PENDAHULUAN
Dalam setiap pernebitan Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe, Selalu dilakukan berbagai
upaya perbaikan, baik dari segi materi, Analisis maupun bentuk tampilan fisiknya, Sesuai masukan
dari pengelola program di Dinas Kesehatan dan pemakai pada umumnya. Profil tahun 2016 ini
memuat analisis dan lampiran yang memuat tabel-tabel, baik yang digunakan dalam analisis
maupun tabel-tabel lainnya.
World Health Organisasi (WHO) dalam salah satu publikasi pentingnya menyatakan bahwa
Sistem Informasi Kesehatan tidak dapat berdiri sendiri.Ia harus merupakan bagian fungsional dari
sistem kesehatan tersebut. Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe diupayakan untuk lebih berkait
dengan Sistem Kesehatan. Sebagaimana diketahui, pada saat ini Sistem Kesehatan diarahkan
untuk mencapai Visi Indonesia Sehat. Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe diformat agar dapat
menjadi salah satu sarana untuk menilai pencapaian Pembangunan Kesehatan Pemerintahan Kota
Lhokseumawe dalam rangka mendukung pencapaian Visi Indonesia Sehat.
Dengan demikian jelas bahwa tujuan diterbitkan Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe 2016
ini adalah dalam rangka menyediakan sarana untuk mengevaluasi pencapaian Pembangunan
Kesehatan Kota LhokseumaweTahun 2016. Oleh karena itu gambaran yang disajikan dalam Profil
ini disusun secara sistematis adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menyajikan tentang Latar Belakang serta Sistematika Penyajian Profil
Kesehatan.
Bab VI Penutup
Lhokseumawe merupakan kota yang terletak pada garis 96 0 20’ – 970 21’ Bujur Timur
dan 040 54’–050 18’ Lintang Utara dengan luas wilayah 181.06 Km 2. Secara geografis Kota
Lhokseumawe berbatasan sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka,
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta Makmur (Kabupaten Aceh Utara), Sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Syamtalira Bayu (Kabupaten Aceh Utara), Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Dewantara (Kabupaten Aceh Utara). Kota Lhokseumawe terdiri
dari 68 (enam puluh delapan) Desa dan 4 (empat) Kecamatan. (Lhokseumawe Dalam Angka,
2015). Secara umum lokasi Kota Lhokseumawe menurut Kecamatan dapat di lihat sebagai
berikut:
Tabel II.1
Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2015
KEPADATAN PENDUDUK/Km2
No. KECAMATAN
2015 2016
Dilihat dari jumlah penduduk Kecamatan Banda Sakti merupakan kecamatan yang memiliki
penduduk terbanyak dan kecamatan yang memiliki penduduk paling sedikit adalah Kecamatan
Blang Mangat.
3. Distribusi Penduduk
Grafik II.2
Piramida penduduk menurut golongan umur Kota Lhokseumawe
Tahun 2016
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
(15,000) (10,000) (5,000) 0 5,000 10,000 15,000
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Keadaan Lingkungan yang sehat dapat tercipta dengan membuka kesadaran individu
dan masyarakat untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pencapaian tujuan tersebut
dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan yang mengarah untuk meningkatkan kesadaran dan
kemandirian masyarakat hidup sehat dengan indikator rumah tangga sehat, Institusi kesehatan
yang berperilaku sehat, Institusi pendidikan yang sehat, Tempat kerja sehat, Tempat-tempat
umum sehat, Posyandu purnama dan mandiri serta meningkatkan kemandirian masyarakat
sebagai jaminan pemeliharaan kesehatan. Indikator tersebut dapat dijelaskan melalui
pelaksanaan kegiatan program kesehatan lingkungan tahun 2016 sebagai berikut :
1. Rumah sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah hingga yang memenuhi syarat kesehatan.
Syarat-syarat tersebut yaitu memiliki jamban yang sehat, Sarana air bersih, Tempat
pembuangan sampah, Sarana pembuangan air limbah, dan vantelasi rumah yang baik,
Kepadatan dunia rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Rumah
dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan beresiko menjadi sumber penyebab
penularan berbagai jenis penyakit. Cakupan rumah sehat pada Tahun 2016 mencapai 41,82%,
Sedangkan secara nasional target yang ditetapkan yaitu 80%.
