Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe adalah gambaran situasi Kesehatan di Pemerintahan


Kota Lhokseumawe yang diterbitkan setahun sekali. Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kota
Lhokseumawe memuat berbagai data tentang kesehatan dan data pendukunglainyang
berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan dan keluarga berencana. Data
dianalisis dengan analisis sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

Dalam setiap pernebitan Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe, Selalu dilakukan berbagai
upaya perbaikan, baik dari segi materi, Analisis maupun bentuk tampilan fisiknya, Sesuai masukan
dari pengelola program di Dinas Kesehatan dan pemakai pada umumnya. Profil tahun 2016 ini
memuat analisis dan lampiran yang memuat tabel-tabel, baik yang digunakan dalam analisis
maupun tabel-tabel lainnya.

World Health Organisasi (WHO) dalam salah satu publikasi pentingnya menyatakan bahwa
Sistem Informasi Kesehatan tidak dapat berdiri sendiri.Ia harus merupakan bagian fungsional dari
sistem kesehatan tersebut. Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe diupayakan untuk lebih berkait
dengan Sistem Kesehatan. Sebagaimana diketahui, pada saat ini Sistem Kesehatan diarahkan
untuk mencapai Visi Indonesia Sehat. Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe diformat agar dapat
menjadi salah satu sarana untuk menilai pencapaian Pembangunan Kesehatan Pemerintahan Kota
Lhokseumawe dalam rangka mendukung pencapaian Visi Indonesia Sehat.

Dengan demikian jelas bahwa tujuan diterbitkan Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe 2016
ini adalah dalam rangka menyediakan sarana untuk mengevaluasi pencapaian Pembangunan
Kesehatan Kota LhokseumaweTahun 2016. Oleh karena itu gambaran yang disajikan dalam Profil
ini disusun secara sistematis adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan
Bab ini menyajikan tentang Latar Belakang serta Sistematika Penyajian Profil
Kesehatan.

Bab II Gambaran Umum


Bab ini menyajikan tentang Gambaran Umum Kota Lhokseumawe. Selain uraian
tentang Letak Geografis dan Informasi Umum lainnnya, bab ini juga mengulas faktor-
faktor yang berpengaruh atau punya kaitan erat dengan kesehatan. Misalnya Faktor-
faktor Kependudukan dan Keadaan Lingkungan.

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 1


Bab III Rencana kerja Pembangunan Kesehatan
Bab ini memberikan informasi tentang Visi dan Misi Kota Lhokseumawe 2016, serta
Indikator-indikator dan Besaran Target yang ingin dicapai. Uraian dilakukan secara
Sistematis, yaitu diawali dengan uraian tentang Program-program Kesehatan,
Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Kesehatan serta Kebijakan dan Prioritas
Pembangunan Daerah.

Bab IV Situasi Derajat Kesehatan


Bab ini berisi uraian tentang Mortalitas dan Morbiditas yang sangat erat berkaitan
dengan Usaha Peningkatan Derajat Kesehatan.

Bab V Situasi Upaya kesehatan


Bab ini menguraikan tentang Pelayanan Dasar Kesehatan, dengan memberikan
Pelayanan-pelayanan Kesehatan secara tepat dan cepat maka sebahagian masalah
Kesehatan Masyarakat dapat diketahui dan diatasi. Oleh karena itu maka sajiannya
mencakup tentang Perbaikan Gizi Balita, Imunisasi, Peningkatan Pelayanan
Kesehatan Ibu, Pelayanan KB, Program Kesehatan Jiwa Masyarakat, dan Kesehatan
Usila.

Bab VI Situasi Sumber Daya Kesehatan


Bab ini menyajikan materi penting mengenai Situasi Sumber Daya Kesehatan yang
dikelompokkan menjadi Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan dan Pembiayaan
Kesehatan.

Bab VI Penutup

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 2


BAB II
GAMBARAN UMUM

A. GEOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN


1. Geografi

Lhokseumawe merupakan kota yang terletak pada garis 96 0 20’ – 970 21’ Bujur Timur
dan 040 54’–050 18’ Lintang Utara dengan luas wilayah 181.06 Km 2. Secara geografis Kota
Lhokseumawe berbatasan sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka,
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta Makmur (Kabupaten Aceh Utara), Sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Syamtalira Bayu (Kabupaten Aceh Utara), Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Dewantara (Kabupaten Aceh Utara). Kota Lhokseumawe terdiri
dari 68 (enam puluh delapan) Desa dan 4 (empat) Kecamatan. (Lhokseumawe Dalam Angka,
2015). Secara umum lokasi Kota Lhokseumawe menurut Kecamatan dapat di lihat sebagai
berikut:

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 3


2. Kependudukan

a. Jumlah dan PertumbuhanPenduduk.


Jumlah Penduduk Kota Lhokseumawe Tahun 2016 sebesar 195.186 jiwa. Jumlah
penduduklaki-laki 97.299 dan perempuan 97.887 dengan sex rasio 99,40 (Sumber: Badan
Pusat Statistik, 2016).

b. Kepadatan dan Penyebaran penduduk.


Kepadatan Penduduk Tahun 2016 di Kota Lhokseumawe adalah 1078/Km2sedangkan Tahun
2015 adalah 1035/Km2, Bila kepadatan penduduk dilihat untuk setiap Kecamatan Banda
Sakti merupakan Kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu: 7461 per/Km2,
Sedangkan yang paling jarang yaitu Kecamatan Blang Mangat dengan tingkat kepadatan
441 per/Km2.Kepadatan Penduduk Kota Lhokseumawe menurut Kecamatan Tahun 2016
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel II.1
Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2015

KEPADATAN PENDUDUK/Km2
No. KECAMATAN
2015 2016

1. Banda Sakti 7185 7461

2. Muara Dua 824 872

3. Muara Satu 612 647

4. Blang Mangat 423 441


Sumber: BPS ,2016

Kepadatan Penduduk dipengaruhi oleh besarnya wilayah pada masing-masing


Kecamatan, kepadatan penduduk merupakan indikator dalam melihat beberapa kondisi
kesehatan dan akan muncul terutama kondisi kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan
ketersedian air, sistem pembuangan air limbah dan sampah keluarga. Sedangkan untuk jumlah
penduduk terbanyak dapat secara rinci dilihat pada grafik di bawah ini :

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 4


Grafik II.1
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016

Dilihat dari jumlah penduduk Kecamatan Banda Sakti merupakan kecamatan yang memiliki
penduduk terbanyak dan kecamatan yang memiliki penduduk paling sedikit adalah Kecamatan
Blang Mangat.

