsep diri yang dalam penelitian ini adalah kuota sampling

realistis, menyukai dirinya dan mengetahui dimana pengambilan sampel mahasiswa

tujuan hidup, berinteraksi dengan baik keperawatan sesuai dengan kriteria yang

dengan keluarga, mengatasi stress akibat ditentukan oleh peneliti. Sampel dari

perubahan diri, serta menjadikan kehidupan penelitian ini adalah 150 mahasiswa

sosial bermakna dan mempunyai nilai yang keperawatan dari 2 intitusi keperawatan

dijadikan pedoman hidupnya merupakan wilayah Surabaya.

perilaku yang seharusnya dimiliki individu


HASIL PENELITIAN
dewasa muda (Shaft, 2012 dalam Azizah,
1. Data Umum
2015).
Tabel 1 Frekuensi data umum Psikososial
Apabila individu dewasa muda pada Dewasa Muda (n=150).
mampu membentuk persahabatan dan
hubungan dekat yang sehat dengan individu
yang lain, maka intimasi dapat terwujud
(Santrock 2003). Harapan

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


No. Karakteristik Jumlah % penelitian adalah perempuan yaitu
Responden
1. Umur 18 Tahun 52 34,7 sebanyak 130 orang (86,7%).
19 Tahun 38 25,3
20 Tahun 46 30,7 2. Data Khusus
21 Tahun 13 8,7
Tabel 2 Frekuensi data khusus Psikososial
23 Tahun 1 0,7
Total 150 100 pada Dewasa Muda (n=150)

2. Jenis 20 13,3 Psikososial Frekuensi Presentase (%)


Kelamin Laki – laki Sangat Optimal 1 0,7%
Perempuan 130 86,7 Optimal 24 16,%
Total 150 100 Cukup Optimal 39 26,%
Kurang Optimal 52 34,%
Tabel 1 diperoleh hasil dari 150
Sangat Kurang 34 22,%
responden dengan karakteristik responden Optimal
Total 150 100%
berdasarkan usia dari 150 responden Mean ± SD 159,57 ± 11,749
Min – Max 124 – 188
dewasa awal (18 – 23) responden yang
Tabel 2 Menunjukkan bahwa penelitian
paling banyak adalah responden dengan
psikososial pada dewasa muda dengan
usia 20 tahun sebanyak 46 responden
psikososial dari 150 responden didapatkan
(30,7%) dan usia 19 tahun sebanyak 38
bahwa paling banyak mahasiswa dengan
responden (25,3%). Sedangkan dari 150
psikososial kurang optimal sebanyak 52
responden dengan karakteristik responden
mahasiswa (34%), dan psikososial optimal
berdasarkan jenis kelamin mahasiswa
sebanyak 1 orang (0,7%), (Mean ±
bahwa mayoritas responden dalam
SD159,57 ± 11,749).
3. Data Khusus

Tabel 3 Hubungan perkembangan psikososial terhadap usia mahasiswa Keperawatan di Surabaya


(n=150)
Perkembangan Psikososial
Cukup Kurang Sangat
Sangat
Usia Optimal Optimal kurang TOTAL
optimal optimal
op timal
F F F F F N
18 Tahun 1 1.9% 8 33.3% 3 7.7% 21 40.4% 19 55.9% 52 34.7%
19 Tahun 0 0.0% 6 25.0% 13 33.3% 14 26.9% 5 14.7% 38 25.3%
20 Tahun 0 0.0% 10 41.7% 15 38.45% 11 21.2% 10 29.4% 46 30.7%
21 Tahun 0 0.0% 0 0.0% 7 17.9% 6 11.5% 0 0.0% 13 8.7%
23 Tahun 0 0.0% 0 0.0% 1 2.6% 0 0.0% 0 0.0% 0 0.7%
Total 1 100% 24 100% 39 100%% 52 100% 34 100% 100
Chi-square = 0,057

Berdasarkan tabel 3 Menunjukkan keperawatan di Surabaya didapatkan

perkembangan psikososial dewasa awal responden perkembangan psikososial

berhubungan dengan usia mahasiswa kurang optimal dengan usia 18 tahun


sebanyak 21 mahasiswa (40.4%) dan perkembangan psikososial kurang optimal
perkembangan psikososial kurang optimal dengan usia 21 sebanyak 6 mahasiswa
dengan usia 19 sebanyak 14 mahasiswa (11.5%), dan perkembangan psikososial
(26.9%), perkembangan psikososial kurang kurang optimal dengan usia 23 sebanyak 0
optimal dengan usia 20 tahun sebanyak 11 mahasiswa (0.0%).
mahasiswa (21.2%) dan
4. Data Khusus

Tabel 4 Hubungan perkembangan psikososial dewasa muda terhadap jenis kelamin mahasiswa
keperawatan di Surabaya (n=150)

Perkembangan Psikososial
Jenis Sangat
optimal Cukup Optimal Kurang
TOTAL Sangat kurang
kelamin optimal Optimal optimal
F F F F F N
Perempuan 86.7%
1 100% 24 100% 29 74.4% 46 88.5% 30 88.2% 130
Laki-laki
0 0.0 0 0.0% 10 25.6%% 6 11.5% 4 11.8% 20 13.3%
Total 1 100% 24 100% 39 100% 52 100% 34 100% 150 100%
Chi-square ; 0,007
terhadap jenis kelamin pada mahasiswa
Berdasarkan tabel 4 Menunjukkan
keperawatan di Kota Surabaya.
perkembangan psikososial dewasa awal
berhubungan dengan jenis kelamin
PEMBAHASAN
mahasiswa keperawatan di Surabaya
Dewasa muda merupakan rentang usia di
didapatkan responden perkembangan
mana individu memiliki lebih banyak
psikososial kurang optimal dengan jenis
sahabat dan lebih banyak menghabiskan
kelamin perempuan sebanyak 46
waktu bersama sahabat mereka. Dewasa
mahasiswa (88.5%) dan perkembangan
muda yang memiliki jumlah sahabat
psikososial kurang optimal dengan jenis
terbanyak yaitu pada individu yang dalam
kelamin laki-laki sebanyak 6 mahasiswa
jenjang perkuliahan (Blieszer dan Adams,
(11.5%) dan perkembangan psikososial
dalam Latifah, 2005).
optimal dengan jenis kelamin perempuan
Erikson menjelaskan perkembangan
sebanyak 24 mahasiswa (100%)
psikosial dewasa muda berada pada tahap
Menurut hasil uji statistik Chi-square
keintiman versus perpisahan. Individu
didapatkan hasil = 0.007 dimana ≤
akan mulai mencoba untuk menjalin
0,05 terdapat hubungan antara
hubungan dengan individu lain dan
perkembangan psikososial dewasa muda
membentuk keakraban dan persahabatan
(Hidayat 2009). Persahabatan dan yang lebih baik dalam menjalin hubungan
hubungan sehat yang telah terjalin antara dengan individu lain (Ishak et al. 2011).
individu satu dengan individu yang lain Selain itu, intimasi dapat terbentuk
dapat menjadi sebuah wujud intimasi pada apabila individu telah sukses melampaui
dewasa muda. Namun, apabila individu tugas sistem perkembangan pada tahap
tidak mampu mengembangkan diri sesuai sebelumnya (Papalia, Olds, and Feldman
dengan tahap perkembangan psikososial, 2008). Pada sistem perkembangan
maka individu dapat memisahkan diri psikoseksual, Erikson (1969 dalam Ega,
dengan individu lain. Individu akan lebih 2012) mengungkapkan bahwa jenis
memilih untuk menarik diri dari aktivitas kelamin dapat berpengaruh pada
sosial dan lebih memiliki sedikit hubungan perkembangan intimasi individu. Penelitian
dengan individu lain (Santrock 2003). oleh Jones dan Dembo (1989)
Kemampuan individu dalam bersosialisasi, mendapatkan hasil bahwa perempuan
berkomunikasi, dan menjalin hubungan mempunyai tingkat intimasi lebih tinggi
dengan individu lain dapat dipengaruhi daripada laki-laki (Ega 2012). Penelitian
oleh emosi (Potter and Perry 2005) oleh Ishak et al., (2011) mendapatkan
sehingga individu perlu memiliki bahwa kecerdasan emosional pada individu
kecerdasan emosional. Kecerdasan berusia lebih dari 21 tahun lebih baik
emosional dapat disebut sebagai daripada individu berusia di bawah 21
kecerdasan interpersonal, di mana individu tahun.
mengetahui cara dalam memahami diri Orang tua merupakan tempat
sendiri dan individu lain, menjalin pembelajaran bagi anak yang pertama kali.
hubungan dengan individu lain, serta Sikap orang tua dalam mengasuh anak
mampu beradaptasi dengan lingkungan dapat dilihat dari cara orang tua merespon
(Wiska 2014). dan memenuhi kebutuhan anak (Utami and
Perkembangan psikososial dapat Murti 2017). Peneliti berasumsi perkem-
dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. bangan psikososial mahasiswa dapat
Individu yang berusia lebih tua lebih dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Pada
mampu memahami diri sendiri dan individu usia dewasa muda, individu diharapkan
lain serta lebih baik dalam menjalin dapat menjalin persahabatan dan hubungan
hubungan dengan individu lain (Wiska dengan individu lain. Apabila orang tua
2014). Individu yang memiliki usia di atas terlalu membatasi anak dengan lingkungan
21 tahun memiliki kemampuan sekitar, maka perkembangan psikologi anak
akan terhambat karena anak tidak
mampu menjalin hubungan dengan Hasil peneltian ini menunjukkan sebagian
individu lain maupun lingkungan sekitar. besar karakteristik umur dewasa muda
Penelitian yang dilakukan oleh Yulianto, berusia 18 tahun dan berjenis kelamin
Lestari and Suwito (2017) mendapatkan perempuan. Perkembangan psikososial
bahwa adanya hubungan antara pola asuh pada dewasa muda berada pada tahap
orang tua dengan perkembangan intimasi dengan hasil sebagian besar
psikososial anak. mahasiswa memiliki perkembangan
Kegagalan perkembangan psiko- psikososial kurang optimal. Penelitian ini
sosial pada dewasa muda yaitu tahap menyatakan tidak terdapat hubungan yang
keintiman dapat menimbulkan masalah signifikan antara perkembangan psikososial
baru seperti adanya masalah pekerjaan, mahasiswa dengan usia mahasiswa dan
masalah rumah tangga, dan masalah terdapat hubungan yang signifikan antara
keuangan akibat pemenuhan kebutuhan perkembangan psikososial mahasiswa
hidup yang berhubungan dengan kondisi dengan jenis kelamin mahasiswa.
internal individu seperti faktor sosial,
DAFTAR PUSTAKA
keluarga, lapangan pekerjaan, maupun
Azizah, Fajriyati Nur. 2015. “Pengalaman
lingkungan dan aktivitas sehari-hari dalam Depresi Orang Dewasa Dengan
kampus bagi mahasiswa sehingga HIV/AIDS Dalam Menjalani Tugas
Perkembangan Psikososial.”
diperlukan adanya pembimbingan dalam Universitas Indonesia.
mengembangkan psikosial pada individu, Ega, Agustine. 2012. “Pengaruh Terapi
terutama pada dewasa muda supaya tugas Kelompok Terapeutik ; Dewasa
Muda Terhadap Perkembangan
perkembangan psikosial pada tahap Intimasi Pada Mahasiswa Akademi
tersebut dapat tercapai. Apabila tugas Keperawatan Kabupaten Subang Dan
Sumedang Provisi Jawa Barat.”
perkembangan psikosisal pada dewasa Universitas Indonesia.
muda tidak tercapai, dapat menyebabkan Fortinash, Katherine M., and Patricia A.
individu mengalami kesulitan dalam Holoday Worret. 2012. Psychiatric
Mental Health Nursing. 3rd Editio.
menjalin hubungan dekat dengan individu Mosby, USA.
lain dan individu akan merasa tidak percaya Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Pengantar
diri sehingga individu akan menarik diri Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Salemba Medika.
dari sosial (Fortinash and Worret 2012).
Indonesia, Sekretariat Kabinet Republik.
2017. 60% Penduduk Usia
SIMPULAN Produktif, Presiden Jokowi: Ini
Peluang Kita Menangkan
Persaingan. Indonesia. Diniarti Suwito. 2017. “Hubungan
Ishak, NoorAzniza et al. 2011. Pola Asuh Orang Tua Dengan
“Moderating Effect of Gender and Perkembangan Psikososial Anak Di
Age on the Relationship between TK PKK XI Winong Gempol
Emotional Intelligence with Social Kabupaten Pasuruan.” Jurnal Nurse
and Academic Adjustment among and Health 6(2): 21–29.
First Year University Students.”
International Journal of
Psychological Studies 3: 78–79.
Latifah, Dewi. 2005. “Fungsi Dan Dampak
Persahabatan Lawan Jenis Terhadap
Kepuasan Pernikahan Dewasa Muda
Dan Dewasa Madya.” Universitas
Indonesia.
Papalia, D. E, S. W Olds, and Feldman.
2008. Human Development Psikologi
Perkembangan. 13th ed. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Pieter, Herri Zan, Bethsaida Janiwarti, and
Marti Saragih. 2011. Pengantar
Psikopatologi Untuk Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: Kencana.
Potter, Patricia A., and Anne Griffyn Perry.
2005. Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses Dan Praktis. eds.
Yasmin Asih et al. Jakarta: EGC.
Santrock, Jhon W. 2003. Life-Span
Development : Perkembangan Masa
Hidup Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Utami, Cahyaning, and Heru Astikasari
Setya Murti. 2017. “Hubungan
Antara Kelekatan Dengan Orang Tua
Dan Keintiman Dalam Berpacaran
Pada Dewasa Awal.” Universitas
Kristen Satya Wacana.
Wiska, Nadia. 2014. “Hubungan Usia,
Jenis Kelamin, Masa Studi Dan
Pengalaman Praktikum Di Rumah
Sakit Dengan Tingkat Kecerdasan
Emosional Mahasiswa Ilmu
Keperawatan.” Universitas
Indonesia.
Yulianto, Yufi Aris Lestari, and Elok
Karakteristik Penderita Glaukoma di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Periode Januari 2017-April 2018

Ferzieza Dizayang
Universitas Muhammadiyah Palembang, ferziezadizayangg@gmail.com

Hasmeinah Bambang
Universitas Muhammadiyah Palembang, hasmeinah@fkumpalembang.ac.id

Mitayani Purwoko
Universitas Muhammadiyah Palembang, mitayani.dr@gmail.com

Abstrak
Pada penyakit Glaukoma terjadi kerusakan saraf optik akibat terhambatnya aliran humour
aqueous. Jika dibiarkan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui karakteristik penderita glaukoma di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang periode Januari 2017-April 2018 berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis glaukoma,
keluhan utama, tekanan intraokular, dan riwayat penyakit sebelumnya. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross sectional
menggunakan data rekam medis pasien glaukoma di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
periode Januari
2017 – April 2018. Jumlah populasi terjangkau adalah 82 subjek dan dengan perhitungan
menggunakan rumus diperoleh besar sampel sebesar 45 subjek. Sampel diambil dengan teknik
simple random sampling. Data dianalisis secara univariat dan ditampilkan dalam tabel
distribusi
frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan glaukoma lebih banyak terdistribusi pada kelompok
usia 40-64 tahun (66,7%) dan jenis kelamin perempuan (57,8%). Tipe glaukoma didominasi oleh
glaukoma kronis (57,8%), dengan keluhan nyeri mata (37,7%), memiliki TIO lebih dari 21
mmHg (73,3%), dan memiliki riwayat penyakit sebelumnya (60,0%).
Kata Kunci: glaukoma, tekanan intraokular, nyeri
mata.