Grafik II.3
Penilaian Rumah Sehat di Kota Lhokseumawe
Per Puskesmas Tahun 2016
Dari grafik di atas menunjukkan hampir seluruh wilayah kerja puskesmas di Kota
Lhokseumawe masih mempunyai permasalahan rumah yang belum memiliki persyaratan sehat
untuk dapat ditempati.
Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dikategorikan menjadi dua kelompok
besar yaitu sumber air terlindung dan tidak terlindung. Sumber air terlindung terdiri dari air
kemasan, Ledeng, Pompa dan Sumur terlindung. Sedangkan air tidak terlindung terdiri dari
sumur tidak terlindung, Mata air tidak tidak terlindung, Air sungai dan lainnya.
GRAFIK II.4
Penduduk DenganAkses Terhadap Air Bersih di Kota Lhokseumawe
Tahun 2016
Penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat)sebesar 95.423
Penduduk atau sebesar 48,9 %. Grafik di bawah ini memperlihatkan Penduduk dengan akses
fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) di tahun 2016.
Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 8
Grafik II.5
Penduduk dengan Akses Fasilitas Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat)
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016
Dari grafik di atas diketahui bahwa dari keluarga yang diperiksa masih ada keluarga
dibeberapa kecamatan yang belum memiliki jamban,tempat sampah dan pengelolaan air
limbah.
C. PROGRAM KESEHATAN
Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan. Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya obat difasilitas
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau oleh masyarakat.
Program ini bertujuan untuk memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar
mampu menumbuhkan prilaku hidup bersih dan sehat dan mengembangkan upaya
kesehatan bersumber masyarakat. Sasaranya adalah meningkatkan persentase rumah
tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat, Meningkatkan pemberdayaan masyarakat
melalui pengembangan desa siaga secara bertahap termasuk mempersiapkan masyarakat
peduli dan siaga dalam kegawat daruratan masalah kesehatan.
Program Ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi di masyarakat sehingga bisa
menurunkan angka Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, gangguan akibat kurang
yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat mikro lainya.
Program Ini bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat
melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan. Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan persentase
keluarga penghuni rumah yang memenuhi syarat kesehatan, peningkatan penggunaan
sarana air bersih dan sanitasi dasar. Peningkatan sistim kewaspadaan dini dan surveilans
dalam penanggulangan KLB, pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan,
pengembangan wilayah sehat termasuk tempat-tempat umum, sekolah dan institusi.
Program Ini bertujuan untuk menentukan kriteria tempat yang harus dipenuhi saat
memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan program ini juga diharapkan
Sumber Daya Manusia (tenaga kesehatan) yang bekerja di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kota Lhokseumawe dapat memenuhi standar yang ada.
Program Ini bertujuan untuk menanggulangi biaya pengobatan bagi penduduk miskin
yang memerlukan perawatan dan pengobatan.
11. Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Umum/Rumah
Sakit Jiwa/Rumah Sakit Ibu dan Anak
Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
perorangan, Terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin, Peningkatan
pelayanan kesehatan rujukan, Pembangunan sarana dan prasarana Rumah Sakit dll.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatn yang bersifat khusus
dan rehabilitasi bagi kelompok masyarakat usia lanjut, Meningkatkan umur harapan hidup
dari 68 menjadi 70 tahun dan sasaran yang ingin dicapai adalah terlaksananya pelayanan
kesehatan bagi masyarakat usia lanjut.
Program Ini bertujuan untuk mengawasi keamanan dan kesehatan makanan hasil
industrI dan produksi rumah tangga.
Program ini bertujuan untuk menurunkan jumlah kamatian ibu malahirkan, bayi baru
lahir dan anak. Sasarannya (1) Bagaimana upaya meningkatkan kesejahteraan ibu yang
dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu; (2) Bagaimana upaya yang dilakukan dalam
akselerasi penurunan angka kematian Bayi dan anak yang dilihat dari indikator AKA dan
AKABA (3) Bagaimana upaya memerangi HIV/AIDS khususnya.