3. Distribusi Penduduk

Struktur penduduk di Kota Lhokseumawe tahun 2016 tergolong produktif, artinya


proporsi penduduk usia 0-4 tahun mempunyai proporsi terbesar. Distribusi penduduk di K ota
Lhokseumawe tahun 2016 menurut golongan umur sebagai berikut:

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 5


Tabel II.2
Penduduk Menurut Golongan Umur
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016

No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total


1 0-4 10.918 10.545 21.463
2 5-9 10.734 10.114 20.848
3 10-14 9.791 9.263 19.054
4 15-19 9.153 8.998 18.151
5 20-24 8.892 9.086 17.978
6 25-29 8.667 9.235 17.902
7 30-34 8.050 8.627 16.677
8 35-39 6.713 7.676 14.389
9 40-44 6.377 6.772 13.149
10 45-49 5.716 5.674 11.390
11 50-54 4.657 4.244 8.901
12 55-59 3.407 2.782 6.189
13 60-64 1.975 1.799 3.774
14 65-69 1.090 1.254 2.344
15 70-74 661 853 1.514
16 75+ 4978 965 1.463
97.299 97.887 195.186

Grafik II.2
Piramida penduduk menurut golongan umur Kota Lhokseumawe
Tahun 2016

75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
(15,000) (10,000) (5,000) 0 5,000 10,000 15,000

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 6


B. KEADAAN LINGKUNGAN

Keadaan Lingkungan yang sehat dapat tercipta dengan membuka kesadaran individu
dan masyarakat untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pencapaian tujuan tersebut
dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan yang mengarah untuk meningkatkan kesadaran dan
kemandirian masyarakat hidup sehat dengan indikator rumah tangga sehat, Institusi kesehatan
yang berperilaku sehat, Institusi pendidikan yang sehat, Tempat kerja sehat, Tempat-tempat
umum sehat, Posyandu purnama dan mandiri serta meningkatkan kemandirian masyarakat
sebagai jaminan pemeliharaan kesehatan. Indikator tersebut dapat dijelaskan melalui
pelaksanaan kegiatan program kesehatan lingkungan tahun 2016 sebagai berikut :

1. Rumah sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah hingga yang memenuhi syarat kesehatan.
Syarat-syarat tersebut yaitu memiliki jamban yang sehat, Sarana air bersih, Tempat
pembuangan sampah, Sarana pembuangan air limbah, dan vantelasi rumah yang baik,
Kepadatan dunia rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Rumah
dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan beresiko menjadi sumber penyebab
penularan berbagai jenis penyakit. Cakupan rumah sehat pada Tahun 2016 mencapai 41,82%,
Sedangkan secara nasional target yang ditetapkan yaitu 80%.

Grafik II.3
Penilaian Rumah Sehat di Kota Lhokseumawe
Per Puskesmas Tahun 2016

Dari grafik di atas menunjukkan hampir seluruh wilayah kerja puskesmas di Kota
Lhokseumawe masih mempunyai permasalahan rumah yang belum memiliki persyaratan sehat
untuk dapat ditempati.

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 7


2. Akses terhadap air bersih

Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dikategorikan menjadi dua kelompok
besar yaitu sumber air terlindung dan tidak terlindung. Sumber air terlindung terdiri dari air
kemasan, Ledeng, Pompa dan Sumur terlindung. Sedangkan air tidak terlindung terdiri dari
sumur tidak terlindung, Mata air tidak tidak terlindung, Air sungai dan lainnya.

GRAFIK II.4
Penduduk DenganAkses Terhadap Air Bersih di Kota Lhokseumawe
Tahun 2016

Dari grafik diatas menunjukkan keluarga yang menggunakan Perpipaan


(PDAM,BPSPAM) sebagai Akses Air Bersih mempunyai jumlah tertinggi yaitu sebesar 43.331
Penduduk Pengguna.Dari grafik tersebut bila dianalisa lebih lanjut bahwa kesadaran
masyarakat terhadap konsumsi air sudah semakin baik. Mengingat permasalahan penyakit
yang bersumber dari konsumsi air yang bersumber air sumur mengandung zat kapur (phospor)
yang sangat tinggi dan tidak terlindungi, sehingga saat ini penyakit batu karang (vesicolithiasis)
serta penyakit diare dan penyakit kulit masih dominan terjadi di masyarakat, Program
penyuluhan dan sosialisasi penggunaan air bersih tetap selalu mendapat perhatian Puskesmas.

3. Penduduk dengan Akses Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat)

Penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat)sebesar 95.423
Penduduk atau sebesar 48,9 %. Grafik di bawah ini memperlihatkan Penduduk dengan akses
fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) di tahun 2016.
Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 8
Grafik II.5
Penduduk dengan Akses Fasilitas Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat)
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016

Dari grafik di atas diketahui bahwa dari keluarga yang diperiksa masih ada keluarga
dibeberapa kecamatan yang belum memiliki jamban,tempat sampah dan pengelolaan air
limbah.

4. Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM)


Makanan termasuk minuman, merupakan kebutuhan pokok dan sumber utama bagi
kehidupan manusia, namun makanan yang tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi
media yang sangat efektif didalam penularan penyakit saluran pencernaan (Food Born
Diseases). Terjadinya peristiwa keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa
kematian banyak bersumber dari makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan
(TPM) khususnya jasaboga, rumah makan dan makanan jajanan yang pengelolaannya tidak
memenuhi syarat kesehatan atau sanitasi lingkungan. Sehingga upaya pengawasan terhadap
TUPM amat penting. Hasil pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat umum dan
pengolahan makanan pada tahun 2016, didapatkan data di Kota Lhokseumawe terdapat 19
hotel, 15 Sarana kesehatan, 128 Sarana Pendidikan, 95 restoran/rumah makan, 16 Jasa Boga,
dan 202 Depot Air Minum (DAM).
Pasar juga merupakan tempat umum yang paling banyak dikunjungi masyarakat
ternyata tidak memenuhi persyaratan yang optimal, hal ini perlu mendapat perhatian dari

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 9


seluruh pihak untuk dapat menjadikan pasar suatu tempat umum yang aman dan memenuhi
persyaratan/kaedah-kaedah kesehatan.

Demikian juga denganrestoran dan rumah makan sebagai tempat pengolahan


makanan, hal ini juga perlu mendapatkan perhatian agar seluruh tempat pengolahan makanan
dan minuman dapat memenuhi persyaratan kesehatan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah lokasi, cara pengolahan, sumber bahan, tempat penyimpanan air yang digunakan serta
tempat dan cara penyajian.

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 10


BAB III
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN

A. VISI DAN MISI DINAS KESEHATANKOTA LHOKSEUMAWE

Visi Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe yaitu Menjadikan Masyarakat Kota


Lhokseumawe Sehat Secara Mandiri dan Islami. Sedangkan Misi Dinas Kesehatan Kota
Lhokseumawe yaitu: 1) Memberikan Prioritas Pada Program Kesehatan Keluarga,
Pemberantasan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan. 2) Memandirikan Masyarakat untuk Hidup
Sehat. 3) Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia kesehatan. 4) Meningkatkan
Prasarana dan Sarana kesehatan. 5)Menjaga Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan.

B. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH BIDANG KESEHATAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Kesehatan adalah dengan


Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKB), Angka Kematian Bayi (AKI), Angka Malnutrisi Pada
Balita, Meningkatkan Umur Harapan Hidup (UHH), Melakukan Pengendalian Penyakit Menular,
Meningkatkan Mutu Pelayanan, Mengembangkan Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat dan
Mengembangkan Sistem Jaminan Kesehatan.

C. PROGRAM KESEHATAN

Dalam pembangunan kesehatan pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan yang


merata, Terjangkau dan berkualitas. Dengan demikian perlu disediakan tenaga kesehatan yang
berkualitas, Biaya operasional kegiatan, Sarana fisik dan peralatan kesehatan, Obat-obatan,
perbekalan kesehatan dan kebutuhan lainnya, untuk mendukung kegiatan program kesehatan
yang berpihak kepada masyarakat. Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe
melakukan penjabaran Program Kesehatan sebagai berikut:

1. Program pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan. Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya obat difasilitas
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau oleh masyarakat.