Abstract
Glaucoma is an eye disease in which the optic nerve damage is caused by barriers to discharge
eyeball liquid production (Humor Aqueous). If left untreated, Glaucoma can cause blindness. This
study aimed to determine the characteristics of glaucoma patients at Muhammadiyah Palembang
Hospital in the period of January 2017-April 2018 based on age, gender, glaucoma type, main
complaint, intraocular pressure, and previous disease history. This was a retrospective study with a
cross sectional design using medical records of glaucoma patients at Muhammadiyah Hospital
Palembang during January 2017-April 2018. The population of this study was 82 subjects and with
the calculation using formulas obtained a sample size of 45 subjects. Samples were taken by simple
random sampling technique. Data were analyzed univariately and displayed in a frequency
distribution table. The results of this study indicated that glaucoma distributed mostly among
peoples at 40-64 years old (66.7%) and female gender (57.8%). The type of glaucoma was
dominated by chronic glaucoma (57.8%), with eye pain as chief complaint (37.7%), had IOP more
than 21 mmHg (73.3%), and had a previous disease history (60.0%).
Keywords: glaucoma, intraocular pressure, eye
pain.
PENDAHULUAN adanya gangguan yang berujung pada
kebutaan (Kemenkes RI, 2014). Menurut
Mata sebagai indra penglihatan sangat
World Health Organization (WHO),
penting bagi manusia. Fungsi mata yang
kebutaan di dunia terbanyak disebabkan
sangat penting ini dapat terganggu akibat
Kirim: 16 DesemberNomor
2019, p-ISSN:
Terima: 1978-6743, Nomor
16 Januari 2020, e-ISSN:
DOI: 2477-3948
doi.org/10.33086/jhs.v13i01.1146
67 Ferzieza
Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Dizayang,
Vol.13, Hasmeinah
No. 1, Februari Bambang,
2020, Hal. 66-73 Mitayani Purwoko 67
Karakter Penderita Glaukoma di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Periode Januari 2017-April 2018
oleh katarak dan glaukoma (WHO, Tujuan dari penelitian ini adalah
2012). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan untuk mengetahui karakteristik penderita
Dasar tahun 2007, Sumatera Selatan glaukoma di Rumah Sakit
berada di urutan ke-8 untuk kasus Muhammadiyah Palembang. Hal ini
glaukoma di Indonesia dengan prevalensi dilakukan mengingat Sumatera Selatan
0,72% (Kemenkes RI, 2015). termasuk provinsi dengan jumlah kasus
Glaukoma adalah suatu neuropati glaukoma yang tinggi di Indonesia
optik kronik dengan ciri adanya sehingga data-data epidemiologi masih
pencekungan diskus optikus, penyempitan sangat diperlukan untuk membantu upaya
lapang pandang, dan peningkatan tekanan perbaikan oleh dinas terkait.
intraokular (Riordan
METODE
& Whitcher, 2017). Risiko terjadinya
glaukoma dikaitkan dengan jenis kelamin, Penelitian ini menggunakan data sekunder

usia, adanya riwayat glaukoma dalam dari Rumah Sakit Muhammadiyah

keluarga, ras, dan adanya penyakit Palembang dengan jenis penelitian

vaskular (Putri dkk, 2018). deskriptif retrospektif menggunakan

Karakteristik penderita glaukoma di pendekatan cross sectional. Jumlah

Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat populasi terjangkau adalah 82 subjek,

Sanglah Denpasar pada tahun 2014 dengan perhitungan menggunakan rumus

didominasi laki-laki dari 42 kasus diperoleh besar sampel sebesar 45 subjek.

glaukoma primer, sebagian besar berada Sampel diambil dengan teknik simple

pada rentang usia 51-80 tahun, memiliki random sampling. Variabel yang diteliti

tekanan intraokular pada mata kanan rata- adalah usia, jenis kelamin, jenis glaukoma,

rata 32,38 mmHg dan mata kiri rata-rata keluhan utama saat datang ke dokter,

31,3 mmHg (Putri dkk, 2018). tekanan intraocular, dan riwayat penyakit

Karakteristik penderita glaukoma di dahulu yang kemungkinan berisiko

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedarso menimbulkan glaukoma.

Pontianak seimbang antara laki-laki dan Kriteria inklusi dalam memilih

perempuan, sebagian besar berada pada sampel adalah seluruh pasien glaukoma

rentang usia 60-69 tahun, didominasi oleh yang berobat ke Rumah Sakit

pasien dengan tekanan intraokular tinggi, Muhammadiyah Palembang pada periode

sebagian besar tidak memiliki riwayat Januari 2017-April 2018. Apabila pasien

penyakit, dan didominasi oleh glaukoma terpilih sebagai subjek namun data rekam

yang unilateral (Asicha, 2011).


medisnya yang tidak mencantumkan lebih sering terjadi dibandingkan jenis
variabel penelitian ini secara lengkap, glaukoma lainnya (57,8%). Pada
maka pasien tersebut dikeluarkan dari penelitian ini, lebih banyak ditemukan
sampel penelitian. Data dianalisis secara penderita glaukoma dengan tekanan
univariat dan ditampilkan dengan tabel intraokular tinggi (73,3%) dan memiliki
distribusi frekuensi. riwayat penyakit terdahulu (60%).
Tabel 2. Keluhan utama penderita
HASIL PENELITIAN Glaukoma
Karakteristik penderita glaukoma di Keluhan Utama N (orang) %
Nyeri mata 23 37,7
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Sakit kepala 9 14,8
Mata kabur 18 29,5
(RSMP) pada periode Januari 2017-April Mata merah 3 4,9
Mual muntah 1 1,6
2018 dirangkum dalam tabel 1. Halo 1 1,6
Tabel 1. Karakteristik Penderita Glaukoma Buta 6 9,8
Total 61 100,0
di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang (n=45 orang) Keluhan utama yang dirasakan
Usia (tahun)
<40 2 4,4 disebabkan adanya 17 pasien yang
40-64 30 66,7
65 13 28,0 memiliki gejala lebih dari satu. Keluhan
Jenis kelamin
Laki-laki 19 42,4 yang paling sering dirasakan pasien
Perempuan 26 57,8 adalah nyeri mata, lalu diikuti dengan
Jenis glaukoma
Akut 7 15,6 mata kabur. Untuk keluhan seperti sakit
Kronis 26 57,8
Absolut 12 26,7 kepala, mata merah, buta, mual muntah,
Kongenital 0 0,0
Tekanan intraokular dan adanya halo jarang dialami oleh
(mmHg)
21 12 26,7 pasien.
>21 33 73,3
Riwayat Penyakit Tabel 2. Distribusi Frekuensi Riwayat
Penyakit
Tidak ada 18 40,0
Ada 27 60,0 Riwayat penyakit N (orang) %
Kelainan lensa 13 48,1
Berdasarkan tabel 1, didapatkan Kelainan traktus 1 3,7
uvealis
hasil bahwa kategori usia 40-64 tahun Hipertensi 12 44,4
lebih banyak menderita glaukoma Hipotensi akut 0 0,0
Diabetes mellitus 0 0,0
dibandingkan pada usia lainnya (66,7%). Trauma mata 1 3,7
Miopia 0 0,0
Pada karakteristik berdasarkan jenis Total 27 100,0

kelamin, perempuan lebih banyak Berdasarkan data rekam medis,


menderita glaukoma (57,8%). Berdasarkan kelainan lensa yang didapatkan pada
jenisnya, glaukoma kronis penelitian ini adalah katarak, sedangkan

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


kelainan traktus uvealis yang didapatkan menyebabkan perubahan pada elastin dan
adalah uveitis. Pada penelitian didapatkan kekakuan kolagen tipe I yang akan
katarak lebih sering terjadi pada pasien mengurangi fleksibilitas lamina cribrosa,
glaukoma dibandingkan penyakit- sehingga mengurangi kekuatan dari akson
penyakit lainnya. Dengan total yang tidak sel retina ganglion bila adanya
terlalu berbeda, hipertensi juga peningkatan tekanan intraokular. Oleh
merupakan riwayat penyakit terbanyak karena itu, saraf optik pada usia tua rentan
kedua setelah katarak. kehilangan fungsi akibat kerusakan yang
ditimbulkan oleh glaukoma (Vajaranant
PEMBAHASAN
& Pasquale, 2012).
1) Usia
Hasil penelitian ini didapatkan dua
Pada penelitian ini didapatkan usia
subjek penderita glaukoma yang berusia di
40-64 tahun lebih sering mengalami
bawah 40 tahun (4,4%). Salah satunya
glaukoma. Menurut WHO 45-59 tahun
berusia 8 tahun dengan riwayat trauma
termasuk ke dalam usia pertengahan dan
mata. Menurut Riordan & Whitcher
60-74 tahun termasuk ke dalam lanjut
(2017), timbulnya glaukoma pada anak-
usia. Usia merupakan salah satu faktor
anak bisa disebabkan oleh glaukoma
risiko yang dapat menyebabkan glaukoma
sekunder akibat trauma mata atau penyakit
(Guedes dkk, 2011). Hasil penelitian ini
mata lainnya. Adanya darah pada bilik
bersesuaian dengan karakteristik pasien
mata depan (hifema) akan menyumbat
glaukoma di Poliklinik Mata Rumah Sakit
anyaman trabekular sehingga timbul
Indera Provinsi Bali yang sebagian besar
peningkatan tekanan intraokular.
berusia
Subjek yang berusia 39 tahun,
40-64 tahun (Pusvitasari & Triningrat,
glaukoma kemungkinan disebabkan oleh
2018).
riwayat penyakit sebelumnya atau proses
Usia yang menua menyebabkan
penuaan. Tetapi dari hasil penelitian, subjek
penuaan jaringan serta lebih lama terpapar
tidak memiliki riwayat penyakit
faktor risiko glaukoma (Krieglstein, 2008).
sebelumnya, sehingga kemungkinan
Aliran humor aqueous semakin menurun
penyebab glaukoma pada subjek adalah
seiring bertambahnya usia sehingga akan
proses penuaan. Proses penuaan biologis
menyebabkan peningkatan tekanan
terjadi secara perlahan-lahan dan dibagi
intraokular (Newell, 2008). Secara khusus,
menjadi beberapa tahapan. Pada usia 35-
peningkatan usia akan
45 tahun termasuk ke dalam tahap transisi,
yaitu mulai terjadi gejala
penuaan yang dapat bermanifestasi pada 3) Jenis Glaukoma
berbagai penyakit (Pangkahila, 2014). Banyaknya subjek penelitian yang
2) Jenis Kelamin menderita Glaukoma kronis dalam
Teori mengenai jenis kelamin yang penelitian ini sejalan dengan penelitian
dikaitkan dengan peningkatan risiko Fidalia (2006) di RS Mohammad Hoesin
glaukoma adalah masalah yang Palembang yang menemukan kasus
kontroversial (Krieglstein, 2008). Hal ini glaukoma sudut terbuka (glaukoma
terlihat pada penelitian-penelitian berikut kronis) sebanyak 56,10%. Penelitian oleh
yang memiliki hasil berbeda. Penderita Bright Focus Foundation di Amerika
glaukoma di Rumah Sakit Moehammad Serikat juga menemukan glaukoma kronis
Hoesin Palembang pada tahun 2006 mendominasi dengan persentase
didominasi oleh perempuan (51,22%) 70% dari penderita glaukoma (Bright
sementara penderita glaukoma di Focus Foundation, 2014). Berdasarkan
Poliklinik Mata Rumah Sakit Indera European Glaucoma Society (2014),
Provinsi Bali didominasi oleh laki-laki glaukoma kronis merupakan neuropati
(70%) (Fidalia, 2006; Pusvitasari & optik progresif, dengan adanya perubahan
Triningrat, 2018) karakteristik morfologi di nervus optik.
Faktor-faktor yang menyebabkan Jumlah kasus glaukoma absolut di
wanita mendapatkan glaukoma adalah Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
menopause dini, terlambat menarche, berada di urutan kedua yaitu sebanyak 12
ooforektomi, peningkatan paritas, dan orang (26,7%). Glaukoma absolut adalah
penggunaan kontrasepsi oral (Krieglstein, glaukoma dengan kebutaan total disertai
2008; Dewundara dkk, 2017). Namun, dengan nyeri. Penyebab lain yang dapat
berdasarkan teori estrogen memiliki efek menyebabkan nyeri pada pasien buta
neuroprotektif terhadap sel ganglion retina adalah trauma, neoplasia, infeksi dan
sehingga mencegah glaukoma. Hal ini peradangan. Nyeri memiliki dampak
karena estrogen meningkatkan jumlah negatif pada kualitas hidup pasien serta
serat kolagen di lamina cribrosa sehingga kemampuannya berfungsi secara produktif
dapat mengurangi kompresi pada akson (Mulugeta, 2017).
sel ganglion retina. Serat kolagen yang Kerusakan saraf yang terjadi
meningkat juga bisa meningkatkan perlahan-lahan berlanjut pada penurunan
fleksibilitas seluruh mata, yang akan penglihatan membuat penderita tidak akan
menyebabkan penurunan tekanan menyadari dirinya sakit sampai telah
intraokular (Krieglstein, 2008). terlambat. Glaukoma kronik dapat
berkembang menjadi glaukoma absolut glaukoma dan berbagai penelitian secara
(Kemenkes RI, 2015). luas mendukung hal tersebut (Ismandari
4) Keluhan Utama & Helda, 2011). Pada penelitian di Rumah
Keluhan utama seorang pasien Sakit Indera Provinsi Bali didapatkan
glaukoma dapat lebih dari satu sehingga bahwa pada penderita glaukoma yang
dalam penelitian ini didapatkan 61 memiliki tekanan intraokular di atas
keluhan utama, lebih banyak dari jumlah normal (≥21 mmHg) lebih banyak
sampel yang hanya 45. Pada penelitian ini dibandingkan penderita dengan tekanan
nyeri mata lebih sering dikeluhkan. intraokular <21 mmHg (Pusvitasari &
Sejalan dengan penelitian Mahrani (2009) Triningrat, 2018). Lalu pada penelitian
yang dilakukan di RSU. Dr. Pirngadi, Asicha (2011) di Rumah Sakit Umum dr.
keluhan utama terbanyak adalah nyeri Soedarso juga didapatkan penderita
pada mata (41,2%). Nyeri mata pada glaukoma yang memiliki tekanan
penekan simpul-simpul saraf di daerah intraokular di atas nilai normal (>21
kornea akibat tekanan intraokular. Simpul mmHg) pada mata kanan sebanyak 64,6%
saraf di daerah kornea ini merupakan dan yang dalam rentang nilai normal (≤21
cabang dari nervus trigeminus sehingga mmHg) sebanyak
daerah sekitar mata yang juga dipersarafi 35,4%. Rachmawati (2014) menemukan
oleh nervus trigeminus ikut terasa nyeri. bahwa di RS Khusus Mata Provinsi
Rasa nyeri pada mata ini menjalar sampai Sumatera Selatan tahun 2012 dan 2013,
kepala sehingga menyebabkan sakit kepala didapatkan 30 pasien glaukoma sekunder
((Riordan & Whitcher, 2017; Dian dkk, (83,3%) dengan tekanan intraokuler ≥21
2016). Nyeri mata juga bisa disebabkan mmHg. Peningkatan tekanan intraokular
oleh terjadinya inflamasi pada badan siliar secara konsisten dikaitkan dengan
akibat kerusakan epitel kornea atau uveitis prevalensi kejadian glaukoma sudut
(Japan Glaucoma Society, 2006). terbuka (glaukoma kronis) (European
5) Tekanan Intraokular Glaucoma Society, 2014).
Hasil penelitian ini menunjukkan Peningkatan tekanan intraokular
tekanan intraokuler lebih dari 21 mmHg lebih sering ditemukan karena berperan
(tinggi) lebih sering terjadi dibandingkan dalam apoptosis sel ganglion retina.
tekanan intraokular kurang dari 21 mmHg Adanya perubahan dinamika anyaman
(normal). Tekanan intraokular merupakan trabekular menyebabkan gangguan
faktor risiko terpenting pada penyakit drainase dari humor aquosus yang
menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan intraokular (Agarwal dkk., 2009). berpotensi untuk menimbulkan glaukoma.
Namun, kelainan glaukomatosa pada hipertensi sistemik merupakan faktor
diskus optikus atau lapang pandang dapat risiko untuk glaukoma (Bae dkk.,
menyebabkan glaukoma meskipun 2014).
tekanan intraokular di bawah 21 mmHg.
SIMPULAN
Hal ini dikenal sebagai glaukoma tekanan
rendah (Riordan & Whitcher, 2017). Hasil penelitian ini menunjukkan

6) Riwayat Penyakit
glaukoma lebih banyak terdistribusi pada

Ada atau tidak adanya riwayat kelompok usia 40-64 tahun (66,7%) dan

penyakit, dapat menentukan jenis jenis kelamin perempuan (57,8%). Tipe

glaukoma apa yang dimiliki pasien. glaukoma didominasi oleh glaukoma

Apabila pasien tersebut tidak memiliki kronis (57,8%), dengan keluhan utama

riwayat penyakit maka termasuk dalam terbanyak berupa nyeri mata (37,7%),

glaukoma primer. Sedangkan pada pasien memiliki tekanan intraokular lebih dari

yang memiliki riwayat penyakit yang 21 mmHg (73,3%), dan memiliki riwayat

mungkin menyebabkan glaukoma disebut penyakit terdahulu yang dapat memicu

sebagai glaukoma sekunder. Hasil glaukoma (60,0%).