Program Ini bertujuan untuk menganalisa dan mengevaluasi laporan data dari
Puskesmas dan Bidang di Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu
hamil, bayi dan anak balita, melalui peningkatan kesadaran gizi ditengah keluarga, Melalui
program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Mengaktifkan posyandu dan menjalin kerjasama
lintas sektor dalam upaya penanggulangan masalah gizi. Sasaran program adalah keluarga,
institusi pelayanan kesehatan, Posyandu dan kader.
Program ini bertujuan untuk mengevaluasi standar pelayanan minimal yang dicapai
ditingkat manajemen program dan mengembangkan pedoman standar pelayanan sesuai
kebutuhan lokal. Sasaran program yang ingin dicapai antara lain tercapainya SPM sesuai
target, tersosialisasinya pedoman pelayanan dan terlaksananya system manajemen
program secara berkesinambungan terstandarisasi dan teregistrasinya semua fasilitas
pelayanan kesehatan. Penerapan standar sarana pelayanan kesehatan secara bertahap
disetiap level pelayanan.
1. Disparitas status kesehatan antar tingkat social ekonomi, antar kawasan, dan antar
perkotaan-perdesaan, Beban ganda penyakit. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat
2. Sebagian besar adalah penyakit infeksi menular namun pada waktu yang bersamaan terjadi
peningkatan penyakit tidak menular.
3. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah. Faktor utama penyebab tingginya angka
kematian bayi di Indonesia sebenarnya dapat dicegah dengan intervensi yang dapat
terjangkau dan sederhana antara lain: Proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan.
4. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat. Misalnya
kebiasaan merokok, Kurang berolahraga, Kurangnya pemberianAir Susu Ibu (ASI) ekslusif
dan gizi lebih pada balita.
8. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin, Rendahnya pemberian ASI ekslusif pada
bayi dan gizi buruk pada balita.
9. Rendahnya Alokasi Anggaran Kesehatan untuk program. Karena sebagian besar anggaran
yang tersedia dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasarana kesehatan.
Dalam hal pelayanan kesehatan, Tingginya AKI dan AKB memberi kontribusi terhadap
permasalahan utama berhubungan dengan mutu layanan, Baik layanan
primer,Sekunder,tersier serta keterjangkauan pelayanan, Hal ini sejalan dengan semakin
meningkatnya pendidikan, Pengetahuan dan tuntutan masyarakat terhadap layanan
kesehatan.
Berbagai faktor yang dapat diidentifikasi sebagai akibat dan tuntutan mutu pelayanan
adalah: (1) Berkaitan dengan ketersediaan sumber daya dan penyebarannya, (2) Ketersediaan
fasilitas dan peralatan kesehatan, (3) Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang belum optimal
baik pengadaan maupun penggunaan perangkat data yang dihasilkan untuk pengambilan
keputusan, (4) Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah dalam hal
layanan kesehatan, (5) Rendahnya partisipasi masyarakat.
A. Mortalitas
Infant Mortality Rate (IMR) atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator yang paling sensitif untuk menentukan derajat kesehatan suatu daerah. Dari
laporan jumlah kematian bayi yang disampaikan dari Puskesmas dapat memperlihatkan
Jumlah Kematian Bayi menurut Kecamatan di Kota Lhokseumawe. AKB yang didapatkan di
Kota Lhokseumawe 21/4.282 X 1000, Sementara AKB nasional sebesar 35/1000 Lahir
Hidup.Secara umum dapat di lihat dari distribusi Kematian Bayi Per Kecamatan di Kota
Lhokseumawe yaitu:
Tabel IV.1
Jumlah Kematian BayiPer Kecamatan
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016
1 BANDA SAKTI 6 5
2 MUARA DUA 4 8
3 MUARA SATU 7 2
4 BLANG MANGAT 9 6
JUMLAH 26 21
Sumber: Dinas Kesehatan kota Lhokseumawe Bidang Kesga
Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan adalah
Angka Kematian Ibu (AKI).Perhitungan AKI dikotaLhokseumawe sulit dilakukan karena
jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran.