2. Program upaya kesehatan masyarakat

Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah, pemerataan dan kualitas


pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan jaringannya meliputiPuskesmas pembantu
dan Pos Kesehatan Desa.Adapun output/keluaran yang ingin dicapai adalah semua
Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 11
puskesmas mampu melaksanakan 6 jenis pelayanan kesehatan dasar/kesehatan wajib,
yaitu: (1) Kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana; (2) Promosi kesehatan; (3)
Kesehatan Lingkungan; (4) Pencegahan dan penanggulangan Penyakit; (5) Pengobatan; (6)
Gizi. Disamping pelayanan wajib, puskesmas juga mengembangkan program pelayanan
tergantung kondisi dan kebutuhan dan derah wilayahnya seperti : Kesehatan remaja,
Lansia, kesehatan Jiwa dan lain-lain.

3. Program pengawasan obat dan makanan

Program ini bertujuan untuk memonitoring distribusi obat, untuk mencegah


beredarnya obat dan makanan yang kadaluarsa di apotik dan swalayan wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kota Lhokseumawe.

4. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

Program ini bertujuan untuk memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar
mampu menumbuhkan prilaku hidup bersih dan sehat dan mengembangkan upaya
kesehatan bersumber masyarakat. Sasaranya adalah meningkatkan persentase rumah
tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat, Meningkatkan pemberdayaan masyarakat
melalui pengembangan desa siaga secara bertahap termasuk mempersiapkan masyarakat
peduli dan siaga dalam kegawat daruratan masalah kesehatan.

5. Program perbaikan gizi masyarakat

Program Ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi di masyarakat sehingga bisa
menurunkan angka Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, gangguan akibat kurang
yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat mikro lainya.

6. Program pengembangan lingkungan sehat

Program Ini bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat
melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan. Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan persentase
keluarga penghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan, peningkatan penggunaan
sarana air bersih dan sanitasi dasar. Peningkatan sistim kewaspadaan dini dan surveilans
dalam penanggulangan KLB, pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan,
pengembangan wilayah sehat termasuk tempat-tempat umum, sekolah dan institusi.

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 12


7. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah, pemerataan dan kualitas


pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan jaringannya meliputi Puskesmas Pembantu
dan Pos Kesehatan Desa. Adapun output/keluaran yang ingin dicapai adalah semua
Puskesmas mampu melaksanakan 6 Jenis pelayananan kesehatan dasar/kesehatan wajib,
Yaitu: (1)KesehatanIbu dan Anak serta Keluarga Berencana; (2)Promosi Kesehatan
(3)Kesehatan Lingkungan;

8. Program standarisasi pelayanan kesehatan

Program Ini bertujuan untuk menentukan kriteria tempat yang harus dipenuhi saat
memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan program ini juga diharapkan
Sumber Daya Manusia (tenaga kesehatan) yang bekerja di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kota Lhokseumawe dapat memenuhi standar yang ada.

9. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin

Program Ini bertujuan untuk menanggulangi biaya pengobatan bagi penduduk miskin
yang memerlukan perawatan dan pengobatan.

10. Program pengadaan, peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana puskesmas,


Puskesmas pembantu dan jaringannya

Peningkatan pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas,


Puskesmas Pembantu, Pos Kesehatan Desa, Penyediaan peralatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan dan jaringannya.

11. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Umum/Rumah
Sakit Jiwa/Rumah Sakit Ibu dan Anak

Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
perorangan, Terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin, Peningkatan
pelayanan kesehatan rujukan, Pembangunan sarana dan prasarana Rumah Sakit dll.

12. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat


melalui Program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) disamping pelaksanaan pelayanan
kesehatan keluarga miskin melalui Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS).

13. Program peningkatan pelayanan kesehatan anak Balita


Program Ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak balita.

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 13


14. Program Peningkatan Pelayanan kesehatan usia lanjut

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatn yang bersifat khusus
dan rehabilitasi bagi kelompok masyarakat usia lanjut, Meningkatkan umur harapan hidup
dari 68 menjadi 70 tahun dan sasaran yang ingin dicapai adalah terlaksananya pelayanan
kesehatan bagi masyarakat usia lanjut.

15. Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan

Program Ini bertujuan untuk mengawasi keamanan dan kesehatan makanan hasil
industrI dan produksi rumah tangga.

16. Program Peningkatan keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak

Program ini bertujuan untuk menurunkan jumlah kamatian ibu malahirkan, bayi baru
lahir dan anak. Sasarannya (1) Bagaimana upaya meningkatkan kesejahteraan ibu yang
dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu; (2) Bagaimana upaya yang dilakukan dalam
akselerasi penurunan angka kematian Bayi dan anak yang dilihat dari indikator AKA dan
AKABA (3) Bagaimana upaya memerangi HIV/AIDS khususnya.

17. Program evaluasi pengendalian dan pelaporan

Program Ini bertujuan untuk menganalisa dan mengevaluasi laporan data dari
Puskesmas dan Bidang di Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe.

18. Program perbaikan gizi masyarakat

Program ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu
hamil, bayi dan anak balita, melalui peningkatan kesadaran gizi ditengah keluarga, Melalui
program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Mengaktifkan posyandu dan menjalin kerjasama
lintas sektor dalam upaya penanggulangan masalah gizi. Sasaran program adalah keluarga,
institusi pelayanan kesehatan, Posyandu dan kader.

19. Program kebijakan dan manajemen pengembangan kesehatan

Program ini bertujuan untuk mengembangkan kebijakan dan manajemen


pembangunan kesehatan guna mendukung penyelenggaraan sistim kesehatanProvinsi Aceh
berdasarkan kebijakan Nasional, sasaran program meliputi pengkajian dan penyusunan
kebijakan, Sistem penganggaran, Pelaksanaan, Pengendalian pengawasan dan
penyempurnaan administrasi keuangan, Pelaporan, data serta hukum kesehatan.
Pengembangan sistim informasi kesehatan didaerah, meningkatkan kemampuan petugas
perencana kesehatan, Pengelola sistim informasi kesehatan serta menyediakan sarana

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 14


kesehatan, Pengelola sistem informasi kesehatan serta menyediakan sarana pendukung
dan mengembangkan kemitraan melalui jejaring informasi kesehatan.

20. Program standarisasi pelayanan kesehatan

Program ini bertujuan untuk mengevaluasi standar pelayanan minimal yang dicapai
ditingkat manajemen program dan mengembangkan pedoman standar pelayanan sesuai
kebutuhan lokal. Sasaran program yang ingin dicapai antara lain tercapainya SPM sesuai
target, tersosialisasinya pedoman pelayanan dan terlaksananya system manajemen
program secara berkesinambungan terstandarisasi dan teregistrasinya semua fasilitas
pelayanan kesehatan. Penerapan standar sarana pelayanan kesehatan secara bertahap
disetiap level pelayanan.

D. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

1. Disparitas status kesehatan antar tingkat social ekonomi, antar kawasan, dan antar
perkotaan-perdesaan, Beban ganda penyakit. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat

2. Sebagian besar adalah penyakit infeksi menular namun pada waktu yang bersamaan terjadi
peningkatan penyakit tidak menular.

3. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah. Faktor utama penyebab tingginya angka
kematian bayi di Indonesia sebenarnya dapat dicegah dengan intervensi yang dapat
terjangkau dan sederhana antara lain: Proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan.

4. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat. Misalnya
kebiasaan merokok, Kurang berolahraga, Kurangnya pemberianAir Susu Ibu (ASI) ekslusif
dan gizi lebih pada balita.

5. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan.

6. Rendahnya kualitas, Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.

7. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi tidak merata.

8. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin, Rendahnya pemberian ASI ekslusif pada
bayi dan gizi buruk pada balita.