penelitian ini sejalan dengan penelitian


DAFTAR PUSTAKA
Pusvitasari & Triningrat (2018) yang
Agarwal R, Gupta SK, Agarwal P, Saxena
menemukan bahwa jenis glaukoma yang R, & Agrawal SS. 2009. Current
paling banyak adalah glaukoma sekunder. Concepts in The Pathophysiology of
Glaucoma. Indian Journal of
Tabel 2 menunjukkan riwayat Ophthalmology,
penyakit terdahulu adalah kelainan lensa 57(4): 257–266.
Asicha N. 2011. Karakteristik Penderita
dan hipertensi. Kelainan lensa yang Glaukoma di Rumah Sakit Umum
paling banyak terjadi adalah katarak. Dr. Soedarso Pontianak Tahun
2009-2010. Jurnal Mahasiswa
Pembengkakan lensa akibat katarak akan PSPD FK Universitas Tanjungpura,
mendorong iris ke depan sehingga bilik 1(1): 1-17.
Bae HW, Lee N, Lee HS, Hong S, Seong
mata dangkal dan sudut bilik mata akan GJ, & Kim CY. 2014. Systemic
tertutup. Hal ini menimbulkan glaukoma hypertension as a risk factor for
open-angle glaucoma: A meta-
fakamorfik (Thayeb dkk., 2013). analysis of population-based studies.
Hipertensi menjadi riwayat penyakit PLoS ONE, 9(9): 1-9.
Bright Focus Foundation. 2014.
terbanyak kedua pada pasien glaukoma di Glaucoma: The Essential Facts.
penelitian ini. Insufiensi vaskular telah Washington DC: National Glaucoma
Research. Hal. 3-10.
dilaporkan sebagai faktor risiko yang
Dewundara S, Wiggs J, & Sullivan DA. Newell F. 2008. Ophtalmology. St.
2017. Is Estrogen a Therapeutic Louis: Mosby. Hal.230-250.
Target for Glaucoma? HHS Public Pangkahila A. 2014. Pelatihan Fisik
Access, 31(1):140-146. Seimbang Meningkatkan Aktivitas
Dian E, Sari Y, & Aditya M. 2016. Stem Cell Endogen Untuk Anti
Glaukoma Akut dengan Katarak Penuaan. Sport and Fitness Journal,
Imatur Okuli Dekstra et Sinistra. J 2(1):1-9.
Medula Unila, 4(3):46-51. Pusvitasari LW & Triningrat AAMP.
European Glaucoma Society. 2014. 2018. Profil pasien glaukoma di
Terminology and Guideline for Poliklinik Mata Rumah Sakit Indera
Glaucoma. Br J Ophthalmol, Provinsi Bali Periode Januari 2014-
101(5):73-127. Juni 2015. E-Jurnal Medika Udayana,
Fidalia. 2006. Prevalensi dan Faktor Resiko 7(4):189-193.
Glaukoma Primer Sudut Terbuka Putri PGAB, Sutyawan IWE, & Triningrat
Serta Penatalaksanaannya di Bagian AMP. 2018. Karakteristik Penderita
Mata FK UNSRI/RSMH Palembang. Glaukoma Primer Sudut Terbuka
Palembang: Fakultas Kedokteran dan Sudut Tertutup di Divisi
Universitas Sriwijaya [Skripsi]. Glaukoma di Poliklinik Mata Rumah
Guedes G, Tsai J, & Loewen N. 2011. Sakit Umum Pusat Sanglah
Glaucoma and Aging. Current Denpasar periode 1 Januari 2014
Aging Science, 4(2): 110-117. Ismandari F hingga 31
dan Helda. 2011. Kebutaan Desember 2014. E-Jurnal Medika,
pada Pasien Glaukoma Primer di 7(1):16-21.
Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Rachmawati D. 2014. Karakteristik Pasien
Mangunkusumo Jakarta. Jurnal Glaukoma Sekunder di Rumah Sakit
Kesehatan Masyarakat Nasional, Khusus Mata Provinsi Sumatera
5(4):185-192. Selatan Tahun 2012 dan
Japan Glaucoma Society. 2006. 2013. Skripsi. Palembang: Fakultas
Guidelines for Glaucoma Edisi ke-2. Kedokteran Universitas
Japan: Japan Glaucoma Society. Muhammadiyah Palembang
Kementerian Kesehatan Republik [Skripsi]. Hal.67-68.
Indonesia. 2014. Situasi Gangguan Riordan P & Whitcher JP. 2017.
Penglihatan dan Kebutaan. Jakarta: Oftalmologi Umum Edisi ke-17.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Krieglstein GK. 2008. Essentials in EGC. Hal 212-229.
Ophthalmology: Glaucoma. United Thayeb DA, Saerang JS, & Rares LM.
States: Spinger Publishing 2013. Profil Glaukoma Sekunder
Company. Hal. 13-21. Akibat Katarak Senilis Pre-Operasi
Mahrani HH. 2009. Karakteristik di RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou
Penderita Glaukoma Di RSU. Manado Periode Januar 2011-
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2007. Desember 2011. Jurnal E-
Sumatera Utara: Fakultas Kesehatan Biomedik, 1(1):59-63.
Masyarakat Universitas Sumatera Vajaranant T & Pasquale L. 2012.
Utara [Skripsi]. Estrogen Deficiency Accelerates
Mulugeta A. 2017. Management of Aging of The Optic Nerve.
Absolute Glaucoma: Experience of Menopause, 19(8): 942-947.
Ras Desta Damtew Hospital, Addis World Health Organization. 2012.
Abeba, Ethiopia. Ethiop Med J, 55 Global Data on Visus Impairments
(2):109-113. 2010. Switzerland: World Health
Organization.
Penerapan Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Pada Penderita
Tuberculosis dengan Masalah Keperawatan Ansietas di Puskesmas Sawahan Surabaya

Eppy Setyowati
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, eppy@unusa.ac.id

Alfin Hidayatur Rahman


Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Abstrak
Penyakit tuberkulosis (TB) paru merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan
bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium
tuberculosis. Basil tuberkel ini akan menyebabkan gangguan pernafasan. Selain itu
proses penyakit dan pengobatan yang lama sering menyebabkan kecemasan pada
penderita Tuberculosis. Tujuan penelitian ini adalah penerapan terapi SEFT pada pasien
Tuberculosis untuk mengurangi ansietas di Puskesmas Sawahan Surabaya. Metode yang
digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus melalui asuhan keperawatan
dengan masalah keperawatan ansietas pada pasien Tuberculosis. Pengumpulan data
yang dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi langsung, dan
rekam medis. Hasil dari penerapan terapi SEFT yang dilakukan satu kali/hari selama 3
hari pada Tn.B didapatkan adanya penurunan ansietas yang teratasi secara bertahap
setelah melakukan terapi SEFT. Penerapan terapi SEFT ini efektif untuk mengurangi
ansietas yang dirasakan oleh pasien Tuberculosis. Oleh karena itu Perawat diharapkan
dapat mengajarkan terapi SEFT sesuai standar operasional prosedur (SOP) sehingga
pasien maupun keluarga dapat mempraktekan kembali dirumah.
Kata Kunci: Ansietas, Tuberculosis, SEFT

Abstract
Pulmonary tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by rod-shaped bacteria
(bacilli) known as Mycobacterium tuberculosis. This tubercle basil will cause
respiratory problems. In addition, the disease process and long-term treatment often
cause anxiety in people with Tuberculosis. The purpose of this study was the application
of SEFT therapy in Tuberculosis patients to reduce anxiety in Sawahan Surabaya Health
Center. The method used was descriptive with a case study approach through nursing
care with anxiety nursing problems in Tuberculosis patients. Data collection is done
using the method of interviews, direct observation, and medical records. The results of
the application of SEFT therapy were carried out once / day for 3 days at Mr. B. There
was a decrease in anxiety which was resolved gradually after SEFT therapy. The
application of SEFT therapy is effective in reducing anxiety felt by Tuberculosis
patients. Therefore nurses are expected to be able to teach SEFT therapy according to
standard operating procedures (SOP) so that patients and families can practice it again at
home.
Keywords: Anxiety, Tuberculosis, SEFT
atau pengobatannya tidak tuntas dapat
PENDAHULUAN
menimbulkan komplikasi berbahaya
Tuberkulosis (TB) merupakan suatu
hingga kematian (Kementrian Kesehatan
penyakit infeksi menular yang disebabkan
Republik Indonesia, 2016). Penyakit ini
bakteri Mycobacterium Tuberculosis, yang
dapat menular melalui udara dari orang
dapat menyerang berbagai organ, terutama
yang terinfeksi ke orang lain, salah satunya
paru–paru. Tuberkulosis bila tidak diobati

Nomor
Kirim: 22 November 2019, p-ISSN:
Terima: 1978-6743,
9 Januari 2020,Nomor
DOI: e-ISSN: 2477-3948
https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.1287
75 Lono
Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. Wijayanti,
1, Februari Puji
2020, Hal.Astuti,
74-80Rahayu Anggraini 75
Pengaruh Meditasi Diiringi Musik Religi Terhadap Kualitas Tidur Pada Penderita Hipertensi di RW 2
melalui batuk produktif karena adanya dengan 2007. Lima provinsi denganDesa TB
Gadung Driyorejo Gersik
peningkatan produksi sekret dan sekresi paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%),
sputum yang purulen (Muttaqin, 2012). Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%),
Sekret yang terkumpul pada saluran napas Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan
bila tidak dikeluarkan dapat menyebabkan Papua Barat (0.4%), Jawa timur (0.2%)
obstruksi jalan napas yang menyebabkan (Riskesdas, 2013). Data TB di Jawa Timur
bersihan jalan napas tidak efektif. pada 2015, kabupaten/Kota terbanyak
World Health Organization (WHO), pasien TB yang diobati dari Surabaya
TB menduduki posisi kedua sebagai (4.754), Jember (3.128), Sidoarjo (2.292),
penyakit infeksi yang menyebabkan Kabupaten Malang (1932) dan Kabupaten
kematian terbanyak pada penduduk dunia Pasuruan (1809) (Dinkes Jawa Timur,
setelah Human Immunodeficiency Virus 2016). Hasil studi pendahuluan di
(HIV). Indonesia berada di posisi ke-3 Puskesmas Sawahan menunjukkan jumlah
setelah India dan China, yaitu sebanyak penderita TB dalam tiga bulan terakhir
360.565 kasus. Dalam perkiraan antara terhitung dari Maret hingga Mei 2019 yaitu
tahun 2000-2020 kematian karena TB sejumlah 39 penderita dan 10 diantaranya
meningkat sampai 35 juta orang. Setiap memiliki masalah ansietas.
hari ditemukan 23.000 kasus TB dan Bagi penderita Tuberculosis yang
menyebabkan hamper 5000 kematian. mengalami kecemasan dikarenakan
Secara Global perkiraan insiden TB pada kurangnya pengetahuan dan sering
tahun 2010 adalah 8,8-9,4 juta, pada tahun bertanya tentang penyakit Tuberculosis.
2011 TB menempati posisi kedua sebagai Hal ini tentunya sangat berbahaya bagi
penyebab utama kematian dengan beban penderita. Pada saat penderita batuk atau
global yaitu 8,7 juta kasus baru, 12 juta bersin, kuman TB paru dan BTA positif
kasus baru dan lama, dan 1,4 juta kematian yang berbentuk droplet sangat kecil akan
Hasil Survei Prevalensi TB Indonesia betertebangan di udara. Droplet yang
tahun 2017 memperlihatkan angka sangat kecil ini kemudian mengering
penemuan sebanyak 360.770 kasus. dengan cepat dan menjadi droplet yang
(Kemenkes RI, 2018; World Health mengandung kuman tuberkulosis. Kuman
Organization, 2017). ini dapat bertahan di udara selama
Hasil Riset Kesehatan 2013, beberapa jam lamanya, sehingga cepat atau
prevalensi penduduk Indonesia yang lambat droplet yang mengandung unsur
didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan kuman tuberculosis akan terhirup oleh
tahun 2013 adalah (0.4 %), tidak berbeda orang lain. Apabila droplet ini telah
terhirup dan bersarang di dalam paru-paru menggunakan obat anti tuberculosis
seseorang, maka kuman ini akan mulai (OAT) harus adekuat dan minimal 6 bulan,
membelah diri atau berkembang biak hal ini bertujuan untuk mencegah
sehingga dapat menginfeksi dari satu terjadinya resitensi basil TB terhadap obat.
penderita ke penderita yang lain. Penyakit Pengobatan tuberkulosis paru
tuberculosis paru bila tidak ditangani menggunakan obat anti tuberkulosiis
dengan benar akan menimbulkan (OAT) dengan metode directly observed
komplikasi. Menurut Ardiansyah M treatment shortcouse (DOTS). Selain
(2012), komplikasi dini antara lain: dalam hal pengobatan farmakologi juga
pleuritis, efusi pleura empiema, laringitis dapat diberikan pengobatan non-
dan TB usus. Selain itu, juga dapat farmakologi dengan memberikan terapi
menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut SEFT (Spiritual Emotional Freedom
seperti obstruksi jalan nafas, kor Technique) pada penderita TB paru.
pulmonale dan amiloidosis. Pengobatan non farmakologi melalui terapi
Untuk mencegah komplikasi tersebut SEFT telah dibuktikan oleh peneliti
maka dibutuhkan peran dan fungsi perawat sebelumnya yaitu Kusnanto, dkk 2016
dalam melakukan asuhan keperawatan yang mampu meningkatkan kualitas hidup pada
benar meliputi promotif, preventif, kuratif penderita tuberculosis paru dengan hasil
dan rehabilitative yang dilakukan secara 89 % penderita mampu mengurangi
komprehensif dengan menggunakan kecemasan, 76 % penderita mampu
pendekatan proses keperawatan. Peran menguasai kemampuan diri terhadap
perawat dalam promotif dan preventif yakni penyakitnya dan 78% mampu bersosialisasi
memberikan pendidikan kesehatan tentang pada lingkungan kerja maupun lingkungan
TB paru dan penularan TB paru terhadap sosial lainnya.
keluarga maupun pasien itu sendiri. Dalam
METODE
upaya penanggulangan penyakit Tb paru,
Jenis penelitian kualitatif dengan
peran serta keluarga dalam kegiatan
pendekatan studi kasus. Sampel penelitian
pencegahan merupakan faktor yang sangat
32 responden dengan masalah keperawatan
penting. Peran serta keluarga dalam
ansietas yang diambil melalui snowball
penanggulangan TB paru harus diimbangi
sampling. Data dikumpulkan melalui
dengan pengetahuan yang baik. Peran
wawancara langsung terhadap klien dan
perawat kuratif yakni memberikan
pengamatan langsung terhadap
pengobatan TB paru

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


klien. Intervensi yang akan dilakukan ialah a. Pengkajian
penerapan terapi spiritual emotional Pengkajian merupakan tahap awal
freedom tehnique (SEFT) pada responden dan landasan dalam proses keperawatan
dengan masalah keperawatan ansietas untuk itu diperlukan kecermatan dan
terhadap penyakit dan proses pengobatan ketelitian dalam menangani masalah-
lama yang telah ditunjuk sebagai sampel masalah klien sehingga dapat menentukan
studi kasus di wilayah kerja Puskesmas tindakan keperawatan yang tepat. Pada
Sawahan Surabaya. tanggal tanggal 18 Juni 2019 sampai
dengan 28 Juli 2019, data sebagian besar
HASIL PENELITIAN
diambil dari rekam medis di Puskesmas
Penderita tuberkulosis paru dan sudah
Sawahan selanjutnya dilakukan kunjungan
berobat ke puskesmas sawahan 6 bulan
rumah untuk melakukan observasi kondisi
sampai dengan 1 tahun. Tiga puluh dua
responden. Pada tahap pengkajian ini juga
(32) responden sampel penelitian yang
dilakukan melalui rekan medis ditemukan
dilakukan pada wilayah kerja Puskes
data bahwa hasil pemeriksaan sputum BTA
Sawahan Surabaya didapatkan data bahwa
adalah positip.
pemeriksaan terhadap Tensi didapatkan
Selanjutnya dari hasil pengkajian
rata 110/90 mmhg sampai dengan 130/80
keluhan utama responden mengalami
mm hg. Tensi 110/90 mmhg didapatkan
keluhan utama yaitu ansietas terhadap
sebanyak 43,5 %, tensi 120/90 sebanyak
penyakitnya dan proses pengobatan yang
35,2 % dan tensi 130/80 mmhg 32,3%. Hal
lama. Terjadinya rasa ansietas karena
tersebut menunjukan bahwa rata–rata tensi
responden tidak mengerti atau kurang
pada responden masih dalam batas normal.
pengetahuan dengan penyakit Tuberculosis.
Keluhan yang dirasakan adalah kecemasan
Tuberculosis ini merupakan suatu penyakit
terkait dengan pengobatan yang lama dan
yang butuh penangan dengan tepat.
penyakitnya tidak berangsur sembuh.
Menurut Kemenkes (2014)