Tabel IV.2
Jumlah Kematian Ibu Per Kecamatan
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016
1. BANDA SAKTI 1 6
2. MUARA DUA 3 1
3. MUARA SATU 0 0
4. BLANG MANGAT 0 1
JUMLAH 4 8
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Bidang Kesga
Adapun Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Lhokseumawe Tahun 2016 dapat
diasumsikan sebesar 8/4.282x100.000 Kelahiran Hidup. Sedangkan Penyebab Kematian Ibu
dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel IV. 3
PENYEBAB KEMATIAN IBU DI KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2016
2 MUARA DUA 1 0 1 0 0 0 0
3 MUARA SATU 0 0 0 0 0 0 0
4 BLANG 1 0 1 0 0 0 0
MANGAT
JUMLAH 8 1 5 2 0 0 0
Penyediaan sistem pelayanan kesehatan untuk daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan.
Perencanaan terpadu Lintas Program dan Lintas Sektor untuk percepatan penurunan
Rata-rata umur harapa hidup pada saat lahir (Eo) adalah hasil perhitungan Proyeksi yang
sering dipakai sebagai salah satu Indikator Kesejahteraan Rakyat. Dengan asumsi Kecenderungan
Angka Kematian Bayi (AKB) menurun serta perubahan susunan umur penduduk Kota
Lhokseumawe sampai menjadi72 Tahun.
Upaya untuk meningkatkan UHH menjadi 72 Tahun merupakan hal penting yang perlu
dicemati melalui upaya-upaya peningkatan kegiatan Program yang berdampak pada tingkat
kesejahteraan masyarakat seperti penurunan resiko kesakitan pada keluarga rentan, tren
penyakit degenerative dan tidak menular, serta peningkatan kesehatan kelompok usia lanjut yang
dapat hidup produktif dan mandiri.
B. MORBIDITAS
2. Kebijakan
Memantapkan jejaring LP, LS, antar Kecamatan, Mitra Swasta dalam P2P melalui saling
tukar informasi, Pelatihan, dll.
Menyiapkan pengadaan dan distribusi kebutuhan obat program dan bahan esensial.
Penyakit menular Langsung (P2ML): TB, Kusta, Frambusia, IMS & HIV-AIDS, ISPA, Diare/
Kecacingan/ ISPL.
Penyakit Bersumber Binatang (P2B2): Malaria, DBD, Rabies, Filariasis, Flu Burung,
Leptospirosis, Antraks, Pes, Japanese Encephalitis, Taeniasis, Schistosomiasis.
Penyakit Tidak Menular (PTM) : Jantungt & Pembuluh Darah, Kanker, Diabetes Melitus &
Penyakit Metabolik, Penyakit Kronik Dan Degeneratif, Gangguan Akibat kecelakaan &
Cidera.
Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 21
Untuk selanjutnya pada bagian ini disajikan gambaran morbiditas penyakit-penyakit
menular dan tidak menular yang dapat menjelaskan keadaan derajat kesehatan masyarakat di
Kota Lhokseumawe sepanjang Tahun 2015.
Dari data kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat bersumber data surveilens
Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe yang ada di Puskesmas adalah sebagai berikut:
Tabel IV.4
10 Penyakit Terbesar Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016
8. Hipertensi 6.232
9. Diabetes 3.119
B. Penyakit menular
Dalam rangka penanggulangan penyakit menular dilakukan berbagai kegiatan antara lain :
(1) Gebrak Malaria Yaitu gerakan untuk membrantas malaria degan dukungan sektor antara lain
masyarakat dan swasta , (2) Gerdunas TB, Yaitu gerakan penanggulangan tuberkolosis melalui
penggalangan kemitraan dengan sektor terkait dan masyarakat, penerapan strategi pengobatan
jangka pendek yang diawasi secara langsung, (3) Pemberantasan demam berdarah dengue
melalui pemberantasan sarang nyamuk, (4) Pemberantasan Kusta dengan mencari penderita
sampai ke lokasi kepulauan dan daerah-daerah terpencil , (5) Pemberantasan penyakit yang dapat
diegah dengan imunisasi (PD3I). Informasi Program P2M disajikan sebagai berikut :
Grafik IV.1
Jumlah BTA (+) PerPuskesmas
Kota Lhokseumawe Tahun 2016
2. Kusta
Penyakit kusta merupakan penyakit kulit dengan bercak putih atau kemerahan disertai mati
rasa atau anestesi, Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan
kelemahan/kelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata, kulit kering serta pertumbuhan rambut
yang terganggu, pada pemeriksaan kerokan jaringan kulit ( skin smear) didapatkan adanya kuman
M. Leprae.
Kusta adalah penyakit yang masih diderita oleh sebagian masyarakat Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam. Penanganan penderita kusta memerlukan kerja sama lintas sektor seperti Dinas
Sosial, Pendidikan dan Dinas Kesehatan. Bila Penanganan Penyakit Kusta tidak dilakukan secara
komperhensif dapat diasumsikan trend tahun berikutnya akan menunjukkan peningkatan.