9. Rendahnya Alokasi Anggaran Kesehatan untuk program. Karena sebagian besar anggaran
yang tersedia dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasarana kesehatan.

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 15


E. KEBIJAKAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

Gambaran status kesehatan diuraikan berdasarkan pencapaian beberapa indikator


seperti; Umur Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), status
gizi (masyarakat), serta sebaran penyakit menular. Dari berbagai laporan, terungkap bahwa
problem kesehatan masyarakat yang ada di Kota Lhokseumawe saat ini berhubungan dengan :
(1) Tingginya angka infeksi seperti : Malaria, TBC, Diare, ISPA, Pneumonia, Demam Berdarah,
Infeksi Kulit dan Lepra; (2) Penyakit Kejiwaan atau Psikososial; (3) Penyakit non infeksi seperti
penyakit jantung koroner, Penyakit metabolic serta keganasan dan; (4) Penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan kehamilan, Serta penyakit pada bayi baru lahir.

Dalam hal pelayanan kesehatan, Tingginya AKI dan AKB memberi kontribusi terhadap
permasalahan utama berhubungan dengan mutu layanan, Baik layanan
primer,Sekunder,tersier serta keterjangkauan pelayanan, Hal ini sejalan dengan semakin
meningkatnya pendidikan, Pengetahuan dan tuntutan masyarakat terhadap layanan
kesehatan.

Berbagai faktor yang dapat diidentifikasi sebagai akibat dan tuntutan mutu pelayanan
adalah: (1) Berkaitan dengan ketersediaan sumber daya dan penyebarannya, (2) Ketersediaan
fasilitas dan peralatan kesehatan, (3) Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang belum optimal
baik pengadaan maupun penggunaan perangkat data yang dihasilkan untuk pengambilan
keputusan, (4) Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah dalam hal
layanan kesehatan, (5) Rendahnya partisipasi masyarakat.

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 16


BAB IV
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Gambaran situasi Kegiatan masyarakat kerap dipaparkan dengan berbagai indikator


yang secara garis besar terdiri dari dua aspek, Yaitu Mortalitas dan Morbiditas. Pada BAB ini
kondisi kesehatan masyarakat juga digambarkan melalui dua aspek tersebut dengan
memberikan gambaran sebagai berikut :

A. Mortalitas

Kejadian kematian dalam suatu kelompok Populasi dalam mencerminkan kondisi


kesehatan masyarakat. Keberhasilan pelayanan kesehatan dan berbagai program
pembangunan kesehatan lainnya juga dapat diukur melalui tingkat kematian yang ada. Pada
BAB ini kita dapat melihat bagaimana gambaran di Kota Lhokseumawe.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Infant Mortality Rate (IMR) atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator yang paling sensitif untuk menentukan derajat kesehatan suatu daerah. Dari
laporan jumlah kematian bayi yang disampaikan dari Puskesmas dapat memperlihatkan
Jumlah Kematian Bayi menurut Kecamatan di Kota Lhokseumawe. AKB yang didapatkan di
Kota Lhokseumawe 21/4.282 X 1000, Sementara AKB nasional sebesar 35/1000 Lahir
Hidup.Secara umum dapat di lihat dari distribusi Kematian Bayi Per Kecamatan di Kota
Lhokseumawe yaitu:

Tabel IV.1
Jumlah Kematian BayiPer Kecamatan
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016

No JUMLAH KEMATIAN BAYI (TAHUN)


KECAMATAN
. 2015 2016

1 BANDA SAKTI 6 5

2 MUARA DUA 4 8

3 MUARA SATU 7 2

4 BLANG MANGAT 9 6

JUMLAH 26 21
Sumber: Dinas Kesehatan kota Lhokseumawe Bidang Kesga

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 17


2. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu maternal merupakan indikator keberhasilan pembangunan pada


sektor kesehatan setelah Angka Kematian Bayi, AKI mengacu pada jumlah Kematian Ibu
yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas.

Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan adalah
Angka Kematian Ibu (AKI).Perhitungan AKI dikotaLhokseumawe sulit dilakukan karena
jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran.

Tabel IV.2
Jumlah Kematian Ibu Per Kecamatan
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016

JUMLAH KEMATIAN IBU (TAHUN)


No. KECAMATAN
2015 2016

1. BANDA SAKTI 1 6

2. MUARA DUA 3 1

3. MUARA SATU 0 0

4. BLANG MANGAT 0 1

JUMLAH 4 8
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Bidang Kesga

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 18


Grafik IV.1
Trend Jumlah Kematian IBU dari Tahun 2011-2016
Di Kota Lhokseumawe

Adapun Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Lhokseumawe Tahun 2016 dapat
diasumsikan sebesar 8/4.282x100.000 Kelahiran Hidup. Sedangkan Penyebab Kematian Ibu
dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel IV. 3
PENYEBAB KEMATIAN IBU DI KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2016

No. JUMLAH KEMATIAN IBU

KECAMATAN JUMLAH SEBAB KEMATIAN IBU


Perdarahan Hipertensi Infeksi Abortus Partus Lain-
dalam Lama lain
Kehamilan
1 BANDA SAKTI 6 1 3 2 0 0 0

2 MUARA DUA 1 0 1 0 0 0 0

3 MUARA SATU 0 0 0 0 0 0 0

4 BLANG 1 0 1 0 0 0 0
MANGAT
JUMLAH 8 1 5 2 0 0 0

Sumber: Dinas kesehatan Kota Lhokseumawe Bidang Kesga

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 19


Tabel di atas menunjukkan penyebab kematian ibu karena perdarahan.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk penurunan AKI dikota Lhokseumawe:

 Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu

 Penyediaan sistem pelayanan kesehatan untuk daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan.

 Peningkatan pemberdayaan perempuan, Keluarga dan masyarakat.

 Perencanaan terpadu Lintas Program dan Lintas Sektor untuk percepatan penurunan

AKI dengan menggunakan indikator KIA sebagai indikator pembangunan


daerah.Perhitungan ratio kematian ibu didapat dari laporan Puskesmas di Kota Lhokseumawe.
Kecenderungan peningkatan angka AKI disebabkan semakin membaiknya system pencatatan dan
pelaporan yang saat ini sedang dikembangkan.

3. Umur Harapan Hidup (UHH).

Keberhasilan Program kesehatan dan program pembangunan social ekonomi pada


umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk suatu Negara.
Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan
meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori,
mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan
penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan memperpanjang usia haparan hidupnya.

Rata-rata umur harapa hidup pada saat lahir (Eo) adalah hasil perhitungan Proyeksi yang
sering dipakai sebagai salah satu Indikator Kesejahteraan Rakyat. Dengan asumsi Kecenderungan
Angka Kematian Bayi (AKB) menurun serta perubahan susunan umur penduduk Kota
Lhokseumawe sampai menjadi72 Tahun.

Upaya untuk meningkatkan UHH menjadi 72 Tahun merupakan hal penting yang perlu
dicemati melalui upaya-upaya peningkatan kegiatan Program yang berdampak pada tingkat
kesejahteraan masyarakat seperti penurunan resiko kesakitan pada keluarga rentan, tren
penyakit degenerative dan tidak menular, serta peningkatan kesehatan kelompok usia lanjut yang
dapat hidup produktif dan mandiri.