PEMBAHASAN Tuberkulosis adalah penyakit menular yang

Ruang lingkup pembahasan ini meliputi disebabkan oleh kuman Myobacterium

pegkajian, diagnosa keperawatan, rencana tuberculosis. Penyebaran kuman


tuberculosis ini terjadi di udara melalui
keperawatan, implementasi dan evaluasi.
dahak yang berupa droplet. Bagi penderita
tuberculosis paru yang memiliki banyak
sekali kuman, dapat terlihat
langsung dengan mikroskop pada pengobatan yang lama. Hal ini sesuai juga
pemeriksaan dahaknya. Hal ini tentunya dengan diagnosa keperawatan dan batasan
sangat menular dan berbahaya bagi karakteristik ansietas, yaitu adanya ekspresi
lingkungan penderita. Pada saat penderita wajah cemas sering bertanya- tanya tentang
batuk atau bersin, kuman TB paru dan proses pengobatan. Menurut Namora
BTA positif yang berbentuk droplet sangat Lumongga Lubis (2009), kecemasan adalah
kecil akan betertebangan di udara. Droplet rasa takut atau khawatir pada situasi
yang sangat kecil ini kemudian mengering tertentu yang sangat mengancam yang
dengan cepat dan menjadi droplet yang dapat menyebabkan kegelisahan karena
mengandung kuman tuberkulosis. Kuman adanya ketidakpastian dimasa mendatang
ini dapat bertahan di udara selama serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk
beberapa jam lamanya, sehingga cepat akan terjadi.
atau lambat droplet yang mengandung Dari data diatas penulis
unsure kuman tuberculosis akan terhirup memfokuskan pembahasan pada prioritas
oleh orang lain. Apabila droplet ini telah masalah ansietas yang berhubungan dengan
terhirup dan bersarang di dalam paru-paru stressor. Ansietas yang dirasakan pasien
seseorang, maka kuman ini akan mulai karena kurangnya pengetahuan pasien
membelah diri atau berkembang biak tentang penyakit Tuberculosis sehingga
sehingga dapat menginfeksi dari satu yang muncul adalah diagnosa keperawatan
penderita ke penderita yang lain. Menurut ansietas. Untuk diagnosa keperawatan jalan
Ardiansyah M (2012), komplikasi dini nafas tidak efektif tidak diprioritaskan
antara lain: pleuritis, efusi pleura dalam asuhan keperawatan ini dikarenakan
empiema, laringitis dan TB usus. Selain responden tidak menunjukan sesak.
itu, juga dapat menimbulkan komplikasi Meskipun pada jalan nafasnya ditemukan
yang lebih lanjut seperti obstruksi jalan suara ronchi akan tetapi pasien sudah
nafas, kor pulmonale dan amiloidosis. meminum OAT sehingga menurut penulis
b. Diagnosa Keperawatan jalan nafas tidak efektif tidak diprioritaskan.
Prioritas diagnosa pada responden c. Perencanaan Keperawatan
dengan masalah keperawatan ansietas yang Intervensi yang digunakan dalam
berhubungan dengan stressor, karena sesuai perencanaan keperawatan untuk mengatasi
dengan data yang di dapat dari responden ansietas pada responden adalah dengan
menyatakan keluhan utamanya adalah pengurangan kecemasan dan memberikan
cemas pada penyakitnya dan
edukasi terhadap proses pengobatan yang yang umum sekalipun, kondisi, pikiran,
lama dan prosedural. emosi, sikap, kesadaran, dan doa-doa yang
Menurut Namora Lumongga Lubis dipanjatkan oleh atau untuk pasien sangat
(2009), pengurangan kecemasan adalah berpengaruh bagi kesembuhannya.
meminimalkan ketakutan, prasangka, Hal tersebut akan berdampak positif
kegelisahan yang berhubungan dengan pada pengurang kecemasan pasien. SEFT
sumber bahaya yang tidak dapat dapat menurunkan kecemasan dikarenakan
diidentifikasi. Pengurangan kecemasan pada terapi SEFT terdapat kerja energi
yaitu dengan cara gunakan pendekatan psikologi yaiut sekumpulan tehnik yang
yang menenangkan, mengajarkan tehnik memanfaatkan sistem energi tubuh untuk
penanganan cemas, meyakinkan klien agar memperbaiki kondisi pikiran atau emosi
tidak cemas padaa kondisinya, dan sesorang. Terapi SEFT pada Tn.B dapat
memotivasi klien (Nanda, 2017). dilakukan selama maksimal 3 hari
Pengurangan kecemasan direncanakan pada dikarenakan Tn.B kooperatif saat dilakukan
responden dan keluarganya sehingga terapi SEFT.
diharapkan kecemasan berkurang. e. Evaluasi
d. Implementasi Keperawatan Pada responden setelah dilakukan
Penanganan kecemasan pada terapi SEFT selama 3 hari dengan frekuensi
responden dilakukan selama 1x/hari selama 1 kali/hari menunjukan masalah ansietas
3 hari dengan masalah keperawatan berkurang terbukti dengan penderita
ansietas. Hal ini sesuai dengan penelitian mampu bersosillisasi dengan lingkungan
Kusnanto (2016) terapi SEFT dapat sekitar, penderita Tb paru bersedia
mengurangi kecemasan pada pasien menggunakan masker walaupun ditempat
Tuberculosis. Terapi SEFT yang sudah umum, penderita mau minum susu yang
dilakukan akan menimbulkan keikhlasan sudah disediakan oleh puskesmas secara
bagi pasien, sehingga pasien akan gratis.
menerima dengan positif penyakit yang Menurut Dr. William A. Tiller
sedang dialami melalui ketabahan hati, (2017) di dalam tubuh masing-masing
harapan sembuh, serta mampu mengambil manusia terdapat 7 level realitas sistem
hikmah. Hal tersebut akan mengurangi energi, yaitu yang pertama adalah level
kecemasan pada pasien Tuberkulosis, fisik disebut juga coarse particulate
dengan indikator perbaikan pada aspek substance. Level kedua adalah pre- physical
fisik, sosial, dan psikologis. Bukti-bukti body, disebut juga fine information wave.
ilmiah mengatakan bahwa pada penyakit Lapis ketiga adalah
emotional domain, keempat adalah mind Depkes RI. (2010). Pedoman Nasional
domain, kelima lower spirit self, dan yang Penannggulangan Tuberkulosis.
Jakarta: Tidak Diterbitkan.
keenam (yang terdalam) yaitu high spirit
Donna L, Wong. (2008). Buku Ajar
seft. Dan satu level diantara level 2 dan 3 Keperawatan Pedriatik. Cetakan
Pertama. Jakarta: EGC.
yang disebut astral level. Menariknya
Elfiky, Ibrahim. Terapi Berfikir Positif.
ketujuh level ini dikendalikan oleh Bandung: Gita Print, 2009.
“pikiran” pikiran kitalah yang bertanggung Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia
jawab menghubungkan antara level yang tahun 2014. Jakarta: Kemenkes
RI;2015.
satu dengan level yang lainnya, serta
Kusnanto., Retnayu, Inas Alifi. Spiritual
mengkoordinasikan level-level substansi Emotional Freedom Technique
tersebut. (SEFT) terhadap Kualitas Hidup
Penderita Tuberculosis Paru. JKP-
Masalah ansietas dapat teratasi pada Volume 4 Nomor 3 Desember 2016
responden dan tahap demi tahap intervensi Muhith, A., & Siyoto, S. (2016).
dan implementasi dilakukan secara Pendidikan Keperawatan Gerontik.
Yogjakarta: ANDI.
maksimal. Edukasi terhadap proses
Naga, S.Sholeh. 2012. Buku Panduan
pengobatan yang lama juga bisa diterima Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.
dan responden juga menjalankan proses Jogjakarta: CV. Sagung Seto.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine
pengobatan tersebut..
McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses
SIMPULAN Penyakit. Dialih bahasakan oleh
Brahm U Pendit, dkk. Jakarta: EGC.
Penerapan Terapi Spiritual Emotional
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan
Freedom Technique (SEFT) dapat
Lingkungan & Perspektif Islam.
mengurangi ansietas pada pasien Tn.B Jakarta: Kencana.
dengan Tuberculosis di Puskesmas Sunaryo, Wijayanti, Rahayu. (2016).
Asuhan Keperawatan
Yogjakarta: Gerontik.
CV ANDI OFFSET.
Sawahan Surabaya
Tamher, S. & Noorkasiani. (2009).
REFERENSI
Kesehatan Usia Lanjut dengan
Anggraini. 2016. Efektivitas Terapi Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Spiritual Emotional Freedom Jakarta: Salemba Medika.
Technique (SEFT) Terhadap
Widagdo. (2011). Masalah dan
Kecemasan.
Tatalaksana Penyakit Infeksi. Jakarta:
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Sagung Seto.
Yokjakarta: DIVA Press.
Aspiani , R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans
Info Media.
Efektifitas Penerapan Diabetes Self Management Education (DSME) Terhadap Motivasi
Penderita Dalam Mencegah Kekambuhan dan Komplikasi Penyakit Diabetes Melitus

Siti Damawiyah
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, damasiti@unusa.ac.id

Yurike Septianingrum
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, yurike@unusa.ac.id

Abstrak
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam
kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. Diabetes mellitus adalah suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh penerapan Diabetes Self Management Education (DSME) terhadap motivasi
penderita dalam mencegah kekambuhan dan komplikasi penyakit diabetes melitus di RW
01 Kelurahan Wonokromo Surabaya. Desain penelitian menggunakan Quasy
Experimental, Control Group Pre Test-Post Test Design. Populasinya adalah penderita
penyakit diabetes melitus sebanyak 24 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian penderita DM yang memenuhi kriteria sebanyak 10 orang kelompok intervensi
dan 10 orang kelompok kontrol. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
penerapan DSME, variabel dependen dalam penelitian ini adalah motivasi penderita
dalam mencegah kekambuhan dan komplikasi penyakit DM. Analisa data menggunakan
uji Mann Withney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kelompok perlakuan
sebelum diberikan DSME memiliki nilai baik 0 % dimana nilai tersebut lebih kecil
dibanding nilai motivasi sesudah responden diberikan DSME yaitu sebesar 60%.
Sedangkan motivasi kelompok kontrol saat observasi awal memiliki nilai baik 0 % dan
saat observasi akhir memiliki nilai baik 10%. Peningkatan nilai motivasi tersebut
meningkat lebih kecil dibanding penilaian nilai motivasi kelompok perlakuan yaitu
sebesar 60%. Penerapan DSME meningkatkan motivasi penderita dalam mencegah
kekambuhan dan komplikasi penyakit diabetes mellitus. DSME bisa menjadi acuan
dalam program edukasi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
perawatan mandiri pasien DM.
Kata kunci: Diabetes Mellitus, Self Management, Pendidikan,
Motivasi

Abstract
Diabetes mellitus is a chronic disease that is still a major problem in health both in the
world and in Indonesia. Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with
characteristics of hyperglycemia that occur due to abnormal insulin secretion, insulin
action or both. The purpose of this study was to determine the effect of the application of
Diabetes Self Management Education (DSME) on patient's motivation in preventing
recurrence and complications of diabetes mellitus in RW 01, Wonokromo Village,
Surabaya. Research design using the Quasy Experimental, Pre Test-Post Test Design
Control Group. The population in this study were 24 people with diabetes mellitus. The
sample in this study were some DM patients who met the criteria of 10 intervention
groups and 10 control groups. The independent variable in this study was the application
of DSME, the dependent variable in this study was the motivation of patients to prevent
recurrence and complications of DM disease. Data analysis using the Mann Withney test.
The results showed that the motivation of the treatment group before being given DSME
had a good value of 0% where the value was smaller than the value of motivation after
the respondent was given DSME that is equal to 60%. While the motivation of the
control group when the initial observation has a good value of 0% and when the final
observation has a good value of 10%. The increase in motivation value increased smaller
than the
Nomor
Kirim: 22 November 2019, p-ISSN:
Terima: 20 1978-6743, Nomor
Januari 2020, DOI:e-ISSN: 2477-3948
https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.1391
82 Siti Damawiyah,
Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. 1, Februari Yurike Septianingrum 82
2020, Hal. 81-87
Efektifitas Penerapan Diabetes Self Management Education (DSME) Terhadap Motivasi Penderita Dalam
Mencegah Kekambuhan dan Komplikasi Penyakit Diabetes Melitus
assessment of the motivation value of the treatment group, which was 60%. DSME
application increases patient motivation in preventing recurrence and complications of
diabetes mellitus. DSME can be used as a health promotion program to improve self-care
capabilities of DM patients.
Keywords: Diabetes, Self Management, Education,
Motivation
di Indonesia menunjukkan bahwa
PENDAHULUAN
prevalensi nasional untuk toleransi glukosa
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit
tertanggu (TGT) adalah sebesar 10,25%
kronis yang masih menjadi masalah utama
dan untuk DM adalah sebesar 5,7%
dalam kesehatan baik di dunia maupun di
(Balitbang Depkes RI, 2008).
Indonesia. DM adalah suatu kelompok
Laporan dari Badan Penelitian dan
penyakit metabolik dengan karakteristik
Pengembangan Kesehatan Kementrian
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
Kesehatan berupa Riset Kesehatan Dasar
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
(Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan
duanya. DM merupakan suatu penyakit
terjadi peningkatan prevalensi klien
kronis yang mempunyai dampak negatif
diabetes melitus pada tahun 2007 yaitu
terhadap fisik maupun psikologis klien,
1,1% meningkat pada tahun 2013 menjadi
gangguan fisik yang terjadi seperti poliuria,
2,4%. Diabetes mellitus disebabkan karena
polidipsia, polifagia, mengeluh lelah dan
gangguan kemampuan tubuh untuk
mengantuk (Price & Wilson, 2005). Lebih
menggunakan glukosa ke dalam sel,
dari 90 persen dari semua populasi diabetes
sehingga glukosa menumpuk dalam darah.
adalah diabetes melitus tipe 2 yang ditandai
Pada diabetes tipe 1, gangguan ini
dengan penurunan sekresi insulin karena
disebabkan karena pankreas tidak dapat
berkurangnya fungsi sel beta pankreas
memproduksi insulin. Sedangkan pada
secara progresif yang disebabkan oleh
diabetes tipe 2, gangguan ini terjadi akibat
resistensi insulin (American Diabetes
tubuh tidak efektif menggunakan insulin
Association, 2010).
atau kekurangan insulin yang relatif
Menurut World Health Organization/
dibandingkan kadar glukosa darah. Kadar
WHO (2012) bahwa jumlah klien dengan
glukosa yang tinggi ini dapat merusak
DM di dunia mencapai 347 juta orang dan
pembuluh darah kecil di ginjal, jantung,
lebih dari 80% kematian akibat DM terjadi
mata, dan sistem saraf, sehingga
pada negara miskin dan berkembang. Hasil
mengakibatkan berbagai komplikasi.
penelitian yang dilakukan pada seluruh
Diabetes tipe 1 dan 2 dapat
provinsi yang ada
menyebabkan komplikasi berupa kerusakan
retina mata, kerusakan saraf,
penyakit stroke dan jantung koroner, METODE
kerusakan ginjal, disfungsi seksual, Penelitian ini merupakan jenis penelitian
keguguran, atau bayi lahir mati dari ibu kuantitatif dengan menggunakan desain Quasy
yang menderita diabetes. Meningkatnya Experimental, Control Group Pre Test-Post Test
penyakit kronis diantaranya penyakit Design. Penelitian ini bertujuan membandingkan
diabetes, memerlukan manajemen yang pengaruh penerapan DSME terhadap motivasi
baik sehingga tatalaksana penyakit tersebut penderita dalam mencegah kekambuhan dan
dapat efektif, salah satu strategi yang dapat komplikasi penyakit diabetes mellitus. Populasi
dilaksanakan adalah dengan melakukan dalam penelitian ini adalah penderita penyakit
edukasi yang memiliki tujuan jelas dan diabetes melitus sebanyak
pasien terlibat dalam proses pelayanan 24 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
kesehatan yang mereka terima. Edukasi sebagian penderita diabetes mellitus sebanyak
kesehatan adalah kegiatan yang sengaja 20 orang yang kemudian dibagi menjadi 10
dirancang dengan tujuan untuk pencapaian orang untuk kelompok eksperimen dan 10 orang
pada kesehatan atau penyakit yang untuk kelompok kontrol. Cara pengambilan
berhubungan dengan pembelajaran, dan sampel dalam penelitian ini menggunakan
beberapa relatif membuat perubahan consecutive sampling. Penelitian ini mengambil
permanen dalam kemampuan dan disposisi lokasi di wilayah RW 01
individu. Efektivitas edukasi kesehatan Kelurahan Wonokromo Surabaya. Penelitian
dapat mengubah pengetahuan dan dilakukan pada bulan April-Juni 2019. Variabel
pemahaman cara berpikir, yang mungkin independen dalam penelitian ini adalah
dapat berdampak pada perubahan perilaku penerapan DSME. Variabel dependen dalam
atau gaya hidup. Program edukasi pada penelitian ini adalah motivasi penderita dalam
penderita DM yang tepat adalah DSME. mencegah kekambuhan dan komplikasi penyakit
Menurut Sidani & Fan (2009), DSME DM. Analisis perbandingan motivasi kelompok
merupakan suatu proses memberikan eksperimen sebelum dan sesudah diberikan
pengetahuan kepada pasien mengenai DSME menggunakan uji Mann Withney.
aplikasi strategi perawatan diri secara Analisis kontrol sebelum dan sesudah dilakukan
mandiri untuk mengoptimalkan kontrol observasi tanda dan gejala penyakit
metabolik, mencegah komplikasi, dan menggunakan uji Mann Withney. Tingkat
memperbaiki kualitas hidup pasien DM. kemaknaan (α) yang digunakan adalah 0,05.