Tabel IV. 5
1. BANDA SAKTI 6 4
2. MUARA DUA 2 2
3. MUARA SATU 5 5
4. BLANG MANGAT 0 1
JUMLAH 13 12
Di Kota Lhokseumawe pada Tahun 2016 ditemukan Kasus HIV sebanyak 3 Orang dan kasus
AIDS Sebanyak 2 Orang. Kegiatan sosialisasi kepada masyarakat sehingga dampak dan
akibat munculnya penyakit ini dan bagaimana proses tentang HIV/AIDS masih sangat
terbatas sehingga penyebarannya belum sepenuhnya dipahami.
Pembinaan (bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi) secara berjenjang masih sangat
kurang.
ISPA tidak menjadi prioritas padahal masalah ISPA merupakan masalah multisektoral.
Gejala Pneumonia sukar dikenali oleh orang awam maupun tenaga kesehatan yang
terlatih.
5. Diare
Tabel IV. 6
Diare Ditangani Menurut Puskesmas
Kota Lhokseumawe Tahun 2016
6. Malaria
Bentuk peran serta masyarakat yang diharapkan dalam upaya penanggulangan malaria
antara lain melalui : (1) Kepatuhan minum obat anti malaria agar setiap penderita dapat minum
obat secara tuntas, (2) Pencegahan gigitan nyamuk melalui pemakaian kelambu, pemasangan
kasat kasa di rumah, Pemakaian obat gosok penolak nyamuk (repellent), pemakaian baju tebal
dan (3) pencegahan terbentuknya sarang nyamuk malaria melalui pembersihan lumut di lagum,
menghindari penebangan bakau yang tidak terencana, pencegahan terbentuknya genangan air,
memelihara ikan pamakan jentik di genangan air.
Grafik IV.2
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Perpuskesmas
Kota Lhokseumawe Tahun 2016
Perhatian Pemerintah daerah setempat cukup baik, namun tanpa kerja sama lintas sektoral
yang optimal, Laporan yang memadai, serta kegiatan 3M di masyarakat yang kurang berjalan,
akan mempengaruhi kerja tersebut.
BAB V
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dengan memberikan pelayanan kesehatan
pada masyarakat, dengan memberikan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat,
memberi makna bahwa sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diketahui dan
diatasi. Berbagai pelayanan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah
sebagai berikut :
Tabel V. 1
Jumlah Kasus BBLR Perkecamatan
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016
Tabel V. 2
Status Gizi Balita Perkecamatan Di Kota Lhokseumawe
Tahun 2016
BALITA
No KECAMATAN BGM GIZI BURUK
DITIMBANG
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa status gizi buruk masih terjadi dikota lhokseumawe
pada Tahun 2016.
Target dan sasaran program gizi mengacu pada target SPM yang harus dicapai, antara lain :
1) Menurunkan prevalensi gizi Kurang menjadi ≤ 20% dan menurunkan gizi buruk ≤ 5 %; 2)
Penggunaan aram ber Yodium di masyarakat sebesar 70 %; 3) Meningkatkan pemberian ASI
ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan; 4) Setiap balita dari keluarga miskin mendapat MP-ASI
(100%); 5) Cakupan ibu hamil mendapat tablet besi untuk mencegah anemia gizi sebesar 80%; 6)
Meningkatkan peran posyandu dalam upaya keberlanjutan penimbangan bulanan 7)
Meningkatkan ketrampilan petugas melalui pelatihan kompetensi dan melatih kader untuk untuk
mendukung desa/gampong siaga.
Gangguan akibat kekerangan yodium dapat mengakibatkan gagal tumbuh pada seseorang
(kate), rendahnya IQ point dan membesarnya kelenjar Tyroid (Gondok).Pencegahan jangka
pendek dilakukan dengan pemberian kapsul minyak beryodium dengan prioritas pada daerah
endemis sedangkan jangka panjang dilakukan dengan penambahan yodium pada garam dapur.