B. MORBIDITAS

Didalam pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit Dinas Kesehatan


Kota Lhokseumawe melakukan beberapa strategi dan kegiatan yaitu:

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 20


1. Strategi.

 Meningkatkan Sistem Surveilans, Monitoring dan informasi

 Meningkatkan Pembiayaan berbasis kinerja

 Meningkatkan Mutu manajemen program

 Meningkatkan Kualitas SDM

 Meningkatkan kemitraan dan koordinasi lintas program &sektor

2. Kebijakan

 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) diselenggarakan dengan tatalaksana


kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, perubahan prilaku dan pengendalan faktor
resiko.

 Mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans – epidemiologi dengan fokus


PWS, kewaspadaan dini sebagai dasar penanggulangan KLB dan Bencana serta antisipasi
penyebaran penyakit.

 Memantapkan jejaring LP, LS, antar Kecamatan, Mitra Swasta dalam P2P melalui saling
tukar informasi, Pelatihan, dll.

 Meningkatkan Profesionalisme SDM.

 Menyiapkan pengadaan dan distribusi kebutuhan obat program dan bahan esensial.

 Meningkatkan pengendalian sumber daya daerah dan masyarakat.

3. Lingkup Kegiatan Program Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit

 Penyakit menular Langsung (P2ML): TB, Kusta, Frambusia, IMS & HIV-AIDS, ISPA, Diare/
Kecacingan/ ISPL.

 Penyakit Bersumber Binatang (P2B2): Malaria, DBD, Rabies, Filariasis, Flu Burung,
Leptospirosis, Antraks, Pes, Japanese Encephalitis, Taeniasis, Schistosomiasis.

 Surveilans Epidemiologi Dan Kesehatan Matra (SEPIM-KESMA): Surveilans


Epidemiolologi, Imunisasi, Pemeriksaan Kesehatan Haji, Kesehatan Matra
(Lapangan/Darat, Kelautan Dan Bawah Air, Dirgantara).

 Penyakit Tidak Menular (PTM) : Jantungt & Pembuluh Darah, Kanker, Diabetes Melitus &
Penyakit Metabolik, Penyakit Kronik Dan Degeneratif, Gangguan Akibat kecelakaan &
Cidera.
Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 21
Untuk selanjutnya pada bagian ini disajikan gambaran morbiditas penyakit-penyakit
menular dan tidak menular yang dapat menjelaskan keadaan derajat kesehatan masyarakat di
Kota Lhokseumawe sepanjang Tahun 2015.

A. Penyakit Pada Tingkat Puskesmas

Dari data kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat bersumber data surveilens
Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe yang ada di Puskesmas adalah sebagai berikut:

Tabel IV.4
10 Penyakit Terbesar Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016

No. NAMA PENYAKIT JUMLAH

1. Common Cold 39.881

2. Penyakit Pada sistem Jaringan Otot & Jaringan Pengikat 15.966

3. Infeksi Akut Pernafasan Atas 15.516

4. Penyakit Kelainan Pada Lambung 12.646

5. Penyakit Tukak Lambung 12.087

6. Penyakit Kulit Infeksi 11.138

7. Penyakit Kulit Alergi 6.291

8. Hipertensi 6.232

9. Diabetes 3.119

10. Diare 4.113


Sumber: SP2TP Dinas kesehatan kota Lhokseumawe Tahun 2016

B. Penyakit menular

Dalam rangka penanggulangan penyakit menular dilakukan berbagai kegiatan antara lain :
(1) Gebrak Malaria Yaitu gerakan untuk membrantas malaria degan dukungan sektor antara lain
masyarakat dan swasta , (2) Gerdunas TB, Yaitu gerakan penanggulangan tuberkolosis melalui
penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dan masyarakat, penerapan strategi pengobatan
jangka pendek yang diawasi secara langsung, (3) Pemberantasan demam berdarah dengue
melalui pemberantasan sarang nyamuk, (4) Pemberantasan Kusta dengan mencari penderita
sampai ke lokasi kepulauan dan daerah-daerah terpencil , (5) Pemberantasan penyakit yang dapat
diegah dengan imunisasi (PD3I). Informasi Program P2M disajikan sebagai berikut :

1. Penyakit Tuberkulosis (TB)


Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 22
Pengembangan program pengendalian penyakit TB dengan strategi DOTS ( Directtly
Observed Treatment, Shortcourse chemotrerapy) .

Grafik IV.1
Jumlah BTA (+) PerPuskesmas
Kota Lhokseumawe Tahun 2016

2. Kusta

Penyakit kusta merupakan penyakit kulit dengan bercak putih atau kemerahan disertai mati
rasa atau anestesi, Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan
kelemahan/kelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata, kulit kering serta pertumbuhan rambut
yang terganggu, pada pemeriksaan kerokan jaringan kulit ( skin smear) didapatkan adanya kuman
M. Leprae.

Kusta adalah penyakit yang masih diderita oleh sebagian masyarakat Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam. Penanganan penderita kusta memerlukan kerja sama lintas sektor seperti Dinas
Sosial, Pendidikan dan Dinas Kesehatan. Bila Penanganan Penyakit Kusta tidak dilakukan secara
komperhensif dapat diasumsikan trend tahun berikutnya akan menunjukkan peningkatan.

Tabel IV. 5

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 23


Prevalensi Rate Penyakit Kusta Menurut Jenis Kelamin Perkecamatan
Kota Lhokseumawe Tahun 2016

KASUS KUSTA TERCATAT TAHUN 2016


No KECAMATAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN

1. BANDA SAKTI 6 4

2. MUARA DUA 2 2

3. MUARA SATU 5 5

4. BLANG MANGAT 0 1

JUMLAH 13 12

PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK 1,336 1,226


Sumber: Dinas kesehatan kota Lhokseumawe Bidang P2P

3. IMS & HIV – AIDS

Di Kota Lhokseumawe pada Tahun 2016 ditemukan Kasus HIV sebanyak 3 Orang dan kasus
AIDS Sebanyak 2 Orang. Kegiatan sosialisasi kepada masyarakat sehingga dampak dan
akibat munculnya penyakit ini dan bagaimana proses tentang HIV/AIDS masih sangat
terbatas sehingga penyebarannya belum sepenuhnya dipahami.

4. Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan


ditatalaksanakan sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus ISPA juga
menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA. Hambatan yang sering ditemukan dalam
meningkatkan cakupan penemuan Pneumonia Balita di Puskesmas adalah:

 Tenaga Terlatih MTBS/Tatalaksana Standar ISPA tidak melaksanakan di Puskesmas.

 Pembiayaan (Logistik & operasional) terbatas.

 Pembinaan (bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi) secara berjenjang masih sangat
kurang.

 ISPA tidak menjadi prioritas padahal masalah ISPA merupakan masalah multisektoral.

 Gejala Pneumonia sukar dikenali oleh orang awam maupun tenaga kesehatan yang
terlatih.