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


HASIL PENELITIAN
A. Motivasi penderita dalam mencegah kekambuhan sebelum dan sesudah diberikan DSME
Tabel 4.2 Motivasi penderita diabetes mellitus dalam mencegah kekambuhan sebelum
dan sesudah diberikan DSME
Motivasi Perlakuan Kontrol
N Baik Cukup Kurang N Baik Cukup Kurang
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
10(100) 0(0) 6(60) 4(40) 10(100) 0(0) 5(50) 5(50) Sebelum
10(100) 1(10) 7(70) 2(20) 10(100) 6(60) 4(40) 0(0) Sesudah
Sumber: Data primer, April – Juni 2019
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui DSME menjadi lebih baik dibandingkan
bahwa motivasi kelompok perlakuan sebelum diberikan. Sedangkan motivasi
sebelum diberikan DSME memiliki nilai kelompok kontrol saat observasi awal
baik 0 % dimana nilai tersebut lebih kecil memiliki nilai baik 0 % dan saat observasi
dibanding nilai motivasi sesudah responden akhir memiliki nilai baik 10%. Peningkatan
diberikan DSME yaitu sebesar 60%. Hal ini nilai motivasi tersebut meningkat lebih kecil
menunjukkan bahwa motivasi responden dibanding penilaian nilai motivasi kelompok
sesudah diberikan B. Pengaruh penerapan perlakuan yaitu sebesar 60%.
DSME terhadap motivasi penderita di dalam 0,05 yang berarti terdapat pengaruh
mencegah kekambuhan dan komplikasi motivasi penderita sebelum dan sesudah
penyakit diabetes melitus diberikan DSME. Sedangkan pada
Tabel 4.3 Pengaruh penerapan DSME kelompok kontrol hasil uji statistik dengan
terhadap motivasi penderita di
dalam mencegah kekambuhan dan uji Mann Whitney didapatkan nilai p =
komplikasi penyakit diabetes 0,13 dimana nilai p > 0,05 yang berarti
mellitus
tidak terdapat pengaruh motivasi penderita.
Perlakuan Kontrol
Hasil perhitungan odd ratio
Kesiapan Sebe Sesu Sebe Sesu menunjukkan bahwa pemberian DSME
lum dah lum dah
a. Baik (%) 0 60 0 10
mempunyai peluang 6,8 kali lebih besar
b. Nilai p Mann 0,01 0,13 untuk meningkatkan motivasi penderita
Whitney
c. Odd Ratio 6,8 diabetes melitus.
Sumber: Data primer, April - Juni 2019
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui PEMBAHASAN
bahwa pada kelompok perlakuan hasil uji Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui
statistik dengan Mann Whitney didapatkan bahwa motivasi kelompok perlakuan
nilai p = 0,01, dimana nilai p < sebelum diberikan DSME memiliki nilai
baik 0 %, sedangkan motivasi kelompok Edukasi diberikan yang berupa
kontrol saat observasi awal juga memiliki DSME dapat mendukung pasien dalam
nilai baik 0 %. Nilai motivasi yang sama mengambil keputusan, berperilaku peduli
pada kedua kelompok dapat disebabkan terhadap diri sendiri (self-care),
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah memecahkan masalah, dan berkolaborasi
pengetahuan dan pengalaman yang sama aktif dengan tim tenaga kesehatan demi
mengenai konsep dasar dan perawatan tercapainya perbaikan klinis, status
mandiri penyakit DM. Beberapa responden kesehatan dan kualitas hidup. Materi yang
menyatakan bahwa mereka telah berobat dapat disampaikan kepada pasien
dan melakukan perawatan mandiri sesuai mencakup nutrisi, aktivitas fisik, terapi
yang diajarkan oleh perawat puskesmas farmakologi, pemantauan kadar glukosa
atau dokter tempatnya berobat, namun darah, dan manajemen psikososial.
perawatan mandiri yang dilakukan hanya Pemantauan kadar glukosa darah yang
sebatas kontrol gula darah dan olahraga dilakukan secara rutin di rumah dapat
ringan (Data Primer, 2019). membantu pasien dalam menyesuaikan
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui asupan makan, aktivitas fisik, dan dosis
bahwa motivasi kelompok perlakuan obat/insulin dalam mencapai kontrol
sebelum diberikan DSME memiliki nilai glukosa darah sehari-hari. Maka dengan
baik 0 % dimana nilai tersebut lebih kecil mengontrol gula darah tidak hanya dapat
dibanding nilai motivasi sesudah memperbaiki kualitas hidup pasien tetapi
responden diberikan DSME yaitu sebesar juga dapat mengurangi biaya pengobatan
60%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi penyakit diabetes. Diabetes sendiri
responden sesudah diberikan DSME merupakan kondisi di mana pankreas tidak
menjadi lebih baik dibandingkan sebelum dapat memproduksi insulin sendiri atau
diberikan. Sedangkan motivasi kelompok tidak mampu lagi menggunakan insulin
kontrol saat observasi awal memiliki nilai yang ada di tubuh. Insulin digunakan untuk
baik 0 % dan saat observasi akhir memiliki mengubah glukosa menjadi energi.
nilai baik Akibatnya apabila menderita diabetes akan
10%. Peningkatan nilai motivasi tersebut memiliki risiko terkena beberapa
meningkat lebih kecil dibanding penilaian komplikasi penyakit seperti penyakit
nilai motivasi kelompok perlakuan yaitu jantung, gangguan penglihatan, gangguan
sebesar 60%. ginjal, dan gangguan syaraf.
Edukasi dan promosi kesehatan Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui
sangat perlu dilakukan pada diabetes bahwa pada kelompok perlakuan hasil uji
mellitus tipe 2 karena penatalaksanaan statistik dengan Mann Whitney didapatkan
yang bersifat komprehensif, meminum nilai p = 0,01, dimana nilai p <
obat secara teratur, serta kontrol rutin 0,05 yang berarti terdapat pengaruh
secara berkala merupakan kunci untuk motivasi penderita sebelum dan sesudah
menjaga gula darah pasien tetap stabil diberikan DSME. Sedangkan pada
sehingga menurunkan risiko komplikasi. kelompok kontrol hasil uji statistik dengan
Pasien perlu diedukasi untuk menghindari uji Mann Whitney didapatkan nilai p =
gula dan asupan lemak jenuh, rokok, dan 0,13 dimana nilai p > 0,05 yang berarti
alkohol. Pasien perlu menjaga berat tidak terdapat pengaruh motivasi penderita.
badannya di kisaran indeks massa tubuh Hasil perhitungan odd ratio menunjukkan
(IMT) normal serta berolahraga secara bahwa pemberian DSME mempunyai
teratur, setidaknya 30 menit selama 3 kali peluang 6,8 kali lebih besar untuk
seminggu. Pasien juga perlu diedukasi meningkatkan motivasi penderita diabetes
bahwa diabetes mellitus tipe 2 merupakan melitus. Hasil ini juga menunjukkan bahwa
penyakit kronis yang belum dapat ada pengaruh penerapan DSME terhadap
disembuhkan namun dengan perubahan penurunan resiko komplikasi terjadi pada
gaya hidup dan pengobatan teratur, pasien DM.
penyakit ini dapat dikontrol sehingga tidak
SIMPULAN
menyebabkan komplikasi. Untuk itu,
pasien perlu dimotivasi untuk minum obat Motivasi penderita dalam mencegah

secara terus-menerus walau tidak merasa kekambuhan dan komplikasi penyakit

sakit, kontrol rutin setiap 3-6 bulan, dan diabetes mellitus sebelum diberikan DSME

melakukan pemeriksaan kaki dan mata sebagian besar kurang. Motivasi penderita

secara berkala. Promosi kesehatan untuk dalam mencegah kekambuhan dan

diabetes mellitus tipe 2 mencakup promosi komplikasi penyakit diabetes mellitus

gaya hidup sehat, pola makan, serta sesudah diberikan DSME sebagian besar

berolahraga secara teratur dan berhenti baik. Ada pengaruh penerapan DSME

merokok dan minum alkohol. Dukungan terhadap motivasi penderita dalam

psikologi oleh tenaga professional juga mencegah kekambuhan dan komplikasi

dapat diberikan, khususnya jika terjadi penyakit diabetes mellitus. DSME bisa

komplikasi pada pasien. menjadi acuan dalam program edukasi


kesehatan untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan perawatan in Community Settings. Am J Prev
mandiri pasien DM. Med Volume 22 (4S): p. 39–66.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
REFERENSI Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
American Diabetes Association. 2010.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan
Position statement: Standards of
dan Ilmu Perilaku. Cetakan Pertama.
Medical Care in Diabetes. Diabetes
Jakarta: Rineka Cipta.
Care (33).
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian
Arief, F. 2008. Profil Penderita Diabetes
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mellitus dengan Ulkus Kaki di SMF
Penyakit Dalam RSUD dr. Soebandi Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Jember Periode Januari 2003- Desember Metodologi Penelitian Ilmu
2007. [skripsi]. Jember: Fakultas Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis,
Kedokteran Universitas Jember. dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Asmadi. 2008. Konsep dasar keperawatan.
Jakarta: EGC. Potter, P. A. & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: konsep,
Efendi, F. dan Makhfudli. 2009.
proses, dan praktik. Jakarta: EGC.
Keperawatan Kesehatan Komunitas:
Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Price, S. A. & Wilson, L. M. 2005.
Jakata: Salemba Medika. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Volume 2, Edisi 6.
Guyton, A. C. & Hall, J. E. 1997. Buku Ajar
Terjemahan oleh Brahm U. Pendit, dkk.
Fisiologi Kedokteran Edisi 9.
Jakarta: EGC.
Terjemahan oleh Irawati Setiawan, dkk.
Jakarta: EGC. Sastroasmoro & Ismael. 2010. Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Klinis. Edisi-3
Haas, L., et.al. 2012. National Standards for
Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Diabetes Self-Management
Education and Support. Diabetes Care Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset
Volume 35: p. 2393-2401. thinking in Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
client care,Edisi 4. New Jersey: Pearson Sidani, S. & Fan, L. 2009. Effectiveness of
Prentice Hall. Diabetes Self-management Education
Mansjoer, A., dkk. 2005. Kapita Selekta Intervention Elements: A Meta-
Kedokteran. Jakarta: Media analysis. Canadian Journal of Diabetes
Aesculapius. Volume 33 (1): p. 18-26.
Maulana, H. D. J. 2009. Promosi Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2001. Buku
Kesehatan. Jakarta: EGC. Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner dan Suddarth Volume 2, Edisi
McGowan, P. 2011. The Efficacy of
8. Terjemahan oleh Agung Waluyo,
Diabetes Patient Education and Self-
dkk. Jakarta: EGC.
Management Education in Type 2
Diabetes. Canadian Journal of Sugiyono. 2012. Statistika Untuk
Diabetes Volume 35 (1): p. 46-53. Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Norris, S. L., et.al. 2002. Increasing
Diabetes Self-Management Education
Pengaruh Penyuluhan HIV/AIDS Terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Siswa Siswi Sekolah

Adius Kusnan
Universitas Haluoleo Kendari, adius.kusnan.fkuho@gmail.com

Amirudin Eso
Universitas Haluoleo Kendari, amir_fk_unhalu@yahoo.co.id

Asriati
Universitas Haluoleo Kendari, asriatiyusuf@gmail.com

La Ode Alifariki
Universitas Haluoleo Kendari, ners_riki@yahoo.co.id

Ruslan
Departement Provincial Education and Culture Kendari, ruslansman10kendari@yahoo.co.id

Abstrak
Angka kejadian HIV/AIDS terus meningkat setiap tahunnya, tercatat jumlah penderita
HIV sudah mencapai 242.699 jiwa dan penderita AIDS mencapai 87.453 jiwa, di
Sulawesi Tenggara, data penderita HIV total berjumlah 861 kasus HIV dimana Kota
Kendari merupakan jumlah terbanyak 360 kasus dari 17 kabupaten kota se-provinsi
Sulawesi Tenggara. Data tersebut juga menggambarkan bahwa pengidap AIDS terbanyak
ada pada usia produktif, yakni 20-29 tahun. Sementara, HIV sendiri biasanya
berkembang menjadi AIDS dalam waktu kurang lebih 10 tahun. Hal ini berarti, terdapat
banyak penderita AIDS yang sudah menderita HIV sejak usia anak atau ketika duduk
dibangku sekolah menengah atas atau bangku kuliah. Tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap pelaksanaan penyuluhan
HIV/AIDS pada siswa di SMA Negeri 4 Kendari. Metode penelitian ini Pra-
Eksperimental dengan desain one group pre test post test, cara pengambilan sampel
purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 54 orang,bentuk data primer
melalui pengisian kuisioner pengetahuan dan sikap. Hasil penelitian menunjukkan
responden tingkat pengetahuan pre-test yang terbanyak tingkat pengetahuannya kurang
(87,0%) dan setelah mendapatkan penyuluhan HIV/AIDS pos-test berada pada tingkat
pengetahuan baik sebanyak (74,0%). Adapun karakteristik sikap pada saat pre-test
menunjukkan sikap yang terbanyak kurang (79,6%) dan setelah mendapatkan penyuluhan
HIV/AIDS pos-test menunjukkan sikap yang lebih baik (68,5%).Kesimpulan penyuluhan
mempengaruhi pengetahuan dan sikap siswa tentang HIV/AIDS dengan (nilai p=0,000).
Saran diharapkan para siswa secara menyeluruh lebih pro aktif untuk mencari informasi
dari berbagai media yang ada, sehingga memiliki wawasan dan pemahaman yang tinggi
tentang pencegahan penularan HIV/AIDS.
Kata Kunci: HIV/AIDS, Pengetahuan, Sikap

Abstract
The incidence of HIV / AIDS continues to increase every year, recorded the number of
HIV sufferers has reached 242,699 people and AIDS patients reached 87,453 people, in
Southeast Sulawesi, the total number of HIV sufferers numbered 861 HIV cases in which
Kendari City was the most 360 cases out of 17 districts in the city. Southeast Sulawesi
Province. The data also illustrates that most AIDS sufferers are in the productive age,
which is 20-29 years. Meanwhile, HIV itself usually develops into AIDS within about 10
years. This means, there are many AIDS sufferers who have suffered from HIV since
their age or when sitting in high school or college. The purpose of this study was to

Nomor
Kirim: 15 Januari 2019, p-ISSN:
Terima: 1978-6743,
17 Januari 2010,Nomor e-ISSN: 2477-3948
DOI: https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.650
89 Adius Vol.13,
Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Kusnan,No.
Amirudin Eso,
1, Februari Asriati,
2020, Hal. La Ode Alifariki, Ruslan 89
88-95
Pengaruh Penyuluhan HIV / AIDS Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswa Siswi Sekolah

determine the effect of knowledge and attitudes on the implementation of HIV / AIDS
counseling for students in SMA Negeri 4 Kendari. This research method is Pre-
Experimental with the design of one group pre-test and post-test, the way of taking
purposive sampling with the number of respondents as many as 54 people, the form of
primary data through filling in the questionnaire of knowledge and attitudes. The results
showed that respondents with the highest level of pre-test knowledge (87.0%) and after
getting HIV / AIDS counseling the post-test was at a good level of knowledge (74.0%).
The characteristics of attitude at the pre-test showed the most attitudes lacking (79.6%)
and after getting HIV / AIDS counseling the post-test showed a better attitude (68.5%).
The conclusion of counseling affects students' knowledge and attitudes about HIV /
AIDS (P value = 0,000). Suggestions are expected that students as a whole will be more
proactive in seeking information from various available media, so that they have high
insight and understanding about the prevention of HIV / AIDS transmission.
Keywords: HIV/AIDS, knowledge, attitude.