Pemantauan dilakukan oleh tenaga gizi , Puskesmas menentukan 10 murid SD/MIN yang
akan dilakukan pemantauan. Untuk SD/MIN terpilih diharapkan murid kelas I untuk membawa
garam yang digunakan dirumah. Garam yang dibawa murid kemudian ditetes dengan iodine test
untuk mengetahui kandungan yodium yang ada pada garam. Bila garam berubah menjadi warna
ungu tua, maka garam tersebut mengandung yodium dengan kadar yang cukup (>30 ppm). Bila
berubah menjadi ungu muda maka kandungan yodium <30 ppm, dan bila tidak terjadi perubahan
warna maka garam tersebut tidak mengandung yodium sama sekali.
B. IMUNISASI
Program imuniasi pada bayi dikelompokkan menjadi beberapa jenis imunisasi yaitu: BCG,
HB0, DPT + HB1, DPT3+HB3,Polio3 dan Campak. BCG mencapai 87,67%, DPT3+HB3 mencapai
85%, Polio4 mencapai 91,1 %, Campak mencapai 88,9 %.
Peningkatan status kesehatan bayi sangat dipengaruhi dari kekebalan bayi terhadap penyakit
yang akan dimunculkan dari kekurangan imunisasi tersebut.
Tabel V. 3
Rendahnya pencapaian Imunisasi TT pada WUS masih memerlukan perhatian serius dari
pengelola imunisasi sehingga hal ini dapat memberikan manfaat bagi suatu persalinan.
3. Cakupan desa UCI di Kota Lhokseumawe tahun 2016 mencapai 57,35 % dari seluruh desa
dan kelurahan yang ada, Pencapaianini masih belum memenuhi target yang ingin dicapai,
Oleh karena itu sosialisasi imunisasi diseluruh desa perlu dilakukan agar permasalahan yang
mengakibatkan kelemahan bisa teratasi.
Grafik V. 2
Cakupan Desa UCI Perpuskesmas
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu
hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran besar ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali
kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester pertama, Sekali pada trimester kedua dan dua
kali pada trimester ketiga, Angka ini digunakan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan
kepada ibu hamil.Pada Tahun 2016 Cakupan K1 mencapai 99,5% dan Cakupan K4 mencapai
93,7%.
Pertologan persalinan merupakan salah satu kualitas pelayanan yang difasilitas pelayan
kesehatan dasar. Hal ini dapat menggambarkan indikator output dari hasil kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan dasar dan rujukan.
Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2016 adalah
92%.Sementara target Nasional Cakupan SPM adalah 90%.Capaian cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan semakin mengalami peningkatan.
Peningkatan ini disebabkan adanya penambahan tenaga bidan di desa dan laporan yang
diberikan semakin baik dan akurat. Sedangkan masih belum tercapainya target di kecamatan
tertentu karena masih kurangnya kesadaran masyarakat melakukan persalinan pada tenaga
kesehatan dan kedepan diperlukan adanya peningkatan sosialisasi kepada masyarakat terhadap
perlunya kesadaran masyarakat untuk melakukan persalinan kepada tenaga kesehatan.
Program imunisasi pemberian Fe (Zat Besi) pada ibu hamil adalah salah satu indikator
upaya kesehatan pada tingkat pelayanan dasar, Secara data yang telah terkumpul dapat dilihat
pada grafik berikut:
Pemberian Tablet Fe (Suplemen) merupakan salah satu upaya penting dalam pencegahan
dan penanggulangan Anemia,karena jenis anemia yang terbanyak di Indonesia adalah anemia gizi
besi. Anemia pada ibu hamil mendapat Prioritas utama karena kelompok ini beresiko dan
cenderung akan melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR), resiko pendarahan sebelum dan pada
saat persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi bilamana ibu hamil tersebut
menderita anemia berat. Pemberian Fe dianggap cukup apabila diberikan sebanyak 90 tablet
selama kehamilan.