5. Diare

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 24


Penyakit Diare adalah penyakit yang banyak menyerang golongan umur anak-anak
terutama balita. Dimana hal ini dapat mempengaruhi perkembangan pertumbuhan dan status gizi
anak. Upaya program pemberantasan melalui pendidikan kesehatan pada masyarakat dan
peningkatan kemampuan penanggulangan kasus oleh petugas lapangan terus dilakukan. Berikut
kasus diare yang ditanganidi kotaLhokseumawe tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel IV. 6
Diare Ditangani Menurut Puskesmas
Kota Lhokseumawe Tahun 2016

KASUS DIARE TAHUN 2016


No. PUSKESMAS
TARGET PENEMUAN KASUS DITANGANI

1. BANDA SAKTI 2.433 1.325

2. MON GEUDONG 1.014 347

3. MUARA DUA 2.072 460

4. MUARA SATU 1.487 552

5. BLANG MANGAT 688 823


6. BLANG CUT 329 424

JUMLAH 8.022 3.931

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Bidang P2P

6. Malaria

Bentuk peran serta masyarakat yang diharapkan dalam upaya penanggulangan malaria
antara lain melalui : (1) Kepatuhan minum obat anti malaria agar setiap penderita dapat minum
obat secara tuntas, (2) Pencegahan gigitan nyamuk melalui pemakaian kelambu, pemasangan
kasat kasa di rumah, Pemakaian obat gosok penolak nyamuk (repellent), pemakaian baju tebal
dan (3) pencegahan terbentuknya sarang nyamuk malaria melalui pembersihan lumut di lagum,
menghindari penebangan bakau yang tidak terencana, pencegahan terbentuknya genangan air,
memelihara ikan pamakan jentik di genangan air.

7. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 25


Setiap tahunnya insidens DBD masih merupakan masalah. Selain kondisi geografis dan
musim yang tidak menentu juga sumber perindukan yang tidak dimusnahkan secara cepat oleh
penduduk maupun petugas.

Grafik IV.2
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Perpuskesmas
Kota Lhokseumawe Tahun 2016

Perhatian Pemerintah daerah setempat cukup baik, namun tanpa kerja sama lintas sektoral
yang optimal, Laporan yang memadai, serta kegiatan 3M di masyarakat yang kurang berjalan,
akan mempengaruhi kerja tersebut.

BAB V

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 26


SITUASI UPAYA KESEHATAN

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dengan memberikan pelayanan kesehatan
pada masyarakat, dengan memberikan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat,
memberi makna bahwa sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diketahui dan
diatasi. Berbagai pelayanan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah
sebagai berikut :

Dalam penyelenggaraan program kesehatan keluarga dan gizi (Kesga-Gizi) di Kota


Lhoksemawe mengacu kepada kebijakan Nasional yang menjadi payung dalam melaksanakan
kegiatan. Selain itu juga didukung oleh kebijakan lokal dalam upaya percepatan pencapaian
status kesehatan masyarakat yang setinggi-setingginya sebagaimana diamanatkan dalam UUPA
No. 11/2006. Kesepakatan Global, Kebijakan Nasional dan kebijakan pembangunan kesehatan
merupakan isu strategis dalam pencapaian target program jangka pendek, Jangka menengah dan
jangka panjang yang harus dicermati. Target MDGs yang merupakan komitmen global untuk
pencapaian status kesehatan penduduk dunia berisi 8 (Delapan) tujuan pokok. Tujuan Milenium
tersebut adalah:

1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan yang parah

2. Pendidikan dasar yang merata bagi setiap orang

3. Mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

4. Mengurangi jumlah kematian anak

5. Meningkatkan kesehatan ibu

6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya

7. Menjamin kelangsungan lingkungan hidup

8. Meningkatkan kemitraan global untuk pembangunan


Dari 8 (Delapan)tujuan tersebut, 4 (empat) diantaranya berkaitan erat dengan kesehatan
dan relevan dengan visi dan misi pemerintah Aceh khususnya pada kesehatan ibu dan anak.
Keempat isu tersebut adalah : (a) Bagaimana upaya meningkatkan kesejahteraan ibu yang dapat
diukur dari indikator Angka Kematian Ibu; (b) Bagaimana upaya yang dilakukan dalam akselerasi
penurunan angka kematian bayi dan anak yang diukur dari indikator AKB dan AKABA; (c)
Bagaimana peran sektor kesehatan dalam upaya memberantas kemiskinan dan kelaparan yang
dilihat dari indikator status gizi masyarakat dan (d) Bagaimana upaya memerangi HIV/AIDS
Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 27
khususnya penularannya dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya dengan melihat insiden bayi
yang lahir dari ibu dengan HIV/AIDS. Begitu besarnya permasalahan kesehatan yang harus
dipandang sebagai suatu mandat Negara untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya melalui
kegiatan program yang menyentuh langsung ke masyarakat melalui upaya-upaya pembangunan
kesehatan keluarga.
A. PERBAIKAN GIZI BALITA
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator antara lain bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita, Status Gizi Wanita Usia Subur, Kurang Energi
Kronis (KEK) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)serta Pemantauan Berat Badan
Balita Secara teratur.
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama
yang berhubungan dengan kematian perinatal dan neonatus.BBLR dibedakan dalam 2 katagori
yaitu: BBLR Prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) dan BBLR karena Intrauterine
Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Penyebab
utama bayi IUGR adalah karena ibu berstatus gizi buruk dengan kondisi Anemia,Malaria dan
penderita Penyakit Menular Seksual (PMS)sebelum konsepsi atau pada saat hamil.
Pada tahun 2016 persentase BBLR adalah 1,6 % dari 100.000 kelahiran hidup yang ditimbang.

Tabel V. 1
Jumlah Kasus BBLR Perkecamatan
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016

JUMLAH LAHIR BAYI BARU LAHIR


No KECAMATAN BBLR
HIDUP DITIMBANG

1. BANDA SAKTI 1.919 1.919 29

2. MUARA DUA 1.083 1.083 18

3. MUARA SATU 788 788 5

4. BLANG MANGAT 492 492 18

JUMLAH 4.282 4.102 70


Sumber: Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Bidang Kesga

2. Status Gizi Balita.

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 28


Langkah-langkah yang dilakukan dalam meningkatkan status gizi balita diintensifkan, mulai
dari penemuan kasus dilapangan hingga bantuan rujukan dalam tata laksana gizi buruk. Jumlah
kasus balita gizi buruk yang dilaporkan adalah sebanyak 16 orang.

Berikut hasil PSG yang dilaporkan perkecamatan dikota Lhokseumawe.

Tabel V. 2
Status Gizi Balita Perkecamatan Di Kota Lhokseumawe
Tahun 2016

BALITA
No KECAMATAN BGM GIZI BURUK
DITIMBANG

1. BANDA SAKTI 6.069 71 5

2. MUARA DUA 3.007 15 3

3. MUARA SATU 2.501 63 1

4. BLANG MANGAT 1.768 43 1

JUMLAH 13.345 192 10


Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Bidang Kesga

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa status gizi buruk masih terjadi dikota lhokseumawe
pada Tahun 2016.

Target dan sasaran program gizi mengacu pada target SPM yang harus dicapai, antara lain :
1) Menurunkan prevalensi gizi Kurang menjadi ≤ 20% dan menurunkan gizi buruk ≤ 5 %; 2)
Penggunaan aram ber Yodium di masyarakat sebesar 70 %; 3) Meningkatkan pemberian ASI
ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan; 4) Setiap balita dari keluarga miskin mendapat MP-ASI
(100%); 5) Cakupan ibu hamil mendapat tablet besi untuk mencegah anemia gizi sebesar 80%; 6)
Meningkatkan peran posyandu dalam upaya keberlanjutan penimbangan bulanan 7)
Meningkatkan ketrampilan petugas melalui pelatihan kompetensi dan melatih kader untuk untuk
mendukung desa/gampong siaga.

3. Gangguan Akibat Kekuangan Yodium (GAKY).

Gangguan akibat kekerangan yodium dapat mengakibatkan gagal tumbuh pada seseorang
(kate), rendahnya IQ point dan membesarnya kelenjar Tyroid (Gondok).Pencegahan jangka
pendek dilakukan dengan pemberian kapsul minyak beryodium dengan prioritas pada daerah
endemis sedangkan jangka panjang dilakukan dengan penambahan yodium pada garam dapur.