PENDAHULUAN Sejak kejadian pertama kali


Penyakit infeksi HIV/AIDS (Human ditemukan (1987) di Bali sampai dengan
Immunodeficiency Virus/Aquired Immuno bulan desember 2017, kumulatif kasus HIV
Deficiency Syndrome) merupakan masalah 280.623 kasus, dan AIDS 102.667 kasus
kesehatan terbesar di dunia dewasa ini, tersebar di 34 provinsi di seluruh Indonesia,
terdapat hampir di dunia tanpa kecuali dan mayoritas berada pada kelompok umur
Indonesia. Masalah yang berkembang 20-29 tahun (32,5%) (Kemenkes RI, 2018),
sehubungan dengan penyakit infeksi Adapun Persentase faktor risiko kejadian
HIV/AIDS adalah angka kejadian yang HIV tertinggi adalah hubungan seks tidak
cenderung terus meningkat dengan angka aman pada heteroseksual dan penggunaan
kematian yang tinggi (Nasronudin, 2007). NAPSA/IDU (Susanto, 2013)
WHO (World Health Organization) dan Perlu pemahaman tentang perilaku
UNAIDS (United Nations seksual pada remaja sebab, masa remaja
Programme On HIV/AIDS), dua organisasi merupakan masa peralihan dari perilaku
dunia memberi peringatan bahaya kepada seksual anak-anak menjadi perilaku seksual
Negara di Asiayang saat ini disebut-sebut dewasa. Kurangnya pemahaman tentang
berada pada titik infeksi HIV. Kini perilaku seksual pada remaja amat
diseluruh dunia diperkirakan lebih dari 40 merugikan bagi remaja itu sendiri termasuk
juta orang mengidap HIV/AIDS. Sekitar keluarganya, sebab pada masa ini remaja
75% yang tertular HIV/AIDS berada di mengalami perkembangan yang penting
kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Lebih yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual
dari 20 juta jiwa telah meninggal karena (Soetjiningsih, 2010).
AIDS (WHO, 2013).
Penelitian sebelumnya tentang sasaran. Hasil wawancara awal yang kami
hubungan pengetahuan dan sikap tentang lakukan di SMA Negeri 4 Kendari, 10
HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan orang dari 15 siswa belum memahami
HIV/AIDS pada siswa SMK Negeri 3 pengertian HIV/AIDS, 3orang dari 7 siswa
Tahuna (sampel berjumlah 232 sedikit mengetahui pengertian HIV/AIDS
responden), memperoleh hasil dan 2 orang dari 10 siswa sudah mengerti
pengetahuan responden mengenai tentang HIV/AIDS, dari data awal yang
HIV/AIDS yaitu sebagian besar responden kami ambil dari siswa SMA Negeri 4
tingkat pengetahuannya baik (84,9%), dan Kendari tentang pencegahan penyakit
sebesar (15,1%) responden HIV/AIDS.
berpengetahuan tidak baik. Sedangkan
METODE
data sikap responden tentang HIV/AIDS
menunjukkan sebesar (73,7%) responden Jenis penelitian adalah Pra-Eksperimental

yang bersikap positif terhadap pencegahan dengan desain one group pre-post test yakni

penularan HIV/AIDS dan (26,3%) suatu rancangan penelitian dengan

responden yang bersikap negatif. Tindakan melibatkan dua pengukuran pada subjek

responden terhadap pencegahan yang sama terhadap suatu pengaruh atau

HIV/AIDS menunjukkan sebesar (52,6%) perlakuan tertentu. Cara pengambilan

responden yang memiliki tindakan yang sampel menggunakan Purposive sampling

baik, dan sebesar (47,4%) responden yang dengan rumus (Notoatmodjo, 2007).

memiliki tindakan tidak baik (Singale L, Populasi penelitian adalah seluruh siswa

2012). Hasil penelitian lain tentang SMAN 4 Kendari dengan jumlah sampel

gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan sebanyak 54 responden berusia 15-16

siswa kelas XI tentang penyakit HIV/AIDS tahun.

dengan hasil 138 responden secara Prosedur pengolahan data yang

keseluruhan tingkat pengetahuan tentang dilakukan melalui tahap editing, koding,

penyakit HIV/AIDS baik sebesar skoring dan tabulating dan data dianalisis

(87,68%), sikap sebesar (73,91%), melalui prosedur analisis univariat dan

tindakan sebesar (81,88%) (Tubagus, bivariat dengan menggunakan uji Wilcoxon

2016). test pada tingkat kemaknaan

Program yang diterapkan di beberapa 95% (α=0,05).

negara oleh WHO, berupa program Pengambilan sampel dilaksanaan

penyuluhan sebaya (peer group education) pada bulan September sampai Oktober

untuk berbagai kelompok 2018, di Sekolah Menegah Atas Negeri 4

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara Tabel di atas menunjukkan hasil
(Setiadi, 2012), Indonesia. Variabel bebas bahwa 64,8 % responden SMA Negeri 4
penelitian adalah penyuluhan tentang Kendari mayoritas berumur 17 tahun,
HIV/AIDS dan variabel terikat adalah berjenis kelamin perempuan dan
pengetahuan dan sikap siswa. Pengumpulan mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS
data berupa pengisian lembar kuisioner pre- melalui media elektronik serta membaca,
post test dengan menggunakan model MCQ masing-masing sebanyak 51,9%.
(Multiple Chouche Question), dilakukan Tabel 2. Distribusi Pengetahuan dan Sikap
secara langsung pada responden setelah Siswa Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Tentang HIV/AIDS
mendapatkan izin penelitian dari Kepala Pada Siswa SMA Negeri 4 Kendari
Sekolah Negeri 4 Kendari dan surat Pengaruh Pelaksanaan
Penyuluhan Tentang
persetujuan telah ditanda tangani oleh HIV/AIDS
Karakteristik Pada Siswa SMA Negeri 4
responden. Disisi lain setelah pretest, Kendari
Pre-Test Post-Test
responden mendapatkan penyuluhan
f f
% %
kesehatan tentang pencegahan penularan (54) (54)
Pengetahuan
HIV/AIDS, dan membagikan leaflet Baik 7 13,0 40 74,0
Kurang 47 87,0 14 26,0
sebagai alat bantu. Penelitian ini telah Sikap
Baik 11 20,4 37 68,5
disetujui oleh Komisi Etik Penelitian
Kurang 43 79,6 17 31,5
Kesehatan Universitas Halu Oleo Kendari Tabel 2 di atas menunjukkan hasil
dengan rekomendasi ethical clearance analisis karakteristik pada responden SMA
nomor: 2137/UN29.20/PPM/2018. Negeri 4 Kendari tingkat pengetahuan pre-
test yang terbanyak tingkatpengetahuannya
HASIL PENELITIAN kurang (87,0%) dan setelah mendapatkan
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden penyuluhan HIV/AIDS post-test berada
Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan
Jenis Media pada tingkat pengetahuan baik sebanyak
Pengetahuan (74,0%). Adapun karakteristik sikap pada
Karakteristik dan Sikap
f (54) (%) saat pre- test menunjukkan sikap yang
15 Tahun 19 35,2
Usia
17 Tahun 35 64,8 terbanyak kurang (79,6%) dan setelah
Jenis Laki-laki 26 48,1 mendapatkan penyuluhan HIV/AIDS post-
Kelamin Perempuan 28 51,9
Baca/Media Cetak 19 35,2 test menunjukkan sikap yang lebih baik
Informasi Lihat/Elektronik 28 51,9
Pelatihan 7 12,9 (68,5%).
Tabel 3. Analisis Perbedaan Pengetahuan yang baik sebelum dilakukan penyuluhan
dan Sikap Siswa SMA Negeri 4
Kendari Sesudah Penyuluhan 7 (13,0%) terdapat peningkatan yang

Pengaruh Pelaksanaan Penyuluhan signifikan sesudah dilakukan penyuluhan


Tentang
Mean SD p-
menjadi 40 (74,0%).
Variabel
value Penelitian ini didukung penelitian
Sebelum 42,352 12,22
diberikan sebelumnya (Dewi N.S, 2008)
penyuluhan
Pengetahuan 0,000 menunjukkan pengetahuan sebelum
Sesudah 57,407 12,76
diberikan
penyuluhan diberikan intervensi sudah cukup baik dan
Sebelum 43,574 12,93 setelah dilakukan intervensi semakin
diberikan
penyuluhan membaik. Selain menggunakan panca
Sikap 0,000
Sesudah 54,81 14,16
diberikan indera, individu memperoleh pengetahuan
penyuluhan
dari proses belajar, baik melalui pendidikan
Tabel 3 di atas menunjukkan
formal maupun informal. Dalam proses
bahwa hasil analisis statistik responden
belajar, rangsangan atau stimulus yang
siswa SMA Negeri 4 Kendari setelah
diterima oleh individu berupa informasi
mendapatkan penyuluhan tentang
tentang inovasi, timbul dalam diri individu
HIV/AIDS mendapatkan respon yang
sampai yang bersangkutan memberikan
positif dari peserta, dimana baik tingkat
respon atau (tanggapan) tentang inovasi
pengetahuan maupun sikap nilai masing-
tersebut, yaitu menerima atau menolak.
masing p-value (0,000).
Adanya rangsangan atau stimuli, kemudian
PEMBAHASAN timbul reaksi atau respon terhadap stimulus

Hasil penelitian terhadap pengetahuan tersebut dinamakan proses belajar

sebelum dilakukan penyuluhan responden (Notoatmodjo, 2014).

yang didapat yaitu secara umum sebesar Hasil penelitian terhadap sikap

47(87,0%) responden menunjukkan sebelum dilakukan penyuluhan responden

pengetahuan kurang dan sesudah dilakukan yang didapat yaitu secara umum sebesar

penyuluhan terdapat pengaruh yang 11 (20,4%) responden menunjukkan sikap


signifikan responden yang didapat yaitu 14 baik dan sesudah dilakukan penyuluhan
(26,0%) responden menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan
pengetahuan kurang, sedangkan untuk responden yang didapat yaitu 37 (68,5%)
pengetahuan diperoleh perbedaan yang responden menunjukkan sikap baik,
signifikan sebelum dan sesudah dilakukan sedangkan untuk sikap perbedaan yang
penyuluhan dimana untuk pengetahuan signifikan sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan dimana untuk sikap yang analisis dengan menggunakan uji statistik
kurang sebelum dilakukan penyuluhan 43 Wilcoxon yang dilakukan dari kelompok.
(79,6%) terdapat penurunan yang Nilai rata-rata pengetahuan responden
signifikan sesudah dilakukan penyuluhan sebelum dilakukan penyuluhan adalah
menjadi 17 (31,5%). Penelitian ini cukup begitu juga sikap, sesudah
didukung penelitian sebelumnya oleh dilakukan penyuluhan nilai rata-rata
(Adiningsih N.U, 2004) yang menunjukkan pengetahuan meningkat menjadi baik dan
ada perbedaan sikap pada kelompok yang begitu juga dengan sikap hal ini
diberikan pendidikan kesehatan dengan menunjukkan bahwa pengetahuan dan
kelompok yang tidak diberikan pendidikan sikap siswa tentang penyakit HIV/AIDS
kesehatan. sudah semakin baik.
Sikap yang kurang baik mungkin Analisis menggunakan uji statistik
dikarenakan faktor usia, karena sebagian Wilcoxon menunjukkan bahwa penyuluhan
besar siswa adalah remaja muda, sehingga sangat mempengaruhi pengetahuan dan
mungkin belum banyak memiliki sikap siswa tentang penyakit HIV/AIDS,
pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS. dengan nilai p=0,000 lebih kecil dari
Menurut teori determinan yang α=0,05 yang berarti penyuluhan sangat
disampaikan oleh WHO menganalisa mempengaruhi pengetahuan dan sikap
bahwa yang menyebabkan seseorang itu siswa tentang penyakit HIV/AIDS di SMA
berprilaku tertentu salah satunya Negeri 4
disebabkan karena adanya pemikiran dan Kendari. Dengan demikian, hipotesis yang
perasaan dalam diri seseorang yang menyatakan bahwa pengaruh penyuluan
terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, tentang penyakit HIV/AIDS terhadap
sikap, kepercayaan-kepercayaan dan pengetahuan dan sikap siswa di SMA
penilaian seseorang terhadap obyek Negeri 4 Kendari diterima.
tersebut, dimana seseorang dapat Penelitian sebelumnya, jumlah
mendapatkan pengetahuan baik dari responden dengan pengetahuan tinggi
pengalaman pribadi (Lepin, 1999). Karena meningkat sebanyak 19 orang (47,5%) dan
responden sebagian responden remaja jumlah responden dengan sikap mendukung
muda maka sedikit juga pengalaman meningkat sebanyak 12 orang (30%)
pribadi yang dimilikinya. dengan begitu ada pengaruh penyuluhan
Pengaruh penyuluhan terhadap kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap
pengetahuan dan sikap siswa tentang pengetahuan dan sikap sebelum dan
HIV/AIDS, dapat dilihat dari hasil sesudah dilakukan intervensi. Sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang sesudah diberikan penyuluhan dengan rata-
dilakukan oleh Ahmed F, Madiyono B rata pengetahuan dan sikap dikategorikan
(2008) dengan hasil ada pengaruh positif baik hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa di SMA
pengetahuan dan sikap sehingga dapat Negeri 4 Kendari sudah semakin membaik.
dikatakan pendidikan kesehatan dapat Ada pengaruh penyuluhan tentang
meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan dan sikap
HIV/AIDS. siswa. Terdapat perbedaan pengetahuan dan
Faktor yang menyebabkan remaja sikap sebelum dan sesudah dilakukan
rentan terhadap penularan HIV/AIDS penyuluhan.
adalah remaja sesuai dengan
DAFTAR PUSTAKA
perkembangannya selalu menginginkan
terhadap hal-hal yang baru dalam rangka Abbas, A.K, Lichtman, A.H. (2010),
Congenital and Acquired
mencari identitas diri. Remaja selalu Immunodefeciencies. In Cellular and
mencoba hal-hal yang baru diketahui, Molecular Immunology: The Immune
System in Defense and Disease 6th
seperti penggunaan Napza, seks pranikah ed. W.B. Sauders company:476-488.
yang sering dilakukan dengan pasangan Adiningsih, N.U, 2004. Seks, Aborsi,
berganti-ganti, hal ini ditambah dengan HIV/AIDS.http://Fenomena
remaja.com diakses 11 Nopember
kemudahan mendapatkan barang-barang 2013.
yang berbau pornografi. Jelas hal ini Ahmed F, Madiyono B, (2008), Perkiraan
mengakibatkan prevalensi penyakit besar sampel. In: Sastroasmoro S,
editor. Dasar-dasar metodologi
menular seksual dan kecenderungan untuk penelitian klinis. Jakarta: Sagung
meningkatnya penularan HIV/AIDS Seto; p. 302-30
(Abbas A.K dan Lichtman A.H (2010). Dewi, N.S. 2008. Pengaruh Pendidikan
Kesehatan terhadap Perubahan
Pengetahuan dan Sikap dalam
SIMPULAN Pencegahan HIV dan AIDS pada
Tingkat pengetahuan dan sikap siswa Pekerja Seks Komersial.Media
Ners.Volume 2, Nomor 1 Mei 2008,
tentang HIV/AIDS sebelum diberikan hlm 1-44.
penyuluhan dengan rata-rata pengetahuan Kementerian Kesehatan, Direktorat
dan sikap dikategorikan cukup hal ini Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyalit, 2017, Jakarta
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
Kementerian Kesehatan, Direktorat
dan sikap siswa di SMA Negeri 4 Kendari Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian penyalit, 2018, Jakarta
sudah cukup baik. Tingkat pengetahuan
dan sikap siswa tentang HIV/AIDS
Lepin, AIDS Untuk Dikenali Bukan
Untuk Dihindari, 1999, Jakarta
Nasronudin, HIV & AIDS “Pendekatan
Biologi Molekuler Klinis, dan Sosial.
Editor: Jusuf Barakbah, Edy
Sewandojo, Suharto, Wahyu. 2007,
Airlangga.
Notoadmodjo,S, Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Rinekacipta: Jakarta,
2007
Notoatmodjo,S, Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku edisi Revisi. Rineka
Cipta:Jakarta, 2014
Profil, Dinas Kesehatan Kota Kendari,
2017, Sulawesi Tenggara
Singale, L, Hubungan Antara Pengetahuan
Dan Sikap Tentang HIV/AIDS
Dengan Tindakan Pencegahan
HIV/AIDS Pada Siswa SMK Negeri
3 Tahuna, 2012, Manado
Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya.
Jakarta. EGC
Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di
Sekolah Dasar, 2013, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Tubagus, Gambaran Pengetahuan, Sikap
dan Tindakan Siswa Kelas XI
Tentang Penyakit HIV/AIDS Di
SMU Negeri 2, Kota Manado
WHO, Consolidated guidelines on the use
of antiretroviral drugs for treating
andpreventing HIV infection. p. 57-
59, 2013.
Pengaruh Penatalaksanaan Inisisasi Menyusu Dini Terhadap Onset
Pengeluaran Kolostrum di Surabaya