Cakupan CPR adalah persentase dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai alat dan
obat kontrasepsi (alokon) terus menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif Kota Lhokseumawe pada
tahun 2016 adalah 73,2 %. Cakupan secara lengkap dapat dilihat pada grafik berikut:
Kegiatan program kesehatan jiwa lebih difokuskan pada penguatan system pelayanan dan
manajemen program melalui pertemuan koordinasi. Kegiatan tersebut antara lain:
e. Pertemuan Perencanaan Teknis Program Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
dan Anak Khusus. Kegiatan ini merencanakan program secara teknis untuk kesehatan
anak usia sekolah, kesehatan remaja dan anak khusus. Disamping itu juga
membicarakan strategi, kebijakan dan Sistem Pencatatan dan Pelaporan pada setiap
program.
F. KESEHATAN USILA
Permasalahan Kesehatan pada usia lanjut (USILA) juga masih memprihatinkan, dimana
program intervensi belum adekuat. Kebijakan program kesehatan usia lanjut adalah Puskesmas
Santun Usila dan Posyandu Usia Lanjut. Secara prinsip fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan tetap memberikan pelayanan semaksimal mungkin untuk kelompok usia lanjut. Hal ini
tentunya berpegang pada konsep bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia sehingga setiap
orang tanpa membedakan usia, etnis dan strata social akan mendapat pelayanan yang sama
sesuai standar operasionalprosedur (SOP) yang ada.
Dibebeapa Pusksmas dikota lhoseumawe sudah memiliki ruang khusus untuk pelayanan
Usila untuk memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan. Dilihat dari pola penyakit pada usia
A. SARANA KESEHATAN
1. Puskesmas
Peran serta masyarakat didalam menyediakan kegiatan pelayanan kesehatan didesa sangat
memberi manfaat sangat besar dimana keaktifan kegiatan kesehatan di desa memberi dampak
langsung terdapat peningkatan kesehatan masyarakat indikator penilaian adalah ketersediaan
dan keaktifan kegiatan seperti ketersedian Poskesdes sebagai persiapan desa Siaga dan Posyandu.
Dibawah ini adalah jumlah fasilitas kesehatan didesa yaitu posyandu menurut stratanya.
Tabel VI. 1
Jumlah Posyandu Menurut Strata
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016
1. BANDA SAKTI 0 0 32 1
2. MUARA DUA 0 4 20 0
3. MUARA SATU 0 3 12 0
4. BLANG MANGAT 0 3 26 0
JUMLAH 0 10 90 1
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Bidang Kesga
B. TENAGA KESEHATAN
Grafik VI. 1
Jumlah Tenaga Kesehatan
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2016
Tenaga kesehatan terbanyak di Kota Lhokseumawe adalah Tenaga Perawat dan Bidan.
Pembiayaan terhadap pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor utama didalam
peningkatan pelayanan kesehatan, baik untuk belanja modal maupun belanja barang. Didalam
upaya peningkatan pembiayaan terhadap sektor kesehatan dianggarkan melalui dana APBN,
APBD I & IIserta bantuan dana Jamkesmas yang disalurkan langsung ke unit pelayanan yaitu
Rumah Sakit dan Puskesmas yang dianggarkan oleh Departemen Kesehatan RI.
Demikian penyajian Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun 2016 diharapkan dapat
membantu memberikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai situasi derajat kesehatan,
upaya kesehatan, sumber daya kesehatan beserta hasil kegiatanya selama kurun waktu Tahun
2016.
Secara umum dapat disampaikan bahwa pencapaian upaya kesehatan sudah lebih baik,
namun perlu terus dilakukan upaya-upaya peningkatan partisipasi masyarakat didalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat baik kegiatan preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pada tahun ini kami telah berusaha melakukan perbaikan dari tahun sebelumnya agar data
ini dapat dipergunakan semaksimal mungkin untuk perencanaan, evaluasi dan monitoring serta
cermin terhadap pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan kedepan. Namun demikian untuk
perbaikan kedepan terhadap substansi penyajian maupun waktu terbit dari Profil ini dibutuhkan
adanya komitmen bersama, keseriusan dan dukungan khususnya dari Pengelola Program terkait
di Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe maupun Puskesmas, sehingga tujuan Profil Kesehatan ini
dapat menjadi salah satu sumber data dan informasi kesehatan .
Demikian kami sampaikan atas segala upaya dan bantuan semua pihak yang telah
memberikan kontribusinya sehingga Profil ini dapat terselesaikan, kami sampaikan terima kasih.