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 29


Pertimbangan garam sebagai wahana iodisasi adalah karena garam selalu dikonsumsi oleh
keluarga dan jangka waktu pemakaian setiap hari.
Syarat garam beryodium yang dapat memberikan manfaat pada konsumen adalah yang
mengandung yodium sebanyak >30 PPM, akan tetapi masih banyak beredar garam beryodium
yang <30 ppm. Mengingat kondisi inilah maka untu perlu dilakukan pemantauan dimasyarakat
tentang penggunaan garam yang dikonsumsi. Sasaran pemantauan adalah murid SD/MIN kelas I
(Satu) sebanyak 10 SD.

Pemantauan dilakukan oleh tenaga gizi , Puskesmas menentukan 10 murid SD/MIN yang
akan dilakukan pemantauan. Untuk SD/MIN terpilih diharapkan murid kelas I untuk membawa
garam yang digunakan dirumah. Garam yang dibawa murid kemudian ditetes dengan iodine test
untuk mengetahui kandungan yodium yang ada pada garam. Bila garam berubah menjadi warna
ungu tua, maka garam tersebut mengandung yodium dengan kadar yang cukup (>30 ppm). Bila
berubah menjadi ungu muda maka kandungan yodium <30 ppm, dan bila tidak terjadi perubahan
warna maka garam tersebut tidak mengandung yodium sama sekali.

B. IMUNISASI

1. Imunisasi Pada Bayi

Program imuniasi pada bayi dikelompokkan menjadi beberapa jenis imunisasi yaitu: BCG,
HB0, DPT + HB1, DPT3+HB3,Polio3 dan Campak. BCG mencapai 87,67%, DPT3+HB3 mencapai
85%, Polio4 mencapai 91,1 %, Campak mencapai 88,9 %.

Peningkatan status kesehatan bayi sangat dipengaruhi dari kekebalan bayi terhadap penyakit
yang akan dimunculkan dari kekurangan imunisasi tersebut.

2. Wanita Usia Subur Dengan Status Imunisasi TT

Imunisasi TT pada Bumil merupakan indikator pencapaian Eliminasi Neonatorum, melalui


imunisasi rutin tahun 2016 hasil sebagai berikut:

Tabel V. 3

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 30


Pemberian TT Pada WUS
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016

No PUSKESMAS JUMLAH WUS TT1 % TT2+TT3+TT4+TT5 %

1. BANDA SAKTI 11.017 0 0 0 0,0

2. MON 4.627 0 0 1 0,0


GEUDONG
3. MUARA DUA 9.428 14 0,1 110 1,1

4. MUARA SATU 6.630 3 0,0 13 0,1

5. BLANG 3.115 0 0,0 6 0,1


MANGAT
6. BLANG CUT 1.485 0 0,0 0 0,0

JUMLAH 36.302 17 0 130 0,3

Rendahnya pencapaian Imunisasi TT pada WUS masih memerlukan perhatian serius dari
pengelola imunisasi sehingga hal ini dapat memberikan manfaat bagi suatu persalinan.

3. Cakupan desa UCI di Kota Lhokseumawe tahun 2016 mencapai 57,35 % dari seluruh desa
dan kelurahan yang ada, Pencapaianini masih belum memenuhi target yang ingin dicapai,
Oleh karena itu sosialisasi imunisasi diseluruh desa perlu dilakukan agar permasalahan yang
mengakibatkan kelemahan bisa teratasi.
Grafik V. 2
Cakupan Desa UCI Perpuskesmas
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016

C. PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN IBU

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 31


1. Cakupan K1 dan K4

Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu
hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besar ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali
kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester pertama, Sekali pada trimester kedua dan dua
kali pada trimester ketiga, Angka ini digunakan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan
kepada ibu hamil.Pada Tahun 2016 Cakupan K1 mencapai 99,5% dan Cakupan K4 mencapai
93,7%.

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional


(Dokter Spesialis kebidanan dan kandungan, Dokter Umum, Bidan dan Perawat ) kepada ibu hamil
selama kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada
kegiatan Promotif dan Preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan
K1 dan K4.

2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Pertologan persalinan merupakan salah satu kualitas pelayanan yang difasilitas pelayan
kesehatan dasar. Hal ini dapat menggambarkan indikator output dari hasil kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan dasar dan rujukan.

Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2016 adalah
92%.Sementara target Nasional Cakupan SPM adalah 90%.Capaian cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan semakin mengalami peningkatan.

Peningkatan ini disebabkan adanya penambahan tenaga bidan di desa dan laporan yang
diberikan semakin baik dan akurat. Sedangkan masih belum tercapainya target di kecamatan
tertentu karena masih kurangnya kesadaran masyarakat melakukan persalinan pada tenaga
kesehatan dan kedepan diperlukan adanya peningkatan sosialisasi kepada masyarakat terhadap
perlunya kesadaran masyarakat untuk melakukan persalinan kepada tenaga kesehatan.

3. Ibu Hamil Mendapat Fe1 dan Fe3

Program imunisasi pemberian Fe (Zat Besi) pada ibu hamil adalah salah satu indikator
upaya kesehatan pada tingkat pelayanan dasar, Secara data yang telah terkumpul dapat dilihat
pada grafik berikut:

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 32


Grafik V.3
Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Tablet FE1 dan FE3 Per kecamatan
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016

Pemberian Tablet Fe (Suplemen) merupakan salah satu upaya penting dalam pencegahan
dan penanggulangan Anemia,karena jenis anemia yang terbanyak di Indonesia adalah anemia gizi
besi. Anemia pada ibu hamil mendapat Prioritas utama karena kelompok ini beresiko dan
cenderung akan melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR), resiko pendarahan sebelum dan pada
saat persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi bilamana ibu hamil tersebut
menderita anemia berat. Pemberian Fe dianggap cukup apabila diberikan sebanyak 90 tablet
selama kehamilan.

D. PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

Cakupan CPR adalah persentase dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai alat dan
obat kontrasepsi (alokon) terus menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif Kota Lhokseumawe pada
tahun 2016 adalah 73,2 %. Cakupan secara lengkap dapat dilihat pada grafik berikut:

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 33


Grafik V. 4
Jumlah Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Peserta KB Baru dan Aktif
Per Puskesmas Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016

Dari data diatas menunjukkan Peserta KB aktif memiliki persentase terbanyak.

E. PROGRAM KESEHATAN JIWA MASYARAKAT


Kesehatan untuk melaksanakan program kesehatan jiwa di awali dengan ditetapkannya
suatu pendekatan CMHN untuk asuhan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat. Telah dilakukan
beberapa kegiatan yang difokuskan pada peningkatan sumber daya kesehatan, tim kerja Kota
Lhokseumawe serta kader kesehatan.

1. Program Kesehatan Jiwa

Kegiatan program kesehatan jiwa lebih difokuskan pada penguatan system pelayanan dan
manajemen program melalui pertemuan koordinasi. Kegiatan tersebut antara lain:

a. Pertemuan Review Program Kesehatan Jiwa


Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana Dinas Kesehatan Kota
lhokseumawe melaksanakan program kesehatan jiwa dimasyarakat baik di pelayanan
kesehatan dasar hingga pelayanan rujukan serta membahas permasalahan-
permasalahan yang dihadapi di lapangan.

b. Pertemuan Pengelola Program Kesehatan Jiwa.


Pertemuan ini merupakan kelanjutan pertemuan review program kesehatan jiwa,
untuk membahas perencanaan tahun berikutnya berdasarkan Kebijakan Provinsi dan
Kota Lhokseumawe serta kebutuhan spesifik.

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 34


c. Supervisi Program Kesehatan Jiwa
Supervisi merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan meliputi pemantauan, pembinaan dan pemecahan masalah serta
tindak lanjut. Supervisi bukan merupakan penilaian tetapi merupakan pembinaan
atau fasilitasi dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah yang dihadapi
program yang meliputi masalah teknis, manajerial, logisik dan lainnya sehingga
mendapatkan gambaran hasil pelaksanaan program kesehatan jiwa.

d. Pelatihan Keterampilan Petugas Dalam Asuhan keperawatan Anak Khusus Tujuan


pelatihan yaitu mensosialisasi kegiatan bagi pelayanan kesehatan untuk anak dengan
gangguan mental emosional. Materi pelatihan menitikberatkan pada bagaimana
mendiagnosa, pola asuh orang tua bagaimana mengenali ganguan emosional serta
penatalaksanaan di pelayanan kesehatan dasar.

e. Pertemuan Perencanaan Teknis Program Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
dan Anak Khusus. Kegiatan ini merencanakan program secara teknis untuk kesehatan
anak usia sekolah, kesehatan remaja dan anak khusus. Disamping itu juga
membicarakan strategi, kebijakan dan Sistem Pencatatan dan Pelaporan pada setiap
program.

2. Pelatihan Perawat CMHN


Hasil pelatihan Perawat dan kader kesehatan jiwa hingga terbentuknya Desa Siaga Sehat
Jiwa, merupakan salah satu bentuk kontribusi kegiatan program yang berdampak terhadap status
kesehatan masyarakat.

F. KESEHATAN USILA

Permasalahan Kesehatan pada usia lanjut (USILA) juga masih memprihatinkan, dimana
program intervensi belum adekuat. Kebijakan program kesehatan usia lanjut adalah Puskesmas
Santun Usila dan Posyandu Usia Lanjut. Secara prinsip fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan tetap memberikan pelayanan semaksimal mungkin untuk kelompok usia lanjut. Hal ini
tentunya berpegang pada konsep bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia sehingga setiap
orang tanpa membedakan usia, etnis dan strata social akan mendapat pelayanan yang sama
sesuai standar operasionalprosedur (SOP) yang ada.

Dibebeapa Pusksmas dikota lhoseumawe sudah memiliki ruang khusus untuk pelayanan
Usila untuk memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan. Dilihat dari pola penyakit pada usia

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 35


lanjut antara lain : Penyakit tulang dan gangguan otot; jantung, hypertensi, TB Paru, Malaria, ISPA
dan katarak.

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 36


BAB VI
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana


kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

A. SARANA KESEHATAN

1. Puskesmas

Sarana kesehatan meliputi Puskesmas, Rumah sakit, Sarana Upaya Kesehatan


Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), Sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan
dan institusi pendidikan tenaga kesehatan.Tahun 2016 Puskesmas yang ada di Kota Lhokseumawe
berjumlah 6 unit dengan pembagian Puskesmas rawat inap 1 unit dan Puskesmas non rawat inap
5 unit.

2. Sarana Kesehatan Masyarakat

Peran serta masyarakat didalam menyediakan kegiatan pelayanan kesehatan didesa sangat
memberi manfaat sangat besar dimana keaktifan kegiatan kesehatan di desa memberi dampak
langsung terdapat peningkatan kesehatan masyarakat indikator penilaian adalah ketersediaan
dan keaktifan kegiatan seperti ketersedian Poskesdes sebagai persiapan desa Siaga dan Posyandu.
Dibawah ini adalah jumlah fasilitas kesehatan didesa yaitu posyandu menurut stratanya.

Tabel VI. 1
Jumlah Posyandu Menurut Strata
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016

NO KECAMATAN PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

1. BANDA SAKTI 0 0 32 1

2. MUARA DUA 0 4 20 0

3. MUARA SATU 0 3 12 0

4. BLANG MANGAT 0 3 26 0

JUMLAH 0 10 90 1
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Bidang Kesga

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 37


Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa Posyandu Purnama merupakan Posyandu terbanyak
yang ada di kota Lhokseumawe pada Tahun 2016 dan Posyandu Pratama tidak ada lagi Dikota
Lhokseumawe.

B. TENAGA KESEHATAN

Tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting didalam peningkatan pelayanan kesehatan


di Kota Lhokseumawe, kualitas menjadi faktor utama yang harus terus mendapatkan perhatian
oleh pemerintah daerah dan pusat, peningkatan kualitas harus menjadi prioritas utama
mengingat tenaga kesehatan saat ini belum sepenuhnya berpendidikan D-III serta S-1 sedangkan
yang berpendidikan SPK serta sederajat minim terhadap pelatihan tehnis, hal ini agar mendapat
perhatian serius dari semua pihak terutama Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, mengingat
semakin besar tuntutan masyarakat terhadap peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Bila peningkatan kualitas dapat dijalankan secara bertahap maka peningkatan pelayanan
kesehatan dapat dicapai sepenuhnya.

Grafik VI. 1
Jumlah Tenaga Kesehatan
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016

Tenaga kesehatan terbanyak di Kota Lhokseumawe adalah Tenaga Perawat dan Bidan.

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 38


C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pembiayaan terhadap pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor utama didalam
peningkatan pelayanan kesehatan, baik untuk belanja modal maupun belanja barang. Didalam
upaya peningkatan pembiayaan terhadap sektor kesehatan dianggarkan melalui dana APBN,
APBD I & IIserta bantuan dana Jamkesmas yang disalurkan langsung ke unit pelayanan yaitu
Rumah Sakit dan Puskesmas yang dianggarkan oleh Departemen Kesehatan RI.

Anggaran Kesehatan bersumber APBD Kota Lhokseumawe adalah sebesar


Rp 72.857.425.227 yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung. APBN berjumlah
Rp 17.058.183.279 yang terdiri dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan OTSUS.

Total Anggaran kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 adalah Sebesar


Rp 89.915.608.506

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 39


BAB VII
PENUTUP

Demikian penyajian Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 diharapkan dapat
membantu memberikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai situasi derajat kesehatan,
upaya kesehatan, sumber daya kesehatan beserta hasil kegiatanya selama kurun waktu Tahun
2016.

Secara umum dapat disampaikan bahwa pencapaian upaya kesehatan sudah lebih baik,
namun perlu terus dilakukan upaya-upaya peningkatan partisipasi masyarakat didalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat baik kegiatan preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Pada tahun ini kami telah berusaha melakukan perbaikan dari tahun sebelumnya agar data
ini dapat dipergunakan semaksimal mungkin untuk perencanaan, evaluasi dan monitoring serta
cermin terhadap pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan kedepan. Namun demikian untuk
perbaikan kedepan terhadap substansi penyajian maupun waktu terbit dari Profil ini dibutuhkan
adanya komitmen bersama, keseriusan dan dukungan khususnya dari Pengelola Program terkait
di Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe maupun Puskesmas, sehingga tujuan Profil Kesehatan ini
dapat menjadi salah satu sumber data dan informasi kesehatan .

Demikian kami sampaikan atas segala upaya dan bantuan semua pihak yang telah
memberikan kontribusinya sehingga Profil ini dapat terselesaikan, kami sampaikan terima kasih.

Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 40

Anda mungkin juga menyukai