Nur Masruroh
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, masruroh@unusa.ac.id

Ratna Ariesta Dwi Andriani


Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, ratnariesta@unusa.ac.id

Abstrak
Inisisasi menyusu dini (IMD) adalah memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan dalam
waktu 30-60 menit setelah bayi dilahirkan. Inisiasi Menyusu Dini juga dengan jelas telah
tercantum dalam Buku Acuan Asuhan Persalinan (APN) dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia sehingga harus dilaksanakan oleh seluruh bidan. Kolostrum mulai diproduksi oleh
tubuh saat kehamilan, dan keluar pada awal seorang ibu akan menyusui. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh penatalaksanaan inisiasi menyusu dini terhadap onset
pengeluaran kolostrum ibu. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan
sampel ibu bersalin primipara yang melahirkan di BPM Istiqomah dan BPM Bashori selama
bulan Maret-Juli 2018 berjumlah 60 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik accidental sampling dengan kriteria inklusi : ibu primipara, melahirkan
spontan pervaginam tanpa penyulit dan bersedia menjadi responden. Analisis data
menggunakan t tes mendapatkan hasil bahwa pelaksanaan inisiasi menyusu dini berpengaruh
terhadap onset pengeluaran kolostrum dengan p= 0,03 (<0,05). Lama pelaksanaan inisiasi
menyusu dini berpengaruh terhadap onset pengeluaran kolostrum dengan p= 0,01 (<0,05).
Bidan sebagai ujung tombak kesehatan ibu dan anak meningkatkan sosialisasi pentingnya
inisiasi menyusu dini sejak periode kehamilan
Kata kunci : IMD, onset, kolostrum

Abstrack
The initiation of early breastfeeding is giving breast milk as soon as the baby is born within
30-60 minutes after the baby is born. Initiation of Early Breastfeeding is also clearly stated
in the Maternity Care Reference Book of the Ministry of Health of the Republic of
Indonesia so that it must be carried out by all midwives. Colostrum begins to be produced
by the body during pregnancy, and comes out at the beginning of a mother's breastfeeding.
The purpose of this study was to determine the effect of management of early breastfeeding
initiation on the onset of maternal colostrum expenditure. The research method used was
cross-sectional with samples of primiparous mothers giving birth at BPM Istiqomah and
BPM Bashori during the months of March-July 2018 totaling 60 people. Data analysis
using t test found that the implementation of early breastfeeding initiation had an effect on
the onset of colostrum expenditure with p = 0.03 (<0.05). The duration of initiation of early
breastfeeding has an effect on the onset of expenditure of colostrum with p = 0.01 (<0.05).
Midwives as the spearhead of maternal and child health increase the socialization of the
importance of early breastfeeding initiation since the pregnancy period
Keywords: early breasfeeding, onset, colostrum

PENDAHULUAN dilahirkan, dalam waktu 30 - 60 menit


setelah bayi dilahirkan. Tujuan IMD
Inisisasi menyusu dini (IMD) adalah
diantaranya adalah: kontak kulit dengan
memberikan ASI segera setelah bayi

Kirim: 28 Oktober 2019,Nomor p-ISSN:


Terima: 1978-6743,
21 November Nomor
2019, DOI:e-ISSN: 2477-3948
https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.1214
97 Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. 1,Nur Masruroh,
Februari Ratna
2020, Hal. Ariesta Dwi Andriani 97
96-100
Pengaruh Penatalaksanaan Inisisasi Menyusu Dini Terhadap Onset Pengeluaran Kolostrum di Surabaya
kulit membuat bayi lebih tenang, saat IMD kolostrum masih mengandung rendah
bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu lemak dan laktosa (Nugroho, 2011).
yang akan membentuk koloni di kulit dan Hasil penelitian Dewey pada 2011
usus bayi sebagai perlindungan diri, kontak menyatakan bahwa 24% dari ibu yang
kulit dengan kulit antara bayi dan ibu akan mengalami stres saat kehamilan dan
meningkatkan ikatan kasih sayang ibu dan persalinan, mengalami keterlambatan
bayi, mengurangi perdarahan setelah keluarnya kolostrum (>72 jam pasca
melahirkan serta mengurangi terjadianya persalinan). Faktor lain yang ikut
anemia (Kemenkes RI, 2014). berpengaruh terhadap lambatnya keluar
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan kolostrum adalah: cara persalinan, lamanya
bahwa ibu yang melakukan Inisisasi persalinan, sakit yang dialami saat
Menyusu Dini (IMD) mengalami kenaikan persalinan, dan keletihan setelah persalinan.
dari 34,5% menjadi 58,2%. Sedangkan ibu Faktor lain yang juga mempengaruhi
yang melaksanakan IMD kurang dari 1 jam keluarnya kolostrum adalah status gizi ibu,
adalah 84,1% dan lebih dari 1 jam sebanyak perawatan payudara, isapan bayi segera
15,9%, lebih tinggi dibandingkan pada setelah lahir serta obesitas pada ibu.
tahun 2013 yaitu Kolostrum mulai diproduksi oleh
11,7%. Pemerintah mentargetkan IMD tubuh saat kehamilan, dan keluar pada awal
untuk tahun 2019 adalah 50% sehingga seorang ibu akan menyusui. Kolostrum
pada tahun 2018 ini target tersebut sudah adalah makanan yang terbaik bagi bayi,
tercapai (Riskesdas 2018). memenuhi kebutuhan nutrisi bayi baru
Kolostrum merupakan cairan yang lahir, berwarna kuning, rendah lemak, tapi
pertama kali disekresi oleh kelenjar tinggi akan kandungan karbohidrat, protein
payudara, mengandung tissue debris dan dan terutama kandungan antibodi.
residual material yang terdapat dalam Pengeluaran kolostrum pada ibu bersalin
alveoli dan duktus dari kelenjar payudara secara spontan adalah minimum adalah 0,42
sebelum dan setelah masa puerperium. jam dan maksimum 30,83 jam (Fikawati,
Kolostrum merupakan cairan dengan 2013).
viskositas kental, lengket dan berwarna Tujuan penelitian ini adalah untuk
kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi mengetahui pengaruh penatalaksanaan
protein, mineral, garam, vitamin A, IMD terhadap onset pengeluaran
nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang kolostrum pada ibu bersalin di Surabaya.
tinggi daripada ASI matur. Selain itu,
METODE bersalin berada di rentang usia 20-35
Penelitian ini menggunakan metode cross tahun.
sectional. Populasi dalam penelitian ini Tabel 1.2 Karakteristik responden
berdasarkan tingkat pendidikan
adalah semua ibu yang melahirkan di BPM
di Surabaya
Istiqomah dan BPM Bashori pada Pendidikan Frekuensi
n %
bulan Maret-Juli 2018. Sedangkan SMP 13 21,6
SMA 30 50
sampeln ya adalah sebagian ibu yang PT 17 28,4
Jumlah 60 100
melahir kan di BPM Istiqomah dan BPM
Sumber : data primer April 2018
Bashori bulan Maret-Juli 2018 sebanyak Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
60 orang. Teknik pengambilan sampel bahwa setengah (50%) dari responden
pada penelitian ini menggunakan teknik memiliki pendidikan terakhir di jenajng
accidental sampling dengan kriteria SMA
inklusi: ibu primipara, melahirkan spontan Tabel 1.3 Analisis Pengaruh Penata
pervaginam tanpa penyulit dan bersedia laksanaan IMD Terhadap Onset
Pengeluaran Kolostrum di
menjadi responden. Surabaya
Pengambilan data dilakukan dengan Variabel Frekuensi Onset pengeluaran p
(value)
observasi pelaksanaan IMD serta kolostrum
n % Mean < 0,05
observasi onset pengeluaran kolostrum, (jam)
Penatalaksanaan IMD:
kemudian data dianalisis menggunakan T Pelaksanaan IMD:
Ya 55 91,6 10,4 0,03
test berpasangan. Tidak 5 8,4 13,2
Lama IMD :
HASIL PENELITIAN < 1 jam 35 58,3 12,8 0,01
> 1 jam 25 41,7 11,2
Pengumpulan data didapatkan 60
responden. Keseluruhan responden adalah PEMBAHASAN
ibu bersalin primipara, persalinan spontan Pengaruh pelaksanaan IMD terhadap
pervaginam dan tanpa komplikasi onset pengeluaran kolostrum
Tabel 1.1 Karakteristik responden Onset pengeluaran kolostrum lebih cepat
berdasarkan usia di Surabaya
pada responden yang melakukan Inisiasi
Usia Frekuensi
n % Menyusu Dini dengan rerata 10,4 jam
< 20 th 19 31,6
20-35 th 26 43,4 sedangkan pada responden yang tidak
> 35 th 15 25
Jumlah 60 100
melakukan Inisiasi Menyusu Dini memiliki
Sumber : data primer April 2018 rerata onset pengeluaran kolostrum 13, 2
Berdasarkan tabel 1.1 diatas terlihat jam. Hasil analisis penghitungan
bahwa hampir setengah (43,3%) dari ibu menggunakan T test

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


independent didapatkan hasil p= 0,03 Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan
(<0,05) yang berarti dapat disimpulkan bahwa di Indonesia pelaksanaan inisiasi
bahwa pelaksanaan insisiasi menyusu dini menyusu dini >1 jam masih sangat rendah
berpengaruh terhadap onset pengeluaran yaitu hanya 15,9% dari target pemerintah
kolostrum.tersebut, penelitian dari yang 50%. Hasil penelitian Mohamad dkk
Mawarti dan Mayasari di tahun 2014 di tahun 2015 menyatakan bahwa dukungan
menyatakan bahwa 64% ibu yang dari petugas kesehatan berpengaruh
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap keberhasilan pelaksanaan Inisiasi
onset laktasi nya berada pada kurun waktu Menyusu Dini.
<12 jam.
SIMPULAN
Onset pengeluaran kolostrum
dipengaruhi antara lain oleh status gizi ibu, Simpulan dari hasil penelitian ini

terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh adalah pelaksanaan inisiasi menyusi dini

Hajerah di tahun 2015 menunjukkan bahwa berpengaruh terhadap onset pengeluaran

69% ibu yang memiliki status gizi baik kolostrum. Lama inisiasi menyusu dini

atau IMT normal, onset pengeluaran berpengaruh terhadap onset pengeluaran

kolostrumnya adalah <12 jam. Menurut kolostrum. Bidan sebagai ujung tombak

hasil penelitian dari Nurjanah di tahun kesehatan ibu dan anak meningkatkan

2015, diketahui bahwa ibu yang sosialisasi pentingnya inisiasi menyusu dini

melakukan Inisiasi Menyusu Dini sebagian sejak periode kehamilan

besar atau 77,5% onset pengeluaran


kolostrumnya lebih cepat (<12 jam).
REFERENSI
Pengaruh lama IMD terhadap onset
Adam W, 2015, Pengaruh Penatalaksanaan
pengeluaran kolostrum
Inisiasi Menyusu Dini Terhadap
Responden yang melakukan inisiasi Waktu Pengeluaran ASI di RSUD
Prof Dr H Aloei Saboe Kota
menyusu dini >1 jam rerata onset
Gorontalo, Jurnal Poltekes
pengeluaran kolostrumnya adalah 11,2 Gorontalo
Hasil analisis menggunakan t test Fikawati S, 2010, Kajian Implementasi dan
Kebijakan ASI Eksklusif dan
independent mendapatkan hasil 0,01 Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia,
(>0,05) yang artinya lama pelaksanaan Makara Kesehatan vol 14 no 1 hal
17-24
inisiasi menyusu dini berpengaruh terhadap
Kemenkes RI, 2014, Situasi dan Analisis
onset pengeluaran kolostrum. ASI Eksklusif, Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan,
Jakarta
Mohamad S dkk, 2015, Faktor faktor yang
berhubungan dengan Pemberian
Inisiasi Menyusu Dini Oleh Bidan
Di RS Prof dr Aloei Saboe
Gorontalo, JIKMU vol 5 no 2a hal
390-396
Rahayu RD dkk, 2012, Keberhasilan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan
Lama Pemberian ASI, Jurnal
Terpadu Ilmu Kesehatan jilid 1 hal
129-132
Riskesdas, 2018, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Susan Yanti, 2015, Pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini di RSUD Sumedang,
Jurnal Bidan “Midwife Journal”
volume 1 no 2.
Pengaruh Autogenic Training Terhadap Stres dan Kemampuan
Mahasiswa
Menerapkan Role Play Komunikasi Terapeutik

Nunik Purwanti
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, noniek@unusa.ac.id

Nur Hidaayah
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Abstrak
Pendidikan tinggi dewasa ini terutama di bidang Keperawatan dituntut mengeluarkan lulusan
berkualitas dan mampu bersaing dalam dunia kerja. Tuntutan semakin tinggi di bidang
keperawatan, lulusan tidak cukup mengandalkan kemampuan bidang kognitif saja, harus
didukung juga dengan kemampuan afektif dan psikomotor. Tuntutan tinggi kepada mahasiswa
dalam bidang akademik, seringkali menyebabkan stress. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis pengaruh Autogenic Training terhadap penurunan stress dan kemampuan
mahasiswa menerapkan role play komunikasi terapeutik. Desain penelitian analitik
observasional dengan pendekatan cross sectional. Rancangan penelitian quasi eksperimental
design (pre-post test control group design). Populasi penelitian mahasiswa DIII Keperawatan
semester 3 sebanyak
56 mahasiswa, sampel penelitian sebagian mahasiswa sebanyak 49 responden. Teknik
pengambilan sampel simple random sampling. Variabel independen manajemen stress
(Autogenic Training), variabel dependen penurunan stress, kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Data di analisis dengan uji mann whitney dan wilxocon test. Analisis uji Mann
Whitney signed ranks test didapatkan nilai p (0.000) < α (0,005) maka ada pengaruh autogenic
training terhadap penurunan tingkat stress dan kemampuan responden menerapkan role play
komunikasi terapeutik. Pemberian autogenic stress memiliki pengaruh terhadap penurunan
stress dan kemampuan mahasiswa menerapkan role play komunikasi terapeutik. Disarankan
adanya pelatihan lebih banyak lagi agar mahasiswa lebih terampil menerapkan komunikasi
terapeutik.
Kata kunci: Autogenic Training, kemampuan

Abstract
Higher education today, especially in the field of Nursing is required to issue quality graduates
and be able to compete in the world of work. The higher demands in nursing, graduates are not
enough to rely on the ability of the cognitive field alone, must also be supported by affective and
psychomotor abilities. High demands on students in academics often cause stress. The purpose of
this study was to analyze the effect of Autogenic Training on stress reduction and the ability of
students to apply role play therapeutic communication. Research design Observational analytic
with approach cross sectional. Research Quasi experimental design (pre-post test control group
design). The research population of semester 3 Nursing DIII students was 56 students, the
research sample of some students was 49 respondents. The sampling technique is simple random
sampling. The independent variable is stress management (Autogenic Training), the dependent
variable is stress reduction, cognitive ability, affective and psychomotor. Data were analyzed
with the Mann Whitney and test Wilxocon test. Analysis of the Mann Whitney signed ranks test
showed p (0.000) <α (0.005) so there was an effect autogenic training on reducing stress levels
and the ability of respondents to apply role play therapeutic communication. Giving autogenic
stress has an influence on reducing stress and the ability of students to apply play therapeutic
communication. It is recommended that there be more training so that students are more skilled
at applying therapeutic communication.
Nomor
Dikirim: 28 Oktober 2019, p-ISSN:041978-6743,
Diterima: Nomor
Januari 2019, e-ISSN: 2477-3948
DOI:
https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.334
Keywords: Autogenic Training,
ability

Nomor
Dikirim: 28 Oktober 2019, p-ISSN:041978-6743,
Diterima: Nomor
Januari 2019, e-ISSN: 2477-3948
DOI:
https://doi.org/10.33086/jhs.v13i01.334
102 Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. 1, Februari 2020, Hal.
Nunik Purwanti, Nur Hidaayah 102
101-108
Pengaruh Pelatihan Autogenic Terhadap Stres dan Kemampuan Mahasiswa Menerapkan Role Play
PENDAHULUAN Komunikasi
menerus akan menyebabkan dampak yang
Terapeutik
Proses belajar mengajar terutama pada kurang baik. Penangan non farmakologis
mahasiswa Keperawatan tidak hanya didalam dapat dilakukan untuk mengurangi stress
kelas, mereka dituntut memberikan yang ada, salah satunya dengan
perawatan kepada pasien melalui praktek menggunakan Autogenic training (AT).
lansung di Rumah sakit. Strategi pencapaian Autogenic training (AT) merupakan suatu
target lulusan melalui peningkatan metode dengan menggunakan pendekatan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. yang holistik, dengan tujuan memberikan
Pada praktek klinik mahasiswa dituntut untuk efek relaksasi, meringankan gangguan
mandiri, cekatan dan dituntut melakukan psikosomatik termasuk beberapa kasus
asuhan keperawatan pada satu pasien. insomnia, ketidakmampuan konsentrasi,
Tuntutan tinggi kepada mahasiswa dalam tekanan darah tinggi. Lima belas menit
bidang akademik, seringkali menyebabkan melakukan Autogenic Training dapat
stress. meningkatkan kualitas istirahat (tidur) pada
Pada penelitian yang dilakukan oleh malam hari (Karl, 1991; Ortigosa, 2014).
Uswatun Hasanah (2017) Hasil analisis
METODE
menunjukkan bahwa dari 81 mahasiswa
(69.23%) dengan tingkat stress ringan, 77 Desain penelitian analitik observasional

mahasiswa (95.1%) menggunakan strategi dengan tehnik cross sectional. Tujuan

koping adaptif dan 4 mahasiswa (4.9%) penelitian mengetahui pengaruh Autogenic

menggunakan strategi koping maladaptif. Training terhadap penurunan stress dan

Diantara 36 mahasiswa yang mengalami stres kemampuan mahasiswa menerapkan role

sedang terdapat 6 mahasiswa (16.7%) dengan play komunikasi terapeutik. Rancangan

strategi koping adaptif dan 30 mahasiswa penelitian menggunakan Pra Eksperimental

(8.3%) dengan strategi koping maladaptif. dengan desain penelitian one group pretest-

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p- posttest design (pra-pasca tes dalam satu

value 0.009< 0.05 artinya H0 ditolak terdapat kelompok).

hubungan antara stres dengan strategi koping Populasi penelitian mahasiswa DIII

mahasiswa. Keperawatan semester 3 sebanyak 56, sampel

Stres dalam praktek klinik yang penelitian sebagian mahasiswa sebanyak 49.

dialami mahasiswa jika dibiarkan terus Teknik pengambilan sampel


simple random sampling. Variabel Berdasarkan tabel 2 didapatkan p
independen manajemen stress (Autogenic (0.000)< α (0,005) berarti ada pengaruh
Trining), variabel dependen penurunan pemberian managemen stress autogenic
stress, kemampuan kognitif, afektif training terhadap penurunan tingkat stress
danpsikomotor keluarga. Uji Mann Whitney responden dalam menerapkan role play
dan Wilcoxon digunakan untuk menganalisis komunikasi terapeutik.
data penelitian. Perubahan Stress yang muncul pada
mahasiswa biasanya mempunyai tingkatan
HASIL PENELITIAN
yang berbeda. Masing-masing individu
Analisis dengan menggunakan Uji Mann
mempunyai teknik koping adaptasi yang
Whitney dan wilxocon didapatkan hasil: Tabel
berbeda pula. Menurut Stuart (2006) model
1. Distribusi stress responden dengan
uji wilcoxon di prodi DIII adaptasi mencakup stresor presdisposisi yaitu
Keperawatan FKK UNUSA faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan
Surabaya tahun 2019
jumlah sumber yang dapat digunakan oleh
Uji Post test stress-pre individu untuk mengatasi stres, dan faktor
test stress
Z -6.046b presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
oleh individu sebagai tantangan dan
Berdasarkan tabel 1 nilai asymp. Sig.
ancaman.
(2 tailed) bernilai 0,000 < 0,005 maka dapat
Perubahan tingkat stress mahasiswa
disimpulkan bahwa hipotesa diterima.
dengan menggunakan autogenic training,
Artinya ada perbedaan antara tingkat stress
secara praktiknya autogenic training bekerja
sebelum dan sesudah dilakukan terapi
dengan mengaktifkan sistem ketenangan dan
managemen stress Autegonic training.
kepuasan (soothing and contentment system)
Tabel 2.Distribusi stress responden dengan melalui korteks prefrontal. Proses
uji mann whitney di prodi DIII
Keperawatan FKK UNUSA berdasarkan segi biologis, cara kerja
Surabaya tahun 2019 autogenic training melibatkan struktur otak
Uji Hasil Stress baik secara anatomis, seluler maupun tingkat
Mann Whitney U 138.00
Wilcoxon W 1363.000 biokimia. Selanjutnya terjadi proses antara
Z - 7.762 amygdala dan reaksi dari pemberian
Asymp.sig.(2_tailed) .000
informasi yang diterima korteks prefrontal,
proses tersebut akanmenunjukkan model

Nomor p-ISSN: 1978-6743, Nomor e-ISSN: 2477-3948


neroanatomi bagaimana psikoterapi menata Uji Hasil Stress
Mann Whitney U 382.500
kembali pola emosi yang maladaptive. Wilcoxon W 1607.500
Z -6.124
Proses yang terjadi selanjutnya akan Asymp.sig.(2_tailed) .000
memberi reaksi langsung pada sistem Berdasarkan tabel 4 didapatkan p
hormonal, sistem simpatis dan parasimpatis, (0.000) < α (0,005) berarti ada pengaruh
perilaku serta keterjagaan korteks. Stimulus pemberian managemen stress autogenic
yang muncul akan disimpan di hipotalamus training terhadap kemampuan kognitif
yang nantinya secara sadar atau tidak, akan responden dalam menerapkan role play
mempengaruhi stimulus berikut yang komunikasi terapeutik.
dipersepsikan. Latihan autogenic training Adanya perbedaan sebelum dan
yang dilakukan secara terus menerus akan sesudah pemberian managemen stress
meransang korteks prefrontal untuk (Autogenic Training) disebabkan oleh
memperbaiki respons terhadap stress beberapa faktor, diantaranya adalah
(Maramis, 2005) pendidikan, informasi, lingkungan, sosial,
Tabel 3. Distribusi kemampuan kognitif budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman,
responden dengan uji wilcoxon
di prodi DIII Keperawatan FKK dan usiaAgus dan Budiman (2013).
UNUSA Surabaya tahun 2019 Responden berpendidikan tinggi, pendidikan
Uji Post test stress-pre test
merupakan proses belajar, makin tinggi
stress
Z -5.315b pendidikan seseorang, makin mudah orang
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
tersebut untuk menerima informasi. Belajar
Berdasarkan tabel 3 nilai asymp. Sig.
sampai perguruan tinggi orang semakin
(2 tailed) bernilai 0,000 < 0,005 maka dapat
banyak pengetahuan yang didapat, ketika
disimpulkan bahwa hipotesa diterima.
seseorang memiliki pengetahuan, maka dia
Artinya ada perbedaan antara kemampuan
mempunyai senjata dalam karirnya, lebih
kognitif sebelum dan sesudah dilakukan
percaya diri, dan lebih produktif. Seperti
terapi managemen stress Autogenic training.
pendapat yang dikemukakan oleh Hendra S
Tabel 4. Distribusi kemampuan kognitif
responden dengan uji mann (2009) belajar sampai perguruan tinggi orang
whitney di prodi DIII
akan mampu mengarahkan pola pikir dan
Keperawatan FKK UNUSA
Surabaya tahun 2019 tindakan secara mandiri untuk mengambil
kebijaksanaan dan keputusan
sendiri dalam rangka membangun kemajuan Berdasarkan tabel 6 didapatkan p
diri. (0.000) < α (0,005) berarti ada pengaruh
Pemberian autogenic training pada pemberian managemen stress autogenic
mahasiswa yang mengalami stress saat training terhadap kemampuan sikap
melakukan role play komunikasi terapeutik responden dalam menerapkan role play
sangatlah membantu, setelah pemberian komunikasi terapeutik.
autogenic training kemampuan kognitif Perbedaan sikap mahasiswa sebelum
mahasiswa meningkat. Perubahan dan sesudah pemberian autogenic
kemampuan kognitif ini dikarenakan bahwa trainingdapat di sebabkan oleh beberapa hal
pemberian autogenictraining yang mempengaruhi, diantaranya adalah pada
Tabel 5. Pengaruh Autogenic Training dasarnya dalam pembentukan dan perubahan
Terhadap kemampuan sikap
sikap memerlukan suatu proses diantaranya
responden dengan uji wilcoxon
di prodi DIII Keperawatan FKK adalah adopsi. Menurut Sunaryo (2004)
UNUSA Surabaya tahun 2019
adopsi adalah cara pembentukan dan
Uji Post test stress-pre perubahan sikap melalui kejadian yang
test stress
Z -6.096b terjadi berulang. Responden dapat dikatakan
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
memiliki sikap yang mendukung karena
Berdasarkan tabel 5 nilai asymp.Sig.
berbagai pengalaman dan kejadian yang
(2 tailed) bernilai 0,000 < 0,005 maka dapat
berulang terutama penerapan role play
disimpulkan bahwa hipotesa diterima.
komunikasi terapeutik yang dilakukan.
Artinya ada perbedaan antara kemampuan
Namun dalam pengalaman untuk dapat
sikap sebelum dan sesudah dilakukan terapi
menjadi dasar pembentukan sikap,
managemen stress Autogenic training.
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan
Tabel 6. Distribusi kemampuan sikap
responden dengan uji mann kesan yang sangat kuat. Karena pada
whitney di prodi DIII dasarnya sikap akan mudah terbentuk jika
Keperawatan FKK UNUSA
Surabaya tahun 2019 pengalaman pribadi yang dialami seseorang
terjadi dalam situasi yang melibatkan
Uji Hasil Stress
Mann Whitney U 120.500 emosional.
Wilcoxon W 1345.500
Z -7.686 Sikap pada kenyataannya terbentuk
Asymp.sig.(2_tailed) .000
tidak hanya berdasarkan pada pengalaman
pribadi, pembentukkan sikap juga
106 Jurnal Ilmiah Kesehatan (Jurnal Ilmu Kesehatan), Vol.13, No. 1, Februari 2020, Hal.
Nunik Purwanti, Nur Hidaayah 106
101-108
Pengaruh Pelatihan Autogenic Terhadap Stres dan Kemampuan Mahasiswa Menerapkan Role Play
ditentukan oleh emosi yang biasanya Uji Hasil Stress Komunikasi
Mann Whitney U 3.000 Terapeutik
penyaluran frustasi atau bentuk dari Wilcoxon W 1228.000
Z -8.596
pembelaan ego. Sikap yang demikian akan Asymp.sig.(2_tailed) .000
mudah hilang jika saat emosi seseorang Berdasarkan tabel 8 didapatkan p
sudah hilang. Efektifitas komunikasi juga (0.000) < α (0,005) berarti ada pengaruh
mempengaruhi sikap seseorang.Komunikasi pemberian managemen stress autogenic
agar lebih efektif disampaikan secara training terhadap kemampuan psikomotor
lansung atau berhadapan.Pengulangan responden dalam menerapkan role play
kesimpulan dari informasi yang disampaikan komunikasi terapeutik.
sangatlah penting dilakukan pada individu Psikomotor menurut Sunaryo (2004)
yang hendak diubah sikapnya. Akan tetapi merupakan suatu sikap pada diri individu
pengulangan informasi yang terlalu sering yang pada dasarnya belum tentu terwujud
juga tidak baik, karena biasanya akan dalam suatu tindakan. Responden dalam hal
mendatangkan penolakan yang menjadi kemampuan psikomotor hampir seluruhnya
target sasaran. cukup dikarenakan salah satu faktor
Tabel 7. Pengaruh Autogenic Training penyebabnya adalah mereka kurang percaya
terhadap kemampuan
psikomotor responden dengan diri. Pengetahuan mengenai penerapan
uji wilcoxon di prodi DIII komunikasi terapeutik di bangku kuliah
Keperawatan FKK UNUSA
Surabaya tahun 2019 hampir seluruhnya sudah diberikan, namun
untuk diberikan tes secara mandiri
Uji Post test stress-
pre test stress melakukannya, mereka belum sepenuhnya
b
Z -6.116
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 menguasai.

Berdasarkan tabel 7 nilai asymp.Sig. SIMPULAN


(2 tailed) bernilai 0,000 < 0,005 maka dapat Terdapat pengaruh autogenic training
disimpulkan bahwa hipotesa diterima. terhadap penurunan tingkat stress responden
Artinya ada perbedaan antara kemampuan dalam menerapkan role play komunikasi
psikomotor sebelum dan sesudah dilakukan terapeutik. Terdapat pengaruh autogenic
terapi managemen stress Autegonic training. training terhadap kemampuan kognitif
Tabel 8. Distribusi kemampuan psikomotor responden dalam menerapkan role play
responden dengan uji mann
whitney di prodi DIII Keperawatan komunikasi terapeutik. Terdapat pengaruh
FKK UNUSA Surabaya tahun 2019
Autogenic Training terhadap kemampuan Kaplan & Sadock. (2007). Sinopsis Psikiatri:
psikomotor reponden dalam menerapkan Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis.
(Jilid 1). Jakarta: Bina Rupa Aksara.
role play Komunikasi Terapeutik. Terdapat
Maramis, F.W. (2005). Catatan Ilmu
pengaruh Autogenic Training terhadap Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press
kemampuan sikap responden dalam
Mustamir P. (2008). Metode Supernol
Menerapkan role play Komunikasi
Menaklukkan Stres. Jakarta: Hikmah
Terapeutik. Publishing House.
Notoatmojo, Dr.
DAFTAR PUSTAKA Soekidjo.(2012).Metodologi
Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka
Abdul & Sandu. 2018. Aplikasi Komunikasi Cipta
Terapeutik Nursing & Health. ANDI
(Anggota IKAPI). Yogyakarta Ramdani, H. (2012). Pengaruh Latihan
Relaksasi Otot Progresif terhadap
Agus dan Budiman. (2013). Kapita Selekta Penurunan Tekanan Darah Klien
Kuesioner Pengetahuan dan Sikap Hipertensi Primer di Kota Malang.
Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Malang.
Salemba Medik
Rindayati R & Achmad S. (2014).Gambaran
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur factor-faktor yang berhubungan
Penelitian Suatu Pendekatan dengan stress mahasiswa dalam
Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. menghadapi praktik klinik
Rineka Cipta keperawatan di institusi pendidikan
Direja, A. H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan swasta di Semarang. Jurnal
Keperawatan Jiwa.Yogyakarta : Nuha Manajemen Keperawatan. Volume 2,
Medika No 2, November 2014; 69-
75
Gemilang, J. (2013). Buku Pintar Manajemen
stres dan Emosi.Yogyakarta : Mantra Santrock, John. W. (2007). Perkembangan
Books Anak Edisi Ke sebelas Jilid II. Jakarta,
Erlangga
Hawari, D. (2008). Manajemen Stres, Cemas
dan Depresi. Jakarta : FKUI Stuart & Sundeen, 2006, Keperwatan
psikitrik: Buku Saku Keperawatan
Herodes, R. (2010). Anxiety and Depression
Jiwa, Edisi 5. Jakarta : EGC.
in Patient.
Sukadiyanto. (2010). Stress dan cara
Hendra S. Raharja Putra. 2009, Manajemen menguranginya. FIK universitas Negeri
Keuangan dan Akuntansi.Jakarta : Yogyakarta. Cakrawala Pendidikan.
Salemba Empat. Februari 2010 Th XXIX no.1
Heri D.J.Maulana. (2009). Promosi Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Pendidikan.
Kesehatan. Jakarta. EGC Jakarta: EGC.
Isaacs, A. (2005). Panduan belajar:
keperawatan kesehatan jiwa dan
psikiatrik. Jakarta: EGC
Supartini, Yupi. (2012). Buku Ajar: Konsep
Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :
EGC
Suparyanto.blogspot.com/2014/01/tahapan-
komunikasi-terapeutik.html 29 Jan
2014
Uswatun Hasanah. (2017). Hubungan Antara
Stres dengan Strategi Koping
Mahasiswa .Tahun Pertama Akademi
Keperawatan.Wacana Kesehatan Vol.1,
No.1, Juli 2017 E-ISSN:2541-
6251
Wahjudi N. (2009). Komunikasi dalam
keperawatan Geontik. Jakarta: EGC
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk
Profesi Perawat. